OLEH :
A.
Bahaya
Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan
melaksakan fungsi yang telah ditetapkan (P2K3 Depnaker RI, 2000).
Bahaya merupakan sumber energi: yakni segala sesuatu yang memiliki potensi untuk
menyebabkan cedera pada manusia, kerusakan pada equipment dan lingkungan sekitar
(Bakhtiar, 2008). Sedangkan menurut Syahab (1997) bahaya adalah segala sesuatu atau
kondisi yang berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan atau tanpa interkasi dengan
variabel lain dapat menyebabkan kematian, cidera atau kerugian lain.
1. Health hazard
Merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan dan penyakit akibat
kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain (Supriyadi, 2005):
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan
penyakit akibat kerja.
b. Berada di lingkungankerja dan memajan pekerja selama bekerja.
c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.
d. Bersifat kronik.
e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
2. Safety hazard
Merupakan bahaya yang terdapat ditempat kerja yang berpotensi menimbulkan
insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja. Ciri-ciri safety hazard
antara lain:
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan, pada poses dan
kerusakan alat.
b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.
c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.
d. Tidak mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
b. Sedangkan berdasarkan jenis-jenis bahaya antara lain (Syahab, 1997):
c. Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari lingkungan fisik disekitar, seperti
kebisigan, radiasi, suhu/temperature dan getaran, dll.
d. Bahaya kimia adalah substansi bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi
dan penyimpanan serta penanganan limbah.
e. Bahaya biologis adalah bahaya yang berasl dari makhluk hidup selain manusia dan
lebih mengarah pada aspek kesehatan seperti: virus, bakteri dan jamur.
f. Bahaya ergonomi adalah bahaya yang disebabkan karena ketidaksesuaian antara
peralatan kerja dengan pekerja seperti kursi terlalu rendah, meja yang terlalu tinggi,
dll.
g. Bahaya psikologi adalah bahaya yang dapat menyebabkan kondidi psikologi pekerja
tidak baik yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti stress karena kelebihana
beban kerja atau rekan kerja, dll.
B. Risiko
Resiko ialah suatu kerugian yang diharapkan dalam setiap kegiatan atau dalam satuan
waktu yang merupakan kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap kegiatan
atau dalam satuan waktu dengan keparahan atau akbat yang dinyatakan dalam kerugian
dalam setiap kejadian (P2K3 Depnaker RI, 2000). Risiko dapat didefinisikan sebagai
kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan suatu kerugian (Redja, 2003). Menurut
Spriyadi (2005), risiko yaitu seberapa besar kemungkinan suatu bahan atau material, proses
atau kondisi untuk menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kesakitan. Sedangkan menutu
Kolluru, risiko dapat dikategorikan menjadi 5 yaitu (1996):
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki tingkat probabilitas rendah, tingkat paparan tinggi,
akut dan jika terjadi kontak langsung terlihat efeknya, penyebabnya lebih dapat diketahui
serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kerugian di area kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki sifat probabilitas yang tinggi, tingkat paparan rendah,
kronis, penyebabnya sulit diketahui dan fokusnya lebih ke kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: permasalahan difokeuskan pada
dampak yang timbul terhadap habitat dan ekosistem yang lebih jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Terhadap Masyarakat Publik
Komunitas dan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi,
memperhatikan pada segi estetika, sumber daya dengan menggunakan batasan-batasan
yang ada dampak negatif dan persepsi masyarakat seperti perubahan positif dari suatu
tindakan yang lamban, semua hal tersebut terfokus pada penilaian dan persepsi
masyarakat.
5. Risiko Keuangan
Dalam jangka pendek dan jangka panjang risiko dan kehilangan property dan
pajak, mempertanggungjawabkan pajanan, asuransi terhadap lingkungan, kesehatan dan
keselamatan, investasi terfokus pada aspek operasional dan kelangsungan hidup secara
finansial.
C. Upaya Pengendalian Bahaya
Sesuai dengan persyaratan Permenaker 05/men/1996, pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko, yaitu (Supriyadi,
2005):
a. Pengendalian Teknis atau Rekayasa (Engineering Control)
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang terfokus pada rekayasa mesin,
seperti modifikasi alat, cara kerja mesin dan komponen mesin. Contoh pengendalian
teknik atau rekayasa yaitu:
1. Eliminasi
Merupakan metode pengendalian dengan cara menghilangkan bahaya dari tempat
kerja, umumnya diterapkan pada material, proses dan kadang-kadang pada
teknologi.
2. Substitusi
Merupakan usahan menurunkan tingkat risiko dengan mengganti beberapa
potensial hazard (material dan proses) dengan sumber lain yang memiliki
potensial bahaya yang lebih kecil.
3. Minimisasi
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko dengan mengurangi jumlah bahan
berbahaya yang digunakan, disimpan dan mengurangi jumlah bahan berbahaya
yang disimpan.
4. Isolasi
Merupakan usaha untuk memindahkan sumber pajanan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya pada tempat lain.
5. Pengendalian Administratif (Administrative Control)
Merupakan usaha menurunkan tingkat risiko yang lebih mengutamakan
pengendalian pada manajemen seperti:
a. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus insentif,
penghargaan dan motivasi diri.
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Evaluasi melalui internal maupun eksternal.
d. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) yang baik untuk setiap
pekerjaan yang ada.
e. Memberikan atau melampirkan data keselamatan untuk setiap jenis
pekerjaan yang menggunakan bahaya kimia.
f. Mengadakan pengecekan kesehatan sebelum bekerja, berkala maupun
khusus.
g. Pengaturan jadwal kerja atau shift kerja.
6. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,
peralatan dan lingkungan kerja. Namun terkadang keadaan bahaya masih belum
dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri
(personal protective devices). Alat-alat demikian harus memenuhi persayaratan
(Suma’mur, 1976):
- Enak dipakai
- Tidak mengganggu kerja
- Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan jari-jari,
kaki, alat pernafasan, telinga dan tubuh.