Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.J.

S DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER:STEMI ANTERIOR DI ICU KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2021

Oleh:

Nama: Lusi Lastri Sinurat

Nim: 1902015

Dosen pembimbing:Debora Simamora SKM.MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN PRODI D III KEPERAWATAN


JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2021
BAB I

TINJAUAN MEDIS

A,Defenisi

ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan oklusi total dari arteri koroner yang
menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang
ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG (Black & Hawks, 2014).

STEMI merupakan bagian dari Sindrom Koroner Akut (SKA) yang pada umumnya
diakibatkan oleh rupturnya plak aterosklerosis yang mengakibatkan oklusi total pada arteri
koroner dan disertai dengan tanda dan gejala klinis iskemia miokard seperti munculnya nyeri
dada, adanya J point yang persistent, adanya elevasi segmen ST serta meningkatnya
biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (Wahyunadi, Sargowo, & Suharsono,
2017).

B.Anatomi
C.Etiologi

Penyebab STEMI kebanyakan adalah karena adanya sumbatan pada pembuluh darah jantung


atau lebih dikenal dengan sebutan atherosklerosis. Adanya plak pada pembuluh darah jantung
akan menghambat aliran darah yang melalui arteri koroner

D.Manifestasi klinis
 Berkeringat dingin
 Nafas pendek
 Detak jantung tidak beraturan
 Mual
 Gangguan pencernaan

E.Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
trombus pada plak aterosklerosis yang ada sebelumnya (Ashar, 2017). Stenosis arteri koroner
berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
pembuluh darah kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi dan akumulasi lipid (Ginanjar & Sjaaf, 2019). Pada sebagian besar
kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika
kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis dan akumulasi lipid. Sehingga terjadi
trombus mular pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi koroner. Kemudian pada lokasi
ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit
yang selanjutnya 7 akan memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal
yang paten). Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan formasi reseptor glikoprotein
IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai fungsi tinggi terhadap
sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von willebrand
dan fibrinogen dimana keduanya adalah molekul multivalent yang dapat mengikat platelet
yang berbeda secara simultan. Menghasilkan ikatan silang platelet yang agregasi (Ashar,
2017). Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konkersi protrombin menjadi thrombin yang
kemudian mengonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan
mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin. Iskemia yang
berlangsung lebih dari 30 – 45 menit akan menyebabkan kerusakan sel irreversible serta
nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti berkontraksi secara permanen (Ginanjar & Sjaaf, 2019). Pada kondisi yang jarang,
STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli
koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik

F.Pathway
G.Pemeriksaan penunjang

1. Elektrokardiogram (EKG)
2. Foto thoraks

H.Penatalaksanaan

1. Oksigen
2. Morfin
3. Aspirin
4. Nitrogliserin

I.Komplikasi

1. Disfungsi ventricular
2. Gangguan hemodinamik
3. Syok kardiogenik
4. Infark vertikel kanan
5. Aritmia paska STEMI
6. Ekstrasistol ventrikel
7. Takikardia dan fibrilasi ventrikel
8. Fibrilasi atrium
9. Aritmia supraventrikular
10. Asistol ventrikel
11. Bradiaritmia dan Blok
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat ini.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan uraian kronologis sakit pasien sekarang sampai pasien dibawa ke RS,
ditambah dengan keluhan pasien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST) P:
Palitatif /Provokatif Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat
memperberat dan menguranginya. Q: Qualitatif /Quantitatif Bagaimana gejala
dirasakan, nampak atau terdengar, sejauh mana merasakannya sekarang R: Region
Dimana gejala terasa, apakah menyebar S: Skala Seberapakah keparahan
dirasakan dengan skala 0 s/d 10 T: Time Kapan gejala mulai timbul, berapa sering
gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita pasien saat ini. Termasuk
faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga pasien ada riwayat penyakit turunan atau
riwayat penyakit menular.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
Membandingkan pola aktifitas keseharian pasien antara sebelum sakit dan saat
sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak.
(Robert Priharjo, 2012).
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Data Fokus Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan
teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat
kesadaran, keadaan umum, vital sign. Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada nodul,
bentuk simetris, kontur kulit lentur, tidak ada benjolan/ massa, Palpasi: Apa ada
nyeri tekan, ada massa, ada asites dan bagaimana turgor kulit.
3. Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan laboratorium yang dijalani
pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan rontgen, biopsy dan pemeriksaan terkait lainnya.

B. DIAGNOSA
Berdasarkan pada manifestasi klinis, riwayat keperawatan dan pengkajian diagnostik,
maka diagnosa keperawatan utama pasien mencakup yang berikut (Suddarth, 2014) :
1. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran darah koroner.
2. Potensial pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih.
3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.
4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
5. Potensial tidak menjalankan program perawatan diri berhubungan dengan
mengingkari diagnosa gangguan miokard akut.

C. INTERVENSI
1. Penghilangan nyeri dada, penghilangan nyeri dada adalah prioritas utama pada pasien
dengan miokard infark, dan terapi medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha kolaborasi antara dokter dan
perawat. Metode yang dipakai untuk menghilangkan nyeri dada sehubungan dengan
miokard infark adalah pemberian terapi Vasodilator dan obat anti koagulan intravena.
Nitrogliserin dan heparin adalah obat pilihan.
2. Oksigen, harus diberikan bersama dengan terapi medis untuk menjamin penghilang
nyeri secara maksimal. Menghirup oksigen meskipun dengan dosis rendah mampu
meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi dan mengurangi nyeriberhubungan
dengan rendahnya kadar oksigen dalam sirkulasi. Cara pemberian biasanya melalui
kanula hidung dan kecepatan aliran oksigen ini harus dicatat. Apabila tidak terjadi
proses penyakit lain yang menyertai, kecepatan aliran 2 sampai 4 liter permenit
biasanya dapat mempertahankan kadar saturasi oksigen 96% sampai 100% secara
adekuat.
3. Tanda Vital, dikaji lebih sering selama pasien merasakan nyeri.
4. Istirahat Fisik, ditempat tidur dengan bahu dan kepala dinaikkan atau kursi jantung
(cardiac chair) dapat membantu mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala
yang lebih tinggi akan menguntungkan berdasar alasan berikut; volume tidal dapat
diperbaiki karena tekanan isi perut terhadap diafragma berkurang sehingga pertukaran
gas akan lebih baik,drainase lobus atas paru lebih baik, dan aliran balik vena ke
jantung (preload) berkurang, sehingga mengurangi kerja jantung.
5. Memperbaiki Fungsi Respirasi, pengkajian fungsi pernapasan yang teratur dan teliti
dan membantu perawal mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi yang berhubungan
dengan paru. Menganjurkan pasien untuk bernapas dalam dan merubah posisi
sesering mungkin akan mencegah pengumpoulan cairan didasar paru.
6. Meningkatkan Perfusi Jaringan yang Adekuat, menjaga agar pasien tetap ditempat
tidur atau kursi sangat membantu mengurangi konsumsi oksigen jantung. Memeriksa
suhu kulit dan denyut nadi perifer sesering mungkin perlu dilakukan untuk
mengetahui bahwa perfusi jaringan adekuat. Oksigen dapat diberikan untuk
meningkatkan suplai oksigen dalam sirkulasi.
7. Pengurangan Kecemasan, membina hubungan saling percaya dalam perawatan pasien
sangat penting untuk mengurangi kecemasan. Beri kesempatan pada pasien sesering
mungkin untuk berbagi rasa mengenai keprihatinan dan ketakutan. Rasa diterima akan
membantu pasien mengetahui bahwa perasaan seperti itu masuk akal dan nrmal.
8. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah, cara paling efektif untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program perawatan diri setelah pulang dari
rumah sakit adalah dengan memberikan pendidikan mengenai proses penyakitnya.
Bekerja sama dengan pasien dalam mengembangkan perencanaan yang dirancang
untuik memenuhi kebutuhan khusus, akan meningkatkan potensial kepatuhan.
9. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi Potensial, komplikasi yang dapat terjadi
setelah infark miokardium disebabkan oleh kerusakan pada jantung dan sistem
hantaran akibatnya menurunnya aliran darah koroner. Pasien dipantau dengan ketat
bila terdapat perubahan frekuensi, irama, serta bunyi jantung, tekanan darah, nyeri
dada, status pernapasan, haluaran urin, suhu , warna kulit, perubahan penginderaan,
dan perubahan nilai laboratorium. (Suddarth, 2014).
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan pengurangan nyeri.
2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas.
3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat.
4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan.
5. Mematuhi program perawatan diri.
6. Tidak menunjukkan adanya komplikasi. (Suddarth, 2014)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tn.J.B
Umur : 40 thn
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tentara Nasional
Indonesia
Alamat : pematangsiantar
Suku/bangsa : batak/indonesia
Tanggal MRS : 01 november 2021
Tanggal pengkajian : 02 dan 03 oktober 2021
Status perkawinan : kawin
Ds medis : Stemi anterolateral
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny L.S
Umur : 44
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : kristen
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : pematangsiantar
Hub.dengan pasien : istri
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri dada (+)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada (+) ½ jam sebelum masuk RS, nyeri
dirasakan menjalar dipunggung sampai lengan kiri , nyeri ulu hati (+)
c. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum dirawat di RSUD doloksanggul pasien tidak pernah dirawat di
puskesmas ataupun di rumah sakit tidak mempunyai penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat
menular
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi seperti obat-obatan,
makan-makanan, minum-minuman, jamu serta ramuan herbal
4. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 15 (G4, M6, V5)
TTV: TD; 149/98 mmHg, N; 97x/m, RR; 24x/m T; 36°C
2) Kepala: DBN
3) Wajah: ekspresi tampak pucat
4) Mata: RCT/T, pupil isoksn
5) Hidung: DBN
6) Mulut: DBN
7) Leher: struma; normal
TVJ; normal
8) Dada
Thorax: simetris
Jantung: HR; 97x/i
Paru: perkusi; sonor
9) Abdomen: lembut
Hepar: tidak teraba
Lien: tidak teraba
Ginjal: tidak terba
Nyeri tekan: tidak ada
Peristaltic: normal
10) Punggung: taping; pain (-)
11) Genitalia: bersih tidak ada tanda-tanda ivitasi
12) Ekstremitas atas: normal
13) Ekstremitas bawah: normal
Terapi yg diberikan

1. Nacl 0,9 % (mikro) -20 Tmp


2. Drip fibrion 1.500.000 IV + 100 cc Nacl 0,9% selesai pukul 14.00
3. Morpain 1am + 10 cc Nacl 0,9% masuk 5 cc
4. Aspilet tab 2 tab dosis 1x1
5. CPG tab 4 tab dosis 1x1
6. Concor tab
7. Isdn tab 5 mg
8. Omeprazoule inj 1 a/12 jam
9. Furosemide inj 1a/12 jam
10. Levo nox 0,6 cc/12 jam
11. NGT 1a+50 cc nacl 0.9 % 3,5 cc/jam-aff
12. Alonastation tab 40 1g 1x1
13. Alprazolam 0,5 1x1

Analisa data

No Data Etiologi Problem


1 Ds : Pasien mengatakan Keletihan otot pernafasan Ketidakefektifan Pola
sesak nafas Keletihan otot Nafas
pernafasan
Ketidakefektifan Do : Pola
Nafas
a. Keadaan umum lemah
b. GCS 465
c. TTV : TD = 149/98
mmHg N = 97 x/menit RR
= 24 x/menit S = 36º C
d. Nafas tidak teratur
e. Terdapat suara nafas
tambahan : Wheezing
f. Terdapat otot bantu
pernafasan
g. Menggunakan NRBM
10 Lpm
2 Ds : Pasien mengatakan Iskemia Jaringan Nyeri Akut
nyeri dada sebelah kiri dan Miokard
menjalar ke punggung,
seperti diremas – remas,
skala nyeri 6, terasa nyeri
saat beraktivitas dan
istirahat
Do :
a. Pasien tampak
menyeringai
b. Pasien tampak
memegangi dadanya
c. Pasien terlihat waspada
d. TTV :
TD = 149/98 mmHg
N = 97 x/menit
RR = 24 x/menit
S = 36º C
3 Ds : Pasien mengatakan Perubahan laju, irama, dan Resiko penurunan curah
nyeri dada sebelah kiri dan konduksi elektrikal jantung
sesak nafas
Do :
a. TTV : TD = 149/98
mmHg N = 97 x/menit RR
= 24 x/menit S = 36º C
b. Terpasang O2
c. Terdapat St elevasi
antara V1 sampai V4

B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan.
3. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.

C. INTERVENSI

Dx Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. untuk
iskemia jaringan tindakan keperawatan saling percaya meningkatkan
miokard selama 2x24 jam 2. Lakukan kepercayaan
diharapkan nyeri pengkajian nyeri pasien kepada
berkurang secara perawat
Kriteria hasil: komprehensif 2. untuk
1. Mampu termasuk lokasi, mengetahui
mengontrol nyeri ( karakteristik, tingkat nyeri
tahu penyebab durasi, frekuensi, pasien
nyeri, mampu kualitas, dan 3. untuk
menggunakan factor presipitasi mengetahui
teknik non 3. Observasi reaksi tingkat
farmakologi untuk nonverbal dari ketidaknyamana
mengurangi nyeri) ketidaknyamanan n yang dirasakan
2. Pasien tampak 4. Control oleh pasien
tidak memegangi lingkungan yang 4. untuk
daerah yang nyeri dapat mengurangi
3. Skala nyeri mempengaruhi tingkat
menjadi 1-3 nyeri seperti suhu ketidaknyamana
(ringan) ruangan, n yang dirasakan
4. Pasien tampak pencahayaan, dan oleh pasien
rileks kebisingan 5. agar pasien
5. Tanda-tanda vital 5. Ajarkan tentang mampu
dalam rentang teknik non menggunakan
normal( tekanan farmakologi teknik non
darah, nadi, seperti distraksi farmakologi
pernafasan) TD: dan relaksasi dalam
sistolik (120-140 6. Kolaborasi memanagement
mmHg), diastolic pemberian nyeri yang
(80-90 mmHg), N: analgetik untuk dirasakan
60-80 x/I, RR: 16- mengurangi nyeri 6. pemberian
20 x/i analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pasien
Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1.Observasi 1. Mengumpulkan
n pola nafas b.d tindakan keperawatan frekuensi, kedalaman dan menganalisis
keletihan otot selama 2 x 24 Jam pernafasan, dan data pasien untuk
pernafasan. diharapkan pasien ekspansi dada memastikan
menunjukkan pola 2. Auskultasi suara kepatenan jalan
nafas efektif yang nafas, catat adanya nafas dan pertukaran
dibuktikan dengan suara tambahan gas yang adekuat
status respirasi tidak 3. Posisikan pasien 2. Adanya suara
terganggu. untuk nafas tambahan yang
Kriteria Hasil : memaksimalkan abnormal
1) Mendemonstrasi ventilasi menentukan
kan latihan nafas ( posisi semi fowler ) intervensi yang akan
dalam secara mandiri 4.Ajarkan untuk dilakukan
2) Menunjukkan jalan melakukandeep selanjutnya oleh
nafas yang breathing exercis perawat
paten(pasien tidak ( latihan nafas 3.Membantu
merasa tercekik, irama dalam ) secara ekspansi paru dan
nafas, frekuensi mandiri pernafasan normal
pernafasan dalam 5. Pantau TTV tiap 4.Meningkatkan
rentang normal, tidak jam kekuatan otot
ada suara nafas 6.kolaborasi pernafasan dan
tambahan) pemberian O2 fungsi ventilasi paru
3) tanda-tanda vital serta memperbaiki
dalam rentang normal oksigenasi jaringan
(tekanan darah, nadi, 5. Mengumpulkan
pernafasan) dan menganalisis
TD: sistolik (120-140 data kardiovaskuler,
mmHg), diastolik ( 80- pernafasan dan suhu
90 mmHg) tubuh pasien untuk
N: 60-80 x/i menentukan dan
RR: 16-20 x/i mencegah
komplikasi
6. meningkatkan
pola pernafasan
spontan yang
optimal sehingga
memaksimalkan
pertukaran oksigen
dalam tubuh
Resiko Setelah dilakukan 1. lakukan 1. Hipotensi dapat
penurunan curah tindakan keperawatan pengukuran terjadi akibat
jantung b.d selama 2x24 jam tekanan darah disfungsi
perubahan laju, diharapkan tidak bandingkan hasil ventricular,
irama, dan terjadi penurunan pada setiap hipoperfusi
konduksi curah jantung lengan, saat miokardium, dan
elektrikal. Kriteria hasil: duduk, berbaring, stimulasi vagal.
1. tanda vital dalam dan berdiri. Namun ,
rentang normal 2. Auskultasi bunyi hipertensi juga
(TD,HR,RR) jantung. Catat dapat terjadi
2. dapat adanya gallop s3 akibat nyeri,
mentoleransi dan s4, murmur, ansietas,
aktivitas, tidak ada serta rub. pelepasan
kelelahan 3. Auskultasi suara katekolamin,
3. tidak ada edema napas dan memiliki
paru, perifer dan 4. Pantau denyut masalah
tidak ada asites dan ritme pembuluh darah
4. tidak ada jantung. sebelumnya.
penurunan Dokumentasikan Hipotensi
kesadaran distritmia melalui ortostatik
telemetri (postural)
5. Berikan makanan mungkin
yang kecil dan berhubungan
dapat mudah dengan
dicerna. Batasi komplikasi
asupan kafein, infark, misalnya
misalnya kopi, gagal jantung
coklat, dan cola 2. S3 biasanya
6. Kolaborasi berhubungan
dengan tenaga dengan gagal
kesehatan lain jantung, namun
dalam pemberian adanya
obat-obatan insufisiensi
sesuai indikasi, mitral
misalnya obat (regurgitasi) dan
antidistritmia. overload
ventrikel kiri
yang dapat
menyertai infark
parah juga
dicatat. S4
mungkin
berhubungan
dengan iskemia
miokard,
kekakuan
ventrikel, dan
hipertensi
pulmonal atau
sistemik.
Murmur
mengindikasikan
adanya
gangguan aliran
darah pada
jantung,
misalnya
gangguan pada
katup, defek
septum, atau
getaran otot
papilaritas dan
korda tendinea
(komplikasi
infark miokard).
Rub
mengindikasikan
adanya infark
yang disebabkan
oleh peradangan,
misalnya efusi
pericardial dan
pericarditis
3. Krakels
menandakan
adanya kongesti
pulmonal, yang
mungkin
berkembang
karena
penurunan
fungsi miokard.
4. Denyut dan
ritme jantung
berespon
terhadap
medikasi,
aktivitas, dsn
perkembangan
komplikasi.
Distritmia
terutama
kontraksi
ventricular yang
premature atau
progressive
heart blocks,
dapat
mempengaruhi
fungsi jantung
atau
meningkatkan
kerusakan
iskemik
5. Makanan besar
meningkatkan
beban kerja
miokard dan
menyebabkan
stimulasi vegal,
yang
mengakibatkan
bradikardia atau
denyut ektopik.
Kafein
merupakan
stimulan
langsung pada
jantung yang
dapat
meningkatkan
denyut jantung
6. Distritmia
biasanya diobati
sesuai dengan
gejalanya.
Terapi ACE
inhibitor sebagai
pengobatan
awal, khusunya
pada infark
miokard anterior
yang besar,
ancurisma
ventrikel, atau
gagal jantung
dapat
meningkatkan
keluaran
ventrikel,
meningkatkan
kelangsungan
hidup,dan
mungkin
memperlambat
perburukan
gagal jantung

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

Dx Tanggal Jam Implementasi


1 02-11-2021 10.00 Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, frekuensi.
P = nyeri timbul saat beraktivitas dan kadang saat istirahat
Q= nyeri seperti di remas-remas
R= nyeri timbul di dada sebelah kiri dan menjalar ke
punggung
S= skala nyeri 6
T= nyeri hilang timbul
10.10 Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
dengan cara membatasi pengunjung dan membatasi
pencahayaan
10.15
Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi dengan
cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
10.45
Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri dengan menganjurkan pasien
istirahat selama 6-8 jam dan menghindari memikirkan hal
10.50 – hal yang berat
Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik
tambahan jika diperlukan untuk meningkatkan efek
pengurangan nyeri dengan memberikan obat oral ISDN
03-11-2021
10.00 3X5mg Memberikan
Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, frekuensi
P = Nyeri timbul saat aktivitas
Q = Nyeri seperti diremas – remas
R = Nyeri di dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 4
10.10
T = Nyeri hilang timbul
Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi dengan
cara mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
2 02-11-2021 10.55 Posisi semifowler
Memberikan O2
11.05 Mengauskultasi suara nafas
Terdapat suara wheezing
11.10 Memantau pernafasan pasien Pergerakan dada simetris,
terdapat
pemakaian otot bantu pernafasan, dan pola pernafasan
03-11-2021 10.15 cepat dan dangkal. RR = 24 x/menit
Melakukan observasi tanda – tanda vital
TD = 110/70 mmHg
N = 98 x/menit
RR = 20 x/menit
10.20
S = 36º C
Memantau pernafasan, pergerakan dada dan pola
pernafasan pasien Pergerakan dada simetris, terdapat otot
10.25
bantu pernafasan, dan pola pernafasan. RR = 20 x/menit
Mengauskultasi suara nafas
10.30
Terdapat suara wheezing
Menjelaskan dan mengajarkan teknik deep
breathing exercis yang berfungsi untuk
meningkatkan fungsi paru dan dilakukan
dengan cara pasien menghirup nafas secara
perlahan dan dalam melalui mulut dan
hidung, sampai perut terdorong maksimal /
mengembang kemudian menahan nafas 1
– 5 hitungan, selanjutnya menghembuskan
udara secara lambat melalui mulut.
3 02-11-2021 11.15 Mengauskultasi bunyi jantung
Terdapat suara S1 dan S2 Tunggal
03-11-2021 10.40 Memberikan penjelasan untuk makanan yang kecil dan
mudah dicerna. Batasi asupan kafein, misalnya kopi,
coklat, cola, makanan yang berminyak

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi


03-11-2021 Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
kiri hilang timbul
O:
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran composmentis, GCS 456
3.TTV:
TD: 110/70 mmHg
HR: 98 x/i
RR: 20 x/i
T: 36°C
4.wajah tampak rileks
5.pasien sudah tidak memegangi daerah dada
yang nyeri
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan, pasien rujuk

03-11-2021 Ketidakefektipan pola S : Pasien mengatakan tidak merasa sesak


nafas O:
1. Mendemonstrasikan latihan nafas dalam
secara mandiri
2. Menunjukkan jalan nafas paten ( pasien
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal )
3. TTV :
TD = 110/70 mmHg
N = 98 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36º C
A : Masalah Keperawatan teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan , pasien rujuk
03-11-2021 Resiko penurunan curah S : Pasien mengatakan nyeri dada sudah
jantung berkurang dan tidak merasa sesak nafas lagi
O:
1. Tidak terdapat edema
2. Tidak terdapat sianosis
3. Tidak terjadi oliguria
4. Kulit lembap
5. TTV :
TD = 110/70 mmHg
N = 98 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36º C
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan , pasien rujuk

Anda mungkin juga menyukai