DINAMIKA KIMIA
NRP
: 1414100105
KELAS
: DINAMIKA B
KELOMPOK
:6
Bab 1
1.1
Tujuan
1. Percobaan I
Tujuan dari percobaan I adalah untuk menentukan nilai konstanta laju reaksi dari
campuran solvolisis tert-butyl klorida dalam air : sistem pelarut aseton dengan
NaOH.
2. Percobaan II
Tujuan dari percobaan II adalah untuk menentukan efek dari perubahan
konsentrasi reaktan pada solvolisis tert-Butyl klorida dalam air : sistem pelarut
aseton.
3. Percobaan III
Tujuan dari percobaan III adalah untuk menentukan efek dari perubahan
temperature pada tert-Butyl klorida dalam air : sistem pelarut aseton.
4. Percobaan IV
Tujuan dari percobaan IV adalah untuk mempelajari efek dari perubahan
komposisi pelarut pada laju dari tert-Butyl klorida dalam air : sistem pelarut
aseton
Bab 2
Dasar Teori
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Reaksi
kimia ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Pada umumnya, reaksi-reaksi
yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya berlangsung secara cepat sehingga sulit
dipelajari mekanisme reaksi yang terjadi. Sedangkan reaksi-reaksi pada senyawa
organik berlangsung lambat. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut
kinetika kimia (Sukardjo, 1997). Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan
mekanisme reaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau
hasil reaksi persatuan waktu. Sementara itu, mekanisme adalah serangkaian reaksi
sederhana yang menerangkan reaksi keseluruhan. Laju reaksi dan mekanisme reaksi
memiliki hubungan, di mana untuk mengetahui mekanisme reaksi, dipelajari perubahan
laju reaksi yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pereaksi, hasil reaksi, katalis,
suhu, dan tekanan (Suardana, dkk, 2002). Misalkan untuk reaksi,
A + 2B 3C
laju reaksi, r, dalam bentuk diferensial dapat dinyatakan sebagai berikut:
dimana m adalah tingkat (orde) reaksi terhadap A dan n adalah orde reaksi terhadap B.
m + n adalah orde reaksi total. Orde reaksi tidak selalu sama dengan koefisien reaksi,
tetapi dapat berupa bilangan bulat maupun pecahan. Hal ini terjadi karena orde reaksi
diturunkan dari percobaan, bukan dari persamaan stoikiometri reaksi. Dengan demikian
orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah pangkat faktor konsentrasi pada
a.
b.
c.
d.
persamaan laju reaksi bentuk diferensial. Laju reaksi dapat ditentukan dengan mengikuti
perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi sejalan dengan waktu. Ada 2 cara untuk
menentukan laju reaksi (Suardana, 2002), yaitu cara kimia dan cara fisika.
Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain
bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh :
Konsentrasi Pereaksi
Pada umumnya jika konsentrasi zat semakin besar maka laju reaksinya semakin
besar, dan sebaliknya jika konsentrasi pula, dan sebaliknya jika sentrasi suatu zat
semakin kecil maka laju reaksinya pun semakin kecil. Untuk beberapa reaksi, laju
reaksinya pun semakin kecil. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau reaksi
dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya
menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju
reaksi.
Luas Permukaan
Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat, luas permukaan
(total) zat padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Semakin zat padat terbagi
menjadi bagian kecil, semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat biasanya
menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat padat dengan
massa yang sama. Bubuk padat memiliki permukaan yang lebih besar dari pada sebuah
bengkah zat padat.
Suhu atau Temperatur
Laju reaksi juga dapat di percepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya.
Ketika suhunya dinaikkan maka laju reaksi akan meningkat pula. Sebagai perkiraan
kasar, sebagai perkiraan besar, sebagai reaksi berlangsung dengan suhu ruangan maka
laju reaksi akan berlipat ganda setiap kenaikan 100C
Perkiraan ini bukan keadaan yang mutlak dan tidak bisa diterapkan pada seluruh
reaksi. Bahkan bila pun mendekati benar, laju reaksi akan berlipat ganda setiap 9 0C atau
110C atau setiap suhu tertentu. Angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipat
gandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya suhu.
Beberapa reaksi pada hakikatnya sangat cepat, sebagai contoh reaksi perpanasan
melibatkan ion yang terlarut menjadi zat padat yang tidak larut, atau reaksi ion hidrogen
dengan asam dan ion hidroksi dari Alkali didalam larutan, sehingga memanaskan salah
satu dari contoh ini tidak memperoleh perbedaan laju reaksi yang baik di laboratorium
maupun industri akan berlangsung lebih cepat apabila di panaskan
Tekanan
Bayak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari reaksi
seperti itu juga dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil
Volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju
reaksi.
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatkan
laju reaksi. Perubahan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan hanya zat padat
maupun zat cair tidak memberikan perubahan apapun pada laju reaksi.
Dalam proses pembuatan amonia dengan proses Haber, laju reaksi antara Hidrogen
dan Nitrogen ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi. alasan
utama menggunakan tekanan tinggi adalah untuk meningkatkan persentasi amonia di
dalam keseimbangan campuran, namun hal ini juga memberikan perubahan yang berarti
pada laju reaksi juga.
Industri yang melibatkan produksi berupa gas yang banyak dilangsungkan pada
tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga 400
atm.
e. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu sendiri tak
mengalami perubahan yang kekal (tidak diskon asumsi atau tidak dihabiskan). Katalis
dibagi 2 yaitu :
- Katalis Positif.
Katalis positif berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan cara
menurunkan energi pengaktifan, katalis positif disebut juga katalisator.
- Katalis Negatif
Katalis negatif berfungsi untuk memperkuat laju reaksi. Katalis negatif disebut
juga inhibator.
Adapun Jenis-jenis katalis yaitu :
- Katalis homogen
Wujud katalis homogen ini sama dengan wujud pereaksi. Jenis katalis ini
umumnya ikut beraksi tetapi pada akhirnya akan kembali lagi ke bentuk semula.
- Katalis Heterogen
Wujud katalis homogen ini berbeda dari wujud pereaksi. Jenis katalis ini
umumnya berupa logam-logam dan bereaksi yang dipercepat adalah reaksi gasgas katalis ini tidak ikut bereaksi, tetapi melalui reaksi permukaan yaitu
permukaan logam menyerap molekul-molekul udara hingga apabila dua
molekul gas yang dapat bereaksi terserap maka gas-gas itu akan mudah bereaksi
katalis ini kebanyakan digunakan dalam reaksi industri.
- Katalis biokimia
Katalis biokimia ini berfungsi untuk mempercepat reaksi-reaksi yang terjadi
pada makhluk hidup. Katalis ini berupa enzim-enzim.
Dalam laju reaksi terdapat pula teori tumbukan, reaksi berlangsung sebagai hasil
tumbukan antara partikel pereaksi. Akan tetapi tidaklah setiap tumbukan antara partikel
menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukkan antar partikel yang memiliki energi
yang cukup serta arah tumbukan yang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi
dapat bergantung pada 3 hal, yaitu:
Frekuensi Tumbukan
Alat
Stopwatch
Pipet ukur
Propipet
Erlenmeyer 50 mL
Tabung Reaksi
Pipet Tetes
Gelas Ukur
Gelas beaker
Bahan
Larutan tert-Butyl klorida dalam aseton ( 0.1 M)
Aseton (AR grade)
Larutan natrium hidroksida (0.1 M)
Indikator Bromophenol blue (0.2 %)
Aquades
1 buah
3 buah ( 1, 5 dan 10 ml )
1 buah
1 buah
8 buah
2 buah
1 buah
3 buah
100 ml
120 ml
25 ml
3.2
Prosedur Kerja
1. Penentuan Konstanta Laju Reaksi
Pipet 3 mL larutan tert-Butyl klorida 0.1 M ke dalam 4 tabung reaksi
pertama, kemudian ditambah dengan 3 mL aseton ke dalam 4 tabung reaksi
tersebut dan ditutup dengan aluminium foil. Kemudian di ambil 4 tabung reaksi
yang kedua dan diisi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH 0,1 M) dengan
variasi 0.15 mL; 0,3 mL; 0,45 mL; 0,6 mL. Masing-masing 4 tabung reaksi
kedua diisi dengan air sampai 7 mL dan ditambah indikator bromophenol ( 2
tetes ). Kemudian tuangkan dengan cepat larutan pada tabung reaksi pertama ke
tabung reaksi ke dua, Catat waktunya ketika larutan berubah dari biru menjadi
kuning.
2. Efek Perubahan Konsentrasi Reaktan
Pipet 3 mL larutan tert-Butyl klorida 0.1 M ke dalam 2 tabung reaksi
pertama, kemudian ditambahkan aseton dengan variasi 5 mL dan 18 mL ke
dalam 2 tabung reaksi tersebut dan ditutup dengan aluminium foil. Kemudian di
ambil 2 tabung reaksi yang kedua dan diisi dengan 3 mL larutan natrium
hidroksida (NaOH 0,1 M) . Masing-masing 2 tabung reaksi kedua ditambah
indikator bromophenol ( 2 tetes ). Kemudian tuangkan dengan cepat larutan pada
tabung reaksi pertama ke tabung reaksi ke dua, Catat waktunya ketika larutan
berubah dari biru menjadi kuning.
3. Efek Perubahan Temperatur
Pipet 3 mL larutan tert-Butyl klorida 0.1 M ke dalam 2 tabung reaksi
pertama, kemudian ditambahkan 3 mL aseton ke dalam 2 tabung reaksi tersebut
dan ditutup dengan aluminium foil. Kemudian disiapkan 2 erlenmeyer yang
kedua dan diisi dengan 0,3 mL larutan natrium hidroksida (NaOH 0,1 M) dan air
sampai 7 mL . Masing-masing 2 tabung reaksi kedua ditambah indikator
bromophenol ( 2 tetes ) dan dipanaskan dengan variasi 40C dan 50C. Setelah
dipanaskan dan mencapai suhu yang dikehendaki. Kemudian tuangkan dengan
cepat larutan pada tabung reaksi pertama ke tabung reaksi ke dua, Catat
waktunya ketika larutan berubah dari biru menjadi kuning.
4. Efek Perubahan Komposisi Pelarut
Disiapkan 3 tabung reaksi pertama. Diisi masing-masing dengan larutan
tert-Butyl klorida 0.1 M 2 mL dan aseton 2 mL (tabung reaksi 1), tert-Butyl
klorida 0.1 M 4 mL dan aseton 4 mL (tabung reaksi 2), tert-Butyl klorida 0.1 M
5 mL dan aseton 5 mL (tabung reaksi 3). Kemudian tutup semua tabung dengan
aluminium foil.
Disiapkan lagi tabung reaksi kedua. Diisi masing-masing dengan larutan
NaOH (0,1 M) 0,2 mL dan air 7,8 mL (tabung reaksi 4); NaOH 0,4 mL dan air
5,6 mL (tabung reaksi 5); NaOH 0,5 mL dan air 4,5 mL (tabung reaksi 6).
Masing-masing tabung reaksi 4,5,6 diberi 2 tetes indikator bromofenol biru.
Dimasukkan tabung reaksi 1 kedalam erlenmeyer, kemudian direaksikan
dengan tabung reaksi 4 dan dicatat waktu yang diperlukan larutan untuk berubah
dari biru menjadi kuning. Dilakukan hal yang sama untuk tabung reaksi 2
dengan 5 dan tabung reaksi 3 dan 6.
Bab IV
Analisa Data dan Percobaan
Data Percobaan
4.1
TBC
(mL)
Aseton
(mL)
NaOH
(mL)
Air
(mL)
Waktu
(det)
1
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
0,15
0,3
0,45
0,6
6,85
6,7
6,55
6,4
1,3
16
23
34
Waktu
Tabung 2
TBC
(mL)
Aseton
(mL)
Air
(mL)
NaOH
(mL)
Air
(mL)
0,3
6,7
18
0,3
6,7
33 detik
1 menit 20
detik
TBC
(mL)
Aseton
(mL)
NaOH
(mL)
Air
(mL)
Suhu
(C)
Waktu
(det)
1
2
3
3
3
3
0,15
0,3
6,85
6,7
40
50
1,17
0,58
4.2
Tabung
TBC
(mL)
Aseton
(mL)
NaOH
(mL)
Air
(mL)
Waktu
(det)
1
2
3
2
4
5
2
4
5
0,2
0,4
0,5
7,8
5,6
4,5
1,45
0,85
0,6
Perhitungan Grafik
Orde Reaksi
Reaksi SN1 mengikuti kinetika orde satu karena laju reaksi hanya bergantung
pada konsentrasi substrat organik
V k (CH 3)3 Cl
2.303
k
log 10
t
%reaksi
1
100
Tabung
%
Solvolisis
NaOH
(mL)
Waktu
(det)
1
2
3
4
5
10
15
20
0,15
0,3
0,45
0,6
1,3
16
23
34
0,039463
0,006586
0,007067
0,006564
Perhitungan K
2.303
k
log 10
1,3
5
1
100
k = 0,039463
0.05
0.04
0.04
0.03
f(x)==0.71
R
- 0x + 0.03
0.03
k 0.02
Linear ()
0.02
Linear ()
0.01
0.01
0
0
10
15
20
25
30
35
40
t (detik)
Air
(mL)
Solvolisis
18
2,5
Waktu
33 detik
1 menit 20
detik
K
0,001555
0,000317
0
0
f(x) = - 0x + 0
R = 1
0
0
0
k 0
0
Linear ()
0
0
0
30
40
50
60
70
80
90
Tabung
1
2
Ln k
T
(K
)
1/T
-2,4071909
313
0,00319489
-5,2726001
323
0,00309598
0
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
Linear ()
%
Solvolisis
Waktu
(det)
1
2
3
10
10
10
1,45
0,85
0,6
0,07267552
0,12397588
0,1756325
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
Linear ()
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Energi Aktivasi
Energi aktivasi (Eact) bisa juga dikalkulasikan dari percobaan dengan cara
memplotkan ln k ( sebagai ordinat ) versus 1/T ( sebagai absis ). Dimana, k
adalah konstanta laju dan T adalah temperatur absolut (K). Slop plot ini adalah
Eact/R dimana R adalah konstanta gas ( 1.9872 kal/mol ). Hal ini telah dilakukan
pada percobaan 3 (Efek Perubahan Temperatur) dimana persamaan garisnya
yaitu y = 28969x - 94,96 , dengan nilai Ea adalah
Ea
K=
R
ln
-
Ea
=28969
R
4.3
Ea
=28969
kal
1,9872
mol
E a=57567,19
kal
mol
Pembahasan
Pratikum ini terdiri dari 4 kali percobaan, yaitu
1. Penentuan Konstanta Laju Reaksi
2. Efek Perubahan Konsentrasi Reaktan
3. Efek Perubahan Temperatur
4. Efek Perubahan Komposisi Pelarut
Dimana pada percobaan penentuan kostanta laju reaksi diperoleh nilai k sebesar
-0,001 melalui perhitungan.
2.303
1
k
log 10
%reaksi
t
100
Nillai k minus menandakan terjadi kesalahan pada percobaan, hal ini dipengaruhi
dengan kesalahan preparasi atau juga dipegaruhi luasan tabung reaksi yang tidak sama.
Luasan tabung reaksi mempengaruhi kecepatan reaksi dimana semakin luas reaksi maka
reaksi akan berlangsung cepat.
Untuk percobaan efek perubahan konsentrasi reaktan didapati nilai K sebesar 3x10-5 . Dimana suatu zat yang bereaksi mempunyai konsentrasi yang berbeda-beda.
Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses
reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal ini
dikarenakan zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih
banyak, sehingga partikel-partikelnya tersususn lebih rapat dibanding zat yang
konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan sering bertumbukan
dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan
terjadinya reaksi makin besar. (Utami, 2009)
Sehingga diperoleh grafik turun karena konsetrasi pada tabung 2 relatif lebih
kecil sehingga kecepatan laju reaksi tabung 1 lebih cepat daripada tabung 2.
Disisi lain pada percobaan 3 yaitu efek perubahan temperatur didapati nilai Ea
dan K sebesar
57567,19
kal
mol
selalu bergerak, dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi kinetik partikel
bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. dengan frekuensi tumbukan yang
semakin besar, maka kemungkinan terjadiya tumbukan efektif yang mampu enghasilkan
reaksi juga semakin besar.
Suhu atau temperatur juga mempengaruhi energi potensial suatu zat. Zat-zat
yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan
efektif. Hal ini karena zat-zat tersebut tidak mampu melampui energi aktivasi. Dengan
menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial sehingga ketika
bertumbukan akan menghasilkan enrgi.(Utami, 2009)
Sedangkan efek perubahan komposisi pelarut didapati nilai k sebesar -0,1146.
Menurut teori reaksi SN1 bereaksi pada pelarut polar sehingga terbentuk karbokation
yang membuat reaksi berlansung lebih cepat. Pembentukan karbokation (menentukan
tahap laju) dipengaruhi oleh kepolaran pelarut (meningkatkan polaritas pelarut
didukung oleh pembentukan karbokation), peningkatan atau penurunan laju reaksi
dengan meningkat atau menurunnya polaritas dari pelarut. Pada percobaan 4 didapati
nilai regresi 0,945 hal ini dapat dipengaruhi dengan kesalahan preparasi.
Bab 5
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
- Nilai k dari percobaan penentuan konstanta laju reaksi adalah -0,001
- Nilai k dari percobaan efek perubahan konsentrasi reaktan adalah 3x10-5
- Nilai k dari percobaan efek perubahan temperatur adalah 28969
dan nilai Ea sebesar -57567,19 kal/mol
- Nilai k dari percobaan efek perubahan komposisi pelarut adalah -0,1146
5.2
Saran
Saran untuk percobaan ini adalah semakin dilengkapi alat-alat untuk percobaan
karena pratikum dapat terhambat karena permasalahan alat. Selain itu diharapkan
percobaan selanjutnya didapati hasil yang sesuai teori agar keakuratan data pratikum
lebih terpercaya.
Daftar Pustaka
Atkins, P.W.1999.Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Chang,Raymond. 2003. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid Satu. Alih bahasa Muhamad
Abdulkadir,dkk. Jakarta : Erlangga
Petrucci,Raplh H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.