Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN FISIOTERAPI

KARDIOVASKULO PULMONAL
CONGESTIVE HEART FAILURE

OLEH

I Made Surya Widi Antara (18031005)

Gede Agus Deny Nugraha (18031015)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2021

1
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Congestive Heart Failure........................................................3
1.2 Etiologi.....................................................................................................3
1.3 Klasifikasi.................................................................................................4
1.3 Tanda dan Gejala......................................................................................4
1.4 Patofisiologi..............................................................................................6
BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI
2.1 Assesment................................................................................................7
2.1.1 Identitas Pasien...............................................................................7
2.1.2 Pemeriksaan Subjektif....................................................................7
2.1.3 Pemeriksaan Objektif.....................................................................8
2.1.4 Algoritma Pemeriksaan..................................................................14
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................15
2.2 Diagnosis..................................................................................................16
2.3 Prognosis..................................................................................................17
2.4 Planning....................................................................................................17
2.5 Intervensi..................................................................................................19
2.6 Evaluasi....................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi.

Congestive Heart Failure merupakan sinfrom klinis yang disebabkan oleh suatu
keadaan dimana ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumalah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung. (Marulam,2009).

1.2 Etiologi.

Penyebab CHF.

1. Hipertensi
2. Infark miokard.
3. Kardiomiopati (dilatasi,hipertrofik,restriktif).
4. Penyakit katup jantung (mitral dan aorta)
5. Kongenital (defek septum atrium) (atrial septal defect/ ASD), (ventricle septal
defect VSD)
6. Aritmia
7. Alkhohol
8. Obat-obatan.
9. Kondisi curah jantung tinggi.
10. Perikardium (kontriksi atau efusi)

3
1.3 Klasifikasi.

The New York Heart Association (Yancy et al., 2013) mengklasifikasikan gagal jantung
dalam empat kelas, meliputi :

a. Kelas I
Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal tidak
menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
b. Kelas II
Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild CHF).
c. Kelas III
Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja mampu
menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).
d. Kelas IV
Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun,
bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang berat (severe
CHF).

1.4 Tanda dan Gejala.

Gagal jantung kiri

1. Sesak nafas saat berbaring dan beraktivitas


2. Batuk
3. Mudah lelah
4. Bengkak pada kaki
5. Perut membuncit
6. Kegelisahan atau kecemasan
7. Penurunan kapasitas aktifitas
8. Dipsnea
9. Letargi dan kelelahan

4
10. Denyut nadi (alternans/takikardi/aritmia)
11. Pergeseran apeks
12. Regurgitasi mitral fungsional
13. Krepitasi paru
14. Efusi pleura

Gagal jantung kanan.

1. Hepatomegali atau pembesaran pada hati.


2. Sering kecing pada malam hari.
3. Kelemahan
4. Tidak nafsu makan dan mual
5. Pembengkakan pada pergelangan kaki
6. Dispnea
7. Penurunan kapasitas aktivitas
8. Nyeri dada
9. Denyut nadi (aritmia/takikardia)
10. Peningkatan JVP
11. Edema
12. Gerakan bergelombang parasternal
13. Efusi pleura

5
1.5 Patofisiologi

Patofisiologi dari gagal jantung dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :


a. Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan (failure)
1. Gagal jantung kiri (Left-Sided Heart Failure)
Bagian ventrikel kiri jantung kiri tidak dapat memompa dengan baik sehingga
keadaan tersebut dapat menurunkan aliran dari jantung sebelah kiri keseluruh
tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke dalam vaskulator pulmonal
(Berkowitz, 2013). Pada saat terjadinya aliran balik darah kembali menuju
ventrikular pulmonaris, tekanan kapiler paru akan meningkat (>10 mmHg)
melebihi tekanan kapiler osmotik (>25 mmHg). Keadaan ini akan
menyebabkan perpindahan cairan intravaskular ke dalam interstitium paru dan
menginisiasi edema.

2. Gagal jantung kanan (Right-Sided Heart Failure)


Disfungsi ventrikel kanan dapat dikatakan saling berkaitan dengan disfungsi
ventrikel kiri pada gagal jantung apabila dilihat dari kerusakan yang diderita
oleh kedua sisi jantung, misalnya setelah terjadinya infark miokard atau
tertundanya komplikasi yang ditimbulkan akibat adanya progresifitas pada
bagian jantung sebelah kiri. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi
penumpukan cairan di hati dan seluruh tubuh terutama di ekstermitas bawah.

b. Mekanisme neurohormonal.
Istilah neurohormon memiliki arti yang sangat luas, dimana neurohormon pada
gagal jantung diproduksi dari banyak molekul yang diuraikan oleh neuroendokrin.
Renin merupakan salah satu neurohormonal yang diproduksi atau dihasilkan
sebagai respon dari penurunan curah jantung dan peningkatan aktivasi sistem
syaraf simpatik.

c. Aktivasi sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)


Pelepasan renin sebagai neurohormonal oleh ginjal akan mengaktivasi RAAS.
Angiotensinogen yang diproduksi oleh hati dirubah menjadi angiotensin I dan
angiotensinogen II.Angiotensin II berikatan dengan dinding pembuluh darah
ventrikel dan menstimulasi pelepasan endotelin sebagai agen vasokontriktor.
Selain itu, angiotensin II juga dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk
mensekresi hormon aldosteron. Hormon inilah yang dapat meningkatkan retensi

6
garam dan air di ginjal, akibatnya cairan didalam tubuh ikut meningkat. Hal inilah
yang mendasari timbulnya edema cairan pada gagal jantung kongestif.

d. Cardiac remodeling.
Cardiac remodeling merupakan suatu perubahan yang nyata secara klinis sebagai
perubahan pada ukuran, bentuk dan fungsi jantung setelah adanya stimulasi stress
ataupun cedera yang melibatkan molekuler, seluler serta interstitial.

Aktivasi rennin Cardiac remodeling

Peningkatan tekanan
pengisan jantung

Vasokontriksi otot
jantung

Disfungsi ventrikel

Penurunan curah
jantung

Congestive heart
failure

7
BAB II
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI

2.1 ASSESSMENT

I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. BG
b. Umur : 50 tahun .
c. Alamat : desa sudimara
d. Pekerjaan : PNS.
e. Agama : Hindu
f. Hobby : Badminton
g. Gender : Laki-laki

II. Pemeriksaan Subjektif


a. Keluhan Utama (KU)

Pasien mengeluhkan sesak nafas, sering batuk dan mudah lelah.

b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Pada tanggal 3 Juni pasien mengeluhkan adanya sesak nafas disertai


dengan batuk. Pada tanggal 6 Juni, saat pasien melakukan aktivitas
keluhan sesak nafas dan batuk semakin memburuk dan juga disertai
dengan kelelahan. Kemudian pasien dibawa ke Rs. Sudimara dan langsung
mendapat penanganan dari tenaga medis. Setelah diberikan penanganan
oleh tenaga medis, dilakukan lab/MRI dengan diagnosa congestive heart
failure (CHF). Lalu pada 8 Juni , pasien diberikan pelayanan fisioterapi.

c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Penyakit Penyerta


Hipertensi, Infark miokard.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu pasien juga mengidap hipertensi.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

8
Pasien merupakan seorang PNS guru SD.

f. Riwayat Pasien
Pasien merupakan perokok aktif selama kurang lebih 10 tahun.

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
HR : 85x/Min Saturasi Oksigen : 95 %
RR : 24x/Min Kesadaran : Compos mentis
BP : 140/90 mmHg TB : 172 cm
Suhu : 36,50Celcius BB : 84. Kg

b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Inspeksi Statis - Terlihat wajah pasien pucat

Inspeksi Dinamis - Pola nafas pasien sedikit cepat


- Saat pasien berjalan terlihat mengalami kelelahan.
- Pasien terlihat batuk-batuk.
Palpasi - Tidak adanya peningkatan suhu tubuh
- Tidak terdapat nyeri pada dada.

Auskultasi - Terdengar suara mumur pada jantung pasien


- Tidak terdapat bunyi vesikuler, rongki atau weezing
pada paru.

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar


Pemeriksaan Hasil
Aktif - Gerak aktif dilakukan dengan kesimpulan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mampu melakukan
full ROM.

Pasif - Gerak pasif dilakukan dengan kesimpulan pada


ekstremitas atas bawah mampu menggerakkan secara
full ROM.

Isometrik - Pasien mampu melakukan tahanan isometrik pada

9
ekstremitas atas dan bawah tanpa masalah.

Pengukuran
8 Juni
Pengukuran Alat Hasil
Ukur
Pengukuran Midline Lokasi Hasil
ekspansi No.
Pemeriksaan Inspirasi Ekspirasi
thoraks
1. Axilla 90 88
2. ICS 4 91 89

3. Xypoideus 88 86

Interpretasi: pada pengukuran ekspansi thoraks


dilakukan pada 3 titik pengukuran yaitu: Axilla,
ICS 4 dan procesus xypoideus dengan didapat
perbandingan hasil pengukuran dengan selisih
ditiap titik pengukuran diantaranya 2:2:2 yang
seharusnya pada kondisi normal didapat selisih 3-
5 cm.

10
Pemeriksaan Borg Nilai Sesak nafas
sesak nafas scale
0 Tidak ada
0,5 Tidak nyata
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6
7 Sangat berat
8
9
10 Sangat sangat berat

Interpretasi :
Borg scale merupakan skala yang memiliki nilai 0
sampai 10 dan digunakan untuk mengukur keadaan
sesak pasien. Dari hasil pengukuran Borg Scale pada
pasien didapatkan hasil 3, yang artinya pasien berada
pada kondisi sedang.

Pemeriksaan Index NO Item Yang Skor Hasil


ADL Barthel
Dinilai
1. Makan 0 = Tidak mampu 2
1 = Butuh bantuan
memotong lauk,
mengoles mentega

11
dll
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung 1
orang lain
1 = Mandiri
3. Perawatan 0 = Membutuhkan 1
diri bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakain 0 = Tergantung 2
orang lain
1 = Sebagian
dibantu (misal
mengancing
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air 0 = Inkontinensia 2
kecil atau pakai kateter
dan tidak terkontrol
1 = Kadang
Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2 = Kontinensia
(teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6. Buang air 0 = Inkontinensia 2
besar (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang
Inkontensia (sekali
seminggu)

12
2 = Kontinensia
(teratur)
7. Penggunaan 0 = Tergantung 1
toilet bantuan orang lain
1 = Membutuhkan
bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa
hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu 2
1 = Butuh bantuan
untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil
(1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile 2
(tidak mampu)
1 = Menggunakan
kursi roda
2 = Berjalan
dengan bantuan satu
orang
3 = Mandiri
(meskipun
menggunakan alat
bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun 0 = Tidak mampu 1
tangga 1 = Membutuhkan
bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Hasil 16

13
Hasil dari pemeriksaan Indeks Bartel di kategorikan
menjadi 5 kategori dengan rentang nilai berikut ini :
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan Berat

Pemeriksaan Six Vital Sign awal : BP = 140/90 mmHg, RR = 23


kemampuan minuts x/mnt, HR = 86 x/mnt, Suhu = 36,5 drajat Celcius,
fungsional Walking
test SPO2 = 94%
Dengan Hasil jarak tempuh 500 meter, BP : 145/90
mmHG, RR= 24x/mnt, HR = 89 x/mnt, Suhu = 36,5
drajat celcius, SPO2 = 94 %, dan hasil borg scale
yaitu usaha 13, sesak 4 , kaki lelah 4.
Hasil VO2 Max = 18,98 dengan kategori rata-rata
bawah.

Nilai Kaki Lelah.


0 Tidak ada
0,5 Tidak nyata
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6
7 Sangat berat
8
9
10 Sangat sangat berat

14
c. Algoritma Pemeriksaan

Pasien mengeluhkan sesak nafas,


sering batuk dan mudah lelah.
Congestive heart
failure

Pada tanggal 3 Juni pasien mengeluhkan adanya


sesak nafas disertai dengan batuk. Pada tanggal 6
Juni, saat pasien melakukan aktivitas keluhan
Anamnesis.
sesak nafas dan batuk semakin memburuk dan
juga disertai dengan kelelahan. Kemudian pasien
dibawa ke Rs. Sudimara dan langsung mendapat
penanganan dari tenaga medis. Setelah diberikan
penanganan oleh tenaga medis, dilakukan
lab/MRI dengan diagnosa congestive heart
failure (CHF). Lalu pada 8 Juni , pasien
Vital Sign
diberikan pelayanan fisioterapi
 HR: 85 x/mnt
 BP: 140/90 mmHg
Pemeriksaaan fisik.  SPO2: 95%
 RR: 24 x/mnt
Statis :
 Suhu : 36,50Celcius
 Kesadaran : Compos -Terlihat wajah pasien pucat
mentis
 TB : 172 cm. Dinamis :
 BB : 84 kg.
- Pola nafas pasien sedikit cepat
Inspeksi statis dan dinamis. - Saat pasien berjalan terlihat mengalami
kelelahan.
- Pasien terlihat batuk-batuk.
-Tidak adanya peningkatan
Palpasi. suhu tubuh

- Tidak terdapat nyeri


pada dada.

15
- Terdengar suara mumur pada
Auskultasi.
jantung pasien
- Tidak terdapat bunyi vesikuler,
rongki atau weezing.

Aktif : Gerak aktif dilakukan dengan kesimpulan full ROM.


PFGD
Pengukuran. Pasif : Gerak pasif dilakukan dengan kesimpulan full ROM.
Isometrik : Pasien mampu melakukan tahanan isometrik pada
ekstremitas atas dan bawah tanpa masalah.

Ekspansi thoraks: Borg scale mendapat Pemeriksaan ADL dengan


hasil 3 yang di Index Barthel.
- Axilla : in 90 eks 88 intepredatsikan sesak
- ICS4 : in 91 eks 89 Mendapat nilai 16 dengan
sedang.
- Xypoideus : in 88 eks 86 interpretasi, ketergantungan
ringan.
Hasil 2:2:2

Pemeriksaan Penunjang
Jenis Kesan
Pemeriksaan
EKG irama jantung yang normal dan juga takikardi,

interval PR dan kompleks QRS normal, aksis

deviasi kekiri, elevasi dan depresi segmen ST pada

sadapan yang berbeda, serta Q patologik.

MRI Adanya pembesaran ventrikel kiri.

16
DIAGNOSIS
ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)

Body fuction :
- b4200 Increased blood pressure
- b410 Heart functions
- b440 Respiration functions
- b445 Respiratory muscle functions
- b455 Exercise tolerance functions
- b710 Mobility of joint functions
- b730 Muscle power functions

Body sructure :
- s4101 Structure of cardiovascular system
- s4303 Muscles of respiration,

II. Activity Limitation

- d230 Carrying out daily routine


- d4501 Walking long distances
- d4552 Running

III. Participation of Restriction

- d920 Hobbies

17
IV. Contextual Factor
a. Personal Factor

Kognitif :pasien dapat melakukan latihan yang diintruksikan terapis dengan


b. baik.
Interpersonal: Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan fisioterapis.

Environmental Factor

Fasilitator :
1. Support and relationship of immediate familly (e310)
Adanya support dari keluarga yang selalu mengantarkan untuk
melakukan fisioterapi di Klinik
2. Health Profesionals (e355)
Mendapatkan penanganan yang baik dari fisioterapis.

DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Gangguan aktivitas akibat Congestive Heart Failure ( CHF )

PROGNOSIS
I. Quo ad vitam
Bonam

II. Quo ad sanam


Bonam

III. Quo ad cosmeticam


Bonam

PLANNING
I. Jangka Pendek
- Mengurangi sesak napas
- Mengurangi batuk.
- Mengurangi kelelahan.

18
II. Jangka Panjang
- Mencegah komplikasi lebih lanjut
- Pasien dapat melakukan ADL dengan normal

III. Clinical Reasoning

Congestive heart failure

Contextual Factor

Internal Factor Eksternal Factor

Functional Disability Umur Penyakit Lingkungan Habit Motivasi


Penyerta Keluarga

Anatomy Impairment Functional Impairment Activity Limitation Participation


Restriction
Intervensi
Peningkatan tekanan darah

Sesak nafas Walking


Peningkatan tekanan Terapi relaksasi. ADL
pengisan jantung
Batuk Running

Hobbies.
Beban kerja jantung Gangguan ADL Aerobik
Carrying
meningkat exercise
out
daily
Vasokontriksi otot
routine
jantung.

Disfungsi ventrikel.

19
Curah jantung menurun

Congestive heart failure.

IV. INTERVENSI
I. Tabel Intervensi

Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based


Terapi Breathing Execise Lakukan latihan Nurwahida
releksasi ini sebanyak 3-4 Puspitasari,
Instruksikan pasien untuk Kuswardani ,
kali lalu
bernapas dalam melalui Akhmad Alfajri A.
beristirahat.
hidung, bahu rileks, dada atas 2017. Pengaruh
Latihan ini
tenang, perut sedikit naik. Terapi Latihan
dilakukan setiap
Kemudian instruksikan pasien terhadap
hari. Congestive Heart
untuk menghembuskan napas
perlahan melalui mulut. Failure NYHA III-
IV e.c Mitral
Pursed lips breathing: Regurgitation,
Trikuspidal
Posisikan pasien dengan Regurgitation,
nyaman dan rileks. Minta Pulmonal
pasien untuk bernapas Hipertensi.
perlahan dan dalam melalui Akademi
hidung dan kemudian Fisioterapi Widya
bernapas dengan lembut Husada Semarang:
melalui bibir yang dikerutkan Jurnal Fisioterapi
ringan seolah-olah meniup dan Rehabilitasi
dan menekuk nyala lilin tetapi (JFR) Vol. 1, No.
tidak meniupnya. Jelaskan 1, ISSN 2548-8716
kepada pasien bahwa saat
ekspirasi harus rileks dan
bahwa kontraksi perut harus
dihindari. Tangan terapis
berada di atas otot perut
pasien untuk mendeteksi
kontraksi perut.
Diaphragmatic Breathing :

20
Persiapkan pasien dalam
posisi santai dan nyaman di
mana gravitasi membantu
diafragma, seperti posisi semi
Fowler.
Tangan terapis ditempatkan di
rektus abdominis tepat di
bawah margin kosta anterior.
Minta pasien untuk bernapas
perlahan dan dalam melalui
hidung. Mintalah pasien
menjaga bahu agar tetap
rileks dan dada bagian atas
tetap tenang, sehingga perut
sedikit naik. Kemudian beri
tahu pasien untuk rileks dan
buang napas perlahan melalui
mulut.
Jika pasien mengalami
kesulitan menggunakan
diafragma selama inspirasi,
minta pasien menarik napas
beberapa kali berturut-turut
melalui hidung dengan
menggunakan tindakan
mengendus.
Aerobik - Six minuts walking test Dilakukan R. J. Achttien & J.
exercise. selama 6 menit B. Staal & S. van
Latihan fungsional pasien der Voort & H. M.
diberikan contoh oleh terapis Kemps & H. Koers
dengan berjalan di garis lurus & M. W. A.
sebanyak beberapa kali Jongert & E. J. M.
Hendriks. 2014.
Exercise-based
Lakukan cardiac
- Berenang.
latihanini 3-4x rehabilitation in
Intruksikan pasien untuk seminggu, patients with
memegangi tepi kolam renang dengan waktu chronic heart
kemudian sedikit demi 30 menit setiap failure: a Dutch
seedikit mengangkat kedua sesinya. practice guideline.
kaki dan menggerakannya ke Radboud
atas dan bawah seperti University.

21
mendayung.

II. Edukasi
Edukasi Evidence Based
- Menjalani pola hidup sehat, seperti berhenti merokok https://www.alodokter.c
dan membatasi konsumsi alkohol. om/gagal-jantung
- Pola makan sehat yang dikombinasikan dengan
olahraga rutin dapat menjaga berat badan ideal.

III. Home Program


Edukasi Evidence Based
- Breathing exercise: Lakukan latihan ini sebanyak 3-4 Nurwahida Puspitasari,
kali lalu beristirahat. Latihan ini dilakukan setiap hari. Kuswardani , Akhmad
Alfajri A. 2017.
- Pursed lips breathing: Lakukan latihan ini sebanyak 3-4
Pengaruh Terapi
kali lalu beristirahat. Latihan ini dilakukan setiap hari. Latihan terhadap
Congestive Heart
Failure NYHA III-IV e.c
Mitral Regurgitation,
Trikuspidal
Regurgitation,
Pulmonal Hipertensi.
Akademi Fisioterapi
Widya Husada
Semarang: Jurnal
Fisioterapi dan
Rehabilitasi (JFR) Vol.
1, No. 1, ISSN 2548-
8716
- Aerobik execise. R. J. Achttien & J. B.
Staal & S. van der Voort
& H. M. Kemps & H.
Koers & M. W. A.
Jongert & E. J. M.
Hendriks. 2014.
Exercise-based cardiac
rehabilitation in
patients with chronic

22
heart failure: a Dutch
practice guideline.
Radboud University.

EVALUASI

Pengukuran Alat Ukur Hasil


Vital sign oximetry,
Absolut Tambahan.
steroskop,
spignomano HR : 85 x/min Saturasi Oksigen : 97%
meter RR : 20x/min Kesadaran : Compos
mentis
BP : 140/80mmHg TB : 172cm
Suhu : 36,60celsius BB : 84 kg

Pengukuran Midline Lokasi Hasil


ekspansi No.
Pemeriksaan Inspirasi Ekspirasi
thoraks
1. Axilla 90 87

2. ICS 4 91 88
3. Xypoideus 88 86

Interpretasi: pada pengukuran ekspansi thoraks


dilakukan pada 3 titik pengukuran yaitu: Axilla, ICS 4
dan procesus xypoideus dengan didapat perbandingan
hasil pengukuran dengan selisih ditiap titik
pengukuran diantaranya 3:3:2 yang artinya terdapat
peningkatan.

23
Pemeriksaan Borg scale Nilai Sesak nafas
sesak nafas
0 Tidak ada
0,5 Tidak nyata
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6
7 Sangat berat
8
9
10 Sangat sangat berat

Interpretasi :
Borg scale merupakan skala yang memiliki nilai 0
sampai 10 dan digunakan untuk mengukur keadaan
sesak pasien. Dari hasil pengukuran Borg Scale pada
pasien didapatkan hasil 2, yang artinya pasien berada
pada kondisi ringan dan mengalami peningkatan dari
kondisi sebelumnya.

Pemeriksaan Index Barthel. NO Item Yang Skor Hasil


ADL
Dinilai
1. Makan 0 = Tidak mampu 2
1 = Butuh bantuan
memotong lauk,
mengoles mentega dll
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung 1
orang lain

24
1 = Mandiri
3. Perawatan 0 = Membutuhkan 1
diri bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakain 0 = Tergantung 2
orang lain
1 = Sebagian
dibantu (misal
mengancing
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air 0 = Inkontinensia 2
kecil atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
1 = Kadang
Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2 = Kontinensia
(teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6. Buang air 0 = Inkontinensia 2
besar (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang
Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia
(teratur)
7. Penggunaan 0 = Tergantung 2
toilet bantuan orang lain

25
1 = Membutuhkan
bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa
hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu 3
1 = Butuh bantuan
untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil
(1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak 3
mampu)
1 = Menggunakan
kursi roda
2 = Berjalan
dengan bantuan satu
orang
3 = Mandiri
(meskipun
menggunakan alat
bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun 0 = Tidak mampu 1
tangga 1 = Membutuhkan
bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Hasil 19
Hasil dari pemeriksaan Indeks Bartel di kategorikan
menjadi 5 kategori dengan rentang nilai berikut ini :
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan

26
Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan Berat

Kemampuan Six minust Vital Sign awal : BP = 140/80 mmHg, RR = 20 x/mnt,


fungsional. walking test. HR = 82 x/mnt, Suhu = 36,60 Celcius, SPO2 = 94%

Dengan Hasil jarak tempuh 730 meter, BP : 140/90


mmHG, RR= 22x/mnt, HR = 84 x/mnt, Suhu = 36,7 o
celcius, SPO2 = 96%, dan hasil borg scale yaitu usaha
11, sesak 2 , kaki lelah 3.
Hasil VO2 Max = 25,88 dengan kategori rata-rata.

Nilai Kaki Lelah.


0 Tidak ada
0,5 Tidak nyata
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
6
7 Sangat berat
8
9
10 Sangat sangat berat

27
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Congestive Heart Failure merupakan sinfrom klinis yang disebabkan oleh


suatu keadaan dimana ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumalah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. (Murulam, 2009).

Pasien dengan inisial I.XY dengan kondisi congestive heart failure dengan
keluhan adanya sesak nafas, sering batuk dan mudah Lelah yang mengakibatkan
adanya gangguan aktivitas sehari-hari pasien. Dengan adanya permasalahan
tersebut dapat diberikan program tatalaksana fisioterapi dengan terapi relaksasi,
aerobic exercise dan disertai dengan diberikan home program berupa breathing
exercise dan aerobic exercise dengan tujuan untuk mengatasi problematika yang
muncul pada pasien.
Setelah diberikan terapi diperoleh hasil yang baik, hal ini dapat dilihat dari
adanya penurunan sesak nafas dari hasil evaluasi menggunakan skala borg,
berkurangnya batuk, dan meningkatnya ADL dari hasil evaluasi menggunakan
index barthel sehingga ada peningkatan aktifitas sehari-hari pasien.

28
DAFTAR PUSTAKA

I Made S. K. Raka, Vennetia R. Danes, Wenny Supit. 2015. GAMBARAN AKTIVITAS


LISTRIK JANTUNG PASIEN RAWAT INAP DENGAN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DI IRINA F-JANTUNG RSUP PROF DR. R. D. KANDOU
MANADO. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Nurwahida Puspitasari, Kuswardani , Akhmad Alfajri A. 2017. Pengaruh Terapi Latihan


terhadap Congestive Heart Failure NYHA III-IV e.c Mitral Regurgitation,
Trikuspidal Regurgitation, Pulmonal Hipertensi. Akademi Fisioterapi Widya Husada
Semarang: Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, ISSN 2548-8716
HOME PROGRAM

R. J. Achttien & J. B. Staal & S. van der Voort & H. M. Kemps & H. Koers & M. W. A.
Jongert & E. J. M. Hendriks. 2014. Exercise-based cardiac rehabilitation in patients
with chronic heart failure: a Dutch practice guideline. Radboud University.

Yancy, Clyde W., et al. (2013). ACCF/AHA Practice Guideline 2013 ACCF / AHA
Guideline for the Management of Heart Failure A Report of the American College of
Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines. ACCF/AHA Practice Guideline
Marulam M. Panggabean. 2009. Penyakit Jantung Hipertensi : Aru W. Sudoyo.,
Bambang S., Idrus A. Editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Vol II). Jakarta:
Interna Publishing.
https://www.alodokter.com/gagal-jantung

29

Anda mungkin juga menyukai