Anda di halaman 1dari 26

Makalah

“TEKNIK DAN PERALATAN PENGENDALIAN EMISI PENGENDALIAN UDARA


EMISI( Filter,ESP,Scrubber,Gravity Chamber)”

Mata Kuliah Penyehatan Udara

Dosen Pembimbing :

Kuat Prabowo, SKM., M.Kes.

Budi Pramono, SKM., M.Kes.

Disusun oleh :

Nyimas Sendy Sekar K (P21345120047)

Rahmat Khairullah (P21345120051)

Salsa Nabila Putri (P21345120060)

Shabrina Yasmin S (P21345120064)

Sisika Nur Fadillah (P21345120068)

Zilva Rahma Amanda (P21345120073)

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II

Program Studi D-III Kesehatan Lingkungan

Tahun Ajaran 2020/2021

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan Allah tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan besar baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami selaku penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atsa limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah tentang Teknik Dan Peralatan Pengendalian Emisi
Pengendalian Udara Emisi( Filter,Esp,Scrubber,Gravity Chamber)”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf. Demikian dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Sekian dan terima kasih.

Jakarta, 10 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover..............................................................................................................................1

Kata Pengantar.............................................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................4

C. Tujuan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5

A. Mechanical Separator...........................................................................5

B. Filtration Devices..................................................................................5

C. Wet Collector.........................................................................................7

D. Electrostattic Precipitators..................................................................9

E. Gas Adsorbers.......................................................................................11

F. Combustion Incinerators......................................................................13

BAB II PENUTUP........................................................................................................22

A. Kesimpulan............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................M23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya

secara optimal, sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk

kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Oleh karena itu udara merupakan komponen

lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, sehingga perlu dijaga dan

dipelihara kualitasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian cerobong asap ?
2. Apa saja persyaratan dasar cerobong asap ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pengedalian emisi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian cerobong asap
2. Untuk mengetahui dasar cerobong asap
3. Untuk mengetahui tentang pengendalian emisi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mechanical Separator

Proses kerja alat ini menggunakan gaya inertial dan gravitasi untuk menghilangkan
partikel emisi dari aliran udara yang keluar. Range dari partikel emisi yang sesuai dengan
efektifitas dari alat pengumpul ini adalah antara diameter 15 mikron s/d 40 mikron,
sedangkan kejatuhan partikel yang cepat terjadi pada diameter kurang dari 15 mikron.
Penggunaan alat ini di dalam industri sangat terbatas, dan biasanya alat ini digunakan untuk
partikel yang sangat kasar atau alat ini akan dipasangankan dengan alat laian atau juga
digunakan sebagai precleaner. Dari berbagai variasi separator dapat dibagi dalam 3 katagori
yaitu:

1) Gravity Chambers
Alat ini merupakan alat yang tertua dan merupakan alat yang kurang efisien untuk
pegumpulan debu. Alat ini hanya dapat mengumpulkan partikel-partikel yang berdiameter
besar dengan gaya gravitasi. Partikel dengan diameter lebih kecil dari 40 mikron tidak dapat
dikumpulkan. Kemampuan dalam mengumpulkan emisi dari alat ini tergantung dari
kecepatan pengendapan partikel (Ut), yang dapat dilihat pada formula di bawah ini.

(J) = % kemampuan pengumpulan dim berat

Ut = Kecepatan pengendapan partikel (Ft/mt

Ah = Luas horisontal dari chamber (Ft2)


Gambar 3.3 Settling chambers

Sumber: http://nptel.ac.in/courses/Webcourse-contents/

Keuntungan alat ini adalah: (1). Biaya permulaan rendah, (2). Bentuk sederhana, (3).
Tekanan jatuh ringan (slight pressure drop). Sedangkan kerugian dari alat ini adalah : (1)
Kemampuannya terbatas, karena tidak dapat menghilangkan partikel lebih kecil dari 40
mikron diameternya, dan (2) Memerlukan ruangan yang besar dalam pemasangannya

2) Cyclone Collectors
Prinsip Kerja alat ini adalah dengan membentuk aliran udara ke dalam alat berputar
(vortex). Selanjutnya partikel yang terikut didalamnya akan tertarik kedepan oleh adanya
gaya sentrifugal dan akan membentur permukaan dari alat yang akhirnya partikel jatuh ke
bawah karena adanya gaya gravitasi. Putaran aliran udara terdiri dari dua macam yaitu: spiral
ke bawah pada bagian luar dan ke atas pada bagian dalam seperti terlihat pada gambar 1 di
bawah ini.

Selama pemisahan secara cyclonic, kecepatan aliran udara yang masuk akan beberapa
kali lebih tinggi dari kecepatan aliran udara yang ada pada lubang inlet emisi udara.
Mekanisme pemisahan hampir sama dengan pengendapan gravitasi hanya disini perlu ada
gaya sentrifugal sehingga dihasilkan gaya yang lebih besar pada partikel . Pada cyclone
dengan diameter kecil nilai kenaikannya lebih dari 2.500 kali gaya grafitasi.

Salah satu rumus untuk menghitung ukuran partikel yang terkumpul seperti tertera di
bawah ini.
Dimana

Dpc. = Diamter partikel yang terkumpul pada 50% efisiensi alat

µ = Visikositas gas/Ibs/sec.ft

b = Cyclone inlet, ft

Ne = Jumlah putaran dalam cyclone (kira-kira kali)

Vi = Kecepatan aliran gas yang masuk, Ft/sec

ðp = Density dari partikel, lb/ft3

ðg = Density dari gas, lb/ft3

Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rumus ini adalah dalam menggambarkan
suatu masalah sejak ada kemungkinan siklon ini kurang mampu mengklasifikasi partikel sizi
dikarenakan adanya berbagai faktor seperti radius dari rotasi, jarak dari dinding dan
tangential velocity. Faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam design adalah
radius dari sikon. Efisiensi pengumpulan meningkat jika radius berkurang, hal ini
dikarenakan meningkatnya gaya sentrifugal pada partikel. Tekanan untuk jatuh meningkat
sejalan dengan efisiensi.

Siklon kolektor dengan diameter kecil terlihat meningkat penggunaannya dalam


beberapa tahaun terakhir ini, hal ini dikarenakan beberapa keuntungan dari siklon, yaitu : 1)
Biaya permulaan rendah; 2)Tekanan jatuh secara moderate, 3)biaya pemeliharaan dan
pengoperasian rendah. Sedangkan kerugiannya meliputi efisiensi pengumpulannya rendah
untuk partikel dibawah mikron dan adanya erosi dari alat.
Gambar 3.4 Stage Cyclone Dust Collector

Sumber: http://www.grizzly.com/products/l-l-2-HP-2-Stage-Cyclone-Dust-Collector/G0703

Gambar 3.5 Cyclone Dust Collector


Sumber: http://www.clarcorindustrialair.com/Products/lndustrial-Filtration/UAS-Dustl-log-
Collectors/Cyclone-Col lectors

3) Impigement Separators
Prinsip kerja alat ini adalah berdasarkan pada gaya inertial untuk menghilangkan
partikel dari gas yang dikeluarkan. Separator ini menggunakan lempengan-lempengan untuk
mengumpulkan atau mengkonsentrasikan particulates seperti pada gambar dibawah ini.
Prinsip kerjanya sebagai berikut : partikel bergerak dalam aliran gas kemudian membentur
lempengan-lempangan yang telah diatur sedemikian rupa sehinga partikel-partikel yang besar
akan jatuh setelah membentur lempengan tersebut.

Efisiensi pengumpulan meningkat dengan meningkatnya partikel size, kecepatan aliran


gas dan partikel density. Tetapi efisiensi secara menyeluruh amatlah rendah pada range 50 s/d
80 % dengan partikel lebih kecil dari 20 mikron tidak terkumpul. Karena itu desain yang
optimum menggunakan pembukaan kecil antara lempengan-lempengan dan pengaturan
kecepatan aliran gas yang tinggi.

Keuntungan penggunaan alat ini adalah:

1) Biaya alat rendah, Konstruksi alat sederhana, dan


2) Bebas dari kesulitan dalam pengoperasiannya.
Sedangkan kerugian pemakaian lat ini adalah :

a. Secara menyeluruh efisiensi rendah,


b. adanya erosi pada lempengan-lempengan (baffles), dan
c. Korosi.

Impingement separators biasa digunakan oleh sebagian besar industri sebagai


precleaneryang berfungsi untuk : memelihara perlatan, sebagai alat pengumpul sebagian
partikel, merupakan alat yang mengkonsentrasikan partikel dalam suatu presentasi aliran gas
yang kecil.

Gambar 3.7 Prinsip kerja Impigement Separators

Sumber: P. Walton Purdon, 1980


B. Filtration Devices
Filtration devices merupakan alat yang efektif sekali dalam pengendalian emisi yang
berbentuk debu dan fume. Efisiensi dari filtration devices dalam pengumpulan debu dan fume
lebih dari 99%. Ada tiga tingkatan dari alat filtrasi ini, yaitu: Mat filter, Ultra filter dan fabric
filter. Dari ketiga macam ini maka fabric filters adalah filter yang paling baik digunakan
dalam pengendalian pencemaran udara pada industri.

1) Mat filter pada dasarnya sangat berpori-pori (porous) berisi sekitar 97-99% ruang
kosong. Alat ini mempunyai masa pakai yang terbatas dan biasanya digunakan sebagai
proses pembersih udara.
2) Ultra filters, filter ini terdiri dari suatu lapisan filter yang tebal dan digunakan untuk
meningkatkan efisiensi dalam penyaringan terutama untuk polutan seperti buangan
radioaktif
3) Fabric filters. Filter ini banyak digunakan di berbagai industri. Fabric filter terdiri dari di
macam yaitu Panel filter dan Baghouse filter.
4) Panel filter, Panel filter terdiri dari susunan filter-filter dengan ketebalan satu sampai
dengan dua inchi (2,5 s/d 5 Cm). Prinsip kerja filter ini adalah menyaring partikel yang
dihembuskan oleh gas ke dalam medium tersebut.
5) Baghause filter, Alat ini dihubungkan memanjang dengan filter fabric, lebih dari 45 ft
(135 cm). Prinsip kerjanya adalah udara akan masuk ke dalam kantong-kantong
penyaring (bag filter) yang terbuat dari kain.

Pembersihan secara periodik sangat diperlukan pada kedua alat tersebut, agar tidak
mempengaruhi tekanan jatuh (pressure drop). Beberapa usaha yang dilaksanakan untuk
mengurangi penyumbatan filter adalah dengan cara digoyang-goyang secara mekanis, aliran
udara yang terbalik dan pemberian suara dengan frekuensi rendah. Type Baghause filter dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Kain tenunan dengan lubang 100 mikron mempunyai efisiensi dalam pengumpulan
partikel diameter 1 mikron sebesar 90%. Secara empiris pembukaan kain akan cepat terisi
oleh partikel dengan diameter besar yang mengadakan bridge ober. Gaya elektrostatis terlihat
mempunyai pengaruh yang besar tetapi gaya yang lain seperti brownian diffusion,
impingement dan pengendapan grafitasi mungkin membantu terhadap keseluruhan proses.

Gumpalan-gumpalan yang terbentuk dan menempel pada filter akan berfungsi sebagai
media penyaring. Apabila gumpalan-gumpalan tersebut semakin tebal akan menaikkan
jumlah partikel kecil yang terkumpul dan tekanan jatuh akan semakin meningkat.
Pembersihan secara periodik akan membatasi tekanan jatuh pada suatu tingkatan tertentu.
Tekanan jatuh pada dalam fabric filter dan harga peralatan merupakan dua hal yang
terpenting dalam perencanaan pembuatan filter devices. Secara umum peningkatan dalam
cloth area akan memperpanjang bekerjanya pabrik melalui pengurangan waktu pembersihan,
walaupun demikian cloth are juga dapat meningkatkan harga peralatan.

Tiga variabel design yang digunakan untuk menentukan tekanan jatuh yang maksimal
dari sistem ini adalah: 1) Filter ratio (ialah ratio dari rata-rata aliran volume gas pembawa
terhadap filter area), 2)Tipe dari kain dan seleksi tenunannya, 3)Periode waktu pembersihan
dan metode yang digunakan.

Tekanan jatuh adalah jumlah ketahan kain dan gumpalan-gumpalan filter yang dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:

A Pt = A Pf - A P, = K2 Lt V2

A Pt = Tekanan jatuh pada t karena gumpalan debu (Ib.f /ft2)

A Pf = Total ketahanan filter pada waktu t (Ib.f/ft2)

A P, = Ketahanan filter pada permulaan dari filter yang bersih

K2 = Ketetapan proporsional (Ib.f see2 / Ib.m ft)

Lt = Konsentrasi dari debu pada gas pembawa (Ib.m/ft3)

t = Waktu sejak pembersihan

v = kecepatan penyaringan supervical (ft/sec)

Filter ratio mempengaruhi tekanan jatuh ditentukan oleh rata-rata muatan pada filter.
Suatu ratio sebesar 3 ft3/ft2 m, adalah nilai rata-rata untuk debu pada umumnya. Muatan timah
yang efektif mempercepat penyumbatan filter. Untuk ini diperlukan interval waktu
permbersihan yang pendek dan lebih memperpendek masa pemakaian kain, Ketahanan dari
kain ditentukan oleh material dan jenis tenunan.

Seleksi pada kain tergantung dari temperatur aliran gas dan karakteristik partikel dalam
memberikan kerusakan. Pada tabel di bawah ini digambarkan beberapa material yang biasa
digunakan dalam industri.
Keuntungan dari fabric filter meliputi :

(1) Efisiensi pengumpulan 99%, untuk semua ukuran diamter partikel.

(2) Buangan partikel kering.

Sedangkan kerugiannya meliputi :

(1) memerlukan biaya yang tinggi

(2) Membutuhkan ruangan yang besar

(3) Biaya pemeliharaan dan penggantiannya tinggi

(4) memerlukan pengontrolan moisture pada debu

(5) memerlukan pendingin untuk aliran gas dengan suhu tinggi.

Gambar 3.8 Air Filtration Devices

Tabel 3.1 Karekteristik Serat Fiber yang Digunakan sebagai Filter


Jenis Karakteristik Fisik Ketahan relatif Terhadap Penun jang
Fiber lain
Spesifik Kelembaban Tem Asam Basa Organik
Kekua tan Gravity Normal Max Solvent
relatif

Cotton Kuat 7 jelek Medium baik Harga


1,6 180
rendah
Wool Medium 1,3 15 210 Medium jelek baik -

Paper lmah 1,5 jelek Medium baik Harga


10 180
rendah
Nylon kuat 1,1 5 220 Medium baik baik Mudah
diber
sihkan
Polyster Kuat 1.4 0,4 280 baik medium baik -

Acrylonitril Medium 1,2 1 250 baik medium baik -

Vinylidine chloride Medium 1,7 10 210 baik medium baik -


Polyethelen kuat 1,0 0 250 medium medium medium -
Tetrafluorethylene Medium 2,3 0 500 baik baik baik mahal
Polyvinyl acetat Medium 1,3 5 250 medium baik jelek -

Gelas Kuat 2,5 550 medium medium baik Jelek thd


0
abrasi
Graphiti zed fiber lemah 2,0 10 500 medium baik baik mahal
Asbes lemah 3,0 500 medium medium baik -
1
Tos
Nomex (nylon) kuat 1,4 5 450 baik medium baik Jelek thd
moisture
Gambar 3.9 Diagram Bag Filter
Sumber: P. Walton Purdon, 1980

C. Wet Collector

Wet collectors atau scrubber adalah perlatan yang memisahkan


partikel dan gas dengan menggunakan air. Prinsip kerja dari wet
collectors adalah partikel pertama kali membentur tetesan-tetesan
cairan atau lapisan cairan dan kemudian pada pemisahan selanjutnya
cairan tersebut akan menghilangkan partikel dari aliran gas.
Sedangkan penghilangan dari komponen terjadi dengan jalan
absorpsi. Proses ini berlangsung melalui difusi dari komponen gas
terhadap cairan, dimana cairan tersebut akan mengadsorbsi partikel
dan gas. Wet collectors digunakan di dalam industri, apabila industri
tersebut mempunyai kondisi sebagai berikut:
a. Bila komponen gas pencemar tersebut perlu dikontrol
b. Bila menggunakan koleksi secara kering, dimungkinkan akan
terjadi kebakaran
c. Bila gas yang dikeluarkan agak lembab (humid), dan
d. Bila dikehendaki pengeluaran secara dingin.
Pengumpulan partikel melalui dua jalan : 1) pertama-tama partikel
kontak dengan cairan yang jatuh sehingga terjadilah "wetted" (pembasahan),
kemudian partikel basah tersebut akan terpisah dan hilang dari gas
pembawanya.

Mekanisme dari wetting pada partikel meliputi :

a. Benturan pada cairan yang jatuh


b. Brownian diffusion
c. Kondensasi dari molekul-molekul air disekitar partikel seperti molekul
gas pada titik jenuhnya, dan
d. Tarikan secara elektrostatis diantara air yang jatuh diantara partikel.
e. Selanjutnya partikel-partikel yang basah tadi dihilangkan melalui
benturan dan atau gaya sentrifugal, tergantung dari macam peralatannya.
Memperkecil ukuran dari cairan yang jatuh dan meningkatkan kecepatan
gas yang masuk akan mempengaruhi efisiensi pengumpulan. Alat-alat
yang digunakan dalam pengumpulan partikel meliputi semua type dari
Wet scrubber yang digunakan untuk menghilangkan partikel pada suatu
tingkatan tertentu. Secar umum bila alat ini menggunakan energi tinggi
untuk timbulnya kontak antara aliran gas dengan pancaran air yang kecil

akan meningkatkan efisiensi dari pengumpulan partikel. Dibawah ini


beberapa alat pengumpul basah

Gambar 3.10 Wet Dust Collector


Sumber: http://www.enviropro.co.uk/entrv/39660/Health-and-Safetv-Engineering-Ltd/CW-
wet-dust-collector/

Permasalahan selanjutnya dalam pemakain peralatan yang menggunakan


Wet/scrubber, adalah pengolahan limbah partikel basah yang terlarut dalam
air dan diperlukan beberapa zat koagulan untuk mengolahnya. Namun
keuntungan dari Scrubber adalah:

a. Tekanan jatuhnya partikel konstan


b. Dapat sekaligus memberikan treatment terhadap gas dengan temperature
tinggi atau lembab
c. Bentuk alatnya kompak
d. Biaya/cost sedang (moderate)
D. Electrostattic Precipitators
Prinsip kerja Elektrostatis presipitator adalah berdasarkan pengumpulan
partikel dengan diberikan muatan listrik, untuk selanjutnya partikel yang telah
bermuatan listrik tersebut akan tertarik dan terkumpul pada elektroda. Alat ini
juga sering disebut dengan Cottrell Process, karena alat ini pertama kali
didesaign oleh Frederick Gardner Cottrell.

Ada tiga proses kerja elektrostatik precipitators, yaitu :

a. Proses pemberian muatan partikel (particle charging)


b. Proses pengumpulan partikel (particle collecting)
c. Proses pemisahan partikel-partikel yang telah terkumpul (Removal of
collected material)

Di dalam industri ada dua macam alat yang digunakan secara terpisah
antara proses pemberian muatan dengan proses pengumpulan atau keduanya
menjadi satu. Biasanya yang banyak digunakan dalam industri adalah bentuk
yang terakhir ini seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
PRINSIP ESP

Gambar 3.11 Prinsip Kerja Elektrostatis Presipitator


Sumber: http://puballattack.blogspot.co.id/2013/07/electrostatic-precipitator-
e-s-p.html

Pemberian muatan pada partikel terjadi setelah partikel-partikel tersebut


melewati suatu daerah unipolar gas ion yang bermuatan tinggi. Daerah dengan
unipolar gas ini disebut dengan Corona Field. Medan corona ini terbentuk
diantara dua elektroda. Apabila tekanan voltasenya besar maka akan terjadi
loncatan listrik yang berakibat medan corona terganggu.

Aliran partikel-partikel akan melalui medan muatan corona dan akan


benturan dengan muatan gas ion untuk selanjutnya akan bergerak menuju
elektroda dengan muatan yang berlawanan dimana akan terjadi pengumpulan
partikel-partikel. Untuk memisahkan partikel dari elektroda yang efektif
dengan digoyang-goyang secara mekanis.

Secara teoritis tidak ada batas ukuran partikel-partikel yang terkempul.


Efisiensi pengumpulan partikel sangat dipengaruhi oleh ukuran dari alatnya,
biasanya efisiensi di atas 99% dapat dicapai. Rumus di bawah ini dapat
digunakan untuk menghitung efisiensi dari pengumpulan.

AEo x Ep x a

Ef = 100 - 1000 Exp ....................

V2

Keterangan Ef = Persentasi efisiensi debu yangterkumpul


A = Luas permukaan
V = Rata-rata volume aliran udara (ft3/min)
Eo = medan muatan (volt/ft)
= Medan pengumpulan (volt/ft) = partikel

EP radius (ft).

Dari rumus di atas terlihat bahwa dengan meningkatkan voltase dan luas
permukaan dari elektroda dan menurunkan rata-rata volume aliran akan
memberikan kondisi kerja yang optimum.

Keuntungan dari alat elektrostatis presipitator adalah sebagai berikut :


Efisiensi tinggi, Pengumpulan debu secara kering, Tekanan jatuhnya rendah,
Mampu mengumpulkan mist dan debu asam yang korosif, Biaya pemeliharaan
alat rendah, Efisiensi pengumpulan dapat dapat diatur dengan merubah unit-
unit lainnya., Mampu menangani gas yang masuk dengan suhu lebih dari
1500° Franhait atau (± 815 0 Celcius).

Sedangkan kerugiannya adalah : Biaya permulaan/pemasangan tinggi,


Memerlukan alat pre-cleaner terlebih dahulu, Memerlukan ruangan yang
cukup luas, Sulit untuk mengumpulkan material yang mempunyai daya tahan
terhadap listrik sangat tinggi atau rendah.

E. Gas Adsorbers
Adsorbsi adalah suatu proses yang sangat berguna untuk mengendalikan
emisi udara dari gas-gas yang berbahaya, gas berbau, gas beracun dan
radioaktif. Proses ini melibatkan molekul- molekul gas yang akan melekat
pada permukaan zat padat. Van der Waal's force, gaya tarik menarik ion-ion,
ikatan kimia sekunder dan kondensasi kapiler. Semuanya memegang pernan
penting dalam adsorbsi gas pada permukaan benda padat.

Secara umum ada dua macam adsorber yaitu: fixed bed dan regeneratif.
Perlu ditambahkan disini bahwa resirkulasi dilakukan dengan maksud untuk
meningkatkan efektifitas dari alat. Fixed bed adsorber hanya ekonomis bila
rata-rata konsentrasi dari kontaminan kurang dari beberapa ppm. Sedangkan
regeneratif adsorber didesaign untuk menangani muatan kontaminasi yang
lebih banyak dengan suatu keuntungan lain yaitu adanya daur ulang dari
kontaminan solvent yang mungkin mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Salah satu contoh dari fixed bed adsorber dapat dilihat pada halaman 24.

Mekanisme kerja adsorbsi dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :

a. Adsorbent bergerak menuju permukaan bahan padat


b. Terjadi ikatan secara fisik antara bahan padat dan molekul gas.
c. Adsorbent akan dipisahkan dengan molekul gas dengan jalan pemanasan
(steam), pencucian air garam yang panas dan cara lainnya.

Di dalam design system adsorbent bahwa peningkatan efisiensi


pemisahan sering diperoleh jika kondisi antara tekanan yang tinggi dengan
suhu yang rendah dipelihara. Efisiensi yang tinggi dari adsorber banyak
dihubungkan dengan berbagai masalah. Harga peralatan yang mahal, korosi
dan kontaminan particulate dari peralatan.

F. Combustion Incinerators
Combustion incinerator adalah suatu proses yang menggunkan reaksi
oksidasi untuk pengendalian emisi. Combustion afterburner banyak digunakan
dalam industri dan dapat digunakan dalam berbagai situasi seperti dibawah
ini.

a. Untuk mengkontrol odor.


b. Untuk mengurangi kualitas dari plume
c. Untuk mengurangi senyawa organic vapor dan emisi partikulat
d. Untuk mengubah senyawa CO menjadi CO2

Peralatan untuk pembakaran (combustions Incenerators) ada dua macam,


yaitu : 1) Direct flame Incenerator dan, 2) Catalytic Combuctions
Incenerator. Direct Flame Incenerator merupakan alat yang membutuhkan
bahan baker tambahan agar dapat dicapai suatu suhu yang cukup tinggi.
Temperatur yang tinggi ini digunakan untuk memecahkan molekul di dalam
gas atau campuran-campuran aerosol. Complete combustion akan
menghasilkan H2O dan CO2, sedang incomplete combustions akan
menghasilkan senyawa yang bahkan akan lebih ofensif dibandingkan dengan
senyawa aslinya. Salah satu jenis Flame Incenerator dapat dilihat pada
halaman 26.

Catalytic combustions biasanya menggunakan katalis "nobel metal"


dalam kerjanya, dengan tujuan menurunkan aktifitas energi dari reaksi
oksidasi sehingga akan menurunkan temperature dan biaya bahan baker untuk
oksidasi. Salah satu cara yang tepat adalah dengan memasukkan kontaminan
gas ke dalam saluran dimana pembakar terletak. Kecepatan aliran yang tinggi
dapat diperoleh melalui pencampuran gas pada tempat temperaturnya tinggi.
Waktu retensi sekitar 0,3 s/d 0,5 detik dan suhu dalam operasinya berkisar
antara 850° s/d 1.500 0
Franhait. Sangat cocok sekali pada sebagaian
penggunaannya. Pada desain incinerator yang baik dapat dicapai efisiensi
pengumpulan sebesar 98%, bahkan sering melebihi.

Keputusan dalam pemakaian flame atau Catalytic Combustions biasanya


didasarkan pada pertimbangan ekonomis dan karakteristik operasinya. Harga
untuk Flame maupun Catalytic Combustions sangat bermacam-macam
tergantung dari jumlah, macam dan konsentrasi dari polutan yang akan
dibakar. Beberapa perbedaan dari kedua alat dalam operasinya antara lain
adalah:

a. Nitrogen oksida akan berkurang dengan penggunaan catalytic


Combustions.
b. Catalytic Combustions memerlukan pembersihan secara periodic dan
penggantian peralatan.
c. Integrasi katalis ke dalam design peralatan akan mempermudah recovery
dari panas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, kuat dan Burhan muslim. 2018. Penyehatan Udara. Pusat pendidikan sumber daya
manusia kesehatan badan sumber daya manusia kesehatan.

Achmadi UF. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.Jakarta : Rajawali pers.

Achmadi UF. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.Jakarta : Ul-Press.

American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers (ASHRAE) 62,
2013. Ventilation for Acceptance Air Quality.

ASHRAE Standard 111, 2013. Practices for Measuring, Testing, Adjusting, and Balancing of
Building Heating, Ventilation, Air-Conditioning, and Refrigeration Systems.

Depkes Rl, 2002. Keputusan Menkes Rl No. 1407/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman


Pengendalian Dampak Pencemaran Udara.

Depkes Rl, 1992. Pedoman Pemeriksaan Kualitas Udara.

Depkes Rl, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/MENKES/SK/III/2003 tentang


Pedoman Pengendalian Sarana Dan Bangunan.

Depkes Rl, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 45/MENLH/1997 Tentang Indeks
Standar Pencemar Udara, 1997.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP- 107/


KABAPEDAL/11/1997 Tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta
Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Kuhn, D.M. and M.A. Ghannoum.2003.Indoor Mold, Toxigenic Fungi, and Strachybotcs
Chartarum: Clinical Microbiology Reviews.

Mahole, G.et al. 2003. Development and Application of a Protocol for the Assessment of
Indoor Air Quqlity. Original Paper. Indoor and Built Environment 2003.
Mukono HJ. 1999. Pinsip-Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press;

World Health Organization (WHO). 2014. Indoor Air Quality Guideliness

World Health Organization (WHO). 2014. Ambient (Outdoor) Air Quality and Health.
http://www.indonesian-publichealth.com/standar-penilaian-kualitas-udara-ruang/

http://www.indonesian-publichealth.com/standar-penilaian-kualitas-udara-ruang/

Anda mungkin juga menyukai