Anda di halaman 1dari 21

Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA)
Nama Anggota Kelompok 8 :

1. Muhammad Rangga (P23133017070)


2.Reni Nadila (P21345120053)
3.Rizki Sugiyarto (P21345120057)
4.Wafiq Rizalatul M (P21345120070)
5.Wiwit Dwi Astuti P21345120072)
1. PENGERTIAN
• ISPA atau yang sering di sebut dengan infeksi pernafasan akut adalah
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran
napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya

• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat.

• ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak


bisa mendapatkan cukup oksigen karena infeksi yang terjadi dan kondisi
ini bisa berakibat fatal, bahkan mungkin mematikan.
2. FAKTOR
PENYEBAB
Bakteri Penyebab ISPA antara lain Virus penyebabnya antara lain
dari genus : golongan :
• Streptococcus • Micsovirus
• Stafilococcus • Adenovirus
• Pnemococcus • Coronavirus
• Hemofilus • Picornavirus
• Bordetella Corinebakterium. • Micoplasma
dan • Herpesvirus
3. PENULARAN
Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalui udara. Jasad renik yang
berada di udara akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan
menimbulkan infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang
kebetulan mengandung bibit peenyakit, baik yang sedang jatuh sakit maupun
karier. Jika jasad renik berasal dari tubuh manusia maka umumnya dikeluarkan
melalui sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva dan sputum. Penularan
juga dapat terjadi melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda asing yang
telah tercemar atau disentuh.
4. SUMBER DATA

a. Registrasi mortalitas
b. Laporan Morbiditas
c. Laporan Epidemi
d. Investigasi Laboratorium
e. Investigasi khusus individu
f. Investigasi lapangan epidemic
g. Survei
h. Studi reservoir binatang dan ditributor vector
i. Penggunaan biologis dan obat
j. Pengetahuan opulasi dan lingkungan
5. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Pengolahan datanya dilakukan dengan mencatat di dalam buku registrasi


kemudian di pindahkan ke dalam komputer untuk setiap kejadian

6. KEGUNAAN DATA SURVEILANS


a. Dapat mendeteksi kecenderungan perubahan kejadian penyakit tertentu
b. Dapat mendeteksi Kejadian Luar BIasa
c. Dapat memberi Perkiraan besarnya morbiditas dan mortalitas
d. Dapat merangsang dan mendorong untuk diadakan penelitian epidemiologis
e. Dapat mengidentifikasi faktor resiko yang beraikatan dengan kejadianpenyakit
f. Dapat memperhitungkan kemungkinan adanya efek atau pengaruh upaya
penanggulangan
g. Dapat memberi perbaikan dibidang klinis bagi pelaksanaan pelayanan
7. KLASIFIKASI

a. Pneumonia berat
b. Pneumonia
c. Bukan pneumonia

• Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan


untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
KLASIFIKASI ISPA
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
•• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis
atau meronta).
•• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
•• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
Untuk golongan umur 2 buan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:

• Tanda bahaya pada anak golongan umur < 2 bulan :


- Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam, dan dingin.
8. FAKTOR AGEN, HOST,
ENVEROMENTAL
Penyakit
 Faktor Ageninfeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan
oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 %
diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung
jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H
influenza sekitar 10-20%.

• Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini
melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut
(WHO, 1995).
Faktor host Faktor environment
a. Usia a. Rumah
b. Jenis kelamin b. Kepadatan hunian
c. Status gizi (crowded)
d. Status imunisasi c. Status sosioekonomi
e. Pemberian suplemen vitamin A d. Kebiasaan merokok
f. Pemberian air susu ibu (ASI) e. Polusi udara
9. RIWAYAT
ALAMIAH
• PRE-PATOGENESIS
1. Mengusahakan
Pencegahan agar anak memperoleh
Sekunder gizi yang baik.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak.
3. Rumah dengan ventilasi yang sempurna.
4. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap
5. bersih.
6. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
Pemberian vitamin A dan ASI pada bayi.
• FATOGENNESIS

Pencegahan
Sekunder

Diagnosa awal dapat dilakukan dengan pemeriksaan


gejala yang muncul seperti ada tidaknya batuk,
pilek dengan atau tanpa demam, kecepatan
pernapasan, ada tidaknya nafas menciut-ciut,
bercak kemerahan sesak dan lain-lain.
Pemeriksaan sederhana seperti denyut nadi,
pernapasan, suhu, dan kondisi fisik. Diagnosa
ditegakkan dari gejala klinis dan pemeriksaan
lanjutan.
• POSTPATOGENNISIS
Pencegahan Tersier
1. Pemberian oksigenasi bila mengalami sesak napas.
2. Penghisapan suction.
3. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mencegah
diperlukan terjadinya syok yang dapat terjadi secara
tepat.
4. Pemberian obat penurun panas jika disertai demam.
5. Pemberian nutrisi yang cukup.
6. Pemberian vitamin C, A dan mineral seng atau anti jika kondisi
tubuh menurun/asupan
oksidan makanan berkurang.
7. Berikan sirkulasi udara yang cukup.
• Masa inkubasi dan klinis
Masa inkubasi penyakit ISPA yaitu 1 sampai dengan !4
hari.Gambaran klinik ISPA adalah pilek,nyeri
tenggorokan,batuk-batuk
dengan dahak kering,mata merah dengan suhu badan
meningkat
antara 4-7hari lamanya.
Pengobatan

- Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik


parenteral, oksigendan sebagainya.
- Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.
- Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
demam diberikan
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
10. MODEL SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
Kemampuan agent untuk menginfeksi
inang meningkat

A H

Pada kasus ISPA ini terjadi mutasi bakteri streptococcus menjadi


semakin virulen sehingga inang menjadi
tidak kebal.
Lingkungan berubah sehingga agent Lingkungan merubah inang menjadi
penyakit menyebar di lingkungan. lebih rentan.

A H A H

E E

Faktor lingkungan juga sangat


• • Lingkungan yang semakin
berpengaruh dalam penyebaran ISPA. memburuk dapat mempengaruhi
Lingkungan yang berubah dapat turunnya daya tahan tubuh
mengakibatkan agent dari penyakit manusia. Hal ini mengakibatkan
ISPA semakin meningkat dan akan lebih mudahnya bakteri ISPA untuk
berdampak pada penularan ISPA menjangkiti manusia.
terhadap manusia.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai