Anda di halaman 1dari 106

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR (EPM)

BEBAN STUDI 2 SKS


OLEH ROSMIATI PAKKAN,S.Tr.Keb.,SKM.,M.Kes
Penyakit Menular adalah
penyakit yang disebabkan
oleh suatu microorganisme
atau toksinnya, yang
ditularkan dari penderita
atau reservoirnya kepada
manusia lain yang rentan
PM PTM

 Ditularkan melalui  Ditularkan melalui


media media
 Bersifat akut  Bersifat tidak akut
( mendadak) bisa ( mendadak) bisa
menyebabkan  Kesakitan dan
wabah kematian relative
 Kesakitan dan tinggi dan singkat
kematian relative  Negara maju
tinggi dan singkat
 Negara berkembang
• Penyakit hasil dari perpaduan faktor yang
mempengaruhi yaitu :
A. Lingkungan (Environment)
B. Agen penyebab penyakit
• (agent)
C. Penjamu ( host)
Ketiga faktor ini disebut :
Segi tiga epidemiologi
A.Lingkungan terbagi 2 yi :
fisik dan Non fisik
1.Fisik:
a. Keadaan geogravis
dataran tinggi/rendah
b.Kelembaban udara
c.Tempratur
d.Lingkungan tepat tingg
• . Lingkungan non fisik
a. Sosial (pendidikan,pekerjaan).
b. Budaya (adat,kebiasaan turun temurun)
c. Ekonomi (kebijakan mikro,dan lokal )
d. Politik ( suksesi kepemimpinan
mempengaruhi kebijakan P3
B. Agen Penyebab Penyakit
a. Bahan kimia
b. Mekanik
c. Agen biologis : infeksi bakteri,virus,paraasit
atau jamur
 Sifat agen penyakit : Virulensi
• Virulensi : kemampuan atau keganasan suatu
agen penyebab penyakit untuk menimbulkan
kerusakan pada sasaran
• Mengukur virulesnsi agent: derajad kerusakan
yang ditimbulkan. Mis penyakit SARS atau Flu
burung
• Bakteri membelah diri dua setiap 20 menit
• Dalam waktu tujuh jam > 2.000.000
Metode Penularan Penyakit
• Pnyakit pada manusia masuk melalui :
mulut,hidung,kulit dan telinga
1. Kontak langsung
2. Udara
3. Makanan dan minuman
4. Vektor
Penyakit menular yang dapat dicegah
dengan Imunisasi (PD3i)
1. Penyakit Campak dan HIV AIDS
2. Penyakit Pertusis dan Difteri
3. Penyakit Polio dan Hepatitis
4. Tetanus dan Imunisasi.
MANIFESTASI KLINIK PENYAKIT MENULAR
 Manifestasi Klinik sebagai hasil proses penyakit
pada individu mulai gejala tidak tampak
(Inappparent Infection ) sampai berat disertai
komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal
 Penyakit menular berat : CFR Tinggi atau sembuh
disetai gejala sisa
• CFR (Case Fataliti Rate ) Kematian penyakit
tertentu dibagi dengan jumlah penderita penyakit
gejala yang jelas
• Mortality rate : Jumlah Kematian penyakit
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang risk
terhadap penyakit tersebut.
Proses Kejadian Penyakit

Penyebab Lingkungan Pejamu

Penjamu
Prepathogen
esis

Patogenesis

Masatunas
Lanjutan
Meniggal Sembuh

Subklinik

Klinik Tidak Jelas

Klinik Jelas

Klinik Berat + Komplikasi

Cacat
DIFTERI
Definisi
Difteri adalah suatu penyakit saluran nafas akut
syang sangat menular,diseabkan oleh
corinebacterium diphteria
Epidemiologi
 Di Indonesisa, Tahun 2001 di Cianjur, Semarang,
Tasikmalaya, Garut, dan Jawa Timur dengan case
fatality rate (CFR) 11,7-31,9%.
 Di Jawa Timur sejak tahun 2000-2011, tercatat
335 kasus dengan jumlah kematian 11 orang
 Pada tanggal 10 Oktober 2011 Provinsi Jawa
Timur dinyatakan berstatus KLB.
Manifestasi Klinis
 Masa inkubasi antara 1-5 hari
 Penularan melalui saluran napas
 Gejala
• perjalanan penyakit bersifat insidious (perlahan-
lahan)
 demam, lesu,
 nafsu makan menurun kemudian muncul gejala klinis
yang khas diantaranya; sekret hidung bercampur
darah (serosanguinus) kemudian mukopurulen,
membran putih keabu-abuan di tonsil/faring/laring
(psudomembran) yang bila dilepaskan akan
mengakibatkan perdarahan,
Lanjutan………………
 limfadenitis servikalis dan submandibula
disertai dengan edema jaringan lunak leher
(bullneck),
 Stridor akibat obstruksi jalan nafas atas.
 Bervariasi dari asimtomatis (penderita sebagai
karier) sampai berat
 Obstruksi jalan nafas atau adanya komplikasi
(miokarditis yang dapat menyebabkan
complete heart block,
 Neuritis; paralisis palatum molle,
 Paralisis okular,
 Paralisis diafragma,
 Paralisis ekstremitas,( gagal ginjal).
Diagnosis
 Pemeriksaan penunjang untuk isolasi C.
diphteriae,
 bahan apusan dari bagian bawah tepi
pseudomem pemeriksaan preparat langsung
meskipun sangat jarang memberi hasil yang
positif.
 diagnosis berdasarkan temuan klinis tanpa
menunggu konfirmasi pemeriksaan
laboratorium untuk menemukan kuman C.
 diphteriae karena penundaan pengobatan
akan membahayakan jiwa pasien.
Pengobatan
 menginaktivasi toksin yang belum terikat
secepatnya,
 mengeliminasi C. diphteriae untuk mencegah
penularan, serta mengobati penyulit dan
infeksi penyerta.
 pasien diisolasi selama kurang lebih 2-3
minggu (sampai masa akut terlampaui dan
biakan hapus tenggorok negatif 2 kali
berturut-turut),
 dukungan nutrisi serta cairan yang baik.
Pengobatan khusus
(1) Anti Diphteria Serum (ADS) untuk menginaktivasi toksin
yang masih beredar dengan dosis sesuai lokasi membran
dan lama sakit,
(2) Antibiotik yang bertujuan untuk membunuh bakteri dan
menghentikan produksi toksin serta memutus rantai
penularan dengan Penisilin Prokain 50.000-100.000
IU/kgBB/hari selama 10 hari atau bila ada riwayat
hipersensitivitas pensilin, diganti dengan eritromisin 50
mg/kgBB/hari selama 5 hari,
(3) Kortikosteroid bila ada indikasi, yaitu pada keadaan
obstruksi jalan nafas atas serta miokarditis, Prednison 2
mg/kgBB/hari selam 2 minggu kemudian diturunkan
bertahap.
Prognosis
 Bila antitoksin diberikan pada hari pertama,
angka kematian pada penderita kurang dari
1%,
 penundaan lebih dari hari ke-6 akan
menyebabkan angka kematian meningkat
sampai 30%.
Pencegahan
Secara khusus dilakukan dengan
memberikan imunisasi DPT dan pengobatan
karier.
Imunisasi
 Imunisasi DPT merupakan vaksin mati, untuk
mempertahankan kadar antibodi menetap
tinggi di atas ambang pencegahan,
 Kelengkapan ataupun pemberian imunisasi
ulangan sangat diperlukan.
 Imunisasi DPT lima kali harus dipatuhi
sebelum anak berumur 6 tahun.
 Lanjutan…………………..
 Apabila belum pernah mendapat DPT,
diberikan imunisasi primer  DPT tiga kali
dengan interval masing-masing 4 minggu.
 Apabila imunisasi belum lengkap segera
dilengkapi (lanjutkan dengan imunisasi yang
belum diberikan, tidak perlu diulang),
 Yang telah lengkap imunisasi primer (< 1
tahun) perlu dilakukan imunisasi DPT ulangan
1x.
Pengobatan karier
Pengobatan yang diberikan adalah
Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan,
atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama
satu minggu.
PERTUSIS
Pengertian.
 Pertusis adalah infeksi saluran
pernapasan akut berupa batuk yang
sangat berat atau batuk intensif. Nama
lain
 Pertusis = tussis quinta = wooping
cough = batuk rejan = batuk seratus hari
 Definisi
Pertusis adalah infeksi saluran
pernapasan akut berupa batuk yang
sangat berat atau batuk intensif.
Penyebab Pertusis :
 Bordetella pertusis atau Hemopilus
pertusis suatu kuman yang kecil :
• Ukuran 0,5-1 um dengan diameter
0,2-0,3 um
• Ovoid  kokobasil
• Tidak bergerak
Lanjut………………
• Gram negative
• Tidak berspora
• Berkapsul dapat dimatikan pada
pemanasan 50ºC
• Bertahan pada suhu tendah 0- 10ºC
 Bordetella pertusis didapatkan dengan
melakukan swab pada daerah
nasofaring penderita pertusis yang
kemudian ditanam pada media agar
Bordet-Gengou.
 Epidemiologi
 Tersebar diseluruh dunia yang padat
penduduknya
 Berupa endemic pada anak.
 Paling menular dengan attack rate 80-100 %
pada penduduk yang rentan.
 Bersifat endemic dengan siklus 3-4 tahun
antara juli sampai oktober sesudah akumulasi
kelompok rentan, 
Lanjut
 Menyerang semua golongan umur,
terbanyak anak umur , 1tahun,
 perempuan lebih sering dari laki laki,
 makin muda yang terkena pertusis makin
berbahaya.
 Insiden puncak  antara 1-5 tahun, dengan
 persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4
tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun
lebih: 24% ( Amerika tahun 1993).
Lanjut………….
 perempuan lebih sering dari laki laki,
 makin muda yang terkena pertusis makin
berbahaya.
 Insiden puncak  antara 1-5 tahun, dengan
 persentase kurang dari satu tahun : 44%, 1-4
tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih:
24% ( Amerika tahun 1993).
 Manifestasi Klinis
 Masa tunas 7-14 hari
 Penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau
lebih
 Terbagi dalam 3 stadium
 1.Stadium kataralis
 Lamanya 1-2 minggu.
 Batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari.
Batuk-batuk
 Makin lama makin bertambah berat dan terjadi
siang dan malam.
 Pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai
infuenza.
2.Stadium spasmodik
 Lamanya 2-4 minggu.
 Minggu terakhirbatuk makin bertambah
berat
 Penderita tampak berkeringat,
 Pembuluh darah leher dan muka melebar.
Batuk berat hingga penderita tampak
gelisah
 Muka merah dan sianotik.
Lanjut…………
 Serangan batuk panjang, tidak ada inspirium
diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking).
 Sering disertai muntah dan banyak sputum yang
kental.
 Penyakit yang berat tampak pula perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena
meningkatnya tekanan
 Waktu menangis dapat menimbulkan serangan
batuk. ringan tidak terdapat whoop,
 Muntah atau batuk spasmodik.
3.Stadium konvalensi
 Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh.
 Minggu keempat jumlah dan beratnya
serangan batuk berkurang,
 Muntah berkurang,
 Nafsu makan pn timbul kembali.
 Ronkhi difus yang terdapat pada stadium
spasmodik mulai menghilang.
 Infeksi semacam “common cold” dapat
menimbulkan serangan batuk lagi.
Komplikasi
1.Alat pernafasan
 Otitis media (sering pada bayi),
 Bronkitis
 Bronkopneumonia
 Atelektasis (paru yang tidak mengembang)
yang disebabkan sumbatan mukus
 emfisema (dapat juga terjadi emsifema
mediastinum ,leher, kulit pada kasus yang
berat), bronkiektasis,
 Tuberkulosis yang sebelumnya telah ada
dapat menjadi bertambah berat
2.Alat pencernaan
 Muntah-muntah yang berat
 Prolapsus rektum atau hernia yang mungkin
timbul karena tingginya tekanan intra
abdominal,
 ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok
pada gigi atau tergigit pada waktu serangan
batuk,
 stomatitis.
3.Susunan saraf
 Kejang dapat timbul karena gangguan
keseimbangan elektrolit akibat muntah-
muntah.
 Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema
otak,
 Mungkin pula terjadi perdarahan otak.
4.Lain-lain
 Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti
epistaksis (keluar darah dari hidung )
 Hemoptisis
 perdarahan subkonjungtiva.
Terapi
• Antibiotika
1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari
dibagi dalam 4 dosis.
2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari,
dibagi dalam 4 dosis.
3. Rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan
tetrasiklin.
Lanjutan……..
• Imunoglobulin
Belum ada penyesuaian faham mengenai
pemberian immunoglobulin pada stadium kataralis.
• Ekspektoransia dan mukolitik
• Kodein diberikan bila terdapat batuk batuk yang
hebat sekali.
• Luminal sebagai sedative.
• Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut
maupun kronik.
• Terapi suportif : atasi dehidrasi, berikan nutrisi
• Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah
obstruksi bronkus, mengurangi batuk paroksimal,
mengurangi lama whoop.
Prognosis
Bergantung kepada ada tidaknya komplikasi,
terutama komplikasi paru dan susunan saraf
pusat yang sangat berbahaya khususnya pada
bayi dan anak kecil. Dimana frekuensi komplikasi
terbanyak dilaporkan pada bayi kurang dari 6
bulan mempunyai mortalitas morbiditas yang
tinggi.
SEKIAN
DAN TERIMAKASIH
A. Pendahuluan
1. Tetanus adalah penyakit kekauan otot (spasme)
2. Peyebabnya Ekosotoksin (tetanospasmin)
3. Tetanus Neonatorum merupakan masalah di
negara berkembang terutama pelayanan bumil
dan imunisasi terbatas
4. WHO memperkirakan 500.000 kematian setiap
tahun di negara berkembang
5. Kematian akibat persalinan ditolong oleh non
nakes (dukun).
B. Epidemiologi
1. Di Indonesia insiden di perkotaan 6 – 7/1000
KH di pedesaan 11- 23/1000KH dengan
jumlah kematian ± 60.000 bayi setiap tahun
2. SKRT 1995 AKB 58/1000KH tetanus
menyumbang 50% kematian BBL
3. Kematian BBL 20 % kematian bayi dengan
tetanus
4. Akhir tahun 2003 Indonesia mencanagkan
eliminasi tetanus neonatorum (TN)
C. Etiologi
1. Penyebab :Clostridium tatani bakteri gram-
positif
2. Berbentuk batang berspora pada sisi ujungnya
3. Bersifat obligat anaerob yaitu berbentu
vegatatip pada lingkungan tanpa oksigen
4. Pada bentuk vegetatip bergerak aktif dengan
flagella serta menghasilakn eksotoksin
Lanjutan >>>>>>>>
5. Tahan pada perebusan,hancur pada pemanasan
otoklaf,kekeringan dan berbagai desinfektan
6. Spora dapat hidup bertahun-tahun
ditanah,debu,serbuk antiseptik bahkan pada
peralatan operasi
7.Bakteri hidup dalam habitat utamanya : tanah
yang mengandung kotoran ternak,kuda dan
hewan lainnya (daerah pertanian/peternakan
berisiko tinggi terhadap penyebaran penyakit
D. Penularan
Masuk melalui luka yang dalam dengan suasana anaerob
(tanpa oksigen) akibat dari :
1. Kecelakaan
2. Luka tusuk
3. Luka Operasi
4. Karies gigi
5. Radang telinga tengah
6. Pemotongan tali pusat
7. Masa inkubasi 5- 14 hari ( rata-rata 6 hari )
Paku terkontaminasi
Cara penularan

Toksin
Tetanospasmin

Luka / kerusakan
jaringan

Peredaran darah
sitem limpa

Kejang otot
E.Gejala dan Tanda
1. Kekakuan otot rahang hingga sukar membuka
mulut untuk makan/minum (trismus)
2. Pada neonatus sulit menyusu,
mulut mencucu sep mulut ikan
3. Sulit menelan,gelisah,
mudah terkena rangsang
Lanjutan >>>>>>>
4. Kekakuan otot tubuh(punggung
leher,dan badan)
hinggga tubuh
dapatmelengkung
seperti busur
5. Kekakuan otot perut
6. Kejang-kejang
F. Pengobatan
1. Penemuan kasus segera dirujuk karena
berpengaruh terhadap angka kematian
2. Pemberian antibiotik:penisilin,tetrasiklin
3. Pemberian anti kejang
4. Perawatan luka atau penyakit penyebab
infeksi
5. Pemberian ATS
PENATALAKSANAAN
A. Umum
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya
Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan
tergantung kemampuan membuka mulut dan
menelan.
Bila ada trismus, makanan diberikan personde atau
parental
Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara
dan tindakan terhadap pasien
Oksigen,
pernafasan buatan trakeotomi bila perlu
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
B, Trakeostomi
 Trakeostomi mempunyai peran penting dalam
penetalaksanaan tetanus.melindungi terhadap
pencekikan akibat laringospasme,
 mengurangi risiko aspirasi dan mempermudah
bantuan ventilasi mekanik. Walaupun sebagian besar
penderita tetanus ringan ataupun berat harus
dianggap sebagai calon trakeostomi,
 alat-alat yang dibutuhkan harus tersedia disamping
tempat tidur. Bila sekresi berlebihan atau pernafasan
terancam, maka kebutuhan trakeostomi harus dikenal
dini.
 bila mungkin trakeostomi harus segera dilakukan
terencana bukan sebagai tindakan gawat darurat.
G. Pencegahan
1. Imunisasi aktif dengan toksoid WUS 5 kali
sebelum hamil memberi perlindungan 25
tahun
2. Perawatan luka pemberian hidrogen
peroksida (H2O2) untuk oksigenasi luka di
jaringan tubuh
3. Persalinan yang bersih dengan 3 bersih yaitu :
bersih tempat,alat dan tangan penolong
persalinan pada saat peotongan tali pusat.
H.Program Pembrantasan
1.Tujuan:
a. Tujuan Umum : Tercapainya target aternal
neonatal tetanus elimination (MNTE) disetiap
kabupaten/Kota pada akhir 2003 ditunda 2005.
b. Tujuan Khusus :
1.Semua Wus Kab risiko tinggi mendapat TT 5
dosis
2. Semua wus di SMA ,T4 kerja mendapat TT 5
dosis .
I. Kebijakan
a. Imunisasi TT pada wus memberi
perlindungan seumur hidup
b. Imunisasi TT Wus dilaksanakan terpadu lintas
program
c. Kegiatan akselerasi imunisasi kab/kota
dihentikan bila status 5 dosis mencapai > 80%
d. Pemberian TT dilakukan menurut hasil
skrining status TT.
. Y.Starategi
a. TT wus prioritas didaerah berisiko
b. Diaarahkan pada wus yang berkelompok
(pada industri,perdangan,perkembunan)
c. Imunisasi TT pada anak SMA
d. TT catin Bumil diteruskan
e. Promosi kesehatan .
K. Kegiatan
a. Pertemuan lintas sektor
b. Pendataan semua wus berusia 15- 39 tahun
c. Pemetaan dengan sistem skoring
d. Pembuatan jadwal pelaksanaan imunisasi (
januari –Februari )
e. Pelaksanaan imunisasi
POLIO
Pengertian Polio
Polio atau poliomielitis : penyakit paralis atau
lumpuh yang disebabkan oleh poliovirus (PV)
Cara Penularan
 Masuk melalui mulut ketika
makanan/minuman yang terkontaminasi
feses
 Virus polio menyerang/merusak sistem
saraf
Penyebaran Polio
Polio disebar dalam cara "oral-fecal".
 Infeksi dari orang ke orang terjadi dengan
kontak :
lendir,
dahak,
feces, yang terinfeksi
makanan dan air yang terkontaminasi oleh
feces dari individu lain yang terinfeksi.
GEJALA POLIO MENURUT JENIS POLIO
A.POLIO NON-PARALISIS
Demam
Muntah
Sakit Perut
Lesu dan sensitif
Kram otot pada leher dan punggung
Otot terasa lembek jika disentuh
B. POLIO PARALISIS SPINAL
 Strain polio virus menyerang:
 saraf tulang belakang
 Menghancurkan sel tanduk anterior
 Mengontrol pergerakan pada batang
tubuh,otot tungkai menyebabkan
kelumpuhan permanen sering ditemukan
pada kaki
B. POLIO PARALISIS SPINAL
 Strain polio virus menyerang:
 saraf tulang belakang
 Menghancurkan sel tanduk anterior
 Mengontrol pergerakan pada batang
tubuh,otot tungkai menyebabkan
kelumpuhan permanen sering ditemukan
pada kaki
C.POLIO BULBAR
 Tidak ada kekebalan sehingga batak otak
terserang
 Menyebakan kematian 50 % ketika otot
pernapasan tidak dapat bekerja
 Kematian terjadi setelah kerusakan saraf
kranial yang berfungsi mengirim perintah
bernafasan ke-paru
MENGHINDARI POLIO
 Melakukan vaksinasi sejak lahir sebanyak 4 kali
interval 6-8 minggu
 Imunisasi ulangan pada usia 1, 5 tahun dan 15
tahun
Penyebaran Polio
Polio disebar dalam cara "oral-fecal". Infeksi dari orang ke orang terjadi dengan
kontak lendir, dahak, feces, yang terinfeksi atau dengan makanan dan air yang
terkontaminasi oleh feces dari individu lain yang terinfeksi.
HEPATITIS
Penyakit Hepatitis.
 penyakit yang menyerang salah satu
organ penting dalam tubuh kita yaitu
organ hati.
 Penyakit Hepatitis atau
penyakit kuning adalah segala
hal bentuk peradangan yang
menyerang organ tubuh yang
disebut dengan hati ataupun
liver.
Epidemiologi hepatitis B
 Virus yang paling banyak menjangkiti manusia
adalah VHB,
 Diperkirakan 1 dari 3 orang yang ada di bumi
pernah terinfeksi.
 Sekitar 350 juta hidup dengan virus mengendap
pada tubuhnya dan berpotensi menulari orang
lain.
 Sekitar 78% pengidap hepatitis menimpa
pendudukAsia dan pulau-pulau di daerah Pasifik.
 Virus ini menyebabkan kematian sedikitnya
600.000 orang per tahun.
Penyakit Hepatitis terbagi dan dikategorikan
 Hepatitis A,
 Hepatitis B, dan C.

Beberapa penyebab hepatitis dan serta pemicu


timbulnya penyakit hepatitis.
Virus hepatitis A
Virus Hepatitis B
Virus Hepatitis C.
Efek samping konsumsi obat-obatan.
• Gangguan metabolisme.
•Penyakit autoimun.
•Konsumsi alkohol secara berlebihan.
•Hingga faktor lemak yang berlebihan (obesitas)
Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama,
 Kuning
 Keletihan,
 Demam,
 Hilang selera makan,
 Muntah-muntah,
 Pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat.
 Demam yang terjadi adalah demam yang terus
menerus,
 Demam tidak seperti pada demam berdarah,
tbc, thypus, dll.
Gejala Hepatitis B
Hepatitis B yang akut :
 Demam,
 Sakit perut dan kuning (terutama pada area
mata yang putih/sklera).
 Hepatitis B kronik akan cenderung tidak
tampak tanda-tanda tersebut, sehingga
penularan kepada orang lain menjadi lebih
beresiko.
 Gejala Hepatitis C
 tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah
terjadi bertahun-tahun lamanya.
 Lelah,
 Hilang selera makan,
 Sakit perut,
 Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi
kuning yang disebut “jaundice” (jarang terjadi).
 Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan
enzyme hati pada pemeriksaan urine,
 Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi
bahkan normal.
Cara Penularan Hepatitis
1. Hepatitis A
 Terdapat pada kotoran penderitanya.
 Virus dapat hidup pada air atau es batu.
 Cara penyebaran virus ini adalah karena
meminum air yang tercemar VHA.
 Bisa juga karena mengkonsumsi makanan  yang
tidak dimasak dengan benar
 virus tetap hidup pada makanan atau karena
orang yang mempersiapkan ,tidak terbiasa cuci
tangan dengan benar ,tangannya terdapat virus
hepatitis A.
 Tidak mencuci tangan sehabis menggunakan
toilet juga menyebabkan virus ada pada kotoran
manusia ini akhirnya berpindah.
2. Hepatitis B
 Penularan melalui darah atau cairan tubuh seperti air
liur,
 cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran
darah orang sehat
 Tranfusi darah, darah pada pisau cukur, perawatan
gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum tato .
 noda darah yang sudah mengering dapat menulari
orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada
suatu benda.
 terbawa dari sejak kandungan dari seorang ibu yang
terinfeksi dan karena hubungan seks.
3. Hepatitis C
Pengindap hepatitis C biasanya ditularkan
dengan cara yang hampir sama dengan
penularan hepatitis B, tetapi pada
kebanyakan orang adalah karena jarum
suntik
Penanganan Hepatitis C
 Perawatan dini harus segara dilakukan agar
penderita dapat disembuhkan,karena
 Semakin lambat ditangani, virus akan
semakin merusak hati dan bahkan menjadi
kanker.
 Kadangkala tidak menampakkan gejala
yang jelas,
 Kebanyakan orang tidak menyadari kalau
dalam tubuhnya sudah
berdiam virus hepatitis dan terlanjur hati
sudah terganggu
• EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT CAMPAK
A. Pendahuluan
1. Campak : Penyakit akut yang sangat menular
disebabkan oleh virus
2. Campak = Rubeola,morbilli, atau measles
3. Gejala awal demam,batuk,pilek dan konjungtivitis
dan diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit
(rash)
4. Dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan
neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis)
B. Epidemiologi
1. Campak di negara berkembang penyakit endemik
2. Angka kesakitan mencapai 5-10kasus/10.000
3. Jumlah kematian 1-3 kasus /1000 orang
4. Campak masih ditemukan di negara maju
5. Di Indonesia campak urutan ke 5 dari 10 penyakit
pada bayi-anak (1-4 tahun)
6. Tercatat 30.000 kasus pertahun
7. Menyerang anak usia 5 – 10 tahun sebelum
peggunaan vaksin campak
C. Etiologi
1. Campak disebabkan oleh virus campak
2. Virus aktif ditemukan pada sekret nasofaring,darah,air
seni dalam waktu 34 jam pada suhu kamar
3. Virus bertahan beberapa hari pada suhu 0 C 15
minggu pada sediaan beku
4. Virus mudah mati pada suhu kamarpun
5. Virus kehilangan efektifitasnya 60% 3-5 hari
6. Mudah hancur oleh sinar ultraviolet
D.Penularan
1. Mudah menular,virulensinya sangat tinggi terutama anak yg
rentan kontak keluarga
2. Anak rentan 90% tertular dengan kontak keluarga
3. Melalui droplet diudara oleh penderita 1hari sebelum timbul
gejala klinis
4. Masa inkubasi 10-12 hari
5. Bumil yang menderita menurunkan kekebalan pada janin yang
dikandungnya
6. Kekebalan bertahan sampai anak usia 4-6 bulan
7. Bayi 9 bulan membentuk antibodinya
E. Gejala dan Tanda
1. Setelah 10 hari infeksi akan muncul dema tinggi,batuk
peradangan pada mata
2. Gejala dikategorikan 3 stadium :
a. Stadium masa inkubasi 10 – 12 hari
b. Stadium masa prodromal:demam ringan sampai
sedang,batuk makin berat,peradangan mata bercak
putih pada mucosa pipi
c. Staadiu akhir:demam tinggi,ruam kemerahan dimulai
belakang telinga,leher,muka,tubuh,anggota gerak
Lanjutan >>>>>>>
Dua hari kemudian : suhu menurun,gejala mereda,ruam kulit
hiperpigmentasi dan mungkin mengelupas, penderita sehat
bila tidak ada komplikasi.

F. Komplikasi
1. Konjungtivitis
2. Bronhopeumoni
3. Radang telinga tengah
4. Peradangan Otak
G. Pencegahan
1. Imunisasi campak,efektif 9 bulan
2. Dosis 0,5cc (IM, Intra Cutan )
3. Memberi kekebalan 14 tahun
4. Untuk pengendalian cakupan imunisasi paling sedikit
80% perwilayah selama bertahun-tahun
 Kegagalan imunisasi :
1. Kekebalan passif menetralisir vaksin yang diberikan
2. Kerusakan vaksin:penyimpanan,pengangkutan
,penggunaan diluar pedoman
H.Daerah rawan Campak
dikelompokkan :

