Anda di halaman 1dari 45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga

kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber bahaya. Tempat

kerja haruslah memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang berlaku baginya,

agar setiap orang termasuk tenaga kerja yang memasukinya dan atau untuk

mengerjakan sesuatu di sana walaupun untuk jangka waktu pendek, terjamin

keselamatannya.

2. Pengertian Bahaya

Rijanto (2011), mendefinisikan bahaya sebagai suatu kondisi yang berpotensi

untuk terjadinya suatu kecelakaan terhadap pekerja, peralatan, bahan-bahan atau

lingkungan. Sebagai contoh, sumber api, bahan mudah terbakar, bahan berbahaya

dan beracun, aktivitas menggunakan suhu tinggi, dan sebagainya. Pada kebanyakan

operasi, bahaya-bahaya akan dikaitkan dengan mesin-mesin dan peralatan-peralatan:

pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber energi berbahaya, area bukan

tempat kerja di sekeliling mesin-mesin, pekerjaan pelayanan dan pemeliharaan, serta

pekerja-pekerja lainyang berdekatan.

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

3. Sumber Bahaya

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik

kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan cara dideteksi sumber-

sumber bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

tersebut (Indar, 2014). Menurut Syukri Sahab (1997) dalam Hayati (2009),

umumnya sumber bahaya yang ada di tempat kerja atau didalam proses produksi

berasal dari:

a. Manusia

Faktor manusia sangat menentukan dalam pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja. Manusia mempunyai kemampuan dan keterbatasan baik dari segi

fisik, fisiologis, maupun psikologiknya (Syukri Sahab, 1997:22 dalam Astri,

2016). Manusia dapat menjadi sumber bahaya di tempat kerja pada saat

melakukan aktivitasnya. Misalnya ketika pekerja sedang melakukan pengelasan,

maka dalam proses pengelasan tersebut akan menimbulkan berbagai jenis bahaya

(Soehatman Ramli, 2010:75)

b. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan sering juga menimbulkan potensi bahaya maka seluruh

peralatan harus di desain, di pelihara dan digunakan dengan baik. Peralatan

kerja yang digunakan di tempat kerja, seperti mesin, pesawat uap, pesawat

angkat, alat angkut, tangga dan lain sebagainya dapat menjadi sumber bahaya

bagi manusia yang menggunakannya (Soehatman Ramli, 2010) Apabila tidak

dipergunakan dengan semestinyacommit


serta to userdilengkapi dengan alat pelindung
tidak
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

atau pengaman, peralatan bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti:

kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka atau cidera (Syukri Sahab,

1997:69 dalam Astri, 2016)

c. Material

Material yang berupa bahan baku atau hasil produksi mengandung berbagai

jenis bahaya sesuai dengan sifat dan karateristiknya masing-masing. Misalnya

material yang berupa bahan kimia mengandung bahaya seperti iritasi, keracunan,

pencemaran lingkungan dan kebakaran (Soehatman Ramli, 2010:76).

d. Proses atau Cara Kerja

Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun

orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain:

1) Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara yang salah

dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang

punggung.

2) Cara kerja yang dapat mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,

percikap api serta tumpahan bahan berbahaya.

3) Memakai APD yang tidak semestinya dan cara pemakaiannya salah.

e. Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya

yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat

kerja (Yunita ,2012). Bahaya tersebut antara lain berdasarkan:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

1) Faktor Lingkungan Fisika. Bahaya yang bersifat fisik seperti suhu yang panas,

terlalu dingin, terpapar bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan,

dan adanya paparan radiasi.

2) Faktor Lingkungan Kimia. Bahaya yang bersifat kimia berasal dari bahan -

bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi.

Bahan ini terpapar di lingkungan kerja karena cara kerja yang salah, kerusakan

atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

3) Faktor Lingkungan Biologi. Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik,

gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat

kerja.

4) Faktor Ergonomi. Gangguan yang disebabkan oleh beban kerja yang terlalu

berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja atau tidak

sesuai dengan anthropometri tubuh tenaga kerja.

5) Faktor Psikologi. Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan

lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan

jiwa pada karyawan, seperti berhubungan dengan atasan dan bawahan yang

tidak harmonis.

4. Jenis- Jenis Bahaya

Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita. Menurut Ramli

(2010:57) pada buku Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3

OHS Risk Management, jenis-jenis bahaya itu antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

a. Bahaya mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan

penggerak. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti

gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, dan bentuk gerakan lainnya.

Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat,

terjepit, terpotong, atau terkupas.

b. Bahaya listrik

Listrik merupakan energi yang dibangkitkan oleh sumber energi yang

biasanya berupa generator dan dapat mengalir dari satu titik ke titik lain melalui

konduktor dalam rangkaian tertutup. Potensi bahaya listrik dapat mengakibatkan

berbagai bahaya seperti kebakaran dan sengatan listrik. Di lingkungan kerja

banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik maupun peralatan

kerja atau mesin-mesin yang menggunakan energi listrik.

c. Bahaya Kimiawi

Jenis bahaya yang bersumber dari senyawa atau unsur atau bahan kimia.

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang

dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain keracunan oleh bahan

kimia yang bersifat racun, iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi

seperti asam kuat, kebakaran dan ledakan, polusi, dan pencemaran lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

d. Bahaya Fisik

Bahaya yang berasal dari faktor-faktor fisik seperti bising, tekanan, getaran,

suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan, radiasi dari bahan radioaktif,

dan sinar ultra violet atau infra merah.

e. Bahaya Biologi

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur

biologi seperti flora fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari

aktifitas kerja. Potensi bahaya biologi meliputi mikroorganisme, hewan

invertebrata, binatang buas, binatang berbisa dan hewan antropoda atau serangga.

f. Bahaya Ergonomi

Bahaya ergonomi yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat kerja

yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada

pekerja. Desain ergonomis yang efektif menyediakan desain stasiun kerja,

peralatan dan perlengkapan yang nyaman bagi tenaga kerja untuk digunakan, hal

ini juga menciptakan lingkungan kerja yag sehat, karena mengatur proses kerja

untuk mengendaliakn atau menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan

memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya,

Cara bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain

(ILO, 2013).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

g. Bahaya Psikologis

Bahaya di tempat kerja yang berasal dari suasana kerja yang tidak

menyenangkan, ketidakjelasan peran tugas/tanggungjawab, stress kerja, tekanan

pikiran/mental dan hubungan kerja yang tidak baik.

5. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga yang dapa t menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda

atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja

industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2014). Kecelakaan mengandung

unsur- unsur sebgai berikut:

a. Tidak dapat diduga, peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan

perencanaan.

b. Tidak diinginkan atau diharapkan, setiap peristiwa kecelakaan akan selalu

disertai dengan kerugian baik fisik maupun mental.

c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang- kurangnya akan

dapat menyebabkan gangguan proses kerja.

Secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sebab dasar atau asal mula. Sebab dasar merupakan sebeb atau faktor yang

mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab

dasar kecelakaan kerja di industri meliputi:

1) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan

dalam upaya penerapan K3 di perusahaan.

2) Manusia atau para pekerja.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

3) Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.

b. Sebab utama. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi:

1) Faktor manusia atau tindakan tidak aman (unsafe action), yaitu tindakan

berbahaya dari tenaga kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja,

meliputi :

a) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill).

b) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (inadequate capability).

c) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe attitude and habit).

d) Sikap masa bodoh (worker’s ignorance).

e) Kurangnya motivasi kerja (improper motivation).

f) Kelelahan dan kejenuhan (fatique dan boredom).

g) Tidak memakai APD.

h) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan.

i) Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan atau mesin- mesin

baru, dan lain sebagainya.

2) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman (unsafe conditions), yaitu kondisi

tidak aman dari mesin, peralatan, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses

kerja.

3) Interaksi manusia dan mesin kerja yang tidak sesuai (Unsafe Man Machine

Interaction).Apabila interaksi antar keduanya (manusia dan sarana pendukung)

tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang

mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

6. Ruang Terbatas (