Penjamu
Prepathogen
esis
Patogenesis
Masatunas
Lanjutan
Meniggal Sembuh
Subklinik
Klinik Jelas
Cacat
DIFTERI
Definisi
Difteri adalah suatu penyakit saluran nafas akut
syang sangat menular,diseabkan oleh
corinebacterium diphteria
Epidemiologi
Di Indonesisa, Tahun 2001 di Cianjur, Semarang,
Tasikmalaya, Garut, dan Jawa Timur dengan case
fatality rate (CFR) 11,7-31,9%.
Di Jawa Timur sejak tahun 2000-2011, tercatat
335 kasus dengan jumlah kematian 11 orang
Pada tanggal 10 Oktober 2011 Provinsi Jawa
Timur dinyatakan berstatus KLB.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi antara 1-5 hari
Penularan melalui saluran napas
Gejala
• perjalanan penyakit bersifat insidious (perlahan-
lahan)
demam, lesu,
nafsu makan menurun kemudian muncul gejala klinis
yang khas diantaranya; sekret hidung bercampur
darah (serosanguinus) kemudian mukopurulen,
membran putih keabu-abuan di tonsil/faring/laring
(psudomembran) yang bila dilepaskan akan
mengakibatkan perdarahan,
Lanjutan………………
limfadenitis servikalis dan submandibula
disertai dengan edema jaringan lunak leher
(bullneck),
Stridor akibat obstruksi jalan nafas atas.
Bervariasi dari asimtomatis (penderita sebagai
karier) sampai berat
Obstruksi jalan nafas atau adanya komplikasi
(miokarditis yang dapat menyebabkan
complete heart block,
Neuritis; paralisis palatum molle,
Paralisis okular,
Paralisis diafragma,
Paralisis ekstremitas,( gagal ginjal).
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang untuk isolasi C.
diphteriae,
bahan apusan dari bagian bawah tepi
pseudomem pemeriksaan preparat langsung
meskipun sangat jarang memberi hasil yang
positif.
diagnosis berdasarkan temuan klinis tanpa
menunggu konfirmasi pemeriksaan
laboratorium untuk menemukan kuman C.
diphteriae karena penundaan pengobatan
akan membahayakan jiwa pasien.
Pengobatan
menginaktivasi toksin yang belum terikat
secepatnya,
mengeliminasi C. diphteriae untuk mencegah
penularan, serta mengobati penyulit dan
infeksi penyerta.
pasien diisolasi selama kurang lebih 2-3
minggu (sampai masa akut terlampaui dan
biakan hapus tenggorok negatif 2 kali
berturut-turut),
dukungan nutrisi serta cairan yang baik.
Pengobatan khusus
(1) Anti Diphteria Serum (ADS) untuk menginaktivasi toksin
yang masih beredar dengan dosis sesuai lokasi membran
dan lama sakit,
(2) Antibiotik yang bertujuan untuk membunuh bakteri dan
menghentikan produksi toksin serta memutus rantai
penularan dengan Penisilin Prokain 50.000-100.000
IU/kgBB/hari selama 10 hari atau bila ada riwayat
hipersensitivitas pensilin, diganti dengan eritromisin 50
mg/kgBB/hari selama 5 hari,
(3) Kortikosteroid bila ada indikasi, yaitu pada keadaan
obstruksi jalan nafas atas serta miokarditis, Prednison 2
mg/kgBB/hari selam 2 minggu kemudian diturunkan
bertahap.
Prognosis
Bila antitoksin diberikan pada hari pertama,
angka kematian pada penderita kurang dari
1%,
penundaan lebih dari hari ke-6 akan
menyebabkan angka kematian meningkat
sampai 30%.
Pencegahan
Secara khusus dilakukan dengan
memberikan imunisasi DPT dan pengobatan
karier.
Imunisasi
Imunisasi DPT merupakan vaksin mati, untuk
mempertahankan kadar antibodi menetap
tinggi di atas ambang pencegahan,
Kelengkapan ataupun pemberian imunisasi
ulangan sangat diperlukan.
Imunisasi DPT lima kali harus dipatuhi
sebelum anak berumur 6 tahun.
Lanjutan…………………..
Apabila belum pernah mendapat DPT,
diberikan imunisasi primer DPT tiga kali
dengan interval masing-masing 4 minggu.
Apabila imunisasi belum lengkap segera
dilengkapi (lanjutkan dengan imunisasi yang
belum diberikan, tidak perlu diulang),
Yang telah lengkap imunisasi primer (< 1
tahun) perlu dilakukan imunisasi DPT ulangan
1x.
Pengobatan karier
Pengobatan yang diberikan adalah
Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan,
atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama
satu minggu.
PERTUSIS
Pengertian.
Pertusis adalah infeksi saluran
pernapasan akut berupa batuk yang
sangat berat atau batuk intensif. Nama
lain
Pertusis = tussis quinta = wooping
cough = batuk rejan = batuk seratus hari
Definisi
Pertusis adalah infeksi saluran
pernapasan akut berupa batuk yang
sangat berat atau batuk intensif.
Penyebab Pertusis :
Bordetella pertusis atau Hemopilus
pertusis suatu kuman yang kecil :
• Ukuran 0,5-1 um dengan diameter
0,2-0,3 um
• Ovoid kokobasil
• Tidak bergerak
Lanjut………………
• Gram negative
• Tidak berspora
• Berkapsul dapat dimatikan pada
pemanasan 50ºC
• Bertahan pada suhu tendah 0- 10ºC
Bordetella pertusis didapatkan dengan
melakukan swab pada daerah
nasofaring penderita pertusis yang
kemudian ditanam pada media agar
Bordet-Gengou.
Epidemiologi
Tersebar diseluruh dunia yang padat
penduduknya
Berupa endemic pada anak.
Paling menular dengan attack rate 80-100 %
pada penduduk yang rentan.
Bersifat endemic dengan siklus 3-4 tahun
antara juli sampai oktober sesudah akumulasi
kelompok rentan,
Lanjut
Menyerang semua golongan umur,
terbanyak anak umur , 1tahun,
perempuan lebih sering dari laki laki,
makin muda yang terkena pertusis makin
berbahaya.
Insiden puncak antara 1-5 tahun, dengan
persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4
tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun
lebih: 24% ( Amerika tahun 1993).
Lanjut………….
perempuan lebih sering dari laki laki,
makin muda yang terkena pertusis makin
berbahaya.
Insiden puncak antara 1-5 tahun, dengan
persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4
tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih:
24% ( Amerika tahun 1993).
Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 hari
Penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau
lebih
Terbagi dalam 3 stadium
1.Stadium kataralis
Lamanya 1-2 minggu.
Batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari.
Batuk-batuk
Makin lama makin bertambah berat dan terjadi
siang dan malam.
Pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai
infuenza.
2.Stadium spasmodik
Lamanya 2-4 minggu.
Minggu terakhirbatuk makin bertambah
berat
Penderita tampak berkeringat,
Pembuluh darah leher dan muka melebar.
Batuk berat hingga penderita tampak
gelisah
Muka merah dan sianotik.
Lanjut…………
Serangan batuk panjang, tidak ada inspirium
diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking).
Sering disertai muntah dan banyak sputum yang
kental.
Penyakit yang berat tampak pula perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena
meningkatnya tekanan
Waktu menangis dapat menimbulkan serangan
batuk. ringan tidak terdapat whoop,
Muntah atau batuk spasmodik.
3.Stadium konvalensi
Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh.
Minggu keempat jumlah dan beratnya
serangan batuk berkurang,
Muntah berkurang,
Nafsu makan pn timbul kembali.
Ronkhi difus yang terdapat pada stadium
spasmodik mulai menghilang.
Infeksi semacam “common cold” dapat
menimbulkan serangan batuk lagi.
Komplikasi
1.Alat pernafasan
Otitis media (sering pada bayi),
Bronkitis
Bronkopneumonia
Atelektasis (paru yang tidak mengembang)
yang disebabkan sumbatan mukus
emfisema (dapat juga terjadi emsifema
mediastinum ,leher, kulit pada kasus yang
berat), bronkiektasis,
Tuberkulosis yang sebelumnya telah ada
dapat menjadi bertambah berat
2.Alat pencernaan
Muntah-muntah yang berat
Prolapsus rektum atau hernia yang mungkin
timbul karena tingginya tekanan intra
abdominal,
ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok
pada gigi atau tergigit pada waktu serangan
batuk,
stomatitis.
3.Susunan saraf
Kejang dapat timbul karena gangguan
keseimbangan elektrolit akibat muntah-
muntah.
Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema
otak,
Mungkin pula terjadi perdarahan otak.
4.Lain-lain
Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti
epistaksis (keluar darah dari hidung )
Hemoptisis
perdarahan subkonjungtiva.
Terapi
• Antibiotika
1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari
dibagi dalam 4 dosis.
2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari,
dibagi dalam 4 dosis.
3. Rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Lanjutan……..
• Imunoglobulin
Belum ada penyesuaian faham mengenai
pemberian immunoglobulin pada stadium kataralis.
• Ekspektoransia dan mukolitik
• Kodein diberikan bila terdapat batuk batuk yang
hebat sekali.
• Luminal sebagai sedative.
• Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut
maupun kronik.
• Terapi suportif : atasi dehidrasi, berikan nutrisi
• Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah
obstruksi bronkus, mengurangi batuk paroksimal,
mengurangi lama whoop.
Prognosis
Bergantung kepada ada tidaknya komplikasi,
terutama komplikasi paru dan susunan saraf
pusat yang sangat berbahaya khususnya pada
bayi dan anak kecil. Dimana frekuensi komplikasi
terbanyak dilaporkan pada bayi kurang dari 6
bulan mempunyai mortalitas morbiditas yang
tinggi.
SEKIAN
DAN TERIMAKASIH
A. Pendahuluan
1. Tetanus adalah penyakit kekauan otot (spasme)
2. Peyebabnya Ekosotoksin (tetanospasmin)
3. Tetanus Neonatorum merupakan masalah di
negara berkembang terutama pelayanan bumil
dan imunisasi terbatas
4. WHO memperkirakan 500.000 kematian setiap
tahun di negara berkembang
5. Kematian akibat persalinan ditolong oleh non
nakes (dukun).
B. Epidemiologi
1. Di Indonesia insiden di perkotaan 6 – 7/1000
KH di pedesaan 11- 23/1000KH dengan
jumlah kematian ± 60.000 bayi setiap tahun
2. SKRT 1995 AKB 58/1000KH tetanus
menyumbang 50% kematian BBL
3. Kematian BBL 20 % kematian bayi dengan
tetanus
4. Akhir tahun 2003 Indonesia mencanagkan
eliminasi tetanus neonatorum (TN)
C. Etiologi
1. Penyebab :Clostridium tatani bakteri gram-
positif
2. Berbentuk batang berspora pada sisi ujungnya
3. Bersifat obligat anaerob yaitu berbentu
vegatatip pada lingkungan tanpa oksigen
4. Pada bentuk vegetatip bergerak aktif dengan
flagella serta menghasilakn eksotoksin
Lanjutan >>>>>>>>
5. Tahan pada perebusan,hancur pada pemanasan
otoklaf,kekeringan dan berbagai desinfektan
6. Spora dapat hidup bertahun-tahun
ditanah,debu,serbuk antiseptik bahkan pada
peralatan operasi
7.Bakteri hidup dalam habitat utamanya : tanah