1. Daerah reservoir: Desa yang tiga


tahun berturut-turut terdapat kasus
campak
2. Daerah kantung : Desa dengan
cakupan imunisasi campak < 80 %
selama 3 tahun terakhir .
Diare
A.Definisi Diare :
 Perubahan frekuensi dan konstitensi tinja
 WHO 1984 Berak cair tiga kali atau lebih
dalam sehari semalam ( 24 jam )
 Istilah Untuk Ibu Lembek
,cair,berdarah,berlendir atau dengan muntah (
MUNTABER )
• Diare dibedakan berdasarkan waktu
1. Diare akut ( , 2 minggu )
2. Diare Kronik ( . 2 Minggu )
C. Epidemiologi
1. Angka Kesakitan dan Kematian
Tahun Angka CFR ( % )
Kesakitan
•1995 24,26 0,021
1996 23,57 0,019
1997 26,20 0,012
1998 25,30 0,009
1999 26,13 0,006
2. Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Tahun Penderita Meninggal CFR ( % )

1996 6.139 161 2,62

1997 17890 184 1,08

1998 11818 275 2,33

1999 5159 76 1,47

2000 5680 109 1,92


D.Etiologi
1. Virus : rota Virus (40-60%). Adenovirus
2. Bakteri : escherichis Coli (20-30 %),Shigella sp. (1-
2%), Vibrio Cholerae, dan lain-lain.
3. Parasit : Entamoeba Histolyca (<1%), Giaria
Lamblia dapat di
4. Keracunan Makananan
5. Malaborpsi: Karbohidrat,lemak dan protein
6. Alergi :makananan , susu sapi
7. Immunodefisiensi : AIDS
E. PENULARAN
Penyakit diare sebagian besar (75%) di sebabkan oleh kuman
seperti virus dan bakteri, Penularan diare melalui orafekal terjadi
dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Melalui ari yang merupakan media penularan utama.
2. Melalui tinja terinfeksi
3. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :
a. Pada usia 4 bulan tidak di beri asi eksklusif lagi
b. Memberikan susu forrmua dalam botol kepada bayi
c. Menyimpan makanan pada suhu kamar
d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak ,makan ataru
sesudah BAB
Gambar penularan
F. Gejala dan tanda
1. Gejala Umum
a) Berak cair atau lembek
b) Muntah, Biasa mentenyerupai diare pada
gastroenteritis akut
c) Demam, dapat mendahului atau tidak gejala
diare
d) Gejala Dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan
kulit menurun, apatis, bahkan gelisah
Lanjutan……
2. Gejala spesifik
a) Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti air cucian
beras dan berbau amis
b) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan
a. Dehidrasi (kekurangan Cairan )
b. Gangguan sirkulasi
c. Gangguan asam basa (asidosis)
D. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah )
e. Gangguan Gizi
G. Pengobatan
1. Tanpa Dehidrasi :
1) Meberikan anak lebih banyak cairan
2) Memberikan makanan terus- menerus
3) Membawa ke petugas kesehatan bila
anak tidak membaik dalam tiga hari
2. Dehidrasi Ringan atau Sedang Dengan
Terapi B
1) Dehidrasi Ringan Hilangnya cairan
sampai 5 %
2) Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 6-
10 %
3) Dehidrasi ringan & Sedang terapi B
Terapi B Tiga jam Pertama
Usia 1 Thun 1–4 > 5 Tahun
Tahun
Jumlah 300 ml 600 ml 1200
Oralit

Setelah itu tambah setiap kali


Mencret
Usia , 1 Thun 1 – 4 Tahun
Jumlah Oralit 300 ml 600 ml
3. Dehdrasi Berat ,Dengan Terapi C
1) Tanda Dehidrasi Berat
a. Mencret terus – menerus > 10 kali
disertai muntah
b. Kehilangan cairan > 10 % diberi dengan
terapi C: perawatan di Puskesmas/RS
Untuk Infus RL ( Ringer Laktat )
Terapi C.
Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi
kesehatan, antara lain :
1. Menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak
berbau,dan tidak berasa)
2. Memasak air sampai mendidih sebelum
diminum untuk mematikan sebagian besar
kuman penyakit
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu
sesudah buang air besar
Lanjutan……
4. Memberi ASI pada anak sampai
berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat
6. MemBuang tinja bayi dan anak
dengan benar

Anda mungkin juga menyukai