Anda di halaman 1dari 47

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN TN F DENGAN CONTUSIO
CEREBRI DI GEDUNG A LANTAI 5 ZONA KANAN RUMAH
SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
( 03 s/d 06 November 2009 )
(Berdasar teori Handerson)
Disusun dalam rangka memenuhi tugas aplikasi klinik
Keperawatan Medikal Bedah I
Disusun oleh :

Mohamad Judha

NPM : 0806446510

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2009
Asuhan Keperawatan Pada Ny. I
Dengan Contusio Cerebri Gedung A Lantai 5

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Jakarta 2009

A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pasien Ny. I 52 tahun, pekerjaan suami rumah tangga, pendidikan SMP, agama
Islam dirawat karena terjatuh dari dari sepeda motor saat membonceng, ( saat
dikaji pasien yang masuk tanggal 2 November 2009, dan masuk IGD dilakukan
setelah tindakan smentara di rumah sakit daerah di bogor kemudian dirujuk ke
IGD Rumah sakit Cipto Mangun Kusumo
b. Riwayat kesehatan
pada saat pengkajian tanggal 3 November 2009 telah terpasang dower cateter, ,
terdapat luka pada bagian kepala sepanjang 5 cm dan terdapat jahitan, pada
bagian pinggang terdapat nyeri tapi luka tidak ada. Sebelumnya pasien
mempunyai riwayat Diabetes Militus Tipe 2 (DM tipe 2) dan mendapat terapi oral
1x/hari amaril tablet.

c. Pengkajian pola fungsi ( 14 kebutuhan Handerson )


i. Pengkajian pernafasan
Pengkajian ( 3-11-2009 pukul 08.00)
Data Subyektif : tidak didapatkan keluhan, data obyektif didapatkan RR :
24 x/menit. Pada saat pengkajian pasien tidak membutuhkan oksigen
untuk bantu nafas.
Kesadaran saat dikaji Compos metis. Saat dipanggil pasien memberikan
respon menjawab menandakan pasien sadar dan tidak mengalami
gangguan nafas.
ii. Nutrisi
Pengkajiaan (3-11-2009)
Didapatkan pola makan sebelum dan saat sakit makan 3x/hari, makanan
yang dimakan nasi dan lauk pauk, (tidak terdapat reaksi alergi terhadap
suatu jenis makanan ( menurut suami pasien ) saat sakit makan habis ½
porsi makanan, Tinggi badan : 155 cm, Berat badan 50 Kg, diet yang
diberikan diet lunak, cairan oral ± 1500 ml/hari, saat pengkajian pasien
menyatakan makan hanya ¼ dari lauk yang disediakan termasuk telur.
iii. Pengkajian eliminasi BAB dan BAK.
Sebelum sakit Bab 1-2 x/hari konsistensi lembek, warna kuning, pasien
selama sakit untuk aktivitas BAB belum ada, baru setelah hari ke 3 ( 4-11-
2009 ) pasien lewat suami menyatakan belum BAB . dan untuk BAK pada
saat pengkajian pasien terpasang Dower cateter pengeluaran baik..
iv. Pola pergerakan /mobilisasi dan menjaga posisi nyaman
Pada saat pengkajian semua aktivitas pasien memerlukan bantuan, semua
aktivitas dilakukan di tempat tidur, tampak bahwa pasien tampak
ketakutan saat melakukan pergerakan karena terdapat luka dibagian tubuh
kepala, ketika terbatukpun klien masih takut kalau nyeri karena nyeri, hal
ini diperkuat dengan pernyataan pasien. Pasien juga merasa pusing dan
terasa berputar setiapkali membuka mata .
v. Tidur dan istirahat
Data Subyektif : pasien menyatakan sering terbangun karena kurang
nyaman terpasng alat –alat. Nyeri saat batuk juga menambah kurang
tidurnya pasien.
Data Obyektif : pasien terlihat lemas, posisi tidur kurang nyaman sering
beralih posisi.
vi. Pakaian yang sesuai
Dengan dipasangnya alat-alat yang melekat ditubuh pasien tampak pasien
tidak mengenakan baju, karena ketika membuka mata terasa pusing dan
rasa berputar, suami juga takut mengganggu atau menghambat aktivitas
pasien tidur dan istirahat pasien.
vii. Menjaga suhu tubuh dan mengubah lingkungan
Suhu tubuh : 37,2’C, selama dirawat tidak terdapat peningkatan suhu
tubuh yang significant.
viii. Menjaga kebersihan tubuh dan menjaga integument
Mandi selama sakit dilakukan dengan bantuan perawat dan keluarga,
bantuan yang dilakukan adalah bantuan maksimal, pasien mandi 2x/hari,
kulit sekitar luka kepala tidak diseka dengan air karena pasien mesih
merasa sakit, tampak perban penutup luka mengelupas. Terdapat luka
pada kepala sepanjang 5 cm dan terdapat jahitan.
ix. Menghindari bahaya yang dapat melukai
Pada saat dirawat pasien terlihat berhati-hati dalam melakukan setiap
tindakannya, dengan bantuan keluarga ( suami ) berusaha untuk
mendekatkan segala kebutuhan pasien didekat pasien agar mudah
terjangkau. Pada tanggal 4-11-2009 pada saat ganti balut pasien tampak
ketakutan dan menghindari gerakan mendadak saat menjalankan aktivitas
meski dengan bantuan maksimal.
x. Komunikasi, mengungkapkan emosi, bebas dari rasa takut
Pada tahap awal pengkajian tampak bahwa pasien masih membatasi diri
saat ditanya karena untuk membuka mata terasa pusing, namun karena
pendekatan yang intensif kemudian pasien mulai terbuka, pernyataan
mengenai keluhan pasien pada awal pengkajian masih dibantu oleh suami
pasien namun pada hari ke 2 pengkajian pasien mulai menyatakan
masalahnya sendiri.
xi. Beribadah
Selama dirumah sakit pasien tidak menjalankan ibadah karena ketakutan
dalam melakukan aktivitas karena terpasang alat-alat yang dianggap oleh
pasien mengerikan serta masih terasa pusing.
xii. Bekerja
Selama dirumah-sakit pasien tidak dapat menjalankan fungsinya dalam
bekerja sebagai suami rumah tangga.
xiii. bermain/rekreasi
selama sakit pasien tidak dapat melakukan kegiatan, semua kegiatan
dilakukan dengan bantuan suami.
xiv. Belajar/mengetahui hal-hal baru
Pada saat sakit pasien mau belajar hal-hal baru misalkan teknik nafas
dalam sebagai usaha menekan nyeri, mempelajari teknik / cara alih posisi
saat ganti balut.
B. Phatofisiologi kasus
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif
khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di
kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih
rendah disamping penanganan pertama yang belum benar benar rujukan yang terlambat
Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala 200/100.000
penduduk pertahun. Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -5%
yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara
konservatif.
Pragnosa pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara
tepat dan cepat.
Pasien meninggal karena beberapa faktor yakni :
• Prolog hipoksia dan hipotensi
• Herniasi otak
• Komplikasi - komplikasi sistemik

Pada salah satu studi prospektif dengan CT Scan didapat hasil :


• Pada cedera kepala berat : 30% CT Scan normal dan 70% abnormal
• Pada cedera kepala ringan yang pemah mengaJami pingsan: 18% CT Scan abnormal
• 5% diantaranya memerlukan tindakan operasi.
• Pada cedera kepala sedang : 40% CT Scan abnormal dan 8% memerlukan tindakan
operasi.

Dari traumatik kama data bank ditemukan pada studi 275 pasien dengan
hematoma supratentorial didapat: 58% SDH, 26% ICH clan 16% EDH
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg
%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat
akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr.
jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-
myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi
ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan
vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan
tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh
persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak
begitu besar.

PATHWAYS
Trauma kepala
Cedera jar. Otak
Cedera menyeluruh
setempat

Kerusakan setempat Kekuatan diserap sepanjang jar. otak

Sawas darah otak rusak

Vasolidator pemb. Darah & CO2 meningkat


edema(Ketidakseimbangan CES & CIS)
PH menurun

Mobilisasi sel ke darah edema

Peningkatan TIK Hipoksia

Iskemi jar otak

Nekrosis jar otak Peningkatan p’fusi jar. otak

Defisit neurolosis Penurunan tingkat kesadaran

Gang. Syaraf vagal Gang fungsi medulla Gang. Pemenuhan


dolongata kebutuhan ADL
Penurunan fungsi
kontraksi otot polos Gangguan fungsi Kerusakan persepsi &
lambung otot respirasi kognitif

Penurunan kemamp. Kerusakan mobilitas frek


Perububahan
Absorsi makanan
frek.RR
Perub P’sepsi sensorik
Nausea Makanan tdk
Resti pola nafas
tercerna
tdk efektif
Vornitus
Resiko nutrisi kurang dr kebutuhan Resti cedera sekunder

Resiko deficit cairan


C. Data hasil pengkajian
Nama : Ny. I ( 52 Tahun)
No Reg : 333-27-72
Dx Medis : contusio cerebri + DM tipe 2
Agama : Islam

Pengkajian tanggal 2-11-2009 pernah dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal :


Hb : 12,1 g/dl
Ht : 31,7
Leu : 8500
Trom : 110000
Hasil laboratorium tanggal 2-11-2009 :
SGOT : 33 Ph : 7,41
SGPT ; 39 PCO2 : 37
Na : 147 PO2 : 79,9
Cl : 112 SO2 : 97
GDS : 173 HCO3 : 27
GDS tanggal 3 -11-2009 : 94 (jam 0800) 171 (jam 12.00)

Hasil foto rontgen thorak dan cervical tanggal 2-11-2009 :


Tidak didapatkan kelainan struktu paru dan jantung. Serta tidak ada kelainan pada daerah
cervikal.

Hasil Ct scan 2-11-2009 didapatkan hasil :


- Contusio cerebri pada lobus frontal kanan
- Fraktur os temporo occipital kiri
- Sub galeal hematom di occipital kiri.

Therapi tanggal 2-11-2009 s/d 3-11-2009


- Infus : Nacl 0,9 % + kcl 125 mg /12 jam
- insulin R 50 u + 50 cc Nacl1 cc/jam
- Etrace 1 x 400 mg
- Citicholin 2 x 50 mg IV
- Omeperazole 1 x 40 mg
- Diet DM 1700 kalori.

Pada pemeriksaan /pengkajian luka didapatkan tampak luka dikepala sepanjang 4 cm,
luka kering tidak tampak tanda-tanda infeksi pada jahitan luka. Sehingga pasien merasa
nyaman jika posisi istirahat side lying miring kanan dan belum berani pada posisi
semifowler.

Pengkajian fisik tanggal 03-11-2009


1. Kepala : bentuk mesochepal, normochepal tidak ada kelainan, luka (+),terdapat
jahitan luka sepanjang 4 cm , rambut agak kotor karena darah kering.
2. Mata : konjugtiva anemis, sclera tidak ikterik, edema palpebra(-), pupil isokor.
3. Telinga : serumen (-), otorea (-) tidak ada kelainan, kelainan pendengaran (-)
4. Hidung : tidak ada kelainan, tidak terpasang canul Oksigen, pernafasan cuping hidung
(-), bunyi nafas tidak ada kelainan
5. Mulut dan faring : stomatitis (-), mukosa bibir dan mulut lembab, gigi tanggal
dibeberapa bagian, tidak ada pembengkakan gusi, lidah bersih , bau mulut tidak ada.
6. Leher : tidak ada pembesaran, JVP 5 cm, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, .
7. Thorak dan abdomen ; dada simetris, tarikan dinding dada (-/+), ronchi(+), wheezing
(-), terpasang oksigen kadang-kadang saja saat pasien kelelahan atau nhyeri kepala.
Pada hasil rotgen tampak kelainan paru.
8. Jantung : iktus kordis tidak tampak, BJ I dan II normal, tidak ditemukan bunyi
jantung tambahan, pembesaran jantung CTR < 50 %.
9. Genitalia : terpasang dower cateter, pengeluaran +, tidak ada pengeluaran darah pada
produksi urine, urin tampak bening warna kuning.
10. Ekstremitas : tonus otot relative baik, tidak terdapat deformitas sendi.
5555 5555
5555 5555

D. Rencana perawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan :

1. Nyeri
2.resti gangguan perfusi jaringan otak
3. keterbatasan mobilitas fisik

FOKUS PENGKAJIAN
1. Nyeri pada tempat fraktur dan luka
2. Adanya daerah yang lukapada daerah kepala
3. Usaha pemenuhan kebutuhan dan aktivitas pasien

FOKUS INTERVENSI
1. Kaji ABC :
a. Pertahankan Airway, breathing dan circulation
b. tingkat kesadaran
2. Dapatkan riwayat pasien dengan cepat
a. Apa yang terjadi ?
b. Bagaimana mekanisme dari luka/
c. Berapa lama luka itu terjadi?
d. Dimana terdapat nyeri ? dimana lokasinya ?
e. Apakah ada yang membuat nyerinya lebih baik atau lebih buruk?
f. Bagaimana nyeri yang dirasakan seperti apa ?
g. Bagaimana skala nyeri ( 1-10 ) ?
h. Apakah ada riwayat medis yang signifikan ?
3. Lakukan pengkajian cepat ( 1 menit ) untuk :
- Manilai luka : kedalaman, panjang dan lebar serta kemungkinan infeksi
- Hubungan luka dengan tingkat kesadaran
- Hubungan luka terhadap kemampuan mobilisasi dan aktivitas

Rencana keperawatan yang ada tanggal 3-11-2009


No Diagnosa Rencana keperawatan Rasionalisasi

1 Gangguan rasa Jelaskan dan bantu klien dengan R/ Pendekatan


nyaman : Nyeri akut tindakan pereda nyeri dengan
berhubungan dengan nonfarmakologi dan non invasif. menggunakan
trauma jaringan dan 1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik- relaksasi dan
reflek spasme otot tehnik untuk menurunkan nonfarmakologi
sekunder ketegangan otot rangka, yang dapat lainnya telah
Tujuan : Nyeri menurunkan intensitas nyeri dan menunjukkan
berkurang/hilang. juga tingkatkan relaksasi masase. keefektifan dalam
Kriteria hasil : R/ Akan melancarkan peredaran mengurangi nyeri.
• Nyeri berkurang/ darah, sehingga kebutuhan O2 oleh
dapat diadaptasi. jaringan akan terpenuhi, sehingga
• Dapat akan mengurangi nyerinya.
mengindentifikasi R/ Mengalihkan
aktivitas yang 2) Ajarkan metode distraksi selama perhatian nyerinya
meningkatkan/ nyeri akut. ke hal-hal yang
menurunkan nyeri. menyenangkan.
• Pasien tidak gelisah.
3) Berikan kesempatan waktu R/ Istirahat akan
istirahat bila terasa nyeri dan merelaksasi semua
berikan posisi yang nyaman ; misal jaringan sehingga
waktu tidur, belakangnya dipasang akan meningkatkan
bantal kecil. kenyamanan.

4) Tingkatkan pengetahuan R/ Pengetahuan


tentang : sebab-sebab nyeri, dan yang akan dirasakan
menghubungkan berapa lama nyeri membantu
akan berlangsung. mengurangi
nyerinya. Dan dapat
membantu
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik.
5) Kolaborasi denmgan dokter,
pemberian analgetik. R/ Analgetik
memblok lintasan
nyeri, sehingga
nyeri akan
berkurang.
6) Observasi tingkat nyeri, dan
respon motorik klien, 30 menit R/ Pengkajian yang
setelah pemberian obat analgetik optimal akan
untuk mengkaji efektivitasnya. memberikan
Serta setiap 1 - 2 jam setelah perawat data yang
tindakan perawatan selama 1 - 2 obyektif untuk
hari. mencegah
kemungkinan
komplikasi dan
melakukan
intervensi yang
tepat.

2. Gangguan perfusi 1) Elevasi tempat tidur dari bawah R/ Mengalihkan


jaringa otak
pinggang 30 * perhatian nyerinya
2) Ajarkan Relaksasi : Tehnik- ke hal-hal yang
tehnik untuk menurunkan menyenangkan.
ketegangan otot rangka, yang dapat
menurunkan intensitas nyeri dan R/ Istirahat akan
juga tingkatkan relaksasi masase. merelaksasi semua
3) Ajarkan metode distraksi selama jaringan sehingga
nyeri akut. akan meningkatkan
4) Berikan kesempatan waktu kenyamanan.
istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman ; misal R/ Pengetahuan
waktu tidur, belakangnya dipasang yang akan dirasakan
bantal kecil. membantu
4) Tingkatkan pengetahuan mengurangi
tentang : sebab-sebab nyeri, dan nyerinya. Dan dapat
menghubungkan berapa lama nyeri membantu
akan berlangsung. mengembangkan
5) Kolaborasi denmgan dokter, kepatuhan klien
pemberian analgetik. terhadap rencana
6) Observasi tingkat nyeri, dan teraupetik.
respon motorik klien, 30 menit
setelah pemberian obat analgetik R/ Analgetik
untuk mengkaji efektivitasnya. memblok lintasan
Serta setiap 1 - 2 jam setelah nyeri, sehingga
tindakan perawatan selama 1 - 2 nyeri akan
hari. berkurang.
7) pemberian pemenuhan
kebutuhan O2 oleh jaringan akan
terpenuhi, sehingga akan
mengurangi nyerinya.

3 Hambatan mobilitas Kaji kebutuhan akan pelayanan R/ mengidentifikasi


fisik berhubungan kesehatan dan kebutuhan akan masalah,
dengan peralatan. memudahkan
ketidakcukupan intervensi.
kekuatan dan Tentukan tingkat motivasi pasien
ketahanan untuk dalam melakukan aktivitas. R/ mempengaruhi
ambulasi dengan alat penilaian terhadap
eksternal. kemampuan
Tujuan : pasien akan aktivitas apakah
menunjukkan tingkat karena
mobilitas optimal. ketidakmampuan
Kriteria hasil : ataukah
• penampilan yang Ajarkan dan pantau pasien dalam ketidakmauan
seimbang.. hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan
• melakukan kemampuan
pergerakkan dan Ajarkan dan dukung pasien dalam aktivitas optimal.
perpindahan. latihan ROM aktif dan pasif
• mempertahankan
mobilitas optimal yang R/ mempertahankan
dapat di toleransi, /meningkatkan
dengan karakteristik : Kolaborasi dengan ahli terapi fisik kekuatan dan
0 = mandiri penuh atau okupasi. ketahanan otot.
1 = memerlukan alat
Bantu. R/ sebagai suatu

2 = memerlukan sumber untuk

bantuan dari orang mengembangkan

lain untuk bantuan, perencanaan dan

pengawasan, dan mempertahankan /

pengajaran. meningkatkan

3 = membutuhkan kekuatan tonus otot

bantuan dari orang dan rentang sendi.

lain dan alat Bantu.


4 = ketergantungan;
tidak berpartisipasi
dalam aktivitas.
Intervensi :
atkan mobilitas
pasien.
E. Implementasi tanggal 3-11-2009 sampai 6-11-10-2009

Tanggal DX Implementasi Justifikasi Kondisi


Kep pasien

3-11-2009 - Pengkajian dan penetapan Sehubungan Menjawab


masalah keperawatan dengan masalah setiap
dengan menggunakan yang komplek pertanyaan
teori Virginia Handerson maka perlu perawat
dan pendekatan pasien dilakukan dengan
dengan konsep teori pengkajian yang singkat dan
Peplau mendalam dan dari sikap
terbentuknya rasa tubuh
percaya antara terkesan
pasien dam menutup diri,
perawat terlihat
murung.
suami pasien
mau
melakukan
komunikasi
dengan
perawat dan
membuka
diri.

4-11-2009 1 Mengajarkan teknik Hasil penelitian S: pasien


relaksasi nafas dalam menunjukkan masih
efektif untuk menyatakan
Mengajarkan teknik mengurangi nyeri. nyeri
distraksi nyeri Menghambat
impuls syaraf
yang
menghantarkan
rasa nyeri,
sehingga akan
melancarkan
peredaran darah,
sehingga
Kolaborasi dengan dokter, kebutuhan O2
pemberian analgetik oleh jaringan akan
terpenuhi,
sehingga akan
Observasi tingkat nyeri, mengurangi
dan respon motorik klien, nyerinya.
30 menit setelah
pemberian obat analgetik Analgetik
untuk mengkaji memblok lintasan
efektivitasnya. Serta setiap nyeri, sehingga
1 - 2 jam setelah tindakan nyeri akan
perawatan selama 1 - 2 berkurang
hari.
Pengkajian yang
optimal akan
memberikan
Melakukan ganti balutan perawat data yang
pada luka bagian kepala obyektif untuk
mencegah
kemungkinan
komplikasi dan
melakukan
intervensi yang
tepat.
Mengurangi resiko
infeksi

4-11-2009 2 Memberikan posisi semi Meningkatkan


fowler/fowler ekspansi paru,
menguramgi
hambatan dari
pengembangan
otot intercostals
serta membantu
Jelaskan klien tentang kontraksi
kegunaan relaksasi, diafragma
Mangajarkan batuk yang Pengetahuan yang
efektif dan mengapa diharapkan akan
terdapat penumpukan membantu
sekret di sal. pernapasan. mengembangkan
kepatuhan klien
Kolaborasi dengan tim terhadap rencana
kesehatan lain : teraupetik.
- Dengan dokter,
tentang pemberian
humulin R 3x 5 U
- Pemantauan gula
darah
Ganti balutan / kassa luka
di kepala dengan teknik
antiseptik

4-11-2009 3 Kaji kebutuhan akan Menentukan alat S: -


pelayanan kesehatan dan serta prioritas O: aktivitas
dalam membantu masih dibantu
kebutuhan akan peralatan. aktivitas pasien. suami

menentukan tingkat
motivasi pasien dalam
melakukan aktivitas
bersama keluarga dan
pasien
Ajarkan dan pantau
pasien dalam hal
penggunaan alat bantu
bersama keluarga dan
pasien.

5-11-2009 2 Menganjurkan pasien Untuk


untuk mau makan diet perencanaan
ekstra telur sebagai keperawatan
sumber protein. tentang diet DM
Konsultasi pihak gisi yang akan
tentang nutrisi yang harus diberikan
dikonsumsi pasien pada
pasien DM
Mengkaji / melakukan
pemeriksaan
albumin/protein
Menganjurkan pasien
untuk melakukan aktivitas
secara aktif tanpa takut
terhadap luka yang
diderita.

6-11-2009 3 mengkaji kebutuhan akan Memandirikan S:-


pelayanan kesehatan dan pasien dan
kebutuhan akan peralatan. keluarga serta O; tampak
menentukan mobilisasi
menententukan tingkat tingkat batuan dan aktifitas
motivasi pasien dalam aktivitas yang aktif oleh
melakukan aktivitas. diperlukan pasien,
bantuan
mengajarkan dan pantau keluarga
pasien dalam hal (suami min
penggunaan alat bantu imal)
pada pasien dan keluarga.
Ajarkan dan dukung
pasien dalam latihan ROM
aktif dan pasif
Kolaborasi dengan ahli
terapi fisik atau okupasi.

6-11-2009 1, 2 Melakukan perawatan Perawatan luka S:


dan 3 luka dengan teknik steril merupakan port de menyatakan
entre masuknya ingin pulang
Memberikan penjelasan luka maka perlu
kepada pasien dan dilakukan dengan O: Luka
keluarga dalam perawatan teknik steril bersih, nyeri
luka untuk persiapan (-), tanda
rencana pulang pasien infeksi (-)

F. Analisis pengalaman diri


1. Hambatan saat melakukan perencanaan dan implementasi keperawatan
a. Saat membuat rencana keperawatan, format rencana keperawatan belum
tersedia dengan baik, format yang ada hanya berupa kotak kecil dan tidak
memuat dan memungkinkan menulis secara rinci kondisi pasien, perencanaan
yang ditulis seringkali berbeda dengan apa yang telah direncanakan dalam
implementasinya, hal ini disebabkan kondisi lingkungan, sarana dan prasarana
yang tidak memmadai.
b. Rencana dan implementasi terkadang bertentangan dengan rekan kerja /
dokter karena dokter labih berfokus pada layanan medis berdasarkan respon
klinis tanpa memperhatikan segi bio, psiko, sosio dan cultural.

2. Identifikasi tindakan yang tidak/kurang tepat dan sudah dilakukan di ruangan.


a. Dokumentasi tindakan keperawatan belum dilakukan dengan baik, tetapi ada
usaha untuk melakukan dokumentasi secara benar.
b. Dalam melakukan tindakan baik seringkali tidak terpikirkan untuk
mempertimbangkan dari segi bio,psiko,sosio dan cultural daru pasien.
c. Setiap tindakan penolakan pada tindakan keperawatan seringkali dianggap
sebagi usaha untuk menghambat dari tujuan keperawatan oleh pasien tanpa
memandang kenapa pasien menolak.

ANALISA KASUS PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN


1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya
pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater,
pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat
terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus
temporalis dan parietalis.

Gejala-gejala yang terjadi :


Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil
ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi,
Peningkatan suhu
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik.
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat
diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2
hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri,
berfikir lambat, kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh
darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral,
dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk
Daftar Pustaka

Doenges, Moorhouse, Geissler (2000). Nursing Care Plans. Guidelines For planning and Documenting
Patient care. (Kariasa, Sumarwati, Penerjemah). Philadelphia : F.A.Davis Company.

Engran B (1999). Medical-Surgical Nursing Care Plans. (Samba S, dkk, Penerjemah). Delmar, A Division of
Wadsworth, Inc. (Sumber asli diterbitkan 1993).

Lewis, Heitkemper,Dirksen. (2000). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems. (5th.ed). Boston : Mosby.

Price .S.A. Wilson L/M (1995).Pathophysiology. Clinical Concepts Of Disease Processes. (Dr. Peter
Anugerah,Penerjemah). Mosby Year Book, Inc. (sumber asli diterbitkan 1992).

Priharjo. R, (1999). Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta; CV. EGC

Smeltzer, S. C et.al (2000), Brunner&Suddarth’s: Textbook of Medical Surgical Nursing.9 th. Philadelphia:
Lippincott

Nursing Theorists (web), http://www.currentnursing.com/nursing_theory/nursing_theorists.htm

application of nursing theories (web), http://www.nursingplanet.com / Nursing_Research / free_articles


4.htm

Dirjend POM Depkes R.I (2000), Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Jakarta CV. Sagung Seto

Lombardo (2002). Penyakit Cerebrovaskuler dan Nyeri Kepala. Dalam Price & Wilson (Editor).
Pathophysiology, Clinical Concept of Disease Processes. (02-581). (Anugerah P. Penerjemah) Edisi
4, Jakarta : CV. EGC (Sumber asli diterbitlan 1995)

McCabe M, (2005). Penatalaksanaa Pasien dengan Disfungsi Neurologi. Dalam Smeltzer & Bare (Ediotr).
Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-surgical Nursing. (02-775) (Kuncara, dkk. Penerjemah).
Edisi 8. Jakarta; CV. EGC. (Sumber asli diterbitkan 1996)

Morton, et.al (2005), Critical Care Nursing: A Holistic Approach, 8th Edition, Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins

Ninds. (2006). Aphasia. Diambil pada 12 Pebruary 2006 dari http://www.ninds.nih.gov

Priharjo. R, (1999). Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta; CV. EGC

Stroke. (2006). Speech and Language Therapy after stroke. Diambil pada 10 Pebruary 2006 dari
http://www.stroke.org
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai