Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI

KLINIK PRATAMA KEMBAR SEHAT


Jl. R. E Martadinata no. 67, Kelurahan
Kandang, Kecamatan Kampung Melayu,
Kota Bengkulu
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Panduan Pelayanan Pasien Resiko
Tinggi Klinik Pratama Sint Carolus ini berhasil disusun.
Panduan Pelayanan Resiko Tinggi merupakan salah satu bagian dari Sasaran
Keselamatan Pasien, sehingga Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi harus segera
diselesaikan karena terkait dengan pelayanan medis di lingkungan Klinik Pratama Sint
Carolus.
Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan Direktur Yayasan
Carolus Boromeus, Direktur Klinik Pratama Sint Carolus, dokter dan karyawan yang
telah berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan sampai dengan penerbitan
panduan. Semoga Buku panduan ini memberikan manfaat bagi dalam peningkatan
mutu pelayanan di Klinik Pratama Sint Carolus.
Akhirnya saran dan koreksi demi penyempurnaan buku panduan ini sangat
kami harapkan
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
Pelayanan pasien resiko tinggi adalah proses memberikan pelayanan
klinis pada pasien dengan penyakit atau kondisi yang bisa menimbulkan cidera,
kematian atau pun dengan pasien yang bisa menularkan penyakit baik pada
petugas maupun pasien lainnya.
Pelayanan yang beresiko tinggi merupakan pelayanan yang
memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang
mengancam jiwa,r esi ko b ah a ya pengobatan, po t en si yang
me mb a ha ya kan pasi en atau efe k toksik dari obat beresiko tinggi.
Kl i n i k me mber i pel a ya n an bagi ber ba ga i ma ca m pasi en
d e n ga n berbagai variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien
yang digolongkan resiko-tinggi karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang
bersifat kritis. Anak dan lanjut usia umumnya dimasukkan dalam kelompok ini
karena mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti
proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang asuhannya.
Demikian pula, pasien yang ketakutan, bingung atau koma tidak mampu
memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.

B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencegah kematian,
kecacatan atau pun komplikasi, mencegah penularan penyakit baik pada
petugas maupun pada pasien lainnya, dan merujuk pasien pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
BAB II
RUANG LINGKUP

Kelompok pasien yang beresiko tinggi atau pelayanan yang beresiko tinggi antara lain :
1. Pelayanan Kasus Emergency/gawat darurat
2. Pelayanan Pasien dengan Penyakit Menular
3. Pasien Lanjut Usia, mereka Yang Cacat, dan Anak-Anak.
BAB III
TATA LAKSANA

JENIS PELAYANAN PASIEN YANG BERESIKO TINGGI


A. Pelayanan kasus emergency/gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak dilakukan pertolongan secepatnya. Pengkajian pada kasus gawat
darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan survey primer atau mengidentifikasi masalah-masalah yang
mengancam hidup pasien barulah selanjunya dilakukan survey sekunder. Tahap
pengkajian primer meliputi :
A (Airway) memeriksa jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
dengan control servikal. B (Breathing) memeriksa pernafasan dengan tujuan
mengelola pernafasan agar oksigen adekuat. C (Circulation) memeriksa system
sirkulasi disertai control perdarahan. D (Disability) memeriksa status neurologis.
E (Exposure) environmental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermi.
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial
sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan
dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway
Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan
menyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah
system pernafasan ataupun berisfat sekunder akibat dari gangguan system
tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat
ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera.
Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan
otak permanen,lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena
itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara
efektif dan efisien.
B. Pelayanan pasien dengan penyakit menular
1. Pen er i maan Pa s i en un tuk Pe r a wat a n T e r p i sah
Ad a l a h p e n t i n g b a hw a k o n d i s i d a ru r a t p e ne r i m a a n
( da n p a s i e n potensial untuk perawatan terpisah) untuk dipisahkan dari
penerimaan bedah elektif untuk meminimalkan kemungkinan penyebaran
infeksi. Pada pasien masuk harus dinilai untuk faktor resiko seperti diduga %
infeksidikonfirmasi dan kehadiran multi resisten organisme misalnya MRSA.
2. Indikasi Perawatan Terpisah
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki indikasi masuk ke
ruang perawatan terpisah atau tidak, dengan prioritas yang harus
diberikankepada pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi :
Prioritas I :
a. Pasien dengan resiko tinggi menularkan penyakit ke oaring lain :
Tuberkolosis BTA (+) dan tersangka TB, HIV, varisela dan herpes.
b. Pasien dengan daya tahan tubuh rendah (immunocompromental) yang
mudah tertular oaring lain ; Malignasi hematologi (Leukimia) dengan
neutropenia, Febrile Neutropenia, steven Jhonson.
c. Pasien dengan iritabilitas tinggi yang udah terangsang dengan suasana
lingkungan : terutama grade I-II

Proritas II :

Pasien dengan penanganan khusus yang mengganggu kenyamanan pasien


lain : Hematomesis Melena, ketoasidosis Diabeticum (KAD) / Hyperglikemia
Hiperosmolar State (HHS).

C. Pelayanan Pasien Lanjut Usia, mereka Yang Cacat, dan Anak-Anak


Pada usia lanjut gejala klinis gangguan jiwa seringkali berbeda dengan
penderita usia yang lebih muda. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia sejalan
dengan periode penuaan menunjukan adanya kelainan patologi yang multiple
merupakan suatu tantangan dalam menilai gelaja klinis,pemberian pertolongan
dan rehabilitasi. Menua sehat sering kali digunakan sebagai sinonim dari bebas
dari ketidakmampuan pada lanjut usia. Jadi menua sehat harus diikuti dengan
lanjut usia yang aktif, senantiasa berperan serta dalam aktifitas social, budaya,
spiritual, ekonomi, dan kegiatan masyarakat.
Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis ataupun
psikiatrik pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu
cabang psikiatrik analog dengan psikiatrik anak (Brcoklehurts Allen, 1987).
Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan
pengrtahuan khusus, karena memungkinkan perbedaan dalam manifestasi
klinis, pathogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara pathogenesis
dewasa muda dan lanjut usia (Weinberg, 1995; Kolb-Brodie, 1982). Factor
panyulit pada lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya
penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta, pemakian banyak obat
(Polifarmasi) dan oeningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif
(Weinberg, 1995; Gunadi:1984). Oleh karena itu pasien lansia dan cacat
merupakan salah satu pasien beresiko tinggi yang memerlukan perhatian
khusus.
1. Perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :
Pasien Rawat Jalan
a. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan
sampai tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila
diperlukan
b. Perawat poli umum dan gigi wajib mendampingi pasien untuk dilakukan
pemeriksaan sampai selesai.
2. Perlindungan terhadap pasien penderita cacat
a. Petugas wajib membantu sesuai dengan kecacatan yang disandang
sampai proses selesai dilakukan.
b. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien
atau pihak lain yang ditunjuk sesuai dengan kecacatan yang disandang.
c. Perawat memasang dan memastikan keamanan tenpat duduk atau
tempat tidur pasien.
3. Perlindungan terhapad anak-anak
a. Petugas memastikan anak-anak selalu dalam pendampingan orang
tuanya.
b. Petugas meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua
apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
BAB IV

DOKUMENTASI

Seluruh informasi yang diberikan/dijelaskan kepada pasien maupun keluarga,


seluruh tindakan yang dilakukan kepada pasien, seluruh persetujuan maupun
penolakan terhadap tindakan atau prosedur yang akan diberikan ke pasien tercacat
dalam status rekam medis dan tersimpan sebagai berkas rekam medis pasien. Hal
tersebat merupakan bukti telah memberikan pelayanan catatan perkembangan pasien
secara terintergitasi, dan berkas tersebut akan menjadi bukti legal jika terjadi kasus
hukum.
Pencatatan tersebut dapat dilakukan pada form catatan perkembangan pasien
terintegritasi dan formulir observasi pasien. Semua catatan tersebut akan menjadi bukti
asuhan pelayanan yang telah diberikan para pemberi pelayanan asuhan kepada pasien
Klinik Pratama Kembar Sehat. Di kemudian hari jika hal-hal tersebut dibutuhkan oleh
hukum maka hasil dokumentasi di berkas rekam medis tersebut dapat menjadi bukti
hukum untuk semua asuahan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien Klinik
Pratama Kembar Sehat.
BAB V

PENUTUP

Demikian Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi ini disusun untuk dapat
digunakan sebagai pedoman dan pegangan seluruh karyawan Klinik Pratama Kembar
Sehat. Penyusunan Panduan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi ini adalah langka awal
suatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari
berbagai pihak dan penerapannya untuk mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai