Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME

POTENSI BAHAYA DAN RISIKO DI TEMPAT KERJA

Kelompok 1 :
1. Andrean Rivaldo F1D321001
2. Mentari Novanda Dewi F1D321012
3. Tiara Oktasari F1D321017
4. Dian Anggraini F1D321019

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
Potensi Bahaya Dan Risiko Di Tempat Kerja
1. Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat
pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan
peluang terjadinya kejadian tersebut. Namun, tidak semua bahaya dapat diketahui banyak
juga kecelakaan terjadi akibat dari situasi saat itu. Risiko yang ditimbulkan dapat berupa
berbagai konsekuensi dan dapat dibagi menjadi empat kategori besar yaitu :
Tabel 1. Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Jumlah Korban

Hal penting yang perlu dipertimbangkan ketika mencoba mengidentifikasi dan mengatasi
risiko di tempat kerja adalah :
1. Tidak semua perkerja sama.
Perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang aman untuk pria, wanita,
penyandang cacat dan lainnya dikarenakan kebutuhan setiap kelompok berbeda-beda.
2. Cara menghadapi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setiap perusahaan berbeda-
beda. Tiap perusahaan mempunyai cara pencegahan dan penanganan yang berbeda
terkait masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Ketika menganalisis risiko, kita
memikirkan tentang bahaya lain diluar kategori tersebut seperti bahaya lalu lintas bagi
sebuah perusahaan logistik.
3. Bahaya keselamatan dan Kesehatan kerja umum.
Pelatihan ini menyediakan beberapa informasi penting mengenai bahaya yang penting
dan umum yang mungkin ada di tempat kerja. Hal ini juga membarikan ide-ide tentang
bagaimana setiap bahaya tertentu dapat dikurangi atau dihilangkan.
2. Katergori A: Potensi bahaya yang mengakibatkan dampak risiko jangka Panjang
pada Kesehatan
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat
menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan (“exposure”) yang
berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pajanan
suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja
berasal dari lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor
ergonomis dan faktor psikologi.
a. Faktor kimia
Banyak risiko Kesehatan timbul akiban bahan kimia. Bahan kimianya dapat
berbentuk padat, cair, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3
cara yaitu:
 Inhalasi (menghirup)
 Pencernaan (menelan)
 Penyerapan ke dalam kuliat atau kontak ivasif
Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja. Bahan-
bahan kimia tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bahan baku. Juga dapat
digunakan sebagai bahan penambah.
Pelabelan bahan kimia merupakan salah satu cara penting untuk mencegah
penyalahgunaan atau penanganan yang dapat menyebabkan cedera atau sakit. Dalam
transportasi, bila kemungkinan terjadi kecelakaan, maka sangat penting dalam keadaan
darurat untuk mengetahui risiko dari zat-zat tersebut.
Hal-hal yang perlu diketahui untuk mencegah bahaya
 Kemampuan bahan kimia untuj menghasilkan dampak Kesehatan negative
 Wujud bahan kimia selama proses kerja
 Mengenali, menilai dan mengendalikan resiko kimia
 Jenis alat pelindung diri (APD)
 Mengikuti system komunikasi bahaya bahan kimia yang sesuai melalui kembar data
keselamatan (LDK)
b. Bahaya faktor fisik
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu.
Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau
produk samping yang tidak diinginkan. Bahaya faktor fisik meliputi
 Kebisingan, yaitu suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
 Penerangan, setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk menyesuaikan
penerangan pada tempat kerja tersebut.
 Getaran adalah Gerakan bolak-balik cepat memantulkan ke atas dan kebawah atau
kedepan dan kebelakang. Hal ini dapat berpengaruh negative terhadap semua atau
Sebagian tubuh.
 Iklim kerja, hal ini adalah respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alas
an mengapa sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembapan ditempat kerja.
 Radiasi tidak mengion, mengenai gelombang elektromagnetik yang berasal dari
radiasi yang tidak mengion yang dapat merusak kulit.
c. Bahaya faktor biologi
Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor
biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus
pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan
pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di
Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan
vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para tipus
perut.
d. Bahaya ergonomic dan peraturan kerja
Ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dan tubuh manusia.
Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik pekerjaan
dilakukan dan kesehatan mereka yang melakukannya. Semuanya dari posisi mesin
pengolahan sampai penyimpanan alat-alat dapat menciptakan hambatan dan risiko.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikian
sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.tempat duduk yang cukup
dan sesuai harus disediakan untuk pekerja- pekerja dan harus diberi kesempatan yang
cukup untuk menggunakannya. Prinsip ergonomic adalah mencocokan pekerjaan untuk
pekerja.

3. Kategori B : Potensi Bahaya Yang Mengakibatkan Risiko Langsung Pada


Keselamatan
Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki potensi
menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya disebabkan oleh kecelakaan
kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak dikendalikan dengan baik.
Faktor-faktor yang berkontribusi dalam penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi
lima yaitu: faktor manusia, faktor material, faktor peralatan, faktor lingkungan dan faktor
proses
Berikut ini potensi bahaya yang mengakibatkan resiko langsung:
a. Keselamatan listrik
Potensi bahaya listrik diantara bahaya kejut listrik, panas yang ditimbulkan oleh
energi listrik, medan listrik. Jika seseorang terkena sengatan listrik maka, akan
menyebabkan menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan, Panas yang
ditimbulkan oleh arus dapat menyebabkan kulit atau tubuh terbakar, khususnya pada
titik dimana arus masuk ke tubuh, beberapa kasus dapat menimbulkan pendarahan atau
kesulitan bernafas dan gangguan saraf, Gerakan spontan akibat terkena arus listrik,
dapat mengakibatkan cidera lain seperti akibat jatuh atau terkena/tersandung benda lain.
Kecelakaan listrik dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu peralatan/intalasi yang tidak
aman, tempat kerja berada dilingkungan yang tidak aman, praktik kerja yang tidak
aman.
Ada beberapa pengendalian bahaya listrik yang dapat dilakukan yaitu:
 mengisolasi bagian aktif
 menutup dengan penghalangan atau selungkup
 membuat rintanga, memberi jarak aman atau diluar jangkauan
 menggunakan alat pelindung diri.
Sedangkan untuk pengendalian listrik dari sentuh tidak langsung yaitu:
 memasang grounding
 peralatan listrik menggunakan kabel tiga kawat dengan kontak yang tergrounding.
Berikut ini adalah pengendalian yang harus dilakukan
 menutup semua intalasi yang terbuka
 mengisolasi bagian konduktor
 memperbaiki penutup intalasi yang rusak
 memperbaiki atau mengganti peralatan yang rusak
 menghindari lingkunagn yang tidak aman
 mengecek kondisi kawat
 melakukan pengukuran grounding
 menghindari penggunaan yang berlebihan
 menggunakan system pengaman dan memelihara peralatan listrik dengan baik
b. Penanggulangan kebakaran
Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa,
peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Khususnya pada
kejadian kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan menghentikan proses usaha,
sehingga ini memberikan kerugian yang sangat besar. Untuk mencegah hal ini maka
perlu dilakukan upaya-upaya penanggulangan kebakaran seperti pengendalian setiap
bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi, pengendalian penyebaran asap, panas dan gas, pembentukan unit
penaggulangan kebakaran, penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran.
Hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian bentuk energi adalah
mengidentifikasi segala sumber energi dan melakukan penilaian dan pengendalian
berdasarkan standar teknis. Bahan bakar gas tidak boleh disimpan dalam gedung yang
memiliki lantai dibawah, karena dapat terjadi akumulasi gas flammable, kecuali
dilengkapi ventilasi. Bahan bakar gas harus dalam kontainer tertutup dengan kapasitas
maksimal 454,2 L.
Langkah-langkah dalam penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi yaitu
 menganalisa tempat untuk menentukan jenis detektor, alarm, alat pemadam dan
sarana evakuasi,
 melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan,
 membuat prosedur pemakaian peralatan,
 membuat tanda pemasangan peralatan dan sarana evakuasi,
 melakukan pelatihan penggunaan peralatan dan sarana evakuasi, dan
 melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.
Penempatan APAR harus mudah dilihat, dijangkau dan diambil. Jarak antar APAR
atau kelompok Apar maksimal 15 meter. Tinggi tanda APAR 125 centimeter dan
Penempatan APAR 120 centimeter.
Langkah yang dilakukan dalam Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas yaitu
 memisahkan segala yang dapat menimbulkan kebakaran,
 membuat batas pada ruangan yang mempunyai potensi bahaya kebakaran,
 memasang alat pendeteksi kebocoran gas,
 memasang ventilasi agar penyebaran dapat dikendalikan.
Langkah yang dilakukan dalam pembentukan unit penanggulangan kebakaran ;
 Menghitung jumlah tenaga kerja,
 membentuk unit penanggulangan kebakaran,
 tempat kerja yang mempunyai tingkat resiko berat perlu regu pemadam,
koordinator, fire safety supervisor,
 melakukan pelatihan sesuai tugas dan fungsinya,
 petugas harus mempunyai kompetensi resmi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelenggaraan latihan penanggulangan
kebakaran secara berkala yaitu menyusun jadwal, melakukan koordinasi dengan pihak
pelaksaan pelatihan, melaksanakan kegiatan, melakukan evaluasi dan perbaikan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Keadaan Darurat
Kebakaran yaitu
 membentuk tim,
 mengidentifikasi, analisa, penilaian dan pengendalian,
 mengidentifikasi peralatan dan evakuasi yang dimiliki,
 mengidentifikasi sumber daya manusia,
 menyusun prosedur rencana keadaan darurat kebakaran,
 melakukan sosialiasi dan pembinaan kepada petugas dan semua pekerja,
 melakukan evaluasi secara berkala.
Untuk mempermudah, langkah-langkah penyusunan Rencana Keadaan Darurat
sebagaimana dalam skema dibawah ini :
MEMBENTUK TIM

EVALUASI TUJUAN LINGKUP

IDENTIFIKASI
EMERGENCY DRILL
POTENSI BAHAYA

SOSIALISASI
PROSEDUR
RISK ASSESMENT
TANGGAP
DARURAT

SUSUN PROSEDUR UPAYA


TANGGAP MEMINIMALISIR
DARURAT RESIKO

ORGANISASI
IDENTIFIKASI
TANGGAP
KEBUTUHAN
DARURAT TUGAS
SARANA / ALAT
DAN TANGGUNG
DAN SDM
JAWAB

Anda mungkin juga menyukai