Anda di halaman 1dari 11

SOAL TUGAS K3:

1. Uraikan pengertian : a. K3; b. Accident; c. Incident; d. Near miss


2. Uraikan Faktor Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja.
3. Urikan Konsep Pengendalian Kecelakaan Kerja.
4. Uraikan Penyakit Akibat Kerka (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
5. Uraikan Langkah Penanggulangan Kecelakaan Kerja.
6. Uraikan Jenis jenis APD dan Fungsinya, dan Jenis jenis APK dan fungsinya pada
tahap pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
7. Uraikan yang dimaksud RISIKO dan Uraikan Hirarki Pengendalian Risiko.
8. Uraikan pengertian K3 Pekerjaan Konstruksi, dan uraikan Dasar Hukum Penerapan
K3 pada Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
9. Uraikan Potensi Bahaya dan Cara Pengendalian risiko pada Penerapan K3 pada
Pekerjaan Struktur Bawah.
10. Uraikan Prinsip Penerapan K3 pada Pekerjaan Struktur Atas Pekerjaan Bekisting.
11. Uraikan Prinsip Penerapan K3 pada Pekerjaan Struktur Atas Pekerjaan Pengecoran
Beton.
12. Uraikan Bahaya dan Risiko dan Tindakan Pengendalian Risiko Pada Penerapan K3
Pekerjaan Konstruksi Terowongan.
13. Uraikan Penerapan K3 pada Pekerjaan Konstruksi Jalan.
14. Uraikan Penerapan K3 pada Pekerjaan di Tempat Ketinggian
15. Uraikan Prinsip Penerapan K3 pada Pekerjaan Shortcrete.
16. Uraikan Prinsip Penerapan K3 pada Pekerjaan Pembongkaran.
JAWABAN TUGAS K3

Nama : Bilal Birrabbah


Npm : 1604101010068
No.Absen : 13
Mata Kuliah : Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)

1. a. K3 : bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan


manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
b. Accident : Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba yang
dapat menimbulkan korban manusia, harta benda, dan lingkungan.
c. Incident : Suatu keadaan/kondisi, bilamana pada saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident/kecelakaan.
d. Near miss : Sebuah kejadian tak terduga/tak terencana (unplanned event) yang
tidak menghasilkan kerusakan atau cedera tapi memiliki potensi untuk mengarah
kesana.

2. Faktor Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja adalah :

 PenggunaanPeralatan,RingandanBerat,PeralatanKerjadanPerkakas(tools),
AlatTransportasiyangtidaksesauispesifikasi, dan sebagainya.
 PenggunaanTeknologi,PemilihanMetodeKerja,prosedurkerja/tatacarakerja
yangtidaktepat.
 LingkunganKerjayangtidakaman.
 Pemilihan material.
 Pekerja(orang)yangtidakmemilikikompetensi.

3. Konsep Pengendalian Kecelakaan Kerja adalah :
Sebuah perusahaan yang baik dan sehat adalah perusahaan yang selalu
memperhatikan kondisi karyawannya, dalam hal ini keselamatan kerja
karyawannya. Penerapan program keselamatan kerja yang optimal bagi karyawan
secara langsung erat hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan, karena
penerapan program keselamatan kerja merupakan salah satu cara memotivasi
karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka.
Motivasi akan timbul dari diri karyawan untuk bekerja sebaik mungkin apabila
mereka merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa ada
resiko yang dapat mengancam keselamatan jiwanya, selain itu karyawan juga
akan senang karena mereka merasa diperhatikan oleh perusahaan tempat mereka
bekerja. Akan tetapi sebaliknya, apabila program keselamatan kerja tidak
dijalankan secara intensif dan optimal, maka dapat menurunkan produktivitas
kerja karyawan, yaitu penurunan semangat dan gairah kerja karyawan akibat
mereka merasa takut mengambil resiko untuk membahayakan jiwanya dan
tentunya karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan tempat mereka
bekerja.

Perihal mengenai uraian di atas semakin diperkuat oleh beberapa teori yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Sebagaimana disebutkan oleh Andriana
Pusparini, Jusuf, dan Sugeng Budiono (2008 : 5), bahwa program keselamatan
kerja salah satu tujuannya adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas.

Kemudian, ditambahkan pula oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2007 : 162),


bahwa dengan adanya program keselamatan kerja, maka akan meningkatkan
kegairahan, produktivitas, dan partisipasi kerja dari tenaga kerja. Senada dengan
yang disampaikan oleh Andriana Pusparini, Jusuf, Sugeng Budiono, dan Anwar
Prabu Mangkunegara, ditegaskan pula oleh Sedarmayanti (2009 : 109-110) bahwa
program keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas kerja dari tenaga
kerja. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa program keselamatan kerja erat hubungannya terhadap harapan akan
peningkatan produktivitas kerja, karena salah satu tujuan dari diadakannya
program keselamatan kerja itu adalah demi tercapainya peningkatan produktivitas
kerja.

4. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) :
 Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh 
pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981)
yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total.Cacat Sebagian
adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja
untuk selama-lamanya. Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja :
1. Faktor Fisik, contohnya : Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian ;
Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat
Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke ; Tekanan udara tinggi :
menyebabkan Coison Disease ; Getaran :menyebabkan Reynaud’s
Disease, Gangguan proses metabolisme, Polineurutis.
2. Golongan Kimia, contohnya : Asal : bahan baku,  bahan tambahan,
hasil antara, hasil samping, hasil (produk), sisa produksi atau bahan
buangan ; Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia,
keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin,
pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetic ; Cara masuk
tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa.
3. Golongan Biologi, contohnya: Berasal dari virus, bakteri, parasit,
jamur, serangga, binatang buas ; Golongan Ergonomi/fisiologi ;
Masuknya dapat secara akut dan secara kronis.
4. Golongan mental Psikologi, contohnya: Akibat : suasana kerja
monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik, upah kerja
kurang, terpencil, tak sesuai bakat ; Manifestasinya berupa stress.
 Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) adalah Penyakit yang
berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena
pekerjaan. Terdapat jaminan seperti kecelakaan kerja. Contoh : asma,
TBC, hipertensi.

5. Langkah Penanggulangan Kecelakaan Kerja


a. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi,
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa,
• Penyelenggaraan pengawasan & pemantauan pelaksanaan K3.
b. STANDARISASI
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksana K3.
c. INSPEKSI / PEMERIKSAAN
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi
ketentuan & persyaratan K3.

d. RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS & STATISTIK


Riset atau penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi.

e. PENDIDIKAN & LATIHAN


Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan & keterampilan K3 bagi tenaga
kerja.

f. PERSUASI
Cara penyuluhan & pendekatan di bidang K3, bukan melalui penerapan &
pemaksaan melalui sanksi-sanksi.

g. ASURANSI
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan
pembayaran premi yg lebih rendah terhadap peusahaan yang memenuhi syarat
K3.

h. PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA


Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-
syarat K3 di tempat kerja.

6. Jenis jenis APD dan Fungsinya :


1. Pelindung kepala, fungsinya untuk melindungi kepala terhadap benturan,
benda jatuh, dan sengatan listrik.
2. Alat pelindungn mata, fungsinya untuk melindungi mata dari debu, dan
percikan bahan kimia cair.
3. Pelindung tubuh, fungsinya untuk melindungi tubuh dari bahan kimia
berbahaya, oli, panas dan dingin, dan perlindungan bahaya jatuh.
4. Pelindungtangan, fungsinya untuk melindungi tangan dari bahaya, seperti:
terpotong/teriris dan tergores, suhu tinggi dan bahan kimia.
5. Pelindung kaki, fungsi untuk melindungi kaki dari dampak luka tusukan,
panas, dingin, basah, lumpur, dan arus listrik
Jenis jenis APK dan fungsinya :
1. Safety belt, berfungsi untuk untuk membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh
atau terlepas dari posisi yang diinginkan.

2. Penahan jatuh (Safety Deck), berfungsi untuk menahan benda jatuh agar tidak
membahayakan dibawah.
3. Pembatas area (Restricted Area) , berfungsi untuk pemisah antara area umum
dan area proyek, sehingga tidak setiap orang bisa keluar masuk dengan
mudah.

7. RISIKO adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi

Hirarki Pengendalian Risiko pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan dan
pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya k3. Ada beberapa
kelompok kontrol yang dapat dibentuk untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya k3, yakni diantaranya:

1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Kontrol Teknik / Perancangan
4. Kontrol Administratif
5. Alat Pelindung Diri.

8. - Kesehatan dan keselamatan kerja (K3, terkesan rancu apabila disebut


keselamatan dan kesehatan kerja) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. TujuanK3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan
lingkungan kerja.
–Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar
hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun 1987
tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Rangkuman
dasar-dasar hukum tersebut antara lain :
UU No 1 Tahun 1970 TentangKeselamatanKerja :
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempatitu.
Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimanapengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang
atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) orang
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.

9. Potensi Bahaya K3 pada Pekerjaan Struktur Bawah :


 Tebing longsor
 Galian runtuh
 Akses licin/curam
 Jatuh terperosok
 Terhirup gas CO
 Tenggelam/hanyut
 Terisolasi
 Tertimpa alat
 Tersengat listrik
 Gas terbakar
Pengendalian risiko pada Penerapan K3 pada Pekerjaan Struktur Bawah :
 Dinding turap
 Stabilisasi tanah
 Tangga akses
 Pagar pengaman
 Masker oksigen
 Pelampung
 Lampu penerangan
 Batas area kerja
 Isolasi kabel
 Rambu-rambu dilarang merokok

10. Prinsip Penerapan K3 pada Pekerjaan Struktur Atas Pekerjaan Bekisting


Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan
Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi: Kegiatan K3 di lapangan berupa
pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi yang terkait K3,
yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
− Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang
melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan
yang memiliki resiko kecelakaan.

− Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek mengadakan


pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.

− Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety
patrol maupun safety supervisor

Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri dari:

− Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan


− Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
− Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal
− Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat

11. 1. Penggunaan APD pada proses pengecoran


2. Pengecekkan tali pengerek dan ember pembawa material pengecoran keatas
3. Muatan material beton disesuaikan dengan kapasitas ember dan tali pengerek

12. Pembuatan terowongan adalah pekerjaan yang banyak mengandung bahaya, termasuk
pekerjaan penggalian tanah, penggunaan alat berat, bahan peledak dan pekerjaan
pembetonan. Pekerja dengan jumlah besar harus bekerja sama dan membutuhkan pengalaman
yang cukup serta pengawas yang terampil, program kerja efektif dan aman haruslah
direncanakan secara terpadu dan kompak, pekerja diperintahkan mematuhi peraturan setiap
waktu dan harus melaporkan segera bila ada dalam kondisi tidak aman.

13. Pekerjaan Fasilitas dan Pelayanan Pengujian Logistik mempunyai potensi bahaya
terhadap tenaga kerja yaitu :

1) Bahaya akibat bahan dan peralatan yang digunakan tidak memenuhi syarat,

2) Bahaya akibat cara pengangkutan bahan kurang memenuhi syarat,

3) Bahaya akibat penyimpanan kurang memenuhi syarat,

4) Bahaya akibat pembuangan bahan dan material tidak terpakai kurang memenuhi syarat.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Fasilitas dan
Pelayanan Pengujian Logistik yaitu :

1) Harus tersedia pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai diseluruh barak,
kantor, gudang dan bengkel,

2) Bahan dan peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat,

3) Pengangkutan bahan harus sesuai dengan beban lalu lintas pada jalan yang akan dilewati,

4) Bahandan material berbahaya harus disimpan tersendiri dan terlindung dengan baik,

5) Pembuangan bahan atau material harus pada tempat yang telah ditetapkan, aman dan tidak
mengganggu lalu lintas.

14. SISTEM KESELAMATAN BEKERJA DI KETINGGIAN


A.PerlindunganJatuhKolektif
B.Perlindungan Jatuh Perorangan

Perlindungan Jatuh Perorangan

Fall Restraint/ Pengekangan

Sistem keselamatan yang dirancang untuk mencegah pekerja mendekati daerah yang
memiliki potensi bahaya jatuh

Fall Arrest/ Penahan Jatuh

Berfungsi menahan tubuh pekerja agar tidak jatuh membentur tanah atau permukaan lain
yang dapat mencederai pekerja

Alat Pendukung Keselamatan

 Carabiner Screw

Carabiner/cincin kait ini mempunyai pengunci pada pintu pengait sehingga


pintu pengait tidak mudah terbuka. Cocok untuk alat pelindung diri pada pekerjaan
diketinggian.

 Carabiner Snap

Carabiner/Cincin kait ini tak mempunyai pengunci pada pintu pengait sehingga mudah
dibuka dan ditutup, cara biner jenis ini banyak digunakan pada aktifitas panjat tebing

15. - Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penyemprot harus memakai APD yang
cukup antara lain : masker pelindung pernafasan, kacamata pelindung debu, sarung tangan
dan sepatu karet

Campuran semen dapat menyebabkan penyakit kulit. Iritasi dan alergi dapat disebabkan oleh
adanya kontak langsung dengan semen basah, dan apabila paparan dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan kulit terbakar.

16. Prinsip Penerapan K3 pada Pekerjaan Pembongkaran adalah yang paling utama harus
diperhatikan yaitu faktor lingkungan, seperti pada saat pembongkaran dilakukan di
pemukiman padat, maka terdapat beberapa unsur-unsur k3 yang harus diterapkan, yaitu :
 Menentukan pola pembongkaran yang jelas untuk memberikan batas-batas area
bangunan dapat dikendalikan secara lebih efektif.
 Melakukan pencegahan kecelakaan dengan upaya yang tepat

Anda mungkin juga menyukai