S DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER:STEMI ANTERIOR DI ICU KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2021
Oleh:
Nim: 1902015
TINJAUAN MEDIS
A,Defenisi
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan oklusi total dari arteri koroner yang
menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang
ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG (Black & Hawks, 2014).
STEMI merupakan bagian dari Sindrom Koroner Akut (SKA) yang pada umumnya
diakibatkan oleh rupturnya plak aterosklerosis yang mengakibatkan oklusi total pada arteri
koroner dan disertai dengan tanda dan gejala klinis iskemia miokard seperti munculnya nyeri
dada, adanya J point yang persistent, adanya elevasi segmen ST serta meningkatnya
biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (Wahyunadi, Sargowo, & Suharsono,
2017).
B.Anatomi
C.Etiologi
D.Manifestasi klinis
Berkeringat dingin
Nafas pendek
Detak jantung tidak beraturan
Mual
Gangguan pencernaan
E.Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
trombus pada plak aterosklerosis yang ada sebelumnya (Ashar, 2017). Stenosis arteri koroner
berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
pembuluh darah kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi dan akumulasi lipid (Ginanjar & Sjaaf, 2019). Pada sebagian besar
kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika
kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis dan akumulasi lipid. Sehingga terjadi
trombus mular pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi koroner. Kemudian pada lokasi
ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit
yang selanjutnya 7 akan memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal
yang paten). Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan formasi reseptor glikoprotein
IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai fungsi tinggi terhadap
sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von willebrand
dan fibrinogen dimana keduanya adalah molekul multivalent yang dapat mengikat platelet
yang berbeda secara simultan. Menghasilkan ikatan silang platelet yang agregasi (Ashar,
2017). Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konkersi protrombin menjadi thrombin yang
kemudian mengonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan
mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin. Iskemia yang
berlangsung lebih dari 30 – 45 menit akan menyebabkan kerusakan sel irreversible serta
nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti berkontraksi secara permanen (Ginanjar & Sjaaf, 2019). Pada kondisi yang jarang,
STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli
koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik
F.Pathway
G.Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
2. Foto thoraks
H.Penatalaksanaan
1. Oksigen
2. Morfin
3. Aspirin
4. Nitrogliserin
I.Komplikasi
1. Disfungsi ventricular
2. Gangguan hemodinamik
3. Syok kardiogenik
4. Infark vertikel kanan
5. Aritmia paska STEMI
6. Ekstrasistol ventrikel
7. Takikardia dan fibrilasi ventrikel
8. Fibrilasi atrium
9. Aritmia supraventrikular
10. Asistol ventrikel
11. Bradiaritmia dan Blok
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat ini.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan uraian kronologis sakit pasien sekarang sampai pasien dibawa ke RS,
ditambah dengan keluhan pasien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST) P:
Palitatif /Provokatif Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat
memperberat dan menguranginya. Q: Qualitatif /Quantitatif Bagaimana gejala
dirasakan, nampak atau terdengar, sejauh mana merasakannya sekarang R: Region
Dimana gejala terasa, apakah menyebar S: Skala Seberapakah keparahan
dirasakan dengan skala 0 s/d 10 T: Time Kapan gejala mulai timbul, berapa sering
gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita pasien saat ini. Termasuk
faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga pasien ada riwayat penyakit turunan atau
riwayat penyakit menular.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
Membandingkan pola aktifitas keseharian pasien antara sebelum sakit dan saat
sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak.
(Robert Priharjo, 2012).
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Data Fokus Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan
teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat
kesadaran, keadaan umum, vital sign. Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada nodul,
bentuk simetris, kontur kulit lentur, tidak ada benjolan/ massa, Palpasi: Apa ada
nyeri tekan, ada massa, ada asites dan bagaimana turgor kulit.
3. Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan laboratorium yang dijalani
pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan rontgen, biopsy dan pemeriksaan terkait lainnya.
B. DIAGNOSA
Berdasarkan pada manifestasi klinis, riwayat keperawatan dan pengkajian diagnostik,
maka diagnosa keperawatan utama pasien mencakup yang berikut (Suddarth, 2014) :
1. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran darah koroner.
2. Potensial pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih.
3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.
4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
5. Potensial tidak menjalankan program perawatan diri berhubungan dengan
mengingkari diagnosa gangguan miokard akut.
C. INTERVENSI
1. Penghilangan nyeri dada, penghilangan nyeri dada adalah prioritas utama pada pasien
dengan miokard infark, dan terapi medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha kolaborasi antara dokter dan
perawat. Metode yang dipakai untuk menghilangkan nyeri dada sehubungan dengan
miokard infark adalah pemberian terapi Vasodilator dan obat anti koagulan intravena.
Nitrogliserin dan heparin adalah obat pilihan.
2. Oksigen, harus diberikan bersama dengan terapi medis untuk menjamin penghilang
nyeri secara maksimal. Menghirup oksigen meskipun dengan dosis rendah mampu
meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi dan mengurangi nyeriberhubungan
dengan rendahnya kadar oksigen dalam sirkulasi. Cara pemberian biasanya melalui
kanula hidung dan kecepatan aliran oksigen ini harus dicatat. Apabila tidak terjadi
proses penyakit lain yang menyertai, kecepatan aliran 2 sampai 4 liter permenit
biasanya dapat mempertahankan kadar saturasi oksigen 96% sampai 100% secara
adekuat.
3. Tanda Vital, dikaji lebih sering selama pasien merasakan nyeri.
4. Istirahat Fisik, ditempat tidur dengan bahu dan kepala dinaikkan atau kursi jantung
(cardiac chair) dapat membantu mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala
yang lebih tinggi akan menguntungkan berdasar alasan berikut; volume tidal dapat
diperbaiki karena tekanan isi perut terhadap diafragma berkurang sehingga pertukaran
gas akan lebih baik,drainase lobus atas paru lebih baik, dan aliran balik vena ke
jantung (preload) berkurang, sehingga mengurangi kerja jantung.
5. Memperbaiki Fungsi Respirasi, pengkajian fungsi pernapasan yang teratur dan teliti
dan membantu perawal mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi yang berhubungan
dengan paru. Menganjurkan pasien untuk bernapas dalam dan merubah posisi
sesering mungkin akan mencegah pengumpoulan cairan didasar paru.
6. Meningkatkan Perfusi Jaringan yang Adekuat, menjaga agar pasien tetap ditempat
tidur atau kursi sangat membantu mengurangi konsumsi oksigen jantung. Memeriksa
suhu kulit dan denyut nadi perifer sesering mungkin perlu dilakukan untuk
mengetahui bahwa perfusi jaringan adekuat. Oksigen dapat diberikan untuk
meningkatkan suplai oksigen dalam sirkulasi.
7. Pengurangan Kecemasan, membina hubungan saling percaya dalam perawatan pasien
sangat penting untuk mengurangi kecemasan. Beri kesempatan pada pasien sesering
mungkin untuk berbagi rasa mengenai keprihatinan dan ketakutan. Rasa diterima akan
membantu pasien mengetahui bahwa perasaan seperti itu masuk akal dan nrmal.
8. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah, cara paling efektif untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program perawatan diri setelah pulang dari
rumah sakit adalah dengan memberikan pendidikan mengenai proses penyakitnya.
Bekerja sama dengan pasien dalam mengembangkan perencanaan yang dirancang
untuik memenuhi kebutuhan khusus, akan meningkatkan potensial kepatuhan.
9. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi Potensial, komplikasi yang dapat terjadi
setelah infark miokardium disebabkan oleh kerusakan pada jantung dan sistem
hantaran akibatnya menurunnya aliran darah koroner. Pasien dipantau dengan ketat
bila terdapat perubahan frekuensi, irama, serta bunyi jantung, tekanan darah, nyeri
dada, status pernapasan, haluaran urin, suhu , warna kulit, perubahan penginderaan,
dan perubahan nilai laboratorium. (Suddarth, 2014).
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan pengurangan nyeri.
2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas.
3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat.
4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan.
5. Mematuhi program perawatan diri.
6. Tidak menunjukkan adanya komplikasi. (Suddarth, 2014)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tn.J.B
Umur : 40 thn
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tentara Nasional
Indonesia
Alamat : pematangsiantar
Suku/bangsa : batak/indonesia
Tanggal MRS : 01 november 2021
Tanggal pengkajian : 02 dan 03 oktober 2021
Status perkawinan : kawin
Ds medis : Stemi anterolateral
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny L.S
Umur : 44
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : kristen
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : pematangsiantar
Hub.dengan pasien : istri
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri dada (+)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada (+) ½ jam sebelum masuk RS, nyeri
dirasakan menjalar dipunggung sampai lengan kiri , nyeri ulu hati (+)
c. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum dirawat di RSUD doloksanggul pasien tidak pernah dirawat di
puskesmas ataupun di rumah sakit tidak mempunyai penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat
menular
e. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi seperti obat-obatan,
makan-makanan, minum-minuman, jamu serta ramuan herbal
4. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 15 (G4, M6, V5)
TTV: TD; 149/98 mmHg, N; 97x/m, RR; 24x/m T; 36°C
2) Kepala: DBN
3) Wajah: ekspresi tampak pucat
4) Mata: RCT/T, pupil isoksn
5) Hidung: DBN
6) Mulut: DBN
7) Leher: struma; normal
TVJ; normal
8) Dada
Thorax: simetris
Jantung: HR; 97x/i
Paru: perkusi; sonor
9) Abdomen: lembut
Hepar: tidak teraba
Lien: tidak teraba
Ginjal: tidak terba
Nyeri tekan: tidak ada
Peristaltic: normal
10) Punggung: taping; pain (-)
11) Genitalia: bersih tidak ada tanda-tanda ivitasi
12) Ekstremitas atas: normal
13) Ekstremitas bawah: normal
Terapi yg diberikan
Analisa data
B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan.
3. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.
C. INTERVENSI
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN