Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

MANAJEMENT FT ERGONOMI DAN HIPERKES


HAZARD DAN RISIKO YANG TERDAPAT DI BENGKEL

OLEH :

LUH KOMANG ARI TRISNA JAYANTI (18031001)

NI PUTU DIAH ANANTARI (18031007)

RYAN RAMADHAN (18031014)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2021
HAZARD DAN RISIKO YANG TERDAPAT DI BENGKEL

A.

Bahaya

Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan
melaksakan fungsi yang telah ditetapkan (P2K3 Depnaker RI, 2000).

Bahaya merupakan sumber energi: yakni segala sesuatu yang memiliki potensi untuk
menyebabkan cedera pada manusia, kerusakan pada equipment dan lingkungan sekitar
(Bakhtiar, 2008). Sedangkan menurut Syahab (1997) bahaya adalah segala sesuatu atau
kondisi yang berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan atau tanpa interkasi dengan
variabel lain dapat menyebabkan kematian, cidera atau kerugian lain.

Berdasarkan kelompoknya, bahaya dibagi menjadi dua yaitu

1. Health hazard
Merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan dan penyakit akibat
kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain (Supriyadi, 2005):
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan
penyakit akibat kerja.
b. Berada di lingkungankerja dan memajan pekerja selama bekerja.
c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.
d. Bersifat kronik.
e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
2. Safety hazard
Merupakan bahaya yang terdapat ditempat kerja yang berpotensi menimbulkan
insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja. Ciri-ciri safety hazard
antara lain:
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan, pada poses dan
kerusakan alat.
b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.
c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.
d. Tidak mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
b. Sedangkan berdasarkan jenis-jenis bahaya antara lain (Syahab, 1997):
c. Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari lingkungan fisik disekitar, seperti
kebisigan, radiasi, suhu/temperature dan getaran, dll.
d. Bahaya kimia adalah substansi bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi
dan penyimpanan serta penanganan limbah.
e. Bahaya biologis adalah bahaya yang berasl dari makhluk hidup selain manusia dan
lebih mengarah pada aspek kesehatan seperti: virus, bakteri dan jamur.
f. Bahaya ergonomi adalah bahaya yang disebabkan karena ketidaksesuaian antara
peralatan kerja dengan pekerja seperti kursi terlalu rendah, meja yang terlalu tinggi,
dll.
g. Bahaya psikologi adalah bahaya yang dapat menyebabkan kondidi psikologi pekerja
tidak baik yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti stress karena kelebihana
beban kerja atau rekan kerja, dll.
B. Risiko

Resiko ialah suatu kerugian yang diharapkan dalam setiap kegiatan atau dalam satuan
waktu yang merupakan kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap kegiatan
atau dalam satuan waktu dengan keparahan atau akbat yang dinyatakan dalam kerugian
dalam setiap kejadian (P2K3 Depnaker RI, 2000). Risiko dapat didefinisikan sebagai
kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan suatu kerugian (Redja, 2003). Menurut
Spriyadi (2005), risiko yaitu seberapa besar kemungkinan suatu bahan atau material, proses
atau kondisi untuk menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kesakitan. Sedangkan menutu
Kolluru, risiko dapat dikategorikan menjadi 5 yaitu (1996):
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki tingkat probabilitas rendah, tingkat paparan tinggi,
akut dan jika terjadi kontak langsung terlihat efeknya, penyebabnya lebih dapat diketahui
serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kerugian di area kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki sifat probabilitas yang tinggi, tingkat paparan rendah,
kronis, penyebabnya sulit diketahui dan fokusnya lebih ke kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: permasalahan difokeuskan pada
dampak yang timbul terhadap habitat dan ekosistem yang lebih jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Terhadap Masyarakat Publik
Komunitas dan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi,
memperhatikan pada segi estetika, sumber daya dengan menggunakan batasan-batasan
yang ada dampak negatif dan persepsi masyarakat seperti perubahan positif dari suatu
tindakan yang lamban, semua hal tersebut terfokus pada penilaian dan persepsi
masyarakat.
5. Risiko Keuangan
Dalam jangka pendek dan jangka panjang risiko dan kehilangan property  dan
pajak, mempertanggungjawabkan pajanan, asuransi terhadap lingkungan, kesehatan dan
keselamatan, investasi terfokus pada aspek operasional dan kelangsungan hidup secara
finansial.
C. Upaya Pengendalian Bahaya
Sesuai dengan persyaratan Permenaker 05/men/1996, pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko, yaitu (Supriyadi,
2005):
a. Pengendalian Teknis atau Rekayasa (Engineering Control)
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang terfokus pada rekayasa mesin,
seperti modifikasi alat, cara kerja mesin dan komponen mesin. Contoh pengendalian
teknik atau rekayasa yaitu:
1. Eliminasi
Merupakan metode pengendalian dengan cara menghilangkan bahaya dari tempat
kerja, umumnya diterapkan pada material, proses dan kadang-kadang pada
teknologi.
2. Substitusi
Merupakan usahan menurunkan tingkat risiko dengan mengganti beberapa
potensial hazard (material dan proses) dengan sumber lain yang memiliki
potensial bahaya yang lebih kecil.
3. Minimisasi
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko dengan mengurangi jumlah bahan
berbahaya yang digunakan, disimpan dan mengurangi jumlah bahan berbahaya
yang disimpan.
4. Isolasi
Merupakan usaha untuk memindahkan sumber pajanan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya pada tempat lain.
5. Pengendalian Administratif (Administrative Control)
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang lebih mengutamakan
pengendalian pada manajemen seperti:
a. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus insentif,
penghargaan dan motivasi diri.
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Evaluasi melalui internal maupun eksternal.
d. Membuat Standard Operating Procedure  (SOP) yang baik untuk setiap
pekerjaan yang ada.
e. Memberikan atau melampirkan data keselamatan untuk setiap jenis
pekerjaan yang menggunakan bahaya kimia.
f. Mengadakan pengecekan kesehatan sebelum bekerja, berkala maupun
khusus.
g. Pengaturan jadwal kerja atau shift kerja.
6. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,
peralatan dan lingkungan kerja. Namun terkadang keadaan bahaya masih belum
dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri
(personal protective devices). Alat-alat demikian harus memenuhi persayaratan
(Suma’mur, 1976):
- Enak dipakai
- Tidak mengganggu kerja
- Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan jari-jari,
kaki, alat pernafasan, telinga dan tubuh.

D. Identifikasi Bahaya di Perbengkelan 


Mengenali, menemukan dan menentukan ada tidaknya bahaya resiko kesehatan dan
keselamatan pada pekerja bengkel, baik resiko yang imbu proses kerja, cara kerja alat dan
bahan yang dipakai dibengkel motor:
a. Fisika : Tuli, memar, terjatuh, terpotong, terbentur, dan terpukul
b. Kimia : Kanker, kontak dengan bahan kimia terus menerus seperti oli, cat, dll.
c. Biologi : Pilek, alergi, infeksi dan panu
d. Psikologi : Pegal, bungkuk, kesemutan, ketidaknyamanan
E. Komponen kesehatan kerja
1. Beban kerja
a. fisik          : bising, silau, suhu panas tinggi
b. mental      : hubungan antara pekerja, sibuk
2. Kapasitas kerja
kemahiran pekerja bengkel, keterampilan, usia asupan gizi, kesehatan pekerja, dan
suhu tubuh
3. Lingkungan kerja
a. Fisik
- Kebisingan di bengkel motor
Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki. Manusia masih
mampu mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16-20.000 hz, dan
intesitas dengan nilai ambang batas (nab) 85 db (a) secara terus menerus.
Intensitas lebih dari 85 db dapat menimbulkan gangguan dan batas ini
disebut critical level of intensity.
- Suhu udara di bengkel motor
Tekanan panas yang berebihan akan merupakan beban tambahan yang
harus diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas
lingkungan dapat menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung
menjadi bertambah. Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah
21°-30°c suhu basah. Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 22°-
27°c. Yang dimaksud dengan temperatur efektif adalah suatu beban panas
yang dapat diterima oleh tubuh dalam ruangan. Temperatur efektif akan
memberikan efek yang nyaman bagi orang yang berada diluar ruangan.
b. Kimia
- Bahan-bahan kimia di bengkel
Di dalam bengkel motor biasanya terdapat bahan bakar dan minyak
pelumas seperti bensin atau premium, solar dan ada kalanya minyak tanah,
oli dan gemuk. bahan ini dipergunakan untuk percobaan menghidupkan
mesin maupun sebagai bahan pencuci. bahan bakar mempunyai sifat yang
mudah sekali menguap. karena itu bahan bakar yang menyebar di lantai
harus segera d bersihkan agar tidak menimbulkan kebakaran.
c. Biologi
Bakteri, jamur, virus dan cacing
d. Ergonomic
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran
ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam
rangka efektivitas dan efesiensi kerja (sedarmayanti, 2996).
e. Psikologi
Hubungan antara pekerja, suara yang tidak dikehendaki dapat mrnimbulkan
stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir dll.
F. Pengendalian bahaya
1. Pengendalian teknik
Menghilangkan bayah yang ada atau kemungkinan bahaya mengenai pekerja,
seperti menggunakan alat yang lebih aman dan memisahkan jenis kegiatan
bengkel seperti pengelasan, modifikasi motor dan servis motor.
2. Pengendalian adminidtratif
Bisa dilakukan dengan membatasi waktu kontak antara pekerja dengan bahaya,
seperti memberikan jarak yang cukup antara pengerjaan sercis dan pengelasan,
pemberian istirahat yang cukup, meningkatkan kebersihan dan keselamatan
pekerja.
3. Alat pelindung diri (apd) di bengkel motor
Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung diri
sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat
melakuakn pekerjaan, setelaj pengendalian teknik dan administratif tidak
mungkin lagi diterapkan. Jenis alat pelindung diri :
- alat pelindung mata (spectacles/Goggles)
- pelindung pendengaran / ear plug
- pakaian pelindung
- Sarung tangan
- Masker
- pelindung kaki

Anda mungkin juga menyukai