Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Karbon Aktif dari Ampas Kopi untuk Adsorpsi Metilen Biru

Haryudini Arsa Putri, Fransisca C K, Linda W O


Departemen Kimia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FIA)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

ABSTRAK-Ampas kopi merupakan pada saluran pencernaan jika tertelan,


limbah hasil penyeduhan minuman kopi. menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi
Limbah ampas kopi ini bisa dimanfaatkan pada kulit jika tersentuh oleh kulit (Hamdaoui
menjadi produk karbon aktif. Pembuatan dan Chiha, 2006). Berdasarkan bahaya yang
karbon aktif dilakukan dengan proses ditimbulkan maka metilen biru yang
dehidrasi, karbonisasi dan dilanjutkan dengan diperbolehkan di lingkungan relatif rendah.
proses aktivasi. Percobaan ini dilakukan untuk Menurut Keputusan Menteri Lingkungan
mempelajari pengaruh daya serap karbon aktif Hidup yaitu Kep- 51/MENLH/10/1995
ampas kopi dengan activating agent HCl 0,1 M tentang baku mutu limbah cair,konsentrasi
terhadap metilen blue dengan variasi maksimum metilen biru yang diperbolehkan
konsentrasi 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; yaitu 5-10 mg/L. Salah satu metode yang dapat
dan 50 ppm. Dari hasil percobaan didapatkan dilakukan untuk mengatasi bahaya dari limbah
bahwa karbon aktif dari ampas kopi lebih zat warna adalah dengan adsorpsi.
mengikuti pola grafik isotermal Freudlich Adsorpsi merupakan metode yang banyak
dengan regresi sebesar 1 dibandingkan dengan digunakan dalam pengolahan limbah cair
pola grafik isotermal Langmuir dengan regresi (Kartika dkk., 2009). Adsorpsi dengan
sebesar 0,9988. adsorben merupakan metode efisien dan
banyak dikembangkan. Bahan yang digunakan
Kata Kunci: Activating Agent, Aktivasi, untuk mengolah limbah diharapkan murah dan
Dehidrasi, Karbon Aktif, Karbonisasi, Ampas mudah diperoleh (Munawaroh, 2012). Dengan
Kopi permintaan yang semakin meningkat maka
mendorong banyak peneliti untuk mensintesis
karbon
I. PENDAHULUAN aktif dari berbagai bahan. Sumber yang
Perkembangan industri di Indonesia pernah dilakukan peneliti adalah arang aktif
khususnya industri tekstil berkembang sangat dan berbagai sumber dari alam seperti kulit
pesat. Perkembangan yang pesat ini kacang, kulit almond, ampas kopi dan lain lain.
menimbulkan berbagai masalah bagi (Rao,et al, 2006)
lingkungan terutama masalah yang Ampas kopi merupakan salah satu bahan
diakibatkan oleh limbah cair pewarnaan. yang digunakan sebagai adsorben diamana
Limbah cair tersebut mengandung bahan- kandungan hidrokarbon dalam biji kopi cukup
bahan yang beracun dan berbahaya. tinggi yaitu 19,9 % ( Wrigleg, G., 1998).
Keberadaan limbah cair dalam perairan dapat Kandungan hidrokarbon yang cukup tinggi
menghalangi sinar matahari menembus dapat menghasilkan karbon ketika biji kopi
lingkungan akuatik, sehingga mengganggu disangrai atau dipanaskan, oleh karena itu
proses biologis yang terjadi di dalamnya (Krim ampas kopi bubuk yang sudah diseduh dapat
dkk., 2006). Zat warna yang digunakan dalam dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif
perindustrian salah satunya adalah metilen dapat digunakan sebagai adsorben karena
biru. Metilen biru dapat menyebabkan iritasi arang aktif bersifat sangat aktif terhadap
partikel-partikel yang kontak dengan arang Ampas kopi sebanyak 9 gr direndam
aktif tersebut (Sembiring, 2003). dengan larutan aktivator HCl 0,1 M sebanyak
Kapasitas adsorpsi arang aktif ampas kopi 50 mL selama 48 jam dan disaring. Kemudian
dapat ditingkatkan dengan aktivasi. Aktivasi dicuci menggunakan air demineral hingga
dapat dilakukan dengan pemanasan netral dan dioven pada suhu 1100C selama 3
menggunakan temperatur tinggi dan dengan jam.
penambahan larutan kimia (Sembiring dan 2.1.5 Penentuan Kadar Air
Sinaga, 2003). Penelitian terdahulu yang Kurs porselin dipanaskan pada suhu
dilakukan oleh Nafie dkk., (2013), 1400C selama 60 menit dan didinginkan dalam
menunjukkan bahwa arang aktif dari desikator selama 30 menit. Selanjutnya
tempurung lontar yang diaktivasi oleh larutan ditimbang dan prosedur tersebut dilakukan
kimia memiliki kadar air, kadar abu, luas berulang-ulang dengan selang waktu yang
permukaan, keasaman permukaan dan sama hingga tercapai berat konstan. Langkah
kemampuan adsorpsi lebih baik dibandingkan selanjutnya 1 gram arang aktif dimasukkan
arang aktif yang tidak diaktivasi. Oleh karena dalam kurs porselin yang telah diketahui
itu, penelitian ini akan dilakukan pembuatan beratnya. Selanjutnya dipanaskan dalam oven
dan karakterisasi arang aktif dari ampas kopi pada suhu 1400C selama 60 menit dan
sebagai adsorben metilen biru. Adapun didinginkan dalam desikator selama 30 menit,
aktivator yang digunakan adalah HCl 0,1 M. kemudian ditimbang. Prosedur tersebut
Parameter yang diamati pada penelitian ini dilakukan berulang-ulang dengan selang
adalah waktu kontak, kecepatan pengadukan waktu yang sama hingga tercapai berat yang
dan kosentrasi. konstan. Penentuan kadar air dilakukan dua
kali pengulangan dan dihitung menggunakan
II. PROSEDUR PENELITIAN persamaan berikut :
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟(%) = 𝑋 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
Alat yang digunakan pada percobaan
ini yaitu gelas beaker, labu ukur, spatula, bola
2.1.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Metilen
hisap, pipet tetes, pipet ukur, corong, kuvet,
biru
botol semprot, botol vial, mortar dan alu,
ayakan 100 mesh, oven, Hot Plate, Magnetic Dibuat variasi konsentrasi metilen biru
Stirrer, neraca analitik, furnace, 0 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm; 4 ppm; dan 5
spektrofotometer Genesys 10S UV-Vis. ppm. Kemudian, diukur absorbansi masing-
masing larutan menggunakan UV-Vis pada
2.1.2 Bahan
panjang gelombang 665 nm.
Bahan yang digunakan pada percobaan
2.1.7 Penentuan waktu kontak optimum
ini yaitu ampas kopi, HCl, metilen biru,
aquades, dan kertas saring Whatmann. adsorpsi Metilen Biru
2.1.3 Preparasi Arang Aktif Ampas Kopi Arang aktif ampas kopi sebanyak 0,1
Bubuk kopi diseduh dengan air panas gram dimasukkan kedalam larutan sampel
selama 10 menit dan disaring. Selanjutnya, Metilen biru dengan konsentrasi 50 ppm.
dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer
selama 5 jam dan sebanyak 25 gram dengan kecepatan 400 rpm. Variasi waktu
dikarbonisasi pada suhu 3750C selama 4 jam. kontak yang digunakan adalah 15, 30, 45
Ampas kopi didinginkan dan diayak dengan menit. Selanjutnya, larutan didiamkan selama
ukuran 100 mesh 15 menit dan disaring. Hasil penyaringan di
2.1.4 Aktivasi Arang Ampas Kopi UV-Vis pada panjang gelombang 665 nm dan
arang aktif pada kondisi optimum waktu HCl berdasarkan penelitian Alfiany dkk.,
kontak di karakterisasi FTIR. (2013) menunjukan arang aktif yang diaktivasi
2.1.8 Uji Daya Serap Karbon Aktif oleh HCl memiliki daya serap lebih tinggi
dengan Metilen biru dibandingkan H2SO4 dan HNO3.
Sebanyak 0,1 gram ampas kopi Arang aktif ampas selanjutnya dicuci
dicampur dengan 20 mL larutan metilen biru dengan air demineral yang bertujuan untuk
10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; 50 ppm dan menghilangkan sisa HCl yang masih
diaduk selama 30 menit. Campuran disaring terkandung didalam arang aktif ampas kopi.
dan filtrat diukur absorbansinya dengan Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada temperatur 110 0C selama 3 jam untuk
panjang gelombang maksimum metilen biru menghilangkan kadar air yang terkandung
yaitu 665 nm. Dan residu dikarakterisasi dalam arang aktif ampas kopi.
menggunakan FTIR. 3.2 Kadar Air
Tinggi rendahnya kadar air menunjukkan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN banyak sedikitnya air yang menutupi pori-pori
3.1 Preparasi Arang Aktif Ampas Kopi arang aktif. Semakin rendah kadar air maka
Bubuk kopi produk “Kapal Api” diseduh semakin banyak tempat dalam pori yang dapat
dengan akuades yang telah dididihkan untuk ditempati oleh adsorbat sehingga adsorpsi
melarutkan bubuk kopi sehingga dihasilkan berlangsung secara optimal (Mu’jizah, 2010).
ampas kopi yang akan digunakan sebagai Hasil penentuan kadar air arang aktif ampas
bahan baku arang aktif. Selanjutnya didiamkan kopi teraktivasi HCl disajikan pada
selama 10 menit dan disaring untuk Table 1. Hasil Penentuan Kadar Air
memisahkan filtrat dan ampas kopi. Ampas Jenis Arang Kadar air SII*
kopi yang diperoleh dikeringkan dalam oven aktif (%) (%)
selama 5 jam pada suhu 105 0C untuk Arang aktif 0,111 15
menguapkan air yang terkandung didalamnya. teraktivasi HCl
Selanjutnya ampas kopi dikarbonisasi *SII : Standar Industri Indonesia
pada suhu 375 0C selama 4 jam yang bertujuan Kadar air suatu arang aktif tergantung dari
untuk dekomposisi material dan menghasilkan aktivator yang digunakan. Aktivator yang
material yang memiliki daya serap dan struktur dapat mengikat air dalam arang aktif dengan
yang rapi (Atmoko dkk., 2012). baik akan memiliki kadar air yang rendah
Arang ampas kopi digerus dan diayak (Budiono dkk., 2006). Kadar air kedua arang
dengan ukuran 100 mesh untuk memperoleh aktif tersebut telah memenuhi standar
bentuk yang seragam. Menurut penelitian maksimum yang ditetapkan Standar Industri
Wardhana dkk., (2009), arang dari plastik Indonesia sebesar 15% sehingga arang aktif
dengan ukuran 100-200 mesh memiliki luas ampas kopi layak digunakan sebagai adsorben
permukaan yang lebih besar dibandingkan (Mu’jizah, 2010).
dengan ukuran 30-60 mesh. Selanjutnya 3.3 Daya Serap Metilen Biru
dilakukan aktivasi secara kimia yang bertujuan Penetapan daya serap metilen biru
untuk membuka pori-pori arang yang tertutupi bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang
saat karbonisasi dan mengurangi air yang aktif dalam mengadsorpsi zat-zat yang
terjebak dalam pori-pori sehingga daya berukuran besar bekisar 15-25 Angstrom atau
adsorpsi semakin meningkat (Atmoko, 2012; 1,5-2,5 nm (Pari, 2004 dalam Achmad, 2011).
Alfiany dkk., 2013). Aktivasi dilakukan Pada percobaan karbon aktif dari ampas
dengan perendaman dengan variasi larutan kopi dengan menggunakan aktivasi HCl,
aktivator yaitu HCl 0,1 M. Pemilihan aktivator
didapatkan kurva kalibrasi dari variasi Tabel 3. Data Adsorbsi Variasi
konsentrasi metilen bliru sebagai berikut : Konsentrasi Metilen Blue
Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi Kosentrasi Absorbansi
Konsentrasi Absorbansi 10 0.388
0 0 20 1.000
1 0.219 30 2.330
2 0.407 40 2.856
3 0.577 50 4.683
4 0.775 Untuk mengetahui adsorpsi dari karbon
5 0.948 aktif dengan menggunakan ampas kopi
didapatkan data kapasitas adsorpsi sebagai
Kurva Kalibrasi berikut :
Tabel 4. Data Kapasitas Adsorpsi Variasi
1.5
y = 0.1879x + 0.0178 Konsentrasi Metilen Blue
1 R² = 0.9987 Kapasitas
Kosentrasi Adsorpsi
0.5 [Qe] (mg/g)
0 10 1.582
0 2 4 6 20 2.905
30 3.476
Gambar 1. Grafik Kurva Kalibrasi
Waktu kontak antara adsorben dan adsorbat
40 4.881
juga mempengaruhi tinggi rendahnya adsorpsi 50 4.936
yang terjadi. Adapun tujuan penentuan waktu Untuk mengetahui pola karbon aktif
kontak adalah mengetahui lamanya waktu yang dengan ampas kopi maka dibuat uji adsorpsi
dibutuhkan arang aktif dalam mengadsorpsi dengan isotermal Langmuir ataupun Freudlich.
metilen biru dengan maksimal. Penentuan waktu Uji adsorpsi dengan Langmuir mengikuti
kontak dilakukan dengan variasi 15, 30, 45 menit. persamaan sebagai berikut :
Pengaruh waktu kontak terhadap kapasitas 𝐶𝑒 1 1
adsorpsi ditunjukan pada gambar 2. = + 𝐶𝑒
𝑄𝑒 𝐾. 𝑄𝑎 𝑄𝑎
Dari persamaan diatas dapat diplot grafik
Waktu Maksimum dengan sumbu X nilai konsentrasi adsorbat
5.400 pada saat kesetimbangan (Ce) serta sumbu Y
5.300
konsentrasi adsorbat saat kesetimbangan per
Qe

5.200
5.100 banyaknya zat yang terserap per satuan berat
5.000 adsorben (Ce/Qe).
0 10 20 30 40 50 Tabel 5. Data Isoterma Lagmuir
Waktu (menit)
Konsentrasi
Ce Ce/Qe
Awal
Gambar 2. Grafik Waktu Maksimum
10 8.03 5.075
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan
20 14.773 5.085
waktu yang optimum yaitu pada 30 menit.
30 17.695 5.09
Selanjutnya, diuji adsorpsi karbon aktif
40 24.895 5.1
menggunakan metilen blue dengan variasi
konsentrasi 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; 50 25.172 5.1
dan 50 ppm. Didapatkan data absorbansi
sebagai berikut setelah metilen blue
dicampurkan dengan karbon aktif:
mengikuti pola grafik isothermal Freudlich
Isotermal Langmuir dengan regresi sebesar 1 dibandingkan dengan
5.11 pola grafik isotermal Langmuir dengan regresi
5.1 y = 0.0015x + 5.0634
Ce/Qe

R² = 0.9988 sebesar 0,9988. Hal ini menunjukkan bahwa


5.09
5.08 pori-pori yang terbetuk pada arang aktif
5.07 bersifat heterogen sehingga metilen blue yang
0.000 10.000 20.000 30.000 teradsorpsi membentul lapisan multilayer pada
Ce permukaan arang aktif. Adsorpsi yang
mengikuti isotherm model Freudlich ini, zat
Gambar 3. Grafik Isotermal Langmuir
yang teradsorpsinya relatif bertambah dengan
Berdasarkan grafik Isotermal Langmuir
cepat seiring dengan bertambahnya kosentrasi
didapatkan Konsentrasi yang optimum terjadi
dan kemudian menjadi lambat jika permukaan
pada 40 ppm. Sedangkan, untuk uji adsorpsi
arang aktif telah tertutp oleh adsorbat.
dengan Freundlich mengikuti persamaan
sebagai berikut:
IV. ANALISA FTIR
1
log Qe = log K f + log Ce Analisa FTIR pada percobaan ini
n digunakan untuk melihat adanya serapan-
Dari persamaan diatas dapat di plot grafik
serapan karakteristik dari karbon aktif yang
dengan sumbu x adalah log Ce dan sumbu y
dihasilkan, sehingga dapat diprediksi jenis
adalah log Qe. gugus fungsi yang terdapat pada permukaan
Tabel 6. Data Isotermal Freudlich pelat-pelat karbon aktif tersebut. Disamping
Konsentrasi itu, tidak tertutup kemungkinan akan adanya
Log Ce Log Qe
Awal serapan lain yang disebabkan oleh adanya zat-
10 0.904 0.199 zat lain yang tergabung membentuk campuran
20 1.169 0.463 dengan karbon aktif.
30 1.247 0.541 Spektrum IR dari ampas kopi yang telah
40 1.396 0.688 diolah menjadi karbon aktif hasil aktivasi
50 1.400 0.693 dengan larutan HCl dapat dilihat pada gambar
5.
Isotermal Freudlich
1
Log Qe

y = 0.9949x - 0.7002
0.5 R² = 1

0
0 0.5 1 1.5
Log Ce

Gambar 4. Grafik Isotermal Freudlich


Tinggi rendahnya daya serap arang aktif
terhadap metilen biru menunjukkan ukuran
pori-pori yang terbentuk (Achmad, 2011).
Hasil penetapan daya serap terhadap metilen Gambar 5. spectra FTIR Karbon Aktif Commented [lp1]: Tolong di update dari ppt yang baru
biru menunjukan bahwa pori-pori yang Sebelum Adsorpsi
terbentuk pada kedua arang aktif kurang Berdasarkan uji karakterisasi FTIR,
efektif jika digunakan untuk menyerap karbon hasil karbonisasi ampas kopi sebelum
molekul berukurang 15 Angstrom atau 1,5 nm. adsorpsi memiliki serapan karakterisitik pada
Dari data tersebut didapatkan bahwa 3309,96 cm-1 (stretch O-H ikatan hydrogen),
adsorpsi karbon aktif dengan ampas kopi lebih 2920,32 (stretch C-H), 1687,77 (stretch C=O),
1599,04 (stretch C=C) dan 1219,05 (stretch Journal of Environmental Science, 2(1): 31-
C-C). 36.
Setelah dilakukan pengaktifan arang aktif Hamdaoui, O., and Chiha, M., 2006, Removal
dari ampas kopi di lakukan uji karakterisasi Of Methylene Blue From Aqueous Solution
FTIR pada arang aktif setelah digunakan By Wheat Bran, Acta Chimica Slovenia,
sebagai adsorben pada metilen biru. Pada 54(2), 407-418.
Kartika, S., Pujirahayu, A., dan Widodo,
Gambar 6. Berdasarkan uji karakterisasi FTIR,
H.,2009, Modifikasi Limbah Fly Ash
karbon hasil karbonisasi ampas kopi sebelum
Sebagai Adsorben Zat Warna Tekstil Congo
adsorpsi memiliki serapan karakterisitik pada Red Yang Ramah Lingkungan Dalam
3365,06 cm-1 (stretch O-H ikatan hydrogen), Upaya Mengatasi Pencemaran Industri
2920,32 dan 2852,81 (stretch C-H), 1593,25 Batik, Proposal Lolos PKM Dikti,
(stretch C=C), 1425,44 (stretch N-H) dan Surakarta: Universitas Sebelas maret.
1174,69 (stretch C=O) dan 883,43 (stretch C- Munawaroh, L., 2012, Pemanfaatan Bonggol
C) Jagung Sebagai Adsorben Rhodamin B dan
Metanil Yellow, Skripsi, Yogyakarta:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan
Kalijaga.
Rao M.Madhava, Rao Chandra G.P, Seshaiah
K, Choudary N.V, Wang M.C, 2008
Activated carbon from Ceiba pentandra
hulls, an agricultural waste,as an adsorbent
in the removal of lead and zinc from
aqueous solutions, Waste Management 28
(2008) 849 – 858
Sembiring, S. 2003. Karbon Aktif (Pengenalan
dan Proses Pembuatannya). Jurusan Teknik
Gambar 5. spectra FTIR Karbon Aktif Industri, Fakultas Teknik. Universitas Commented [lp2]: Tolong di update dari ppt yang baru
Sesudah Adsorpsi sumatra Utara.
Berdasarkan uji karakterisasi FTIR, karbon
hasil karbonisasi ampas kopi memiliki serapan
serapan karakterisitik pada ……

V. KESIMPULAN
Adsorpsi metilen blue dengan karbon aktif
kulit singkong mengikuti pola grafik
isotermal Langmuir freudlich karena
memiliki regresi yang lebih besar
dibandingkan dengan grafik isotermal
langmuir, yaitu sebesar 1.

DAFTAR PUSTAKA
Wrigleg, G.. 1988. Coffee. Longman Scientific
and Technologi Copublished in The United
State with John Wiley and Sons, Inc. New
York.
Krim, L., Salmoune, N., and Goma, B., 2006,
Kinetics of Cloromium Sorption on Biomass
Fungi from Aqueous Solution, American

Anda mungkin juga menyukai