Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

Kesehatan dan Keselamatan Kerja I.


5 Contoh Kasus Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Disusun Oleh :
Kelompok II (Dua)
Glennata Apriatama 142012016008
Tashrifah Panhar 142012016017
Fitriani Ambar Sari 142012016007
Ayu Lestari 142012016004
Nabila Fitria 142012016012

Dosen Pembimbing :
Ns. Helsy Desvitasari, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat dan rahmatnya
penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, serta tak lupa penulis
hanturkan junjungan kepada Baginda Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyusun makalah yang berjudul 5


KASUS Asuhan Keperawatan K3 yang dimana untuk memenuhi tugas dari
Mata Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja I. Adapun penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang mendalam kepada dosen pembimbing yang setia
memberikan edukasi serta pengetahuan, motivasi dan semangat kepada penulis
sehingga makalah ini mampu disusun dengan sedemikian rupa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum layak dikatakan sempurna,


maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun bagi semua yang
membaca agar makalah ini jauh lebih baik lagi.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan,terima kasih atas


perhatiannya.
Wassalamu’alaikum warrahmatullah Wabarakatuh

Palembang, 17 Desember 2021


Penulis

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang.
Setiap tindakan memiliki resiko, tindakan medic juga menyimpan potensi
resiko.Banyaknya jenis pemeriksaan, jenis obat, dan prosedur, serta jumlah pasien
dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi
terjadinya kesalahanmedis (medical errors). Menurut Institute of Medicine
(1999), medical error didefinisikansebagai: The failure of a planned action to be
completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to
achieve an aim (i.e., error of planning). Artinyakesalahan medis didefinisikan
sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telahdirencanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahantindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan
perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkanatau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa
Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Hal ini sangat
merugikan dan membahayakan, pasien dapat mengalami hal buruk dan pemberi
tindakan juga dapat terkena pasal pelanggaran hokum.
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan
suatukejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), dan bukan karena ³underlying disease´ atau
kondisi pasien.Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti
kesalahan atauketerlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang
sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak
bertindak atas hasil pemeriksaan atauobservasi; tahap pengobatan seperti
kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaanterapi, metode penggunaan
obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhanyang tidak layak;
tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik sertamonitor dan
follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain sepertikegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan
kesehatanmencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya
adalah adverseevent yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang
lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita
semua.Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of
Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient
safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-
capaian peningkatan yangterukur untuk medication safety sebagai target
utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam ³TO ERR IS
HUMAN, Building a Safer HealthSystem´ melaporkan bahwa dalam pelayanan
pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuanini, tahun 2004, WHO
mencanangkan World Alliance for Patient Safety , program bersama dengan
berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.Di
Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah
untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh darimedical
error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif
melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih
memperhatian keselamatan pasiendi rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Contoh kasus asuhan Keperawatan K3.

KASUS 1
A. Tn. S merupakan pasien rawat inap di rumah sakit SF akibat menderita
stroke, ia berumur 89 tahun yang beralamatkan di desa Purwosari RT/RW
09/028 Kab. Muara Enim Sumatera Selatan. Tn.S ini ditemani sang cucu
pada saat ia dalam masa rawat inap tersebut. Penglihatan Tn.S pun sudah
nampak kabur
Pada pagi hari pukul 07/00 WIB, Tn.S mengalami jatuh dari ranjang rawat
inap pada saat ia ingin berpindah posisi dan memang pada saat itu ruangan
tersebut baru saja dibersihkan oleh petugas kebersihan serta yang
berbarengan dengan sang cucu sedang keluar untuk mencari sarapan pagi.
Keadaan pasien Sopor, pasien masih dapat diajak berkomunikasi.

A. Pengkajian
I. Biodata pasien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin :L
Umur : 89 tahun
Status perkawinan : Cerai mati
Alamat : Ds. Purwosari RT/RW 09/028, Muara
enim.

II. Keluhan utama


Tn. S sebelumnya memang di rawat di kamar inap karena
menderita stroke, selama di rawat dirumah sakit Tn.S memang
nampak sering melamun meski ia ditemani sang cucu. Pasien
terlihat sangat murung serta menjadi tertutup, pagi tadi pasien
terjatuh dari bed tempat tidur yang dimana ia tempati, pasien
menjadi tambah pendiam, keadaan pasien sadar namun dalam
keadaan sangat mengantuk.

III. Riwayat kesehatan sekarang


Tn.S memiliki riwayat hipertensi, yang dimana hingga saat ini
tekanan darah nya sangat lah tinggi hingga beberapa kali dilakukan
pemeriksaan sampai dengan 200/110 mmHg. Tn.s ini sukar untuk
menggerakkan kaki dan tangannya sebelah kanan, selama di rawat
pola makan pasien selalu diperhatikan.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.


A. Orang tua dari Tn.S sudah meninggal karena faktor usia dan
memliki riwayat hipertensi.
B. Tn.S mengaku pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
C. Pengobatan yang pernah dilakukan ialah pernah mengkonsumsi
obat tradisional dalam 20 tahun terakhir sebelum beralih ke
pengobatan Medis.
D. Tidak memiliki riwayat alergi.

V. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan pasien sangat lemas setelah terjadi jatuh, Pasien sadar
namun dalam keadaan sangat mengantuk

B. TTV
- Suhu tubuh : 38 ° C
- Tekanan darah 180/100
- Nadi : 84 x/mnt
- Pernafasan : 26/mnt
- TB : 170 cm
- BB : 50 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Semua keadaan pasien normal, tidak ada perubahan bentuk tubuh
akibat terjatuh. Hanya saja pasien nampak trauma

B. Diagnosa.
Data : Pasien mengalami jatuh ketika ia sedang keadaan ingin
merubah posisinya.
Masalah : Faktor Proses penuaan, Faktor penglihatan dari pasien.

Data : Ruangan ketika kejadian baru saja dibersihkan oleh petugas


yang berjaga.
Masalah : kondisi lantai yang licin.

Data : Pasien pada saat itu dalam keadaan sedirian karena sang
cucu sedang keluar untuk mencari sarapan.
Masalah : tidak dipasang nya palang penghalang bed tempat tidur
rawat inap.

C. Intervensi
Dx. 1 : Faktor proses penuaan dan faktor penglihatan pasien.
Intervensi : Pendampingan keluarga yang intensif.
1. Beri penjelasan kepada keluarga yang menjaga untuk tidak
meninggalkan pasien seorang diri, dalam hal ini tidak
meninggalkan untuk urusan yang dapat ditunda terlebih
dahulu.
2. Beri pula penjelasan kepada pasien jika ingin bergerak,
usahakan jangan terlalu cepat karena hal yang demikian
sangat besar resiko untuk terjadinya jatuh.
Dx. 2 : Kondisi lantai yang licin.
Intervensi : Diberikan rambu peringatan
1. Keluarga yang menjaga memberikan penjelasan kepada
pasien untuk jangan bergerak terlebih dahulu hingga
keadaan lantai benar-benar telah kering dan aman.
2. Diberinya tanda yang dapat memberikan peringatan
bahwa keadaan lantai saat itu licin dan belum dapat
untuk dipergunakan.

Dx. 3 : Tidak dipasangnya palang penghalang bed tempat


tidur.
1. Berikan edukasi terhadap keluarga bahwa penting
nya palang dari bed tempat tidur pasien, agar pasien
dalam keadaan aman.
2. Beri penjelasan keluarga pasien untuk memilih
momen jika hendak berpergian, dan usahakan untuk
menitipkan pasien kepada perawat yang berjaga dan
jangan meninggalkan pasien dalam waktu yang
lama.

D. Implementasi.
1. Faktor proses penuaan dan faktor penglihatan pasien.
a. Beri penjelasan kepada keluarga bahwasannya
pasien ini dalam keadaan lanjut usia yang
seharusnya tidak sering ditinggalkan dalam keadaan
sendirian. Jadi sebaiknya untuk menjaga keamanan
pasien, pilih waktu yang tepat untuk
meninggalkannya, misalnya saat pasien dalam
keadaan tertidur pulas.
b. Kepada pasien juga berikan penjelasan bahwa untuk
melakukan gerakan diatas bed jangan terlalu cepat,
lakukan dengan pelan serta tangan tetap
berpegangan.

2. Kondisi lantai yang licin


a. Pihak keluarga menjelaskan kepada pasien untuk
tidak melakukan gerakan salama lantai dalam
keadaan licin, karena hal tersebut sangatlah
membahayakan
b. Tanda peringatan seharusnya dipasang di area
kamar yang menjadi penanda bahwasannya lantai
licin
c. Pastikan bed dalam keadaan terkunci, karena jika
bed dalam keadaan unlock ketika pasien bergerak
biasanya akan bergeser dalam kondisi lantai yang
licin dapat menyebabkan pasien terjatuh.

3. Tidak dipasangnya pelang bed tempat tidur.


a. Berikan edukasi terhadap keluarga pasien bahwa
fungsi palang tersebut guna untuk melindungi pasien
dari resiko terjatuh. Usahakan jika ingin
meninggalkan pasien pastikan palang bed ini dalam
keadaan berfungsi/dinaikkan
b. Beri penjelasan bahwa jika saat ingin meninggalkan
pasien haruslah melapor ke perawat yang berjaga
demi keamanan dari pasien, karena dalam hal ini
lansia sangat rentan untuk terjatuh bila ditinggal
dalam keadaan seorang diri.
E. Evaluasi
1. S :
- Keluarga mengatakan bahwa ia mengerti dan akan berusaha
untuk memilih waktu dan kondisi untuk meninggalkan
pasien.
- Pasien mengatakan bahwa ia akan mendengarkan arahan
dari perawat bahwa untuk melakukan gerakan itu haruslah
hati-hati dan jangan tergesa-gesa serta dalam posisi
berpegangan.
O:
- Keluarga menerima arahan dari perawat
- Pasien sudah terlihat tampak tenang.
A:
- Potensial peningkatan keamanan pasien teratasi sebagian
P:
- Menganjurkan keluaarga pasien untuk tidak terlalu sering
meninggalkan pasien sendirian.
- Menganjurkan pasien untuk tetap santai menjalankan
sesuatu
- Menganjurkan pasien untuk selalu berpegangan jika
melakukan sesuatu.

2. S :
- Keluarga pasien mengerti dan akan menjelaskan kepada
pasien bahwa jika lantai dalam keadaan licin maka jangan
banyak melakukan gerakan.
- Tim kebersihan akan memberikan tanda dan rambu jika
lantai dalam keadaan licin.
- Keluarga pasien akan memastikan bahwa bed dalam
keadaan terkunci dan aman.
O:
- Keluarga menerima arahan dari perawat
- Pasien sudah terlihat tampak tenang.
A:
- Potensial peningkatan keselamatan pasien teratasi sebagian
P:
- Pasien mendengar dan mengerti arahan dari keluarganya
bahwa jika lantai dalam keadaan licin tidak untuk bergerak
terlebih dahulu.
- Tim kebersihan akan memberikan rambu dan peringatan
lantai licin
- Keluarga pasien akan tetap menjaga bed pasien dalam
keadaan terkunci dengan aman.

3. S :
- Keluarga pasien mengerti dan akan mengunci palang
tempat tidur pasien jika ingin meninggalkan pasien
sendirian.
- Keluarga pasien akan melapor kepada petugas yang berjaga
jika ingin keluar dari ruang inap dan akan memperhatikan
durasi kepergiannya.
O:
- Keluarga menerima arahan dari perawat
- Pasien sudah terlihat tampak tenang.
A:
- Potensial peningkatan keselamatan pasien teratasi sebagian
P:
- Keluarga pasien akan selalu menjaga serta memperhatikan
palang bed jika akan meninggalkan pasien dalam keadaan
sendirian.
- Keluarga pasien akan menitipkan pasien kepada petugas
yang berjaga jika ia akan meninggalkan pasien sendiri.
KASUS 2
B. Ada seorang perawat berinisial K, dengan umur 27 tahun bekerja di suatu
rumah sakit pada bagian rawat inap, ia bekerja di rumah sakit tersebut
sudah 3 tahun. Perawat ini berjenis kelamin perempuan.. ia bertempat
tinggal di desa Jambu kuning No. 119 Kota Bogor.
Pada hari senin tanggal 3 desember 2020 ia masuk bekerja dan menangani banyak
pasien, namun terdapat suatu insiden dimana ia tertusuk jarum yang telah ia
suntikkan terhadap pasien, darah segar tampak keluar dari salah satu jari
tangannya, pada saat sebelum kejadian tatapannya kosong dan sering melamun,
keadaannya setelah insiden itu tampak gelisah, cemas dan sempat menangis.

A. PENGKAJIAN
a. Data umum
Nama : K
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Jambu kuning No. 119 Kota Bogor.
Masalah Kesehatan : sebelum insiden terjadi, Perawat K tampak
memendam suatu persoalan, tatapan kosong dan sering malamun.
b. Potensial Hazard
- Timbulnya rasa nyeri
- Timbulnya infeksi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketika dilakukan pemeriksaan, pasien tampak meringis kesakitan
akibar tusukan jarum suntik.
Masalah : Potensi Infeksi
2. Ketika dilakukan pemeriksaan, sang perawat mengatakan bahwa ia
sedang mengalami suatu masalah sehingga ia mengabaikan APD
dalam hal ini tidak memakai handscoon.
Masalah : Penggunaan APD tidak diterapkan.
3. Perawat menyadari bahwa ia terburu-buru setelah menyuntik
pasien dan akibat dari permasalahan yang ia hadapi ia bingung
untuk membuang limbah jarum tersebut
Masalah : Menyediakan tempat sampah.
4. Perawat mengaku ia belum pernah mendapat imunisasi hepatitis
selama ini
Masalah : Imunisasi bagi para tim medis.

C. INTERVENSI
1. Dx.1 : Potensi Infeksi
a. Jangan panik, karena dengan hal tersbut akan menambah
kepanikan yang ada.
b. Penatalaksanaan lokasi yang terpapar, dalam hal ini segera
cuci tangan dengan bersih

2. Dx. 2 : Penggunaan APD tidak diterapkan.


a. Beri penjelasan kepada semua tenaga medis akan
pentingnya APD dalam keadaan dan situasi apapun.

3. Dx. 3 : Menyediakan tempat sampah.


a. Rumah sakit harus menyediakan dua jenis sampah medis
yang memudahkan perawat membuang limbah setelah
melakukan pelaksanaan tindakan.
b. Perawat harus membuang dengan segera sampah tesebut
dengan memilah terlebih dulu jenis sampah apa yang
digunakan.

4. Dx. 4 : Imunisasi bagi para tim medis.


a. Pemberian imunisasi bagi tim medis dalam hal ini ialah
perawat dengan tujuan keselamatan dan keamanan dari
sang perawat tersebut.

D. IMPLEMENTASI
1. Potensi Infeksi
a. Jangan panik
b. Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik
dan air mengalir
c. Bilas dengan air, bila terpapar pada daerah membran
mukosa.
d. Bilas dengan air bersih, air steril atau cairan NaCl bila
terpapar
e. Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut
f. Penanganan Lanjutan : segera ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) untuk penatalaksanaan selanjutnya

2. Penggunaan APD
a. Menggunakan APD itu sangat penting, dalam membentengi
diri dari kejadian serupa.
b. Gunakan APD lengkap, masker, handscoon bila perlu apron
dan lainnya.
c. Dengan memakai alat pelindung diri sesuai dengan standar
saat bekerja
d. Tetap gunakan antiseptik setelah dan sebelum tindakan

3. Menyediakan sampah medis.


a. Rumah sakit harus menyediakan sampah medis dan non
medis agar keselamatan perawat dalam terjaga.
b. Bila sudah melakukan tindakan penyuntikan, jangan tekuk
jarum
c. Siapkan bengkok agar berada di area jangkauan perawat
saat melakukan penyuntikan, bengkok mampu membantu
agar kejadian serupa dapat dihindari.
d. Gunakan teknik satu tangan untuk menutup jarum suntik

4. Imunisasi bagi para medis.


a. Membentengi diri dengan imunisasi, misalnya imunisasi
hepatitis.
b. Imunisasi ini dapat menghindari diri dari infeksi dan
tertularnya penyakit terutama akibat kerja.
E. EVALUASI
1. S :
- Perawat tampak tidak panik
- Perawat segera mencuci bagian yang terpapar dan
membilas dengan air steril dan cairan NaCl
- Perawat nampak tidak menghisap jari yang tertusuk dengan
mulut.
O:
- Perawat menyadari kesalahan dan melakukan apa yang
diarahkan agar tidak terjadi infeksi
A:
- Penanganan kasus teratasi sebagian
P:
- Tidak bersikap panik
- Segera mencuci tangan dan membilas dengan cairan Nacl
dan air steril

2. S :
- Perawat kedepannya akan tetap menggunakan APD dalam
situasi apapun
- Perawat akan menggunakan APD sesuai dengan standar
saat bekerja
- Perawat nampak akan menggunakan antiseptik setelah dan
sebelum tindakan
O:
- Perawat menyadari kesalahan dan menggunakan APD
A:
- Penanganan kasus teratasi sebagian
P:
- Menggunakan APD
- Gunakan antiseptik sesudah dan sebelum melakukan
tindakan.

3. S :
- Tempat sampah medis dangat dibutuhkan
- Perawat tidak menekuk jarum bila sudah digunakan
- Perawat menyiapkan bengkok sebelum melakukan tindakan
O:
- Perawat menyadari kesalahan dan akan fokus dalam
membuang limbah jarum suntik
A:
- Penanganan kasus teratasi sebagian
P:
- Adanya tempat sampah medis disetip ruangan dan diarea
jangkauan perawat
- Tidak menekuk jarum dan menyediakan bengkok sebagai
alat sementara meletakkan jarum yang telah digunakan

4. S :
- Perawat melakukan imunisasi, misal imunisasi hepatitis.
- Pihak rumah sakit juga berpengaruh dalam pemberian
imumisasi ini
O:
- Perawat menyadari kesalahan dan melakukan imunisasi
A:
- Penanganan kasus teratasi sebagian
P:
- Perawat melakukan imunisasi dengan tujuan untuk
melindungi diri dari berbagai infeksi yang ada.
KASUS 3
C. Pada tanggal 27 Maret 2016 di rumah sakit singapur terjadi kasus-kasus
kekerasan fisik dan verbal pada saat perawat sedang melakukan
pengkajian.perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian kepada
pasien,mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang ia
kaji.seperti yang dikutip dalam suatu artikel di media online: "Ketika
perawat Nur, 31 tahun melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data,
salah satu pasiennya ngamuk,berteriak: dan memukul mukul kepalanya ke
dinding. Dia mencoba dan menyaksikannya secara tiba-tiba tapi malah
sebaliknya malah memicu kekerasan dan kejadian kekerasan fisik maupun
verbal dalam kasus tersebut tidak disebut berasal dari kesalahan perawat
sendiri ataukan memang sang pasien memiliki emosinal yang tidak dapat
dikontrol. Dalam proses pengkajian sendiri,terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh perawat. Mulai dari pemahaman akan pemahaman
pengkajian.tahap-tahap pengkajian, sehingga metode yang digunak suatu
melakukan pengkajian. Dalam pengkajian pasien, perwat pun harus
menyadari akan adanya bahaya dan risiko yang mungkin mereka dapatkan.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan upaya-
upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien.perawat itu sendiri
maupun dari pihak manajemen rumah sakit.berikut beberapa upaya yang
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan verbalpada
perawat saat melakukan pengkajian:

1. Pengkajian
A. Perawat harus melakukan setiap tindakan kekerasan dalam bentuk
apapun kepada pihak rumah sakit
B. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan
sesama manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.
C. Dalam melakukan kontak kepada pasien,perawat seharusnya
menjadi pendengar yang baiksalah satu pengumpulan data pada
pengkajian adalah wawancarta.saat melakukan wawancaraperawat
harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhatan pasien
sebaik mungkin
D. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara
menghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik
E. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan
susah untuk di dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada
keluarga terlebih dahulu.
F. Saat mengkaji. perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang
menyingung pasien dan keluarga.
G. Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari pasien terlebih dahulu.
H. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat
mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya dan resiko.
I. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha untuk mencari
laporan-laporan kekerasan fisikmaupun verbal terhadap perawat
J. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari
poli, ruangan rawat inap. sampai ke unit gawat darurat dan ruang
intensif untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.

2. Upaya Meminimalkan Risiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap


Pengkajian Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja.

1. Batasi akses ketempat isolasi.


2. Menggunakan APD dengan benar.
3. SOP pemasangan APD, jangan ada bagian tubuh yang tidak
menutup APD.
4. Petugas tidak boleh menyembunyikan wajah sendiri.
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien.
6. Cuci tangan dengan air dan sabun.
7. Bersihkan kaki dengan semprotan ketika meninggalkan ruangan
tempat melepas APD.
8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

3. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Bahaya Pada Tahap


Perencanaan
Asuhan Keperawatan Rumah sakit harus membuat perencanaan
yang efektif agar tercapai penerapan sistem manajemen K3 dengan
sasaran yang jelas dan dapat diukur.Perencanaan K3 di rumah sakit
dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self
assesment akreditasi K3 rumah sakit dan SMK3. Perencanaan
meliputi:
1. Identifikasi sumber bahaya, pengendalian faktor risiko.
Rumah sakit harus melakukan kajian dan sumber bahaya,
serta pengendalian faktor risiko. sebuah. Identifikasi sumber
bahaya Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat
terjadi
a. Penilaian faktor risiko Adalah proses untuk menentukan
tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya
potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan
kerja.
b. Pengendalian faktor risiko yang dapat dilakukan melalui empat
tingkat pengendalian risiko yaitu menghilangkan bahaya,
mengaktifkan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih /tidak ada (rekayasa/rekayasa),
administrasi dan alat pelindung pribadi (APP)

2. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan
melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai
dengan peraturan, ketentuan dan ketentuan K3 yang
berlaku. SOP ini harus, perbaikan dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan
pihak terkait.
3. Tujuan dan sasaran
Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan
perundang undangan, bahaya potensial, risiko K3 yang bisa
diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran dan jangka
waktu pelaksanaan (SMART)
4. Indikator kinerja
Indikator harus diukur sebagai dasar penilaian K3
yang sekaligus merupakan informasi mengenai
pengembangan SMK3 rumah sakit.
5. Program kerja
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan
proram K3 rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada
pemantauan, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
6. Pengorganisasian
K3 di rumah sakit tergantung dari rasa manajemen
dan pelaksanaan tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini
harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola
pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua
petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin.
Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 rumah sakit secara
spesifik harus mempersiapkan data dan informasi
pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, meruuskan
pemasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya
masalah bersama unit-unit, kemudian menemukan jalan
pemecahannya dan menyampaikannya kepada unit-unit
kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Selanjutnya memonitor dan pelaksanaan program, untuk
menilai sejauh mana program yang telah dilaksanakan
berhasil. Jika masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
4. F.Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Bahaya Pada
Tahap Implementasi

Asuhan Keperawatan Implementasi adalah suatu kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan hasil kreteria yang diharapkan Gordon, 1994, dalam
potter dan perry, 1997) Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko
Implementasi Keperawatan :
1. .membantu dalam aktifitas sehari-hari.
2. Konseling
3. memberikan asuhan keperawatan langsung.
4. Kompensasi untun reaksi yang merugikan.
5. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan
prosedur utnuk klien.
6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan mengevaluasi kerja
dari anggota staf lain.

Tiga prinsip asuhan asuhan keperawatan


1. Mempertahankan keamanan klien
2. Memberikan asuhan asuhan yang efektif
3. Memberikan yang seefisien mungkin

5. EVALUASI
Para perawat sudah mulai melakukan tindakan cui tangan Sesuai Sop

KASUS 4
Sekelompok mahasiswa keperawatan stikes hang tuah surabaya melakukan
kegiatan praktik keperawatan komunitas untuk kesehatan kerja di komunitas
pekerja di perusahaan rokok PT. NOJORONO di kabupaten kudus jawa tengah
selama 1 Bulan mulai dari tanggal 10 November 2012 sampai 10 Desember
2012. Kami melakukan kegiatan pengkajian selama 8 hari (mulai tanggal 11-19
november) kepada para pekerja di ruangan sektor A7 yang berjumlah 100
orang, berdasarkan data dari HRD perusahaan ini di dapat data umum sebagai
berikut:

No
Karakteristik Frekuensi/ jumlah
.
Jenis kelamin
1. a. Laki-laki 40 orang
b. Perempuan 60 orang
Jenis pekerjaan
a. Pengelintingan 55 orang
2.
b. Pengepakan 35 orang
c. Pengawas 10 orang
Usia
a. 25-35 tahun 35 orang
3. b. 36-46 tahun 40 orang
c. 47-57 tahun 20 orang
d. 58-60 tahun 5 orang
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD 30 orang
4.
b. Tamat SMP 45 orang
c. Tamat SMA 25 orang
Lama bekerja
a. 5-10 tahun 15 orang
b. 11-15 tahun 35 orang
5.
c. 16-20 tahun 30 orang
d. 21-25 tahun 15 orang
e. > 25 tahun 5 orang
Kemudian kami melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap masing-
masing pekerja dan juga dari HRD perusahaan sehingga didapat hasil pengkajian
sebagai berikut:

A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. DATA INTI
1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten
kudus jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1
Ha. Pabrik ini berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di
kota kudus. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya
terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan dengan
tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian penyortiran tembakau,
penyimpanan tembakau, produksi tembakau, pelintingan rokok,
pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan
sektor A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT.
NOJORONO yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya
yaitu bagian pelintingan, pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah
pekerja di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang (perincian
berdasarkan karakteristik umum ada di tabel yang tersedia di awal)
sebagaian besar bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan berasal
dari madura sebanyak 15 orang (15%).

2) Status kesehatan komunitas


Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan
mahasiswa langsung kepada para pekerja diruangan sektor A7
didapatkan hasil:
 Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
 68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk
 15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing
 Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan
 Tanda-tanda vital*
 TD:
 < 110/70 mmHg : 5 orang (5%)
 110/70mmHg-130/90mmHg : 75 orang (75%)
 >130/90 mmHg : 20 orang (20%)
 Nadi:
 60-80x/menit : 90 orang (90%)
 80-100x/menit : 10 orang (10%)
 RR:
 16-24x/menit : 90 orang (90%)
 >24x/ menit : 10 orang (10%)
 Suhu tubuh:
 36,5°C-37°C : 100 orang (100%)
 Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
 ISPA : 20 orang/ kasus (20%)
 PPOK : 5 orang (5%)
 Diare : 5 orang (5%)
 Batuk : 35 orang (35%)
 Demam : 15 orang (15%)
 Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November 2012

 Riwayat penyakit komunitas


Data diambil dari 68 orang pekerja (68%) yang mengeluhkan
sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan memberikan
kuisioner kepada 68 pekerja tersebut, dengan hasil:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase %
1. Menderita batuk berdahak minimal 30 kali 20 orang 29,4%
setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun
beruntun
2. Mempunyai riwayat merokok 40 orang 58,8%
3. Terpajan langsung dengan bahan produk 68 orang 100%
Mempunyai keluarga dengan riwayat
4. 6 orang 8,82%
bronkitis dan emsifema
Sering mengalami sesak nafas saat
5. 10 orang 6,8%
aktivitas sedang (jalan cepat, naik tangga)
Pernah merasa sesak atau nafas sulit
6. 5 orang 7,35%
bahkan pada saaat istirahat
Pernah merasa sesak nafas menetap dan
7. 5 orang 7,35%
makin lama makin berat
8. Saat Batuk selalu berdahak dan beriak 45 orang 66,1%
Pernah memeriksakan ke dokter atau
tempat pelayanan kesehatan baik umum
9. maupun yang ada di perusahaan dan 5 orang 7,35%
positif dinyatakan penderita PPOK
(bronkhitis kronis, emfisema)
Pernah merasa dada terasa berat saat
10. 20 orang 29,4%
bernafas

 Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas


Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan,
makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin pabrik.

 Pola pemenuhan cairan dan elektrolit


Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minuman
yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.
 Pola istirahat tidur
Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya
dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu bekerja
mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore.
 Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 35 orang
dari 55 orang (63,6%) pekerja bagian pelintingan rokok mengatakan
pernah sakit “anyang-anyangan”, hal ini ternyata disebabkan oleh 20
orang (57,1%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 15 orang
(42,8%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruang
pelintingan agak jauh. Sedangkan pada bagian penegepakan sebanyak
15 orang dari 35 orang pekerja (42,8%) mengeluhkan sakit “anyang-
anyangan” hal ini disebabkan karena 10 orang (66,6%) kurang sering
minum air putih saat bekerja, 5 orang (33,3%) menahan BAK karena
jarak kamar mandi dengan ruangan agak jauh.
 Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 55 orang
dari 55 orang (100%) jumlah pekerja pelintingan rokok mengeluhkan
sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat dilakukan
observasi secara langsung ternyata sebanyak 30 orang (54,5%) pekerja
duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk, 25 orang
(43,5%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi
tubuhnya/ berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang
lama. Sedangkan dibagian pengepakan dari 35 orang pekerja 25 orang
(71,4%) mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan
punggungnya 10 orang (28,6%) tidak ada keluhan. Penyebabnya 15
orang (60%) duduk dengan posisi duduk yang salah, 10 orang (40%)
tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya atau
berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. Untuk
bagaian pengawasan tidak ada keluhan.
 Pola pemenuhan kebersihan diri
Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari
35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan
setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan
prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55
orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan
setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan
prosedur yang kurang benar.
 Status psikososial
Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran atau
perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja saling
bersaudara karena sudah bekerja bersama dalam waktu yang lama,
antar pekerja saling membantu dan memberikan dukungan bila ada
masalah.
 Status pertumbuhan dan perkembangan
a) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Berdasarkan data dari klinik perusahaan semua pekerja
mendapatkan asuransi kesehatan, dan bisa periksa atau berobat
secara gratis di klinik tersebut tetapi data klinik perusahaan
menunjukkan:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Pekerja yang memeriksakan
1. 25 orang 25%
kesehatan secara rutin ke klinik
Pekerja yang memeriksakan
2. 35 orang 35%
kesehatannya saat sakit saja
Pekerja yang tidak pernah/ belum
3. pernah datang ke klinik untuk 40 orang 40%
memeriksakan kesehatannya

b) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan


Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung kepada
100 pekerja di ruangan sektor A7 didapatkan hasil:
Jenis Ferekuens
No. Karakteristik Presentase(%)
pekerjaan i
1. Tidak menggunakan a. Pelintingan 55 orang 100%
masker saat bekerja b. Pengepakan 35 orang 100%
c. pengawasan 10 orang 100%
2. Tidak menggunakan a. Pelintingan
55 orang 100%
sarung tangan saat b. Pengepakan
35 orang 100%
bekerja c. Pengawasan
10 orang 100%

c) Pola perilaku tidak sehat dalam komunitas


Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari
35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci
tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40
orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak
mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci
tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
b. DATA LINGKUNGAN FISIK
Luas bangunan pabrik rokok ini seluas 1 Ha terdiri dari ruangan
sektor A1-A7 (A1-A4: gudang tembakau, A5: laboratorium, A6:
penyortiran A7: pelintingan, pengepakan rokok), kantin, masjid, klinik,
garasi untuk angkutan perusahaan, aula perusahaan, tempat penyaringan
limbah pabrik. Sedangkan untuk ruangan sektor A7 sendiri memiliki luas
bangunan 100x50 meter bentuk bangunan berupa ruangan luas yang
lapang dengan meja-meja tempat pelintingan, pengepakan dan terdapat 2
kamar mandi di dalamnya. Jenis bangunannya permanen atap bangunan
berupa genting sintesis dengan dinding terbuat dari tembok dengan lantai
dari semen/ plesteran, ventilasi di ruangan ini berasal dari jendela –
jendela kecil di atas tembok yang berjumlah masing-masing 10 buah di
kiri dan kanan sisi bangunan total 20 buah, penerangan ruangan berasal
dari pintu ruangan besar yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore
terdapat lampu neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini.
Kebersihan di dalam ruangan cukup rapi dan bersih. Kondisi kamar
mandi bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya cukup jauh
dari tempat pengolahan.
Pembuangan limbah perusahaan di olah dengan melakukan
penyaringan zat-zat berbahaya dengn alat penyaring yang berada di ruang
penyaringan limbah di sebelah ruangan sektor A7 (di belakang pabrik)
dan sisanya di buang disungai besar yang ada di kota kudus.

c. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL


Di perusahaan PT. NODJORONO terdapat sebuah klinik kesehatan
yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan ini.
Sumber daya yang ada di klinik ini adalah terdapat 1 orang dokter umum,
2 perawat dan 3 petugas nonmedis, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini
terdiri dari 2 kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap dan memiliki
1 ambulance. Sistem rujukan di perusahaan ini bekerja sama dengan
RSUD kabupaten kudus. Selain itu di perusahaan ini memiliki 1 kantin
yang berisi barang-barang keperluan sehari-hari para pekerja dan
pegawai lokasi mini market ini di bagian depan pabrik disamping klinik.

d. EKONOMI
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan sektor 7 untuk bagian
pelintingan dan pengepakan sekitar 1-1,5 juta rupiah sedangkan untuk
bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.

e. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


Sistem keamanan perusahaan cukup baik dengan adanya satpam di
setiap sektor ruangan dan juga adanya CCTV di tiap ruang produksi.
Untuk penanggulangan kebakaran terdapat alat pemadam kebakaran
manual di setiap ruangan produksi dan perusahaan ini juga memiliki 1
unit mobil pemadam kebakaran milik perusahaan selain itu perusahaan
juga bekerjasama dengan dinas pemadam kebakaran kota untuk
menanggulangi jika terjadi masalah kebakaran. Penanggualangan polusi
dengan dipasang alat blower untuk ventilasi agar tidak terjadi polusi di
dalam pabrik.

f. POLITIK DAN KEAMANAN


Perusahaan rokok PT. NODJORONO merupakan perusahaan milik
swasta yang dimiliki oleh Tn. HK.

g. SISTEM KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sektor
A7 sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP)
sebagai alat komunikasi antara pekerj, keluarga dan masyarakatnya.
Sednagkan sistem komunikasi dalam perusahaan menggunakan telfon
yang ada disetiap ruangan sektor dan apabila ada informasi atau
pengumuman dari perusahaan akan disiarkan melalui pengeras suara
yang ada di setiap ruangan di perusahaan ini. Bahasa yang digunakan
untuk komunikasi antar pekerja sehari-hari di ruangan sektor A7
mayoritas dengan menggunakan bahasa jawa dan sebagaian kecil
menggunakan bahasa madura.

h. PENDIDIKAN
Data yang didapat dari HRD perusahaan rokok PT. NODJORONO
didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan sektor A7 adalah
sebagai berikut:
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
30 orang
b. Tamat SMP
45 orang
c. Tamat SMA
25 orang

Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan


pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di
perusahaan rokok terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan data:
 70 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui
 30 orang (30%) dari pekerja mengetahui

i. REKREASI
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, Hari libur untuk
pegawai dan pekerja diperusahaan ini adalah tiap hari minggu, di setiap
hari jum’at pagi biasanya diadakan senam aerobik bersama oleh
perusahaan yang dilakukan di lapangan olah raga yang ada di belakang
perusahaan.
Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang di
fasilitasi oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau gantian
di tiap ruangan sektor/ bagian produksi dalam perusahaan ini.

2. Pengolahan Data
 Komposisi pekerja berdasarkan jenis kelamin

Menurut Jenis kelamin

Laki-
laki
Pere 40%
mpua
n
60%

Gambar; Komposisi pekerja berdasarkan jenis kelamin di ruangan sektor A7 di


perusahaan rokok PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19
november 2012

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa pekerja di ruangan sektor A7


di perusahaan rokok PT. NOJORONO yang terbanyak adalah perempuan
sebanyak 60% (60 orang) dan laki-laki sebanyak 40% (40 orang).

 Proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaan


Menurut Jenis Pekerjaan
Pengawas
10%

Pengepakan Pengelintingan
35% 55%

Gambar; proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaan di ruangan sektor A7 di


perusahaan rokok PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19
november 2012
Berdasarkan proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya, terlihat
bahwa bahwa pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO
bagian yang terbanyak adalah bagian pengelintingan 55% (55 orang), bagian
pengepakan 35% (35 orang), dan bagian pengawasan 10% (10 orang).

 Komposisi pekerja berdasarkan usia


Pekerja Menurut Usia
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
25-35 th 36-46 th 47-57 th 58-60 th

Gambar; komposisi pekerja berdasarkan usia di ruangan sektor A7 di perusahaan


rokok PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19 november 2012
Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan usia, terlihat bahwa bahwa
pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO yang
terbanyak berusia 36-46 tahun sebanyak 40 orang (40%).

 Komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Pekerja


Tamat
SMA Tamat SD
25% 30%

Tamat SMP
45%

Gambar; komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan di ruangan sektor A7


di perusahaan rokok PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19
november 2012
Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat
bahwa bahwa pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO
yang terbanyak adalah tamat SMP sebanyak 45 orang (45%).

 Komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja

Lama Bekerja
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
5-10 th 11-15 th 16-20 th 21-25 th > 25 th

15 org 35 org 30 org 15 org2 5 org

Gambar; komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja di ruangan sektor A7 di


perusahaan rokok PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19
november 2012
Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja, terlihat bahwa
pekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO yang
terbanyak adalah pekerja yang sudah bekerja selama 11-15 tahun sebanyak 35
orang (35%).
GAMBAR DENAH PERUSAHAAN DAN DENAH RUANGAN
SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK PT. NOJORONO
KUDUS JAWA TENGAH

A1-A2: Gudang
penyimpanan tembakau 1-2
th
A3-A4: Gudang
A5

A6
penyimpanan tembakau 3-4

A7
th
A1 A3 A5: Laboratorium
A6: Gudang tempat
A2 A4
penyortiran tembakau
A7: Gudang tempat
pengelintingn dan
pengepakan

: Lapangan olahraga

: Penyulingan limbah

: Kantin

: Klinik Kesehatan

: Musholla

: Aula perusahaan

: Sungai
: Ventilasi udara
: Jalan raya
: Tempat pengepakan

: Tempat Pengelintingan

: Pintu masuk

: Toilet
3. Analisa Data
Data yang telah kami dapat dari hasil pengkajian yang kami lakukan mulai
tanggal 11-19 november 2012, untuk menentukan diagnosa keperawatan maka
kami menyusun analisa data sebagai berikut;

NO
DATA ETIOLOGI PROBLEM
.

1. DS: Kurang Resiko


 Pekerja mengatakan pengetahuan terjadinya
mengeluhkan sering batuk- pekerja tentang peningkatan
batuk. pentingnya K3 penyakit akibat
 Pekerja mengatakan tidak bagi kesehatan partikel
terlalu memeperhatikan dan keselamatan tembakau
pentingnya penggunaan pekerja (PPOK,ISPA)
masker dan sarung tangan pada pekerja
DO: perusahaan
 68 orang pekerja (68%) dari rokok di ruangan
100 pekerja di ruangan sektor A7 PT.
sektor A7 menegeluhkan NOJORONO
sering batuk-batuk dengan kudus jawa
perincian: tengah
 68 orang (100%) dari
68 orang pekerja yang
sering batuk terpajan
langsung dengan bahan
produk (tembakau).
 20 orang (29,4%)dari
68 pekerja yang sering
batuk mengalami batuk
menahun sekurang-
kurangnya selama 2
tahun.
 45 orang (66,1%) dari
68 pekeja yang sering
batuk saat batuk selalu
berdahak dan beriak.
 5 orang (7,35%) dari 68
pekerja yang sering
batuk positif didiagnosa
PPOK
 20 orang (29,4%) dari
68 pekerja yang sering
batuk merasa dada
berat saat bernafas.
 Riwayat penyakit pekerja
ruangan sektor A7 dalam
satu tahun terakhir; ISPA:
20 orang/ kasus (20%),
PPOK: 5 orang (5%), batuk
35 orang (35%).
 Pekerja yang tidak
menggunakan masker dan
sarung tangan di ruangan
sektor A7 sebanyak 100
orang dari 100 orang
pekerja (100%).
 70 orang (70%) dari 100
pekerja diruangan sektor A7
tidak mengetahui pentingnya
K3 bagi kesehatan dan
keselamatan mereka
 Hanya 30 orang (30%) dari
100 pekerja diruangan
sektor A7 tidak mengetahui
pentingnya K3 bagi
kesehatan dan keselamatan
mereka

2. DS: Ketidakadekuatan Perilaku


 Pekerja mengatakan jarang hygine perorangan kesehatan
melakukan cuci tangan pada pekerja cenderung
setelah melakukan beresiko pada
pekerjaannya atau sebelum pekerja
makan karena keterbatasan perusahaan
kamar mandi dan fasilitas rokok di ruangan
yang kurang mendukung sektor A7 PT.
(tidak ada sabun cuci tangan NOJORONO
di kamar mandi). kudus jawa
DO: tengah
 25 orang (71,4%) dari 35
orang pekerja dibagian
pengepakan di ruangan
sektor A7 tidak mencuci
tangan setelah bekerja.
 10 orang (28,6%) dari 35
orang pekerja dibagian
pengepakan di ruangan
sektor A7 mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang
kurang benar.
 40 orang (72,7%) dari 55
orang pekerja dibagian
pelintingan di ruangan
sektor A7 tidak mencuci
tangan setelah bekerja.
 15 orang (27,3%) dari 55
orang pekerja dibagian
pelintingan di ruangan
sektor A7 mencuci tangan
tapi dengan prosedur yang
kurang benar.

3. DS: Posisi tubuh saat Resiko cidera


 Pekerja mengatakan sering bekerja yang salah pada pekerja
mengalami pegal di daerah pada pekerja perusahaan
punggung dan leher. rokok di ruangan
 Petugas klinik perusahaan sektor A7 PT.
mengatakan telah ada NOJORONO
program senam aerobic tiap kudus jawa
jum’at pagi tetapi antusias tengah
pekerja untuk mengikuti
kurang bahkan digunakan
sebagai ajang datang
terlambat untuk bekerja
DO:
 55 orang dari 55 orang
(100%) jumlah pekerja
dibagian pelintingan rokok
di ruangan sektor A7
mengeluhkan sering merasa
pegal di daerah leher dan
punggungnya.
 30 orang (54,5%) dari
55 orang pekerja
dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor
A7 duduk dengan
posisi duduk yang
salah/ terlalu
membungkuk.
 25 orang (43,5%) dari
55 orang pekerja
dibagian pelintingan
rokok di ruangan sektor
A7 tidak menggerak-
gerakkan badannya
untuk merelaksasi
tubuhnya/ berada dalam
posisi duduk yang sama
dalam waktu yang
lama.
 Pekerja yang mengikuti
senam aerobic pagi pada
hari jum’at (19 november
2012) di ruangan sektor A7
sebanyak 60 orang (60%)
dari jumlah seluruh pekerja
di ruangan sektor A7

4. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan
penapisan masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan
masalah tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

No. Masalah KRITERIA Score Keterangan


1 2 3 4 5 6 7 8
Kesehatan
1. Resiko 5 5 5 5 4 3 4 3 34 Keterangan
terjadinya kriteria:
peningkatan 1. Sesuai dg
penyakit akibat peran perawat
partikel komunitas
tembakau
(PPOK,ISPA) 2. Resiko
pada pekerja terjadi/jumlah
perusahaan yang beresiko
rokok di 3. Resiko
ruangan sektor parah
A7 PT. 4. Potensi
NOJORONO utk
kudus jawa pend.kesehatan
tengah 5. Interest
berhubungan utk komunitas
dengan Kurang 6. Kemung
pengetahuan kinan diatasi
dan kesadaran 7. Relevan
pekerja tentang dg program
pentingnya K3 8. Tersedia
bagi kesehatan nya sumber
dan daya
keselamatan
pekerja Keterangan
2. Perilaku 5 4 4 5 4 4 4 3 33
Pembobotan:
kesehatan
1. Sangat rendah
cenderung
2. Rendah
beresiko pada
3. Cukup
pekerja
4. Tinggi
perusahaan
5. Sangat tinggi
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan
Ketidakadekuat
an hygine
perorangan
pada pekerja

3. Resiko cidera 4 5 3 4 4 4 3 4 31
kerja pada
pekerja
perusahaan
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan Posisi
tubuh saat
bekerja yang
salah pada
pekerja

5. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO
adalah sebagai berikut:

No
Diagnosa Keperawatan Score
.
1. Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel 34
tembakau (PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
berhubungan dengan Kurang pengetahuan pekerja dan
kesadaran tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan
keselamatan pekerja.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja
perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO
2. 33
kudus jawa tengah berhubungan dengan Ketidakadekuatan
hygine perorangan pada pekerja.
Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan rokok di
ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah
3. 31
berhubungan dengan Posisi tubuh saat bekerja yang salah
pada pekerja.

KASUS 5
Perusahaan “UD Restu Istri “ bergerak dibidang pemintalan kapas untuk
pembuatan benang .Perusahaan ini memeiliki karyawan sebanyak 20 orang
semuanya perempuan.Waktu bekerja mulai jam 08.00 sampai jam 16.00 WIB
.Dari hasil observasi,debu dari kapas banyak berhamburan,tidak ada APD untuk
pekerja ,pekerja mengatakan tidak menggunakan masker dengan alasan repot dan
tidak nyaman .Selain itu pekerja juga terganggu dengan suara bising mesin
pemintal .
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pekerja mengatakan tidak 1. Perusahan pemintalan kapas
menggunakan masker dengan memiliki karyawan sebanyak
alasan repot dan tidak nyaman 20 orang semuanya perempuan
2. .Pekerja mengatakan terganggu 2. Dari hasil observasi ,debu dari
dengan suara bising mesin kapas banyak berhamburan
pemintal 3. .Dari hasil observasi tidak ada
3. Pekerja mengatakan waktu APD untuk pekerja
bekerja mulai jam 08.00 4. Saat diobservasi pekerja
sampai jam 16.00 wib tampak terpajan langsung
4. Pekerja mengatakan Menderita dengan bahan produk ( debu
batuk berdahak minimal 30 kapas ).
kali setahun, sekurang –
kurangnya 2 tahun beruntun.
5. Pekerja mengatakan sering
mengalami sesak nafas saat
aktivitas sedang (jalan cepat,
naik tangga)
6. Pekerja mengatakan pernah
merasa sesak atau nafas sulit
bahkan pada saat istirahat
7. Pekerja mengatakan Saat batuk
selalu berdahak dan beriak
8. Pekerja mengatakan
Mempunyai riwayat merokok
9. Pekerja mengatakan
Mempunyai keluarga dengan
riwayat bronkitis dan emfisema
10. Pekerja mengatakan pernah
merasa sesak nafas menetap
dan makin lama makin berat
11. Pekerja mengatakan Pernah
memeriksakan ke dokter atau
tempat pelayanan kesehatan
baik umum maupun yang ada
di perusahaan dan positif
dinyatakan penderita PPOK
(bronkhitis kronis, emfisema)
12. Pekerja mengatakan Pernah
merasa dada terasa berat saat
bernafas

DATA FOKUS
DATA MASALAH ETIOLOGI
Gangguan ISPA pada
Data subjektif pekerja di “UD Restu
1. Pekerja mengatakan Istri”.
Menderita batuk
berdahak minimal
30 kali setahun,
sekurang –
kurangnya 2 tahun
beruntun.
2. Pekerja mengatakan
sering mengalami
sesak nafas saat
aktivitas sedang
(jalan cepat, naik
tangga)
3. Pekerja mengatakan
pernah merasa sesak
atau nafas sulit
bahkan pada saat
istirahat
4. Pekerja mengatakan
Saat batuk selalu
berdahak dan beriak
5. Pekerja mengatakan
Mempunyai riwayat
merokok
6. Pekerja mengatakan
Mempunyai
keluarga dengan
riwayat bronkitis
dan emfisema
7. Pekerja mengatakan
pernah merasa sesak
nafas menetap dan
makin lama makin
berat
8. Pekerja mengatakan
Pernah
memeriksakan ke
dokter atau tempat
pelayanan kesehatan
baik umum maupun
yang ada di
perusahaan dan
positif dinyatakan
penderita PPOK
(bronkhitis kronis,
emfisema)
9. Pekerja mengatakan
Pernah merasa dada
terasa berat saat
bernafas

Data Objektif :
1. Saat diobservasi
pekerja tampak
terpajan langsung
dengan bahan
produk ( debu kapas
)

Data Subjektif Kurangnya


1. Pekerja pengetahuan pekerja
mengatakan dan pemilik usaha
tidak mengenai APD pada
menggunakan “UD Restu Istri”
masker dengan
alasan repot dan
tidak nyaman
Data Objektif
1. Dari hasil
observasi ,debu
dari kapas
banyak
berhamburan
2. Dari hasil
observasi tidak
ada APD untuk
pekerja

INTERVENSI
N Masalah Sasaran Tujuan Strategi Rencana Hari/ Tempat P.Jawab Dana
O Kep.Kom. Kegiatan Tgl
1. Gangguan Setelah TUM : 1.Penyulu 1. Seni Perusah Kepala
ISPA pada dilakukan Setelah han Kaji n tgl aan ruangan
pekerja di tindakan melakuk kesehatan tingkat 2 “UD dan
“UD Restu keperawat an tentang pengetahu mare Restu mahasis
Istri”. an selama intervens ISPA pada an pekerja t Istri”. wa
1 minggu i pemilik di “UD 2015
diharapka keperaw usaha dan Restu
n atan pekerja Istri”.
Gangguan pekerja
ISPA di “UD 2.
pada Restu 2. Beri
pekerja di Istri” mendemo penjelasan
“UD tidak ntrasikan tentang
Restu mengala cara ISPA
Istri” mi ISPA pembuatan
dapat dan 3.
teratasi TUK : penggunaa Motivasi
Setelah n inhalasi perusahaa
melakuk tradisional n di “UD
an 3. Restu
intervens mendemo Istri”
i para ntrasikan dalam
pekerja cara mengambi
di “UD pembuatan l
Restu obat batuk keputusan
Istri”di tradisional untuk
harapkan membawa
: pekerja
1. yang sakit
Pekerja ke
di “UD puskesmas
Restu
Istri” 4.
mengena Anjurkan
l masalah untuk
penyakit minum air
ISPA hangat
bila ada
2. sekret
Pekerja
di “UD 5.
Restu Anjurkan
Istri” pekerja di
mampu “UD
mengena Restu
l Istri”
keputusa untuk
n banyak
istirahat
3.
Pekerja 6.
di “UD Motivasi
Restu pekerja di
Istri” “UD
mampu Restu
mencipta Istri”
kan untuk
lingkung menciptak
an kerja an
yang lingkunga
sehat n kerja
yang
4. bersih,
Pekerja suasana
di “UD kerja yang
Restu tenang dan
Istri” nyaman
mampu
memanfa 7.
atkan Motivasi
fasilitas perusahaa
kesehata n di “UD
n Restu
Istri”
untuk
mengontro
l
kesehatan
para
pekerjanya
ke tempat
pelayanan
kesehatan

8.
Anjurkan
kepada
pekerja di
“UD
Restu
Istri”
untuk
memeriksa
kan
kesehatan
ke
puskesmas
minimal 1
bulan
sekali
2. Kurangnya Setelah Tujuan Penyuluha 1. Seni Perusah Kepala
pengetahua dilakukan Jangka n K3 : Pemapara n2 aan ruangan
n pekerja tindakan Panjang : tentang n materi mare “UD dan
dan pemilik keperawat APD pada pada t Restu mahasis
usaha an selama Tidak pemilik pemilik 2015 Istri”. wa
mengenai 1 minggu terjadi usaha dan usaha dan
standar diharapka peningka pekerja pekerja
kesehatan n pekerja an PAK. 2. mengenai
dan terhindar mendemo berbagai
keselamatan dari Tujuan ntrasikan kecelakaa
kerja dan kecelakaa Jangka cara n kerja.
risiko tidak n kerja Pendek : penggunaa
menggunak yang n APD 2.
an APD disebabka 1.Setelah Pemapara
pada “UD n oleh dilakuka n materi
Restu Istri” kurangnya n pada
pengetahu tindakan pemilik
an pekerja keperaw usaha dan
dan atan pekerja
pemilik selama 1 mengenai
usaha minggu : risiko
mengenai 1.mening yang bisa
standar katnya terjadi
kesehatan pengetah akibat
dan uan tidak
keselamat pekerja mengguna
an kerja tentang kan APD
dan risiko keamana
tidak n saat
mengguna bekerja
kan APD dengan
menggun
akan
APD

2. 1.
Setelah Pemapara
dilakuka n materi
n mengenai
tindakan manfaat
keperaw APD dan
atan macam-
selama 1 macamnya
minggu:
Pengetah 2.
uan Pengenala
pemilik n alat yang
usaha digunakan
dan untuk
pekerja melindung
mengena i pekerja
i alat
pelindun 33.
g diri Memasang
(APD) poster
tentang
akibat
yang
ditimbulka
n jika
tidak
mengguna
kan APD.
4.
Menyebar
leaflet
tentang
pentingny
a APD dan
bahaya
tidak
mengguna
kan APD.
3. 1.
Setelah Memprakt
dilakuka ikan cara
n penggunaa
tindakan n APD
keperaw langsung
atan oleh
selama 1 anggota
minggu : perusahaa
pemilik n.
usaha
dan 22.
pekerja Memotiva
termotiv si pemilik
asi untuk usaha dan
memakai pekerja
APD berkenaan
yang penggunaa
melindun n APD.
gi 3
pekerja 3 3.
Berdiskusi
bersama
tentang
pemilihan
APD

4. 1.
Setelah Mengajak
dilakuka pemilik
n usaha
tindakan untuk
keperaw membina
atan hubungan
selama 1 kemitraan
minggu : dengan
pemilik penyedia
dan APD dan
pekerja pihak
mau puskesmas
mengada .
kan
kerjasam 2.
a dengan Mempromo
perusaha sikan
an APD penggunaa
n APD
kepada
karyawan

3. Pemilik
membuat
peraturan
bagi para
karyawann
ya untuk
wajib
mengguna
kan APD

Anda mungkin juga menyukai