Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK


KEBIDANANA (KDPK)
JUDUL KASUS PEMASANGAN OKSIGEN
PADA NY “S”
DENGAN DIAGNOSA CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF)
DI PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Dosen Pembimbing Pembimbing Klinik :


Pendidikan : Dr. Dhesi Ari Megawati Satyaningrum
Astuti, S.SiT., M.Kes S.Kep.,Ns
BAB I
A. Latar Belakang
CHF atau yang biasa di sebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit
kardiovaskular yang terus meningkat insiden dan prevalensinya tiap tahun. Di Indonesia, terjadi
perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup,
peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok, dan penurunan aktivitas.
Hal tersebut diatas menyebabkan peningkatan insiden obesitas, hipertensi, dan penyakit vaskular yang
berujung pada peningkatan insiden gagal jantung. (Sabrina putri, 2020)
Secara global, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia sejak 20 tahun
terakhir (World Health Organization, 2020). Berdasarkan data dari Global Health Data Exchange
(GHDx) tahun 2020, jumlah angka kasus gagal jantung kongestif di dunia mencapai 64,34 juta kasus
dengan 9,91 juta kematian. (Jafar & Budi, 2023)
Gagal jantung kongestif merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia
setelah stroke. Berdasarkan data riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi gagal jantung kongestif
di Indonesia yang di diagnosis dokter adalah sebesar 1,5% atau sekitar 1.017.290 penduduk. (Jafar &
Budi, 2023)
Angka revalensi penyakit gagal jantung menurut Riskesdas (2018) melaporkan bahwa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan tertinggi pertama dengan
presentase 0,25%, disusul Jawa Timur 0,19%, dan ketiga di Jawa Tengah 0,18%. Selain itu
juga, prevalensi penyakit jantung ini jauh lebih tinggi dari pada prevalensi nasional. (Jafar
& Budi, 2023)
pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan menunjukkan
masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan
kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola
nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri,
ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas kulit.

B. Tujuan
Untuk mengetahui keterampilan dasar praktik kebidanan (KDPK) pada kasus Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung.
BAB II
A. Definisi Congestive Heart Failure (CHF) TINJAUAN TEORI
Gagal jantung kongestif merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrient. (Sabrina putri, 2020)

1. Faktor Resiko
Faktor resiko yang tidak dapat diubah (tradisional) :
- usia
- jenis kelamin
- Riwayat keluarga
Faktor resiko yang dapat diubah (non tradisional) :
- merokok - kurangnya aktivitas fisik -
Hiperglikemia
- hipertensi - Hiperkolesterolemia - obesitas
2. Patofisiologi
Gagal jantung kronis disebabkan interaksi yang kompleks antara faktor yang mempengaruhi
kontraktiitas yaitu :
 Preload yaitu derajat regangan miokardium terdapat sebelum kontraksi
● Afterload yaitu resistensi ejeksi darah dari ventrikel kiri
● Respon kompensasi neurohormonal dan hemodinamika
3. Pemeriksaan penunjang Congestive Heart Failure (CHF)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) menurut
Asikin (2018) yaitu meliputi :
 EKG
 Tes laboratorium darah
 Radiologis
.OKSIGEN
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita
yang mengalami gangguan pernapasan kedalam paru yang melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat khusus. Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksige. Pemberian oksigen pada pasien dapat
melalui 3 cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.
1. Tujuan pemberian oksigen
• Mencegah dan mengatasi terjadinya hipoksia sel dan jaringan
• Menurunkan usaha nafas
• Menurunkan kerja otot jantung
2. Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
• Gagal nafas
• Gangguan jantung (gagal jantung)
• Kelumpuhan alat pernafasan
• Perubahan pola napas (tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock)
• Keadaan gawat (misalnya koma)
• Trauma paru
• Metabolisme yang meningkat (luka bakar)
• Post operasi
• Keracunan karbon monoksida
C. Pemberian oksigen pada pasien CHF
1. Tujuan pemberian oksigen
Oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
ventilasi pada seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran
gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan
pemberian oksigen guna mencegah hipoksia.
2. Pentingnya pemberian oksigen pada gagal jantung
Sistem jantung mengantarkan oksigen, nutrisi,
dan substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa dari
metabolisme seluler melalui vascular dan sistem tubuh lain (misalnya
respirasi, pencernaan dan ginjal)
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

A. Data Subjektif

Tanggal masuk rumah sakit : 06 oktober 2023


1. . Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 69 tahun
Suku/Bangsa : jawa/indonesia 3. Riwayat Kesehatan
Agama : islam • Penyakit sistemik yang pernah/sedang
Pendidikan : SMA diderita : tidak ada
Pekerjaan : Wiraswasta • Riwayat penyakit ginekologi : tidak ada
Alamat : Senuko RT 6 RW 22 • Riwayat penyakit sekarang
Sidoagung Godean Sleman DIY Batuk terus-menerus, sesak
2. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan batuk
berdahak 1 minggu, sesak, mual, muntah
C. Analisa
B. Pengkajian Objektif Ny S usia 69 tahun dengan Congestive Heart Failure
(CHF) Kardiomegali
1. Keadaan umum : cukup D. Penatalaksanaan
2. Keadaan sakit : sedang Hari/Tanggal : Jumat, 06 oktober 2023
3. Status gizi: normal 1. Pasien mengatakan masih batuk berdahak, sesak
4. Kebersihan : bersih napas kadang-kadang, mual, makan minum sedikit
5. Kondisi psikologis : tenang demi sedikit
6. Tanda-tanda vital 2. Cek kebutuhan pasien sesuai dengan Tindakan yang
• Tekanan darah : 129/64 mmHg dilakukan
• Berat badan : 65 kg 3. Menjelaskan prosedur pada klien
• Tinggi badan : 150 4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
• Suhu : 37 5. Menyiapkan alat Pemberian oksigen
• Nadi : 75x/menit 6. Memberitahu kepada pasien dan menjelaskan kepada
• Respirasi : 25x/menit pasien bila pasien dalam keadaan sadar
• SPO2 : 95 7. Menempatkan alat-alat ke dekat pasien
8. Mencuci tangan
8. Mengatur posisi pasien dengan semi fowler
dan menenangkan pasien
9. Menghidupkan tabung oksigen 14. Mengevaluasi respon pasien dan mencatat
10. Mengecek flowmeter Tindakan yang dilakukan
11. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan
kecepatan aliran yang dibutuhkan biasanya 3 15. Bila pasien tidak memerlukan oksigen lagi,
liter/menit maka aliran oksigen ditutup kemudian
12. Meletakkan ujung kanula pada lubang
hidung pasien melepaskan kanula dari hidung pasien
13. Mengatur selang ke kepala atau ke bawah 16. Merapikan pasien dan membereskan alat
dagu sampai kanula benar-benar pas
menempati hidung dan pasien nyaman 17. Mencuci tangan
18. Melakukan pemberian obat kepada pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Data diperoleh dari pengkajian dan pemeriksaan saat Ny S berada di ruang inap Al-kautsar PKU
Muhammadiyah Gamping. Ny S mengatakan batuk berdahak 1 minggu, kadang sesak, mual, muntah, nafsu
makan menurun, sudah periksa di IGD dan obat sudah habis tapi masih belum berkurang. Hasil diagnose di
dapatkan bahwa Ny S usia 69 tahun dengan diagnose OBS dispneu, CHF dg kardiomegali, dyspepsia. Setelah
dilakukan pemeriksaan penunjang diagnose Ny S dengan mengalami sesak maka dilakukan penerapan oksigen
kepada Ny S.
Hari pertama pengkajian pada pasien tersebut dilakukan di ruang inap Al-kautsar. Pasien Ny. S mendapatkan
tambahan oksigen 3 liter/menit. Sejak hari pertama pengkajian, pasien Ny. S diposisikan pada posisi semi fowler
dan pasien mengatakan lebih nyaman. Ny. S mengatakan bahwa sesak napas bertambah jika Ny S batuk,
Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan obat oral NAC (obat pengencer dahak) dan oksigen nasal kanul 3lpm
kepada pasien
Kasus ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nadia & Silvy, 2019) Evaluasi pada hari ke-1
tanggal 23 Februari 2019 pukul 18.00 WIB, penurunan curah jantung.Subjektif : pasien mengeluh sesak nafas,
objektif : pasien tampak terpasang oksigen nasal kanul 3 liter per menit, saat ditunjukkan skala sesak pasien
memilih angka 3 yaitu moderate (sedang kesulitan), tekanan darah : 130/95 mmHg, nadi : 109 x/menit, respirasi :
28 x/menit, SPO2 : 94 %,asessment : masalah penurunan curah jantung belum teratasi dan, planning : lanjutkan
intervensi : monitor tanda-tanda vital secara rutin, evaluasi latihan nafas dalam, anjurkan pasien untuk tirah
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pemberian oksigen melalui kanul nasal pada pasien CHF
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
digunakan untuk mengurangi sesak napas, mengembalikan
keadaan hipoksia (konsentrasi oksigen rendah dalam darah),
menurunkan kerja sistem pernapasan, dan menurunkan kerja
jantung dalam memompa darah. Pemberian oksigen
dilakukan secara terus-menerus dan status pernapasan pasien
dievaluasi pada periode tertentu.
B. SARAN
Pasien Congestive Heart Failure(CHF) yang mengalami
gejala sesak napas diharapkan agar segera istirahat dan
menghentikan aktivitasnya karena hal tersebut dapat
membantu meringankan sesak napas, dan apabila sudah
diberi tambahan oksigen pasien diharapkan untuk
mempertahankan kepatenan kanul nasal agar pemberian
oksigen lebih efektif.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai