Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA TN. S


DI RUANG TERATAI
RSUD dr. DORIS SYLVANUS

Disusun Oleh :

WAHYUDI
NIM: PO.62.20.1.22.049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XXIV
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Yang membuat Asuhan


Keperawatan
Nama Mahasiswa : WAHYUDI
NIM : PO6220122049
Tingkat/Semester :3
Program Studi : DIII Keperawatan
Tahun Akademik : 2023

Yang menyetujui Asuhan Keperawatan,

Pembimbing Klinik : Elvry Marthalina. S.Kep. Ners


Pembimbing Institusi : Ns. Syam’ani. S.Kep., M.Kep.

Palangka Raya, November 2023

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Elvry Marthalina. S.Kep. Ners Ns. Syam’ani. S.Kep., M.Kep.

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................3
A. PENGERTIAN....................................................................................................3
B. ETIOLOGI...........................................................................................................3
C. TANDA DAN GEALA.......................................................................................3
D. PATOFISIOLOGI...............................................................................................4
E. PATHWAY.........................................................................................................5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................................6
G. PENALAKSANAAN MEDIS.............................................................................6
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.....................................................................6
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................7
J. INTERVENSI.........................................................................................................7
K. EVALUASI.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat (SDKI 2016)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung merupakan sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan
oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo
Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang
mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit jantung iskemik,
penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral,
miokarditis, kardiomiopati, amioloidosis jantung, keadaan curah tingg
(tirotoksikosis, anemia, fistula 3 3 arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan
yaitu : gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit
katup trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD,PDA), hipertensi pulmonal,
emboli pulmonal masif (chandrasoma,2006) didalam (Aspani, 2016).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

B. ETIOLOGI
Penyebab Pola anafas tidak efektif (SDK,2016):
1. Deprise pusat pernafasan
2. Hambatan upaya pernafasan (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan. Otot bernafas)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuro muscular
6. Gangguan neurologis (mis: elektrosefalogram (EEG) positing, cedera
7. kepala gangguan kejang)
8. Imunitas neurologis
9. Penurunan energi

C. TANDA DAN GEALA


1. Tanda dan gejala umum
a. Sesak napas: Kesulitan bernapas atau perasaan kekurangan udara.
b. Napas cepat atau dangkal: Pernapasan yang lebih cepat atau tidak normal.
c. Pernapasan terasa berat: Sensasi beban atau tekanan di dada.
d. Batuk yang berlebihan: Khususnya saat berbaring atau aktivitas.
e. Bibir atau kuku kebiruan (sianosis): Tanda kurangnya oksigen dalam darah.
f. Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, atau kaki: Akumulasi cairan
yang dapat terjadi akibat gagal jantung.
3
g. Kelelahan atau lemah: Terutama selama aktivitas ringan atau setelah
aktivitas.
h. Denyut jantung yang tidak teratur atau cepat: Aritmia atau detak jantung yang
tidak normal.
i. Nyeri dada atau ketidaknyamanan: Terkadang disertai dengan rasa berat atau
tekanan.
2. Tanda dan gejala menurut SDKI
a. Dispnea
b. Penggunaan otot bantu pernapasan
c. Fase ekspirasi memanjang
d. Pola napas abnormal
e. Ortopnea
f. Pernapasan cuping hidung
g. Ventilasi semenit menurun
h. Kapasitas vital menurun
i. Eksursi dada menurun

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi penyakit jantung dapat berhubungan dengan pola napas tidak
efektif. Penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner, dapat menyebabkan
gangguan pada sirkulasi darah ke paru-paru, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi pola napas. Pola napas tidak efektif adalah suatu keadaan di mana
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak memberikan ventilasi yang adekuat. Penyebabnya
dapat meliputi depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas, deformitas dinding
dada, gangguan neuromuskular, dan lainnya.
Pada penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner, terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang menyuplai darah ke otot jantung. Hal ini dapat
mengganggu sirkulasi darah ke paru-paru dan mempengaruhi pola napas. Gejala dan
tanda pola napas tidak efektif dapat muncul sebagai dispnea (kesulitan bernapas),
penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, dan pola napas
abnormal.
Pola napas tidak efektif pada penyakit jantung koroner dapat terjadi karena
gangguan sirkulasi darah dan tekanan oksigen yang mempengaruhi fungsi paru-paru.
Oleh karena itu, penanganan pola napas tidak efektif pada pasien dengan penyakit
jantung koroner perlu memperhatikan kondisi jantung dan paru-paru secara
bersamaan untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang tepat..

4
E. PATHWAY

5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektrokardiografi (EKG): Berfungsi untuk merekam aktivitas listrik jantung
pasien dan mengetahui apakah pasien pernah atau sedang mengalami serangan
jantung.
2. Stress test: Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang
beraktivitas, dokter akan menyarankan stress test untuk menilai kemampuan
jantung bekerja saat beraktivitas.
3. Kateterisasi jantung dan angiografi koroner: Kateterisasi jantung dilakukan
dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah di lengan atau paha untuk
diarahkan ke jantung. Angiografi koroner dilakukan dengan menggunakan foto
Rontgen dan bantuan cairan kontras untuk melihat aliran darah pada pembuluh
darah koroner.
4. Ekokardiografi: Pemeriksaan ini digunakan untuk menampilkan gambaran
jantung pasien di monitor
5. Pemeriksaan fisik: Meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan, implementasi,
dan evaluasi

G. PENALAKSANAAN MEDIS
1. Perubahan Gaya Hidup: Berhenti merokok, mengurangi atau menghentikan
konsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan
seimbang, serta mengelola stres
2. Terapi Obat: Penggunaan obat antiangina, nitrat, antagonis kalsium, diuretik, dan
obat lainnya untuk mengurangi gejala dan risiko penyakit jantung koroner
3. Prosedur Operasi: Pemasangan ring jantung, angioplasti koroner, dan bypass
jantung dilakukan untuk mengatasi penyempitan pembuluh darah koroner
4. Pemeriksaan dan Tindakan Medis: Elektrokardiografi (EKG), stress test,
kateterisasi jantung, angiografi koroner, dan pemeriksaan fisik merupakan bagian
dari penatalaksanaan medis penyakit jantung koroner
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien:
a. Nama:
b. Umur:
c. Jenis Kelamin:
d. Alamat:
e. Agama:
f. Nomor Rekam Medis:
g. Nomor Identitas (KTP/SIM):
h. Nomor Telepon:
i. Tanggal Masuk:
j. Nomor Kamar/Ruang:
2. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat Kehamilan:
Jumlah kehamilan sebelumnya.
Riwayat persalinan sebelumnya.
Riwayat SC sebelumnya (jika ada).
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini:
Keluhan utama.
Riwayat penyakit kronis.
6
Alergi terhadap obat atau bahan tertentu.
Riwayat penyakit infeksi yang mungkin mempengaruhi tindakan SC.
c. Riwayat Kesehatan Mental:
Riwayat gangguan kejiwaan atau stres psikologis.
Dukungan sosial yang tersedia.
3. Data Subjektif
Riwayat penyakit jantung koroner: gejala, riwayat serangan jantung sebelumnya,
pengobatan yang sedang atau pernah diterima.
Keluhan pola napas tidak efektif: kesulitan bernapas, penggunaan otot bantu
pernapasan, pola napas abnormal.
4. Data Objektif
Evaluasi pola napas: frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
Tanda-tanda gangguan sirkulasi darah: sianosis, edema, tekanan darah, dan denyut
nadi.
Evaluasi aktivitas jantung: detak jantung, irama jantung, dan tanda-tanda gagal
jantung.
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi paru: adanya suara napas tambahan, ronki, atau wheezing.
Pemeriksaan jantung: mendengarkan bunyi jantung, menilai denyut nadi perifer.
5. Data Psikososial
Tingkat kecemasan dan stres pasien terkait kondisi penyakit jantung koroner dan
pola napas tidak efektif.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya pernafasan d.d Pasien mengeluh sesak
napas sejak datang kerumah sakit (D.0005)

J. INTERVENSI
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Aukultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil X-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil mepantauan
Edukasi
1. Jalankan tujuan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
7
K. EVALUASI
Pola Napas (L.01004)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Jam diharapkan inspirasi atau
ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat membaik
Kriteria hasil:
Dispnea Menurun
Penggunaan otot bantu napas menurun
Pemanjangan fase ekspirasi menurun
Frekuensi napas membaik
Kedalaman napas membaik

8
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis Dan


Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.

Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan


Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Edisi 1 CetakanIII (Revisi) . Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
PerawatNasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan. Edisi 1 Cetakan II. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai