Anda di halaman 1dari 21

LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI, FISIOLOGI DAN SOSIAL

SERTA DAMPAK DAN PENGENDALIANNYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SANTI FRANSISKA BR. MANIK


PRODI : D-III SANITASI LINGKUNGAN
MATAKULIAH : KESELAMTAN KESEHATAN KERJA (K3)
TINGKATAT : II – A

DOSEN PEMBIMBING : RISNA TANJUNG SKM; M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KABANJAHE
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha, sehingga mereka
harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari perusahaan. Selain itu, untuk
menunjang terciptanya suasana dan lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat, perusahaan
harus melaksanakan beberapa program untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap tempat kerja
selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga
kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala
sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja.
Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan kesehatan pekerja
apabila tidak dikelolah dengan baik. Penyakit akibat kerja timbul karena pekerja terpapar pada
lingkungan kerja yang mengandung bermacam-macam bahaya kesehatan baik yang bersifat
kimia, fisik, biologi, fisiologi dan mental psikologi.
Bahaya tidak hanya berhenti pada satu tempat saja, bahaya akan muncul dimana dan
kapan saja. Identifikasi bahaya, pemeliharaan dan pemantauan terhadap lingkungan/kesehatan
kerja harus dilaksanakan secara terus-menerus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan, sehingga dalam prakteknya, ketiga komponen tersebut harus sinergi dan terpadu.
B. Tujuan
Untuk mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja terhadap kesehatan, seperti
bahaya kimia, fisik, biologi, fisiologi dan mental psikologi.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal,
mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres lingkungan di tempat kerja
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi
dikalangan pekerjaan dan masyarakat.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan
masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Untuk
dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan kerja yang diperkirakan
dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap pekerja, ditempuh tiga langkah
utama yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian dari berbagai bahaya dan resiko kerja.
Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas
yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) -
definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di
tempat kerja, antara lain : faktor bahaya biologis, faktor bahaya kimia, faktor bahaya
fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis.
B. Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap
pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang
dikerjakan. Keselamatan kerja tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh,
tetapi juga kepada pengusaha dan pemerintah :
1) Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan
suasana kerja yang tenteram sehingga pekerja/buruh akan dapat memusatkan perhatiannya
pada pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa
kecelakaan kerja.
2) Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya akan dpat
mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus memberikan
jaminan social.
3) Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan
kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat akan
tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Untuk mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka pemerintah telah melakukan
upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian pembinaan norma ini
sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma itu sendiri.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan
di setiap tempat kerja.
(perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur,
yaitu :
1) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun social.
2) Adanya sumber bahaya.
3) Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun
hanya sewaktu-waktu.
C. Faktor-faktor Bahaya Lingkungan Kerja
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat
memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang
bekerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan
Psikologi.
terpapar.
1. Bahaya kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin absorption),
Tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-
duanya..
 Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh
yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
 Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit
bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan
yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak).
Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut, minyak. Dan pernapasan : aldehydes, alkaline
dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone..
 Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti
pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang
secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .Contoh:- Terbukti
karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-
naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru ,
mesothelioma);
- Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates,
beryllium.
Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh. Contoh :
 Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
 Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
 Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
 Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
 Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara (pneumoconiosis).
Contoh gambar pneumoconiosis

4 Metode Pengendalian Risiko Bahaya Kimia

Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat dilakukan,
yaitu inherent, active, passive dan procedural .
1. Inherently Safer Alternative (ISA).
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau
proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya lebih rendah. Saat
yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau proses
(development stage).
Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:
a. Miminize; menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik
selama penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah
bahan kimia maka risiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika
dibandingkan dengan jumlah yang lebih besar.
b. Subtitute; mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang
kurang berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti
denga air.
c. Moderate; jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan
proses atau penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran,
penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan
sebagainya. Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih
rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal.
d. Dilution; melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada
saat proses produksi maupun penyimpanan.
2. Passive Control
Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses dan
peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau konsekuensi dari
bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat penampungan
(contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap tekanan tinggi.
3. Active Control
Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety interlock,
emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.
4. Procedural Control
Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian
dengan cara membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari bahaya
kimia. Misalnya work instruction, safe operating limit, work permit dan sebagainya.
2. Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-
bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi
menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non
infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
 Organisme viable dan racun biogenic
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik
termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial dan jamur
dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh :
Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.
 Alergi Bionik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan alergen dari
pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan
feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan
obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan
kultur jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi
seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir
gandum, tepung bawang dsb.
 Bahaya Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial
mengalaminya yaitu pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter
hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia,
psittaci.
Contoh gambar tuberculosis
Pengendalian Bahaya Biologis yaitu :
1. Eliminasi/penghilangan
Dapat dilakukan dengan cara :
o Membersihkan tempat kerja secra rutin setelah pekerjaan usai bekerja;
o Mensterilkan bahan-bahan pengolahan pupuk secara optimal;
o Memastikan bahwa alat yang akan digunakan dan alat yang telah digunakan
adalah bersih;
o Penyemprotan fungisida, bakterisida, dan atau sejeninisnya pada tempat kerja
setelah pekerja usai bekerja.
2. Substansi/mengganti material yang lebih aman
Dapat dilakukan dengan cara :
o Mengganti bahan baku pupuk;
o Mengganti peralatan pengolahan pupuk;
o Mengganti atau memindahkan tempat pengolahan pupuk;
o Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki sensifitas kulit yang tinggi
dengan pekerja yang memiliki sensifitas lebih rendah terhadap agen biologi, lalu
menempatkan pekerja yang memiliki sensifitas tinggi ke sektor atau bagian lain
dari aktivitas industry.
3. Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
4. Engineering/desain baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu, pemisahan lokasi
pekerja dengan pekerjaan.
o Mendesain peralatan yang memperpanjang jarak antara pekerja dengan objek
kerja;
o Melapisi peralatan kerja dan tangan pekerja dengan disinfektan
o Menyediakan mesin penggilingan atau pengaduk atau pencampur otomatis yang
aman untuk mengurangi masa keterpaparan atau kontak langsung pekerja
dengan bahan baku pupuk organic yang umunya kaya akan mikrobiologi yang
sangat mungkin menyebabkan dermatitis.
5. Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
o Membuat dan memasang media-media pengingat dan peringatan mengenai cara
kerja yang baik dan benar, misalnya poster, stiker, atau selebaran;
o Meng-upgrade pekerja secara rutin mengenai SOP dan petunjuk teknis kerja
melalui berbagai bentuk kemasan cara, misalnya sosialisasi atau diskusi
bersama;
o Menetapkan waktu kerja maksimal, untuk meminimalisir lamanya waktu
maksimal kontak pekerja dengan agen biologi penyebab dermatitis.
6. Pelatihan
7. Pemberian alat pelindung diri/PAD
o Menyediakan masker bagi para pekerja;
o Menyediakan sarung tangan untuk para pekerja;
o Menyediakan sepatu boot untuk para pekerja;
o Menyediakan seragam kerja yang berlengan panjang dan celana panjang, hal ini
untuk mengurangi kemungkinan kontaknya agen biologi (mikoorganisme)
dengan kulit pekerja;
o Menyediakan semacam lotion desinfektan kulit sebelum pekerja memulai
pekerjaannya, ini untuk meningkatkan imunitas kulit pekerja;
o Menyediakan tempat membersihkan diri beserta sabun anti-mikroba dan
kelengkapan lainnya di area tempat kerja, untuk memudahkan pekerja yang ingin
segera embersihkan diri usai bekerja. Hal ini juga bertujuan untuk meningkat
kesadaran pekerja akan pentingnya membersihkan diri setelah bekerja.
3. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi,
suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
 Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi
frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah
komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga
kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit
akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
 Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja
dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai ”Raynaud’s phenomenon” atau ”vibration-induced white
fingers” (VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada
sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit
tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Contoh gmbar Raynaud’s phenomenon

 Pencahayaan
a) Tujuan pencahayaan : Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan
dan memberi lingkungan kerja yang aman.
b) Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya
kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
c) Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas,
mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja,
mengurangi kecelakaan kerja.
   Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda.
Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem
tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar
tubuh.
Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh
manusia masih  dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur
luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan
normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh
yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan
beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp, Heat
Exhaustion, Heat Stroke.
 Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam
persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara
bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas
dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia  pada saat menerima atau
melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran,
karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin
aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu
berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
 Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan
hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan kotor  apabila kadar
oksigen,  dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-
bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah
adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang
dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan
memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja
akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
  Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena
dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat
mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar
tempat kerja.
 Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-
baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan
dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap
perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih,
dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
 Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya
berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak,
tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja
 Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan
tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-
lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik
yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
 Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu
diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat
kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai pelindung mata untuk sinar leser
5. Filter untuk mikroskop
4. Bahaya Psikologi
Bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis
ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan
kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan,hubungan kerja
komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulangulang,kerja berlebihan, kerja kurang,
kerja shift, dan terpencil).Manifestasinya berupa stress. Beberapa contoh faktor psikososial
yang dapat menyebabkan stress antara lain:
 Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahantamahan
 Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
 Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
 Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
 Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini
dinamakan stress.
 Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian,
penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
 Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi,
gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit
kulit seperti eksim,dll.
Contoh gambar stres
Upaya yang dapat dilakukan untuk membuat hubugan harmonis di perusahaan yaitau :
1. Saling Menghargai dan Menghormati
Perusahaan yang menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati tentunya
akan membuat hubungan dalam perusahaan itu menjadi baik. Semua orang ingin dihargai,
termasuk Anda bukan? Sikap saling menghargai dan menghormati ini bisa tercermin dari
mudahnya karyawan dalam memberikan aspirasinya, selain itu perlu juga saling menghargai
dan menghormati peran karyawan dan pimpinan dalam perusahaan.
2. Keterbukaan
Anda tidak perlu membuka ada yang menjadi rahasia dapur anda kepada karyawan,
yang dimaksud keterbukaan disini adalah karyawan dapat mengetahui perkembangan
perusahaan sehingga karyawan tidak merasa ada yang ditutup-tutupi oleh perusahaan. Dengan
terbuka kepada karyawan, maka karyawan dapat merasa nyaman dan tentunya mereka akan
berjuang sekuat tenaganya untuk perusahaan.
3. Komunikasi yang Baik
Perusahaan yang sukses salah satu cirinya adalah dikenal oleh masyarakat umum, nah
bagaimana caranya agar bisa dikenal? Tentunya perusahaan harus memiliki
hubungan/komunikasi yang baik dengan media massa. Komunikasi eksternal tersebut bisa juga
diaplikasikan di dalam perusahan, istilahnya adalah internal communication. Perusahaan dapat
memberikan informasi terbaru pada karyawan melalui media seperti mading/majalah dinding,
majalah perusahaan bahkan dengan mengirimkan email kepada karyawan.
5. Faktor ergonomic/fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang
salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan
seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan, dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the
Job to the Man and to fit the Man to the Job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,bekerja
dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan pada umumnya baran impor yang disainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan
gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering dalah nyeri pinggang
kerja (low back pain).
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak
baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan
pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan
kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Pembebanan Kerja Fisik
 Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan.
 Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga
kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
 Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40
kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban
maksimum tersebut harus disesuaikan.
 Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter
praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak
melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.
Bahaya ergonomic yang disebabkan oleh pembebanan kerja fisik yang berlebih dapat
mengakibatkan beberapa gangguan penyakit : musculoskeletal disorders (MSDs), carpal turner
syndrome (CTS), badan menjadi mudah pegah dan lelah serta gangguan lainnya
Contoh gambar
musculoskeletal disorders (MSDs)
Ada lima gangguan fisik dan cara mengatasi masalah ketidaknyaman saat bekerja di
kantor.
1. Ketegangan pada mata dan sakit kepala Minimalisasi cahaya yang terlalu silau,
terutama dari radiasi komputer di meja kerja. Tempatkan monitor pada sudut 90 derajat ke
sumber cahaya seperti jendela atau lampu. Jika posisi ini tak memungkinkan, berikan filter
cahaya pada monitor Anda.
2. Leher dan punggung sakit Solusinya atur posisi monitor. Tingginya harus 60 cm dari
kepala Anda dengan posisi layar tengah 10-20 derajat di bawah sudut mata.
3. Sakit pinggang Sebanyak 86 persen karyawan bekerja dengan papan tik yang
desainnya tidak ergonomis dan 69 persen mengalami sakit pinggang. Jika ini terjadi pada Anda,
solusinya adalah menyesuaikan posisi keyboard dan mouse dengan badan Anda. Caranya,
saat papan tik dan mouse berada pada tempat semestinya, bahu Anda tidak membungkuk, siku
nyaman di kedua sisi, pergelangan tangan paralel dengan lantai dan pinggang di posisi netral.
Papan tik dan mouse sebaiknya mudah dijangkau tubuh Anda. Jika ingin sempurna, Anda perlu
merancang meja papan tik yang sesuai dengan postur tubuh.
4. Postur yang salah mengganggu fisik Anda Survei Staples membuktikan bahwa 82
persen pekerja merasa tak nyaman dengan kursi mereka. Sebanyak 54 persen dari mereka
merasa perlu mengganti kursi di kantor untuk menyesuaikan dengan postur tubuh. Satu-
satunya solusi untuk mengatasi masalah ini adalah mengganti kursi yang layak. Jaspers
menyarankan untuk memilih kursi dengan bantalan belakang yang penuh dan penyanggah
tangan yang bisa disesuaikan. Dudukan kursi juga sebaiknya menyangga pinggang dan
pinggul.
5. Fisik kelelahan Solusinya, rehatlah sejenak. Berikan kesempatan kepada tubuh untuk
bergerak. Berada dalam posisi statis dalam waktu lama akan membuat tubuh lelah. Lakukan
peregangan atau berjalanlah sebentar di sekitar kantor.

Hirarki Pengendalian Bahaya Untuk Pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
Pada kegiatan pengkajian resiko (risk assesment), hirarki pengendalian (hierarchy of
control) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan. Pemilihan hirarki pengendalian
memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi
resiko yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatu organisasi. Secara efektifitas, hirarki
kontrol pertama diyakini memberikan efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan hirarki yang
kedua.

Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu
melaui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat keparahan
suatu kecelakaan atau paparan.
Pada ANSI Z10: 2005, hirarki pengendalian dalam sistem manajemen keselamatan, kesehatan
kerja antara lain:
1. Eliminasi.
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain,
tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan
suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan
metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam
menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu
praktis dan ekonomis.
Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya
ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa
contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi
mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang
berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat
yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.
3. Pengendalian tehnik/engineering control
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit
sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup mesin/machine
guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound
enclosure.

4. Sistem peringatan/warning system


Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan, instruksi,
tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya dilokasi tersebut.
Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda peringatan
yang ada dilokasi kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan
memberikan dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk pengendalian jenis ini antara
lain berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan (penggunaan APD spesifik, jalur
evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll).
5. Pengendalian administratif/ administratif control
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan
pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki
kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.
Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP),
pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen
perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll.
6. Alat pelindung diri
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling
tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi seriko
dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya
menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet), kacamata
keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan Sepatu Keselamatan.
Dan APD yang lain yang dibutuhkan untuk kondisi khusus, yang membutuhkan perlindungan
lebih misalnya: faceshield, respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.
Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat pelindung diripun sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut.
Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya tentunya
dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar efektifitasnya tinggi sehingga
bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk menimbulkan kecelakaan. Sebagi misal
adanya adanya unit mesin baru yang sebelumnya memiliki kebisingan 100 dBA dilberikan
enclosure (dengan metode engineering control) sehingga memiliki kebisingan 90 dBA, selain
itu ditambahkan pula safety sign dilokasi kerja, adanya preventive maintenance untuk menjaga
keandalaann mesin dan kebisingan terjaga, pengukuran kebisingan secara berkala, diberikan
pelatihan dan penggunaan earplug yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor bahaya lingkungan kerja terhadap kesehatan, seperti :
 Bahaya Kimia, seperti : korosi, kanker, iritasi, dan racun sistemik
 Bahaya Biologi, seperti : bahaya infeksi, alergi bionik, dan Organisme viable dan racun
biogenic.
 Bahaya fisik, seperti : pencahayaan, getaran, dan kebisingan.
 Bahaya Psikologi, seperti : stress, gangguan emosional, dan Penyakit-penyakit
psikosomatis.
 Bahaya Fisiologi, seperti : jangka waktu, beban kerja fisik, dll.

B. Saran
Untuk menghindari hazard kesehatan kerja atau bahaya terhadap keselamatan kerja
sebaiknya setiap jenis tempat kerja memperhatikan alat pelindung diri dari para tenaga kerja
agar terhindar dari bahaya terhadap keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Silviasigit. 2010. Lingkungan kerja fisik dan non fisik


hima k3 ppns. Penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
safetysign. Heat stress penyakit mematikan akibat paparan panas ini perlu diwaspadai pekerja
https://safetysign.co.id/news/94/4-Metode-Pengendalian-Risiko-Bahaya-Kimia

Anda mungkin juga menyukai