Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN

“HAZARD”

Dosen Pengampu
Drs. Herry Koesyanto, MS.

Oleh
Nurul Kusuma Dewi
6411420086
2B

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
Hazard

A. Pengertian Hazard
 Menurut Cooling (1990), hazard adalah aktivitas, objek, komponen yang dianggap dapat
menimbulkan kerusakan atau terganggunya proses/aktivitas di dalamnya hingga
kecelakaan kerja.
 Menurut Budiono (2003), bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang
memiliki kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan,
maupun manusia.
 Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerusakan
yang dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan
kerja.
 Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury) atau
kerusakan (damage) baik manusia, properti dan setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada
satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan
yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia.

B. Jenis-Jenis Hazard
Menurut Soehatman Ramli (2010), jenis hazard dibagi menjadi lima, yaitu :
1) Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis adalah bahaya yang bersumber dari peralatan mekanis atau benda
yang bergerak dengan gaya mekanik yang digerakkan secara manual atau dengan
penggerak. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya, seperti gerakan
memotong, menempa, menjepit, menekan, mengebor dan bentuk gerakan lainnya.
Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan.
2) Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya, seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan
kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik,
peralatan kerja maupun mesin-mesin yang menggunakan energi listrik.
3) Bahaya Kimiawi
Bahaya kimiawi adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama
produksi. Bahan ini tersebar ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau
kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahan kimia
yang terhambur ke lingkungan kerja dapat mengakibatkan gangguan lokal dan gangguan
sistemik. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
 Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)
 Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi, seperti asam keras, cuka air aki
dan lainnya
 Kebakaran dan peledakan
 Polusi dan pencemaran lingkungan
4) Bahaya Fisik
Menurut Cecep D. Sucipto, bahaya fisik adalah bahaya seperti ruangan yang terlalu
panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi dan lain
sebagainya. Sedangkan menurut Soehatman Ramli, bahaya fisik adalah bahaya yang
bersumber dari faktor-faktor fisik. Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang
bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
5) Bahaya Biologis
Menurut Cecep D. Sucipto, bahaya biologis merupakan bahaya yang ada di
lingkungan kerja, yang disebabkan infeksi akut dan kronis oleh parasit, jamur dan
bakteri. Sedangkan menurut Soehatman Ramli, bahaya biologis adalah bahaya yang
berasal dari unsur biologi seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau
berasal dari aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan,
farmasi, pertanian, pertambangan, minyak, dan gas bumi.
Kategori hazard menurut F.A Gunawan, Fatma Lestari, Audist Subekti, dan Ismet
Somad, yaitu :
1) Bahaya Kimia
Bahaya kimia terdiri dari semua bentuk materi kimiawi. Bahan kimia ini dari segi
bahayanya dapat dikelompokkan menjadi bahan kimia mudah terbakar dan meledak,
(contohnya bahan bakar minyak dan LPG), bahan kimia yang reaktif terhadap air,
(contohnya Methyl Isocyanate) atau asam (contoh: kalium permanganat), bahan kimia
korosif atau yang menimbulkan iritasi (contohnya asam sulfat, caustic soda), bahan kimia
beracun (contohnya logam berat, H2S), bahan kimia karsinogen yang dapat menimbulkan
kanker (contohnya benzene), bahan kimia oksidator yang memperhebat pembakaran
(contohnya oksidator anorganik seperti permanaganat ataupun peroksida organik seperti
bensil peroksida). Bahan-bahan kimia ini jika tidak ditangani secara baik dapat
menimbulkan insiden, penyakit, ataupun kerusakan lingkungan.
2) Bahaya Fisik
Bahaya fisik atau fisis terdiri dari berbagai bentuk energi fisik, seperti energi
kinetik, panas, radiasi nuklir, momentum, listrik, mekanik, tekanan, dan gravitasi. Bahaya
fisis ini jika tidak ditangani dengan baik juga dapat menimbulkan terjadinya insiden,
penyakit, kerusakan harta benda, ataupun kerusakan lingkungan.
3) Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi adalah bahaya yang timbul karena alat kerja, lingkungan kerja,
atau cara kerja yang dirancang tidak sesuai dengan kemampuan tubuh manusia secara
fisik maupun kejiwaan. Misalnya kursi yang dirancang tidak sesuai dengan struktur
punggung manusia akan dapat menyebabkan penyakit punggung. Penerangan yang dibuat
berlebihan atau teralu gelap bagi penglihatan mata manusia dapat menyebabkan sakit
mata. Indikator di ruang kendali yang dirancang tidak selaras dengan kemampuan
manusia pun dapat menimbulkan salah baca atau salah reaksi dari operator.
Salah satu bahaya ergonomi yang sering menyebabkan cidera adalah kesalahan
mengangkat secara manual, baik di tempat kerja maupun rumah. Hal tersebut terjadi
karena banyak kalangan muda yang mengangkat beban dengan cara yang paling mudah,
yaitu dengan pinggang. Akibatnya, saraf penggerak yang terletak di dalam tulang
belakang akan terjepit atau putus. Sehingga mengakibatkan terjadinya kelumpuhan
anggota tubuh bagian belakang sebelah bawah. Di samping itu, kesalahan mengangkat ini
dapat juga menyebabkan terlukanya bantalan di antara dua ruas tulang belakang yang
keras, sehingga akan timbul rasa nyeri di punggung untuk jangka panjang.
4) Bahaya Biologi
Bahaya biologi adaah bahaya yang bersumber dari hewan-hewan atau
mikroorganisme tak kasat mata yang berada disekitaran tempat kerja dan dapat masuk
kedalam tubuh tanpa diketahui sehingga banyak penanganannya dilakukan setelah
pekerja terinfeksi. Contohnya bisa ular, berbagai macam virus dan bakteri, dan
sebagainya. Oleh karena itu, kebersihan merupakan salah satu cara untuk mengendalikan
bahaya ini.

C. Sumber Informasi Hazard


Identifikasi bahaya adalah suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh
situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Upaya pertama untuk menghilangkan atau
mengendalikan bahaya adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya di
tempat kerja.
Terdapat bermacam-macam bahan yang tergolong sebagai sumber bahaya.
1) Bahan-bahan eksplosif
Bahan-bahan eksplosif merupakan bahan yang mudah meledak. Bahan-bahan
tersebut merupakan bahan yang paling berbahaya. Bahan ini bukan hanya bahan peledak,
tetapi juga semua bahan yang secara sendiri atau dalam campuran tertentu jika
mengalami pemanasan, kekerasan atau gesekan akan mengakbatkan ledakan yang
biasanya diikuti dengan kebakaran. Contohnya garam logam yang dapat meledak karena
oksidasi diri, tanpa pengaruh tertentu dari luar
2) Bahan-bahan yang mengoksidasi
Bahan-bahan yang mengoksidasi kaya akan oksigen, sehingga resiko kebakaran
sangat tinggi.
3) Bahan-bahan yang mudah terbakar
Tingkat bahaya bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya. Makin rendah titik
bakarnya maka makin berbahaya.
4) Bahan-bahan beracun
Bahan ini dapat berupa cair, bubuk, gas, uap, awan, bisa berbau dan tidak berbau.
Proses keracunan bisa terjadi karena tertelan, terhirup, kontak dengan kulit, mata dan
lain-lain. Contohnya NaCl bahan yang digunakan dalam proses pembuatan PCB. Bahan
ini seringkali akan menimbulkan gatal-gatal bahkan iritasi jika tersentuh kulit.
5) Bahan korosif
Bahan ini terdiri dari asam-asam, alkali-alkali, atau bahanbahan kuat lainnya yang
dapat menyebabkan kebakaran pada kulit yang tersentuh.
6) Bahan-bahan radioaktif
Bahan ini terdiri dari isotop-isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang
mengandung bahan radioaktif. Contohnya cat bersinar.
Menurut Ramli (2009), klasifikasi teknik identifikasi bahaya terdiri dari :
1) Teknik Pasif
Bahaya atau hazard dapat dikenal dengan mudah jika mengalami secara langsung.
Metode ini sangat rawan karena tidak semua bahan dapat menunjukkan eksistensi
sehingga dapat terlihat.
2) Teknik Semi Proaktif
Teknik ini dapat disebut juga dengan belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya, namun kurang
efektif karena tidak semua bahaya telah diketahui, tidak semua kejadian dilaporkan atau
diinformasikan ke pihak lain, dan kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap
menimbulkan kerugian.
3) Teknik Proaktif
Teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya dengan mencari bahaya sebelum
bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Teknik proaktif
memiliki kelebihan, yaitu bersifat preventif, bersifat peningkatan berkelanjutan karena
dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan, meningkatkan
kepedulian, dan mencegah pemborosan yang tidak diinginkan.
Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :
 Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
 Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi

D. Pengendalian Risiko
Di dalam hierarki pengendalian resiko terdapat dua pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan ”Long Term Gain”
Pendekatan long term gain merupakan pengendalian berorientasi jangka panjang
dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi, eliminasi, rekayasa teknik,
isolasi atau pembatasan, administrasi dan terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat
pelindung diri.
2) Pendekatan ”Short Term Gain”
Pendekatan short term gain merupakan pengendalian berorientasi jangka pendek
dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian ini diimplementasikan
selama pengendalian yang bersifat lebih permanen belum dapat diterapkan. Pilihan
pengendalian resiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas
sampai dengan substitusi.
Hierarki pengendalian resiko merupakan suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara
berurutan. Salah satunya dengan membuat rencana pengendalian yang meliputi :
1) Eliminasi (Elimination)
Eliminasi, yaitu suatu pengendalian resiko yang bersifat permanen dan harus dicoba
untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan
memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang
tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik
dilakukan adalah dengan eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan.
2) Substitusi (Substitution)
Cara pengendalian substitusi, yaitu dengan menggantikan bahan-bahan dan
peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang
berbahaya atau yang lebih aman.
3) Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Pengendalian rekayasa teknik termasuk mengubah struktur objek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang dilakukan adalah
dengan pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi
mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada
dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan sebagainya.
4) Isolasi (Isolation)
Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari objek kerja,
seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room)
menggunakan remote control.
5) Pengendalian Administrasi (Admistration Control)
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang
dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya yang tergantung dari
perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya
pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan tenaga kerja baru sesuai
jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi
kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan
kembali jadwal kerja, training keahlian, dan training K3.
6) Alat Pelindung Diri (Administration Control)
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya tubuh
dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh.

Daftar Pustaka

OHSAS 18001. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Silalahi, B. dan Silalahi,R. (1995). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Pustaka
Binaman Pressindo.

Supriyadi, Agung. (11 Juni 2020). Pengertian dan Jenis Bahaya K3 Menurut Ahli K3.
KATIGAKU.TOP: https://katigaku.top/2020/06/11/pengertian-dan-jenis-bahaya-k3/.
Diakses 23 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai