Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN TYPOID


DI PUSKESMAS SAMARANG

DISUSUN OLEH :
1. Arina Shinta Dewi Ruswana : (KHGD
2. Bambang Yulianto Ismail : (KHGD
3. Bubuh Bukhori : (KHGD
4. Eva mardiana : (KHGD21056)
5. Fattah Royan Maulana : (KHGD
6. Nurfahira : (KHGD
7. Renisa : (KHGD
8. Rian andiyana Laury : (KHGD
9. Sulaeman : (KHGD

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021-2022
A.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di Indonesia thypoid termasuk kedalam keadaan endemik. Umunnya

prognosistufus abdomilnalis baik, asalkan pasien cepat berobat. Mortalitas

ada pasien yang dirawat adalah 6 %. Prognosis menjadi tidak baik bila

terdapat gambaran klinik yaitu demam tinggi, kesadran menurun, ada

komplikasi. Oleh karena itu, penanganan yang baik sangatlah diperlukan

untuk mengurangi angka kematian dan pencegahan dini sehingga tingkat

kesembuhan pasien akan meningkat.perawatan yang baik dapat membantu

pasien mencapai kesembuhannya.

2. Tujuan

1) Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan diagnosa Thypoid Akut.

2) Tujuan khusus

 Pengkajian klien dengan Thypoid Akut

 Penegakkan diagnosa perawatan pada klien dengan Thypoid Akut

 Rencana tindakan pada klien dengan Thypoid Akut

 Pelaksanan tindakan keparawatan dengan Thypoid Akut

 Evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan

 Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien Thypoid


B. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Demam typoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut

yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai dengan panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

edonthelia aatau endokardial dan ivasi bakteri sekaligus meultipliasi kedalam

sel fagosit onocular dari hari, limfa, kelenjar linfe usus dan peyer”s patch dan

dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi

(Nurarif, 2015).

Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang

disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

`negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropics

(Simanjuntak, 2009).

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan

gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran

pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007).

2. Etiologi

Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram

negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora,

faakultatif anaerob. M memepunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari

oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope

antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.mepunyai mokromolekulaar


lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan

dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga daopat memperoleh plasmid

factor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic

(Nurarif,2015).

3. Faktor Predisposisi

1) Sanitasi buruk.

2) Tidak membersihkan tangan sebelum makan, atau kurang bersih dalam

mencuci makanan.

3) Mengonsumsi sayur-sayuran yang menggunakan pupuk dari kotoran

manusia yang terinfeksi.

4) Mengonsumsi produk susu atau olahannya yang telah terkontaminasi.

5) Menggunakan toilet yang sudah terkontaminasi bakteri.

6) Melakukan seks oral dengan mereka yang membawa bakteri Salmonella

typhii.

4. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam

tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH <

2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria,

gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor

pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis

infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,

bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan

menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel
khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi

Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran

ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik

sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami

multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar

limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya

ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka

Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus

masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai

organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah

hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari

ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari

darah atau penyebaran retrograd dari empedu.

Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau

dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid

tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam

sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari

Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma

usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-

zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel,

sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang,
kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,

Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012).

5. Tanda dan Gejala

Gejala tipes tergantung pada durasi seseorang mengalaminya. Secara umum,

tanda-tandanya meliputi :

a. Demam yang semakin tinggi hingga mencapai 40,5º Celcius

b. Sakit kepala

c. Tubuh yang lemah

d. Kelelahan

e. Batuk kering

f. Penurunan nafsu makan

g. Penurunan berat badan

h. Sakit perut

i. Diare atau sembelit (pengidap hanya bisa mengalami salah satunya)

j. Ruam merah pada kulit

Pada tahap lanjut, tipes yang tidak ditangani bisa menyebabkan gejala berupa :

a. Penurunan tingkat kesadaran yang ditandai dengan bicara melantur

b. Sakit perut yang parah akibat komplikasi perforasi usus

c. Gejala perdarahan saluran cerna, seperti muntah atau tinja berwarna hitam,

kulit yang pucat, lesu, dan lain-lain

6. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan darah tepi

Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia


2) Pemeriksaan widal

Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan

titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk

menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan

imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

3) Pemeriksaan SGOT dan SGPT

4) Anti Salmonella typy IgM

7. Pathway

8. Pengkajian

1) Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, status perka-inan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan

Diagnosa medis.

2) Riwayat Kesehatan Pasien

a. Keluhan Utama

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

3) Pola Kebiasaan Pasien Sehari-Hari

a. Pola Nutrisi

b. Pola Eleminasi

c. Pola Istirahat-Tidur

d. Pola Aktivitas
4) Pemeriksaan Fisik

5) Pemeriksaan Penunjang

9. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada

penderita demam thypoid adalah:

1) Hipertermia ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal

2) Nyeri akut ditandai dengan mengeluh nyeri

3) Defisit nutrisi ditandai dengan nafsu makan menurun, berat badan

menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

4) Resiko infeksi

5) Intoleransi aktivitas
10. Intervensi Keperawatan

Standar Standar
Standar Intervensi
No. Diagnosa Luaran
Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia Indonesia
1. Kategori : Termoregula Manajemen

Lingkungan si (L.14134) Hipertermia (I.15506)

Sub Kategori

: Keamanan Definisi: pengaturan Definisi:

dan Proteksi suhu tubuh agar tetap mengidentifikasi dan

Kode : D 0130 berada pada rentang mengelola peningkatan

Hipertermi normal suhu tubuh akibat

a Definisi : disfungsi termoregulasi

Suhu tubuh Ekspektasi: Membaik Tindakan:

meningkat diatas Kriteria Hasil: Observasi

rentang normal 1. Menggigil 1. Identifikasi penyebab

tubuh Penyebab: 2. Kulit merah hipertermi (dehidrasi,

1. Dehidrasi 3. Kejang lingkungan

2. Terpapar 4. Akrosianosis panas, penggunaan

lingkungan 5. Konsumsi oksigen inkubator)

panas 6. Piloereksi 2. Monitor suhu tubuh

3. Proses 7. Vasokonstrik 3. Monitor kadar

si perifer elektrolit
8. Kutis memarota 4. Monitor haluaran urine

penyakit 9. Pucat 5. Monitor komplikasi

(infeksi, kanker) 10. Takikardi akibat hpertermi

4. Ketidaksesuaian 11. Takipnea

pakaian 12. Bradikardi Terepeutik

13. Dasar kuku sianolik 1. Sediakan lingkungan


dengan suhu
14. Hipoksia yang dingin
lingkungan
Keterangan: 2. Longgarkan
5. Peningkatan laju
1 = Menurun atau lepaskan pakaian
metabolisme
2 = Cukup basahi dan kipasi
6. Respon trauma
Menurun 3 = permukaan tubuh
7. Aktivitas
Sedang 3. Berikan cairan oral
berlebiha
4 = 4. Ganti linen setiap hari
n
Cukup atau lebih sering jika
8. Penggunaa
Meningkat mengalami
n
5 = Meningkat hiperhidrosi (keringat
incubator
berlebih)
Gejala dan Tanda
1. Suhu tubuh 5. Lakukan pendinginan
Mayor
2. Suhu kulit eksternal
Objektif
3. Kadar glukosa (selimut
1. Suhu tubuh diatas
darah Hipotermia atau
nilai normal
4. Pengisian kapiler kompres dingin pada

5. Ventilasi dahi, leher, dada,


Tanda dan Gejala
6. Tekanan darah abdomen, aksila)
Minor
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai