Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN KRITIS

ASKEP

PNEUMOTORAKS

PADA COVID-19
OLEH KELOMPOK 1 AJ2 B24

Hakim Zulkarnain, S.Kep.Ns, MSC


anggota kelompok 1
1. Titien Mulyaningsih (132111123041)
2. Annisa Rohmatuzzahro (132111123044)
3. Sofia Maulida R. (132111123045)
4. Innani Mukaromah (132111123057)
5. Yuri Aulia Berliana F. (132111123069)
6. Athena Joanne Tarigan (132111123070)
7. Andi Zola Brillian (132111123076)

DEFINISI
COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus yang

menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada

manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran

pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom

Pernapasan Akut / Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS) (Ranggo & Bunga, 2020).


ETIOLOGI
Virus Corona menjadi penyebab dari muculnya penyakit Covid-19. Corona virus merupakan

virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo

Nidovirales, keluarga Coronaviridae. (Morfi et al., 2020).

TANDA DAN GEJALA


Menurut Sukmawati dan Yuniati 2020, tanda-tanda
Gejala lain ringan-sedang diantaranya :
dan gejala khas yang paling umum meliputi : Produksi Dahak (33,4%), Sesak Napas

1.Demam ≥ 38°C (87,9%) (18,6%), Sakit Tenggorokan ( 13,9%),

2.Batuk kering (67,7%) Sakit Kepala (13,6%), Mialgia atau

3.Kelelahan (38,1%) Arthralgia (14,8%), dan Menggigil (11,4%)


TANDA DAN GEJALA
Gejala berat :
1.Sesak Napas (18,6%)
2.Frekuensi Napas Lebih dari 30x/menit
3.Hipoxemia
(Sukmana & Yuniarti, 2020)
PATOFISIOLOGIS
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan

sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan

seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic yaitu virus yang

ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa pathogen dan

bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang

merupakan host yang biasa ditemukan 19 untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan

sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory

syndrome (MERS). Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa
hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari

PATOFISIOLOGIS
Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel

host diperantarai oleh Protein S yang ada di permukaan virus. Lima Protein S penentu utama dalam

menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan

reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE- 2 dapat ditemukan pada

mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usushalus, ususbesar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa,

hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.

Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan

transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap

selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas

kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke

saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut

meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul

penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana, 2020).


MEKANISME PENULARAN
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan melalui kontak

langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung

dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang

relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah (Ranggo &

Bunga, 2020)

KARAKTERISTIK KLINIS
Masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi dalam 3

hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis

utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang

terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu

minggu setelah onset penyakit


PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi : fototoraks, CT-scan toraks, USG toraks.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas

KOMPLIKASI
1Gangguan Ginjal Akut, Jejas Kardiak, Disfungsi Hati, Pneumotoraks,

Syok Sepsis, Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID), Rabdomiolisis,

Pneumomediastinum

PENCEGAHAN
Kemenkes RI dalam Health Line (2020)
1. Sering-Sering Mencuci Tangan
2. Hindari Menyentuh Area Wajah
3. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan
4. Jangan Berbagi Barang Pribadi
5. Etika ketika Bersin dan Batuk
6. Bersihkan Perabotan di Rumah
7. Jaga Jarak Sosial
8. Hindari Berkumpul dalam Jumlah banyak
9. Mencuci Bahan Makanan
TATALAKSANA
1. Isolasi pada semua kasus. Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik

ringan maupun sedang.


2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien

dengan, distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama

sekitar 5L/menit dengan target SpO2 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan

≥ 92-95% pada pasien hamil


5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
(Yuliana, 2020)
TATALAKSANA
6. Terapi cairan Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Pasien

dengan SAR I harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan

terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring

keseimbangan cairan dan elektrolit


7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simptomatik Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan

lainnya jika memang diperlukan.


9. Pemberian kortiko steroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana

pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.


10. Observasi ketat
11. Pahami komorbid pasien
(Yuliana, 2020)
ASUHAN

KEPERAWATAN
1.1.1 Pengkajian
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien b.Penanggung Jawab / Keluarga
Nama : Ny. Y Nama : Tn. T
Umur : 57 Tahun Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Lamongan Alamat : Lamongan
2.Riwayat Kesehatan
PENGKAJIAN
a. Kesehatan Klien
1) Keluhan utama saat pengkajian
Gagal nafas akut
2) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien di bawa oleh ambulans dengan dokter. Pasien ditemukan di rumah dengan perifer
menurun secara signifikan dengan SpO2 43%, kemudian saturasi meningkat menjadi 86%
setelah pemberian oksigen dengan masker reservoir. Pasien mengeluh demam, batuk kering,
dispnea saat beraktivitas dan kelelahan, yang dimulai 3 hari sebelumnya, mengklaim bahwa,
pada malam sebelumnya, dispnea tiba-tiba memburuk dan nyeri dada anterior muncul.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien menderita hipertensi essensial
PENGKAJIAN
3. Riwayat Kesehatan Keluarga 4. Kesehatan Fungsional

1) Pengetahuan pasien tentang diet : Pasien mengatakan

mengetahui sedikit pantangan makanan yang harus dihindari,

tidak ada tapi masih sering melanggar pantangan karena tergiur.


2) Lain-lain: Pasien mengetahui tentang diit rendah lemak

dan garam.
5. Pemeriksaan Fisik
PENGKAJIAN
4)Dada
a. Keadaan Umum a)Inspeksi : Pergerakan dinding dada menurun atau

1) Kesadaran : Compos Mentis tertinggal di salah satu sisi.


2) Tanda Vital : b)Auskultasi : penurunan bunyi nafas atau tidak ada sama

TD= 127/66 mmHg sekali pada sisi dada yang mengalami pneumothorax
Nadi = 109 x/mnt c)Perkusi : hipesonor
Suhu = 37,8 °C d)Palpasi : Tidak ada benjolan, simetris, tidak ada nyeri

RR = 34 x/mnt tekan.
e)paru-paru kolaps sebagian, jantung sedikit bergeser ke

b.Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal) kiri


1)Kulit f)infiltrat paru multipel bilateral dengan aspek groundglass

Kulit pucat berkeringat yang menempati sekitar 65% lapang paru


2)Kepala 5)Punggung
Bentuk mesocephal, bentuk simetris,tak ada benjolan, rambut
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.
pendek, hitam dan bersih. Mata ishokor, simetris, visus normal.

Telinga simetris dan bersih. 6)Abdomen


a)Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada

3)Leher kemerahan dan kekuningan, tidak ada bekas luka. Perut

Tidak ada benjolan di leher, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada
datar dan simetris.
bekas tidak ada lesi Tengkuk Tidak ada benjolan b)Auskultasi : Bising usus 18x/menit.
c)Perkusi : Terdengar redup, tidak ada hepatomegali
d)Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
5. Pemeriksaan Fisik
PENGKAJIAN
7) Panggul
Tidak ada nyeri panggul
8)Anus dan Rectum
Ny.Y mengatakan tidak pernah BAB darah dan tidak ada

benjolan di anus.
9)Genetalia
Tn.E mengatakan genetalianya bersih dan tidak ada sekret

yang keluar.
10) Ekstremitas
a)Atas
Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, tidak teraba

benjolan.
b)Bawah
Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak teraba

benjolan.
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
PRIORITAS DIAGNOSIS

KEP
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d dispnea dan

penurunan SpO2
2. Hipertermi b.b proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal
INTERVENSI KEP
INTERVENSI KEP
INTERVENSI KEP
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEP
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEP
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEP
TERIMA

KASIH!

Anda mungkin juga menyukai