yang mengandung kotoran ternak,kuda dan
hewan lainnya (daerah pertanian/peternakan
berisiko tinggi terhadap penyebaran penyakit
D. Penularan
Masuk melalui luka yang dalam dengan suasana anaerob
(tanpa oksigen) akibat dari :
1. Kecelakaan
2. Luka tusuk
3. Luka Operasi
4. Karies gigi
5. Radang telinga tengah
6. Pemotongan tali pusat
7. Masa inkubasi 5- 14 hari ( rata-rata 6 hari )
Paku terkontaminasi
Cara penularan
Toksin
Tetanospasmin
Luka / kerusakan
jaringan
Peredaran darah
sitem limpa
Kejang otot
E.Gejala dan Tanda
1. Kekakuan otot rahang hingga sukar membuka
mulut untuk makan/minum (trismus)
2. Pada neonatus sulit menyusu,
mulut mencucu sep mulut ikan
3. Sulit menelan,gelisah,
mudah terkena rangsang
Lanjutan >>>>>>>
4. Kekakuan otot tubuh(punggung
leher,dan badan)
hinggga tubuh
dapatmelengkung
seperti busur
5. Kekakuan otot perut
6. Kejang-kejang
F. Pengobatan
1. Penemuan kasus segera dirujuk karena
berpengaruh terhadap angka kematian
2. Pemberian antibiotik:penisilin,tetrasiklin
3. Pemberian anti kejang
4. Perawatan luka atau penyakit penyebab
infeksi
5. Pemberian ATS
PENATALAKSANAAN
A. Umum
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya
Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan
tergantung kemampuan membuka mulut dan
menelan.
Bila ada trismus, makanan diberikan personde atau
parental
Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara
dan tindakan terhadap pasien
Oksigen,
pernafasan buatan trakeotomi bila perlu
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
B, Trakeostomi
Trakeostomi mempunyai peran penting dalam
penetalaksanaan tetanus.melindungi terhadap
pencekikan akibat laringospasme,
mengurangi risiko aspirasi dan mempermudah
bantuan ventilasi mekanik. Walaupun sebagian besar
penderita tetanus ringan ataupun berat harus
dianggap sebagai calon trakeostomi,
alat-alat yang dibutuhkan harus tersedia disamping
tempat tidur. Bila sekresi berlebihan atau pernafasan
terancam, maka kebutuhan trakeostomi harus dikenal
dini.
bila mungkin trakeostomi harus segera dilakukan
terencana bukan sebagai tindakan gawat darurat.
G. Pencegahan
1. Imunisasi aktif dengan toksoid WUS 5 kali
sebelum hamil memberi perlindungan 25
tahun
2. Perawatan luka pemberian hidrogen
peroksida (H2O2) untuk oksigenasi luka di
jaringan tubuh
3. Persalinan yang bersih dengan 3 bersih yaitu :
bersih tempat,alat dan tangan penolong
persalinan pada saat peotongan tali pusat.
H.Program Pembrantasan
1.Tujuan:
a. Tujuan Umum : Tercapainya target aternal
neonatal tetanus elimination (MNTE) disetiap
kabupaten/Kota pada akhir 2003 ditunda 2005.
b. Tujuan Khusus :
1.Semua Wus Kab risiko tinggi mendapat TT 5
dosis
2. Semua wus di SMA ,T4 kerja mendapat TT 5
dosis .
I. Kebijakan
a. Imunisasi TT pada wus memberi
perlindungan seumur hidup
b. Imunisasi TT Wus dilaksanakan terpadu lintas
program
c. Kegiatan akselerasi imunisasi kab/kota
dihentikan bila status 5 dosis mencapai > 80%
d. Pemberian TT dilakukan menurut hasil
skrining status TT.
. Y.Starategi
a. TT wus prioritas didaerah berisiko
b. Diaarahkan pada wus yang berkelompok
(pada industri,perdangan,perkembunan)
c. Imunisasi TT pada anak SMA
d. TT catin Bumil diteruskan
e. Promosi kesehatan .
K. Kegiatan
a. Pertemuan lintas sektor
b. Pendataan semua wus berusia 15- 39 tahun
c. Pemetaan dengan sistem skoring
d. Pembuatan jadwal pelaksanaan imunisasi (
januari –Februari )
e. Pelaksanaan imunisasi
POLIO
Pengertian Polio
Polio atau poliomielitis : penyakit paralis atau
lumpuh yang disebabkan oleh poliovirus (PV)
Cara Penularan
Masuk melalui mulut ketika
makanan/minuman yang terkontaminasi
feses
Virus polio menyerang/merusak sistem
saraf
Penyebaran Polio
Polio disebar dalam cara "oral-fecal".
Infeksi dari orang ke orang terjadi dengan
kontak :
lendir,
dahak,
feces, yang terinfeksi
makanan dan air yang terkontaminasi oleh
feces dari individu lain yang terinfeksi.
GEJALA POLIO MENURUT JENIS POLIO
A.POLIO NON-PARALISIS
Demam
Muntah
Sakit Perut
Lesu dan sensitif
Kram otot pada leher dan punggung
Otot terasa lembek jika disentuh
B. POLIO PARALISIS SPINAL
Strain polio virus menyerang:
saraf tulang belakang
Menghancurkan sel tanduk anterior
Mengontrol pergerakan pada batang
tubuh,otot tungkai menyebabkan
kelumpuhan permanen sering ditemukan
pada kaki
B. POLIO PARALISIS SPINAL
Strain polio virus menyerang:
saraf tulang belakang
Menghancurkan sel tanduk anterior
Mengontrol pergerakan pada batang
tubuh,otot tungkai menyebabkan
kelumpuhan permanen sering ditemukan
pada kaki
C.POLIO BULBAR
Tidak ada kekebalan sehingga batak otak
terserang
Menyebakan kematian 50 % ketika otot
pernapasan tidak dapat bekerja
Kematian terjadi setelah kerusakan saraf
kranial yang berfungsi mengirim perintah
bernafasan ke-paru
MENGHINDARI POLIO
Melakukan vaksinasi sejak lahir sebanyak 4 kali
interval 6-8 minggu
Imunisasi ulangan pada usia 1, 5 tahun dan 15
tahun
Penyebaran Polio
Polio disebar dalam cara "oral-fecal". Infeksi dari orang ke orang terjadi dengan
kontak lendir, dahak, feces, yang terinfeksi atau dengan makanan dan air yang
terkontaminasi oleh feces dari individu lain yang terinfeksi.
HEPATITIS
Penyakit Hepatitis.
penyakit yang menyerang salah satu
organ penting dalam tubuh kita yaitu
organ hati.
Penyakit Hepatitis atau
penyakit kuning adalah segala
hal bentuk peradangan yang
menyerang organ tubuh yang
disebut dengan hati ataupun
liver.
Epidemiologi hepatitis B
Virus yang paling banyak menjangkiti manusia
adalah VHB,
Diperkirakan 1 dari 3 orang yang ada di bumi
pernah terinfeksi.
Sekitar 350 juta hidup dengan virus mengendap
pada tubuhnya dan berpotensi menulari orang
lain.
Sekitar 78% pengidap hepatitis menimpa
pendudukAsia dan pulau-pulau di daerah Pasifik.
Virus ini menyebabkan kematian sedikitnya
600.000 orang per tahun.
Penyakit Hepatitis terbagi dan dikategorikan
Hepatitis A,
Hepatitis B, dan C.
F. Komplikasi
1. Konjungtivitis
2. Bronhopeumoni
3. Radang telinga tengah
4. Peradangan Otak
G. Pencegahan
1. Imunisasi campak,efektif 9 bulan
2. Dosis 0,5cc (IM, Intra Cutan )
3. Memberi kekebalan 14 tahun
4. Untuk pengendalian cakupan imunisasi paling sedikit
80% perwilayah selama bertahun-tahun
Kegagalan imunisasi :
1. Kekebalan passif menetralisir vaksin yang diberikan
2. Kerusakan vaksin:penyimpanan,pengangkutan
,penggunaan diluar pedoman
H.Daerah rawan Campak
dikelompokkan :