Anda di halaman 1dari 13

Dasar – Dasar Keselamatan Kerja dan Lingkungan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

I.1.      Latar Belakang

Pada setiap pelaksanaan pekerjaan selalu ada kemungkinan terjadinya


resiko  kecelakaan dan kesehatan kerja yang disebabkan  oleh potensi
bahaya yang yang ada. Potensi bahaya yang ada dan kerawanan bahaya
yang timbul tersebut  dipengaruhi oleh faktor:

  Manusia
  Peralatan (proses, bahan dan metoda ) dan
  Lingkungan Kerja

Kecelakaan tidak akan terjadi begitu saja, tetapi bermula dari rangkaian 
peristiwa yang merupakan  faktor-faktor penyebab yang mendorong
munculnya kecelakaan atau karena adanya penyimpangan  dalam mata
rantai rangkaian proses kegiatan / kerja. Dari hasil suatu study terhadap
kejadian kecelakaan, sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia.
Indikasi ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam manajemen, antara
lain tidak adanya program K3, program K3 tidak standar, atau ada
program tetapi tidak dilaksanakan.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,


diberbagai sektor kegiatan telah menerapkan peralatan berteknologi maju
dan kompleks. Disatu pihak penerapan teknologi akan dapat menaikan
efisiensi, meningkatkan produktifitas serta optimalisasi biaya, disisi lain
akan terdapat potensi  bahaya yang lebih besar sehingga  memperbesar
resiko kecelakaan dan kesehatan bagi pekerja beserta resiko lingkungan.

Dengan demikian masalah keselamatan dan kesehatan kerja perlu


mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Maka pemerintah telah
menetapkan kebijakan, dengan harus menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bagi setiap tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 orang  karyawan atau tempat kerja  yang
mengandung potensi bahaya tinggi. Peraturan ini mengacu pada 
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996.

Salah satu tahapan penerapan Sistem Manajemen K3 adalah melakukan


analisa dengan menidentifikasi potensi  bahaya pada setiap proses
pekerjaan serta menentukan resiko, dan selanjutnya  menetapkan strategi
pengendalian resiko dengan mmebuat program kerja manajemen K3.
Dengan harapan resiko kecelakaan dan kesehatan kerja yang
diterima/ditanggung oleh pekerja berada pada level yang paling rendah
dan atau pada batas-batas yang dibolehkan sesuai dengan ketetapan
atau regulasi.

I.2.      Pengertian K3
Pengertian K3 secara  Filosofi,  Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah Upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
bagi tenaga kerja khususnya dan pada manusia  umumnya, hasil karya
dan budaya, serta untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

Secara Keilmuan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu ilmu


pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja , dll.

Sedangkan pengertian secara praktisnya adalah suatu upaya


perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang
memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat
secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

Tujuan K3 adalah :
a.    Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
b.    Menjamin setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat
kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya
c.    Menjamin setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien
d.    Menjamin proses produksi berjalan lancar

I.3.      Pengertian Potensi Bahaya

Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu kondis/keadaan pada suatu


proses, alat, mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik/alamiah
dapat menjadikan luka, cidera bahkan kematian pada manusia serta
menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan. Contoh, kopling pada
mesin rotary, putaran yang tinggi pada kopling tersebut adalahHazard.

Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard yang terekspos / terpapar


pada lingkungan sekitar  dan terdapat peluang besar terjadinya
kecelakan/insident. Contoh, bila kopling mesin rotari tersebut tidak
dilengkapai safe guard (cover pelindung) dan personil sering berada
disana untuk suatu keperluan, maka dikatakan kondisinya sudahdanger.

Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi Bahaya


guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan dan poses lerja.
Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan atau petugas
K3. Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah dibakukan,
misalnya seperti Check List, JSA, JSO,What If, Hazops, dsb. Semua hasil
identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan harus
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

I.3.1.      Klasifikasi Bahaya, dapat daklasifikasikan sebagai berikut:


1.    Bahaya Fisik (Physical Hazards)
2.    Bahaya Kimia (Chemical Hazards)
3.    Bahaya Listrik (Electrical Hazards)
4.    Bahaya Mekanik (Mechanical Hazards)
5.    Bahaya Physikologi (Physiological Hazards)
6.    Bahaya Biologi (Biological Hazards)
7.    Ergonomi (Ergonomic)
I.3.2.      Pengendalian Potensi Bahaya

Potensi bahaya yang terkandung dalam peralatan / material, proses dan


lingkungan kerja, perlu diakukan pengendalian dengan berbagai langkah  
hingga mencapai tingkat resiko bahaya yang  sekecil mungkin.
Adapunhirarki  pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:

I.3.2.1.  Eliminasi
Suatu tindakan untuk menghilangkan potensi bahaya secara tuntas
dengan melakukan modifikasi-modifikasi baik metode/proses ataupun
material. pengendalian dengan langkah ini efektif dengan nilai ekspektasi
100%.

I.3.2.2.  Substitusi
Suatu tindakan penggantian material ataupun proses dengan material /
proses yang lebih ringan tingkat potensi bahayanya, pengendalian
dengan langkah ini efektif dengan nilai ekspektasi 75%

I.3.2.3.  Isolasi
Suatu tindakan isolasi / pembatasan bahaya dari pekerja dengan
menggunakan media pengaman atau ruang ataupun batasan waktu
tertentu, pengendalian dengan langkah ini efektif dengan nilai ekspektasi
(50%)

I.3.2.4.  Pengendalian Administrasi
Suatu tindakan pengendalian bahaya yang terpapar (exposure) terhadap
pekerja dengan melakukan pembatasan waktu atau prosedur kerja
maupun lokasi pekerjaan, pengendalian dengan langkah ini efektif dengan
nilai ekspektasi (30%)

I.3.2.5.  Pelatihan
Meningkatkan kemampuan kompetensi pekerja guna memperkecil tingkat
bahaya yang dihadapi di lokasi tempat kerja, pengendalian dengan
langkah ini efektif dengan nilai (20%)

I.3.2.6.  Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Menggunakan alat pelindung diri sesuai standar guna memperkecil
paparan (exposure) bahaya yang ditimbulkan di lokasi dan kondisi kerja.
Pengendalian efektif dengan nilai ekspektasi  (10%).
Syarat tersebut harus mengacu prinsip sebagai berikut:
o   Efektif dalam menghindari terjadinya kecelakaan.
o   Dapat dilakukan atau dikerjakan.
o   Biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin ( Murah ).
o   Tidak mengganggu proses produksi dan pemeliharaan

Contoh tindakan berbahaya:


e.    Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
f.     Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
g.    Membuat alat pengaman tidak berfungsi
h.    Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
i.      Melakukan Proses  dengan tidak aman
j.      Posisi atau sikap tubuh tidak aman
k.    Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
l.      Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/ berkelakar, 
mengagetkan dan lain-lain.
m.   Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan
n.    Lain-lain.

I.4.      Kecelakaan Kerja

Insiden (Incident) adalah  suatu kejadian nyaris menimbulkan kecelakaan


(accident) atau cidera pada manusia atau kerugian pada material
(properti).

Kecelakaan (Accident) adalah  suatu kejadian yang tidak diharapkan yang


menyebabkan kematian, cidera/luka pada manusia dan kerugian materi
(properti)

I.4.1.      Sumber-sumber kecelakaan adalah sebagai berikut:

1.    Mesin produksi
2.    Penggerak mula dan pompa
3.    Lift
4.    Pesawat angkat.
5.    Converyor
6.    Pesawat angkut
7.    Alat transmisi mekanik (rantai, pulley, dll).
8.    Perkakas kerja tangan
9.    Pesawat uap dan bejana tekan
10.  Peralatan listrik
11.  Bahan kimia
12.  Debu berbahaya
13.  Radiasi dan bahan radioaktif
14.  Faktor lingkungan
15.  Bahan mudah terbakar dan benda panas
16.  Binatang
17.  Permukaan lantai kerja
18.  Lain-lain.
I.4.2.      Jenis kecelakaan adalah:
a.    Terbentur
b.    Terpukul
c.    Tertangkap pada, dalam atau diantara benda
d.    Jatuh dari ketinggian yang sama.
e.    Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
f.     Tergelincir.
g.    Terpapar panas, dingin, material kimia, radiasi
h.    Penghisapan, penyerapan
i.      Tersentuh aliran listrik.
j.      Lain-lain.

I.4.3.      Akibat Kecelakaan adalah sebagai berikut :


a.    Korban manusia
o   Meninggal                  
o   Luka berat                  
o   Luka ringan    
b.    Kerugian Material
o   Bangunan                               
o   Peralatan/Mesin                    
o   Bahan Baku                          
o   Bahan setengah jadi  
o   Bahan jadi                              
c.    Kerugian waktu kerja

I.4.4.      Pengendalian  Kecelakaan

Menurut International Labour Office (ILO) langkah-langkah yang dapat


ditempuh guna menanggulangi kecelakaan kerja adalah antara lain :
           
1       Peraturan Perundangan
  Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan (up to date)
  Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai peraturan
perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa
  Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui
pemeriksaan langsung di tempat kerja

2       Standarisasi
Suatu ukuran terhadap besaran-besaran/nilai. Dengan adanya standar K3
yang terukur dan maju akan menentukan tingkat kemajuan K3, karena
pada dasarnya baik buruknya K3 di tempat kerja diketahui melalui
pemenuhan standar K3

3       Inspeksi
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan dan pengujian
terhadap tempat kerja, mesin, pesawat, alat dan instalasi, sejauh mana
masalah-masalah ini masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3
4       Riset
Dapat dilakukan dengan cara: teknis medis,psikologis dan statistic yang
dimaksudkan untuk menunjang tingkat kemajuan K3 sesuai dengan
perkembangan IPTEK

5       Pendidikan dan Latihan


Guna meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan K3

6       Persuasif
Cara pendekatan K3 secara pribadi dengan tidak menerapkan dan
memaksakan melalui sanksi-sanksi

7       Asuransi
Dapat ditetapkan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap
perusahaan yang memenuhi syarat K3 dan mempunyai tingkat kekerapan
dan keparahan kecelakaan yang kecil di perusahaannya

8       Penerapan K3 di tempat kerja.


Langkah-langkah tersebut harus dapat diaplikasikan di tempat kerja
dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja

I.5.      Kesehatan Kerja

Dalam pelaksanaanya, kesehatan kerja melingkupi:


  Spesialisasi Ilmu Kesehatan/Kedokteran dan prakteknya
  Bertujuan agar tenagha kerja memperoleh derajat/tingkat kesehatan baik
keadaan fisik,psikologi individu/mental maupun sosial (the degree of
physiological and psychological well being of the individual).
  Dilakukan dengan usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Pengertian Kesehatan Kerja menurut Joint ILO/WHO Comitte on


Occupational Health (1995): “ Kesehatan kerja bertujuan pada promosi
dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya dari kesehatan fisik,
mental dan sosial dari pekerja pada semua pekerjaan; pencegahan
gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh kondisi kerjanya;
perlindungan pekerja dari resiko akibat faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya,
dan sebagai kesimpulan, penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia pada pekerjaannya”.

Fokus utama dari kesehatan kerja terletak pada tiga obyek yang berbeda :
1      Pemeliharaan dan promosi kesehatan kerja dan kapasitas kerja;
2      Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan sehingga kondusif terhadap
keselamatan dan kesehatan,
3      Pengembangan organisasi dan budaya kerja dalam arah yang
mendukung kesehatan dan keselamatan kerja; dan dalam
pelaksanaannya juga mempromosikan iklim sosial yang positif, operasi
yang lancar dan meningkatkan produktifitas perusahaan. Konsep dan
budaya kerja dalam konteks ini adalah refleksi dari sistem-sistem nilai
yang essensial yang berlaku dalam perusahaan. Budaya tersebut
tercermin dalam praktek sistem manajemen, kebijaksanaan personalia,
prinsip-prinsip partisipasi, kebijaksanaan pelatihan dan manajemen mutu
dari perusahaan.”
I.5.1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Kerja adalah:
a)    Beban Kerja
                            i.    Fisik dan Mental
b)    Lingkungan Kerja
                            i.    Fisik
                           ii.    Kimia
                          iii.    Biologi
                         iv.    Ergonomi
                          v.    Psikologi
c)    Kapasitas Kerja
                            i.    Ketrampilan
                           ii.    Kesegaran jasmani & rohani
                          iii.    Status kesehatan/gizi
                         iv.    Usia
                          v.    Jenis kelamin
                         vi.    Ukuran tubuh

I.5.2.      Optimalisasi Beban Kerja dapat dicapai dengan cara sebagai


berikut :
1.    Penempatan seorang pekerja pada pekerjaan yang tepat Derajat tepat
meliputi tingkat kesehatan, bakat, pengalaman, ketrampilan, motivasi,
kelamin, usia, jenis kelamin, antropometri dll.
2.    Mengurangi beban kerja dengan cara memodifikasi cara kerja atau
penyesuaian  alat-alat kerja.

I.5.3.      Disiplin ilmu untuk mencapai optimalisasi beban kerja adalah :


  Kedokteran kerja untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan awal,
berkala dan khusus.
  Ergonomi
  Psikologi kerja

I.5.4.      Peraturan perundangan Yang Berkaitan Dengan Kesehatan


Kerja:
3.    Konvensi ILO No. 120  (UU No. 3 Tahun 1969 ) tentang Higiene dalam
perniagaan dan kantor-kantor.
4.    UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
5.    UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6.    UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
7.    PP No. No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.
8.    PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
9.    Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja
10.  PMP No. 7  Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta
penerangan dalam tempat kerja
11.  Permenakertrans No. Per. 01/Men/1976 tentang kewajiban latihan
Hyperkes bagi Dokter Perusahaan
12.  Permenakertrans No. Per. 01/Men/1979 tentang kewajiban latihan
Hyperkes bagi paramedis perusahaan
13.  Permenaker No. Per. 03/Men/1985 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja pemakaian Asbes
14.  Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
15.  Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang kewajiban melapor
penyakit akibat kerja
16.  Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan 
kerja
17.  Permenaker No. Per. 03/Men/1986 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja yang mengelola pestisida
18.  Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang penyelenggaraan jaminan
pemeliharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik
19.  Kepmenaker No. Kepts. 333 tahun 1989 tentang Diagnosis dan
pelaporan penyakit akibat kerja
20.  Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya Di Tempat Kerja
21.  Kepmenaker No. Kep. 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika Di Tempat Kerja
22.  Kepmenakertrans No. Kep. 79/Men/2003 tentang pedoman diagnosis
dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja
23.  SE. Menakertrans No. SE. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang Makan
24.  SE. Menaker No. SE. 01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Kimia Di Udara Lingkungan Kerja
25.  SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang perusahaan catering
yang mengelola makanan bagi tenaga kerja
26.  Kepts. Dirjen Binawas No. Kepts. 157/BW/1989 tentang Tata Cara dan
Bentuk Laporan Penyelenggaraan Pelayananan Kesehatan Kerja

I.5.5.      Tenaga Kerja yang sehat


Tenaga Kerja yang sehat adalah tenaga kerja yang produktif, sanggup dan
siap untuk bekerja dengan baik dan maksimal. ciri-ciri tenaga kerja yang
sehat (mental) adalah :
         Mampu melaksanakan pekerjaan dengan berbagai masalah yang
dihadapinya
         Mampu menjalin hubungan dengan orang lain (baik rekan kerja dan
atasannya)
         Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pekerjaannya
         Mampu menghadapi kesulitan secara realistic dan konstruktif

I.5.6.      Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases)


adalah penyakit yang disebabkan oleh  pekerjaan atau lingkungan kerja
(Permennaker No. Per. 01/Men/1981)
         Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work Related Diseases) yaitu
penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh
pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan
dan biasanya penyebabnya adalah berbagai jenis faktor.
         Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah
penyakit yang diderita sebagai akibat pemajanan terhadap faktor-faktor
yang timbul dari kegiatan pekerjaan (ILO, 1996)

I.5.6.1.  Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja, dapat digolangkan


pada
a.    Golongan Fisik
                              i.     Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian
                             ii.     Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria,
heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.
                            iii.     Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan
katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis,
radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh
manusia.
                           iv.     Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease
                            v.     Getaran :menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses
metabolisme, Polineurutis.
b.    Golongan Kimia
                              i.     Asal : bahan baku,  bahan tambahan, hasil antara, hasil
samping, hasil (produk), sisa produksi atau bahan buangan.
                             ii.     Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.
                            iii.     Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, kulit dan mukosa
                           iv.     Masuknya dapat secara akut dan secara kronis
                            v.     Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia,
keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis,
efek bius (narkose), Pengaruh genetic.
c.    Golongan Biologi
                              i.     Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang
buas, dll
d.    Golongan Ergonomi/fisiologi
                              i.     Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja
yang salah, Kontruksi salah.
                             ii.     Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas
tulang, perubahan bentuk, dislokasi.                                                          
e.    Golongan mental Psikologi
                              i.     Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan
kerja kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
                             ii.     Manifestasinya berupa stress

I.5.6.2.  Beberapa Contoh Penyaki Akibat Kerja


a.    Penyakit allergi/hipersensitif
                              i.     Dapat berupa; Rinitis, Rinosinusitis, Asma, Pneumonitis,
aspergilosis akut bronchopulmoner, Hipersensitivitas lateks, penyakit
jamur, dermatitis kontak, anafilaksis.
                             ii.     Lokasi biasanya di saluran pernafsan dan kulit
                            iii.     Penyebab; bahan kimia, microbiologi, fisis dapat merangsang
interaksi non spesifik atau spesifik.

b.    Dermatitis Kontak
                             i.       Ada 2 jenis yaitu iritan dan allergi
                            ii.       Lokasi di kulit
c.    Penyakit Paru
                             i.       Dapat berupa : Bronchitis kronis, emfisema, karsinoma
bronkus, fibrosis, TBC, mesetelioma, pneumonia, Sarkoidosis.
                            ii.       Disebabkan oleh bahan kimia, fisis, microbiologi.
d.    Penyakit Hati dan Gastro-intestinal
                             i.       Dapat berupa : kanker lambung dan kanker oesofagus
(tambang batubara dan vulkanisir karet), Cirhosis hati(alkohol, karbon
tetraklorida, trichloroethylene, kloroform)
                            ii.       Disebabkan oleh bahan kimia
e.    Penyakit Saluran Urogenital
i)      Dapat berupa : gagal ginjal(upa logam cadmium & merkuri ,pelarut
organik, pestisida, carbon tetrachlorid), kanker vesica urinaria (karet,
manufaktur/bahan pewarna organik, benzidin, 2-naphthylamin).
ii)     Disebabkan bahan kimia.
f.     Penyakit Hematologi
                             i.       Dapat berupa : anemia (Pb), lekemia (benzena)
                            ii.       disebabkan bahan kimia
g.    Penyakit Kardiovaskuler
                             i.       Disebabkan bahan kimia
                            ii.       Dapat berupa : jantung coroner (karbon disulfida, viscon
rayon, gliceril trinitrat, ethylene glicol dinitrat), febrilasi ventricel
(trichlorethylene).
h.    Gangguan alat reproduksi
                             i.       Dapat berupa : infertilitas (ethylene bromida, benzena,
anasthetic gas, timbal, pelarut organic, karbon disulfida, vinyl klorida,
chlorophene), kerusakan janin (aneteses gas, mercuri, pelarut organik)
keguguran (kerja fisik)
                            ii.       Disebabkan bahan kimia dan kerja fisik
i.      Penyakit muskuloskeletal
                             i.       Dapat berupa : sindroma Raynaud (getaran 20 – 400 Hz),
Carpal turnel syndroma (tekanan yang berulang pada lengan), HNP/sakit
punggung (pekerjaan fisik berat, tidak ergonomis).
                            ii.       Disebabkan : kerja fisik dan tidak ergonomis.
j.      Gangguan telinga
                             i.       Dapat berupa : Penurunan pendengaran (bising diatas NAB)
                            ii.       Disebabkan faktor fisik
k.    Gangguan mata
                             i.       Dapat berupa : rasa sakit (penataan pencahayaan),
conjungtivitis (sinar UV), katarak (infra merah), gatal (bahan organik
hewan, debu padi), iritasi non alergi (chlor, formaldehid).
                            ii.       Disebabkan faktor fisik, biologi.

l.      Gangguan susunan saraf


                             i.       Dapat berupa : pusing, tidak konsentrasi, sering lupa, depresi,
neuropati perifer, ataksia serebeler dan penyakit motor neuron (cat,
carpet-tile lining, lab. Kimia, petrolium, oli).
                            ii.       Disebabkan bahan kimia
m.   Stress
                             i.       Dapat berupa : neuropsikiatrik; ansietas, depresi (hubungan
kerja kurang baik, monoton, upah kurang, suasana kerja tidak nyaman)
                            ii.       Disebabkan faktor mental psikologi
n.    Infeksi
                             i.       Dapat berupa : pneumonia (legionella pada AC), leptospirosis
(leptospira pada petani), brucellosis, antrakosis (brucella, antrak pada
peternak hewan).
                            ii.       Disebabkan oleh faktor biologi
o.    Keracunan
                             i.       Dapat berupa keracunan akut (CO, Hidrogen sulfida, hidrogen
sianida), kronis (timah hitam, merkuri, pestisida).
                            ii.       Disebabkan oleh bahan kimia.

I.5.5.3. Cara Deteksi Penyakit Akibat Kerja


1. Monitoring Kesehatan Tenaga Kerja
  Riwayat penyakit
  Riwayat pekerjaan
  Pemeriksaan klinik
  Pemeriksaan laboratoris
  Pemeriksaan Rontgen
  Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit.
2. Monitoring Lingkungan Kerja
   Pemantauan personil (diukur dekat masuknya kontaminan)
   Pemantauan lingkungan kerja
   Pemantauan biologic

I.6.      Pengendalian Bahaya Tempat  Kerja

Penanganan terhadap bahaya tempat/lingkungan kerja adalah dengan


melakukan manipulasi tempat/lingkungan yaitu perbaikan
tempat/lingkungan kerja sehingga memenuhi persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja, misalnya dengan mengurangi kebisingan,
penerangan yang baik, menerapkan aspek-aspek ergonomic dan 
melakukan perubahan  lingkungan kerja dimana kiranya didapati
lingkungan kerja tersebut menimbulkan stress dan dampak kesehatan
lainnya yang dapat menurunkan peformance kerja personil dan peralatan,
dll.

Dasar dari manipulasi/pengendalian lingkungan kerja adalah melalui


monitoring lingkungan kerja. Sebagai contoh: pengukuran tingkat
kebisingan, tingkat pencahayaan, suhu dan iklim tempat kerja, tingkat
polusi, dll.

Kaidah-kaidah memanipulasi/pengendalian lingkungan kerja yang sudah


eksist dapat menggunakan metode hirarki sebagai berikut:

1)    Eliminasi
2)    Subsitusi
3)    Engineering Control
4)    Administrative Control
5)    Personal Protective Equipment  (PPE) / Alat Pelindung Diri  (APD)

I.7.      Rambu-Rambu K3

Rambu – rambu K3 dimaksudkan agar personel (pekerja atau tamu) sadar


akan potensi bahaya yang terdapat pada area  kerja yang mana mungkin
dapat menimbulkan kecelakaan. Rambu rambu kesalamatan bukanlah
penganti kebutuhan akan  pengatuaran cara pencegahan kecelakaan
akan tetapi hanya mengingatkan kita akan bagaimana cara bertindak
dengan aman.

Rambu – rambu dapat diartikan  seperangkat alat komonikasi


keselamatan yang mempunyai bentuk, warna dan simbol grafis yang
specific dengan tujuan menyampaikan pesan –pesan keselamatan kepada
setiap orang terkait tamparesiko salah pengertian adapaun pesan
tersebut menginfomasikan  dimana terdapat  potensi bahaya  ditempat
kerja.

Penggunaan rambu K3 di Indonesia umumnya mengacu pada CSA


International Standar CAN/CSA Z 321-96.

Rambu K3 pada dasarnya dapat  dibagi atas  3 katagori, yaitu:

1.    Regulatory (to bring under the control of law or constituted authority)


a.    Prohibition (an order to restrain or stop)
b.    Mandatory  (containing or constituting a command)
2.    Warning (something that warns or serves to warn; especially : a notice or
bulletin that alerts the public to an imminent hazard (as a tornado,
thunderstorm, or flood)
a.    Caution (one that astonishes or commands attention)
b.    Danger (exposure or liability to injury, pain, harm, or loss)
3.    Information (something (as a message, experimental data, or a picture)
which justifies change in a construct (as a plan or theory) that represents
physical or mental experience or another construct)
a.    Emergency
b.    General Information
Gambar 1: Rambu-rambu K3

I.8.      Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) dirancang untuk mencegah atau mengurangi


tingkat keparahan cidera terhadap pekerja.  Pengurus/perusaha harus
memeriksa tempat kerja dan menentukan bahaya apa yang sesuai
dengan penggunaan APD.

Beberapa contoh Alat Pelindung Diri (APD)


  Alat Pelindung Kepala ( helm )
  Alat Pelindung Kaki ( Safety Shoes )
  Alat Pelindung Telinga ( Ear Plug / Ear Muff )
  Alat Pelindung Mata ( safety Google / Glass )
  Alat Pelindung Pernafasan ( Respirator )
  Alat Pelindung Tubuh ( Fire Resistence Costum)
  Alat Sabuk Pengaman ( Safety Belt / Harnes )
  Alat Pelindung Kepala ( helm
  Alat Pelindung Kaki ( Safety Shoes )
  Alat Pelindung Telinga ( Ear Plug / Ear Muff )
  Alat Pelindung Mata ( safety Google / Glass
  Alat Pelindung Pernafasan ( Respirator
  Alat Pelindung Tubuh ( Fire Resistence Costum)
  Alat Sabuk Pengaman ( Safety Belt / Harnes )

Anda mungkin juga menyukai