Jawab :
Teori biososiologi menyatakan bahwa kejahatan timbul karena individu yang lahir
dari orangtua yang juga criminal, atau karena individu dibesarkan dilingkungan
yang memberikan pengaruh buruk (bad influence).
2. Teori Sosiologi
Teori sosiologi menyatakan bahwa lingkungan sosial yang buruk yang akan
mempengaruhi perkembangan individu, dengan kata lain, kejahatan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan pergaulan hidup manusia. Menurut teori sosiologi,
“Lingkungan Lebih Menentukan Jadinya Seseorang Daripada Orang Itu Sendiri”.
Anak yang berasal dari keluarga baik-baik atau terhormat jika bergabung alam
komunitas yang memberi pengaruh buruk akan mempengaruhi pertumbuhan anak
3. Teori Ekonomi
Ahli hukum dan kriminal sependapat bahwa motif untuk bertahan hidup sering
menjadi alasan munculnya sebuah tindak kejahatan. Seseorang yang merasa
kebutuhan primernya (isi perut) tidak terpenuhi akan cenderung mencari caracara
instan untuk memenuhinya, misalnya merampok.
Kejahatan sering dijadikan alasan pembenaran oleh para pelaku kriminal: “Jika
saya tidak melakukannya, maka anak saya yang akan mati kelaparan”
Sehingga akan timbul dilema penegakan hukum vs kemanusiaan
4. Teori Multifaktor
Jawab : Sistem hukum di negeri Belanda didasarkan pada sistem hukum perdata
Perancis dan dipengaruhi oleh hukum Romawi. KUHP yang berlaku di negeri
Belanda sendiri merupakan turunan dari code penal Perancis. Code penal menjadi
inspirasi pembentukan peraturan pidana di Belanda. Hal ini dikarenakan Belanda
berdasarkan perjalanan sejarah merupakan wilayah yang berada dalam kekuasaan
kekaisaran Perancis. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dan Peraturan Kepailitan.
Sistematika yang dipakai merupakan adopsi dari hukum Napoleon. Perancis adalah
negara yang melakukan kodifikasi terhadap hukum Romawi. Kaisar Napoleon pada
tahun 1800-an membentuk suatu panitia yaitu Portalis, Trochet, Bigot de Preameneu
dan Malleville yang ditugaskan untuk membuat rancangan kodifikasi. Sumber bahan
kodifikasi adalah hukum Romawi. Dalam menerapkan hukum Romawi yang
terkodifikasi, Prancis tidak hanya memakai satu hukum tetapi juga menggunakan
kebiasaan lokal atau yang lebih dikenal dengan istilah customary law ( hukum
kebiasaan). Sehingga menyebabkan terjadinya dualisme sumber hukum yang harus
ditaati oleh penduduk Prancis ketika itu. Walaupun dua hukum yang diterapkan,
namun sistem hukum Romawi memiliki kultur yang kuat untuk diterapkan. Hukum
Romawi telah berlangsung selama ribuan tahun – dari Leges Duodecim Tabularum
tahun 439 SM hingga Corpus Juris Civilis (528–35 AD) yang diperintahkan oleh
Kaisar Yustinianus I. Undang-undang Yustinianus berlaku di Romawi Timur (331–
1453), dan juga menjadi dasar hukum di Eropa. Hukum Romawi yang dikenal juga
dengan istilah Civil Law atau Hukum Sipil. Hukum sipil dapat didefinisikan sebagai
suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi dalam corpus
juris civilis justinian dan tersebar ke seluruh benua Eropa dan seluruh dunia.
Maka KUHP 1810 menganut Prinsip atau Asas Legalitas (Principle of Legality), dan
bunyi rumusan asas legalitas tersebut tercantum di dalam Pasal 4 KUHP 1810
(France; Penal Code 1810), yang berbunyi sebagai berikut: “No minor, mayor or
serious offence can be punished with sentences that were not laid down by legislation
before they were committed” (kejahatan ringan, berat atau kejahatan serius tidak
dapat dihukum dengan hukuman yang tidak pernah diatur dalam undang-undang
sebelum mereka melakukan kejahatan).
Melihat uraian di atas, jika dibandingkan dengan rumusan Asas Legalitas di dalam
KUHP Indonesia (1946) atau KUHP Belanda (1886) terdapat perbedaaan mendasar.
Perbedaan tersebut Pertama, KUHP Perancis 1810 hanya terdiri dari satu pasal;
sedangkan KUHP Indonesia (1946) dan KUHP Belanda (1886) memuat satu pasal
dengan dua ayat. Perbedaan Kedua, KUHP Perancis 1810 tidak hanya mengandalkan
satu pasal tanpa ayat, akan tetapi masih membedakan dua jenis kejahatan di lihat dari
sifat perbuatannya, yaitu kejahatan ringan (delit), kejahatan berat atau serius (crime).
Perbedaan ini tidak ditemui baik dalam KUHP Indonesia (1946) yang menyebut
“suatu perbuatan”; dan maupun dalam KUHP Belanda (1886), yang menyebut “act
or omission” (berbuat atau tidak berbuat/membiarkan.
2. Ilmu pengetahuan Kriminologi dibagi menjadi yang sifatnya teori dan terapan.
Berikan pendapat saudara!
Jawab : Secara luas, kriminologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mencakup
semua materi pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan konsep kejahatan serta
bagaimana pencegahan kejahatandilakukan, termasuk di dalamnya pemahaman tentang
pidana atau hukuman. Bidang ilmu yang menjadi fokus kriminologi dan objek studi
kriminologi, mencakup:
Jawab :
Tokoh mazhab ini adalah Cesaro Lombroso (1835-1909) seorang dokter. Ia adalah
guru besar dalam ilmu kedokteran kehakiman (dalam ilmu forensik), kemudian juga
dalam ilmu jiwa di Turin Italia. Pandangan Lobroso mengenai penjahat didasarkan atas
hasil penelitian secara antropologis mengenai penjahat-penjahat yang terdapat dalam
rumah penjara terutama mengenai tengkorak. Kesimpulan dari penelitianya adalah
bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu,
diantaranya adalah sebagai berikut.
2) Mata kecil yang letaknya sangat dalam, yang berada pada rongga mata besar.
5) Rambut keriting.
3) Gila hias.
4) Kejam.
c) Tabiatnya:
1) Suka tatouage (membuat lukisan pada lengan, dada, dan lain- lain).
Tokoh terkemuka mazhab ini adalah A. Lacassagne (1843-1924) guru besar dalam ilmu
kedoteran kehakiaman di perguruan Kriminil Internasional di Roma (1885). Ia
menentang Lombroso dengan menyatakan bahwa kejahatan dan penjahat dibentuk oleh
lingkungan sosial bukan dibawa sejak lahir. Dalam ajarannya menguraikan bahwa
“keadaan sosial disekeliling manusia menimbulkan terjadinya embrio kejahatan”. Dan
juga tokoh penting lainya adalah Gabriel Tarde (1843-1904) seorang ahli hukum dan
sosiologi. Menurut pendapatnya kejahatan bukan suatu jejek yang antropologis tapi
sosiologis, yang seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai oleh faktor
imitasi.
Tokoh terkenal mazhab ini antara lain A.D.Prins van Hamel dan D.Simons mazhab
sosiaologi adalah mwerupakan pengembangan dan perpaduan antara lain antrhropologi
dan sosiologi. Menurut mazhab ini bahwa setiap kejahatan adalah hasil perpaduan dari
faktor-faktor yang ada timbul dari dalam individu ( seperti keadaan fisik dn psikis si
penjahat )dengan hasil dari faktor-faktor yang ada dalam lingkungan masyarakat
(seperti keadaan alam , ekonomi, budaya, dan politik dan sebagainya)’’.
Apabila kita kembali mempelajari ajaran Ferri , yakni bahwa kejahatan itu terjadi
karena adanya kererpaduan antara mazhab anthropologi dengan mazhab
lingkungan ,dapat di katakana bahwa Mazhab Bio Sosiologi pada dasarnya merupakan
pengembangan dari ajaran Ferri tersebut.
5. Cesare Lombroso digelar sebagai Bapak Kriminologi modern. Berikan pendapat
saudara tentang mashab nya !
Menurut pendapat saya, saya tidak setuju dengan C. Lombrosso dimana sebab-sebab
dari kejahatan dicari pada diri orang, yaitu pada bentuk rupa dan mukanya àtau pada
keadaan jiwanya, yang selalu menyimpang dari kebanyakan orang lain. Maka sama saja
itu si penjahat dipandang sebagai manusia yang lebih rendah derajatnya daripada
manusia yang biasa. Padahal setiap manusia memliki derajat yang sama tinnginya.
Sama saja itu dengan memandang rendah atau negatif kepada orang lain. Dan juga jika
memakai mashab dari C.Lombroso maka setiap manusia akan mencari suatu
penyelidikan kejahatan ditekankan pada fáktor perseorangan (mencari sebab-sebab
kejahatan pada diri si penjahat itu sendiri). Serta menurut saya juga tidak setiap orang
yang memenuhi syarat-syarat penjahat dari Lombroso menjadi penjahat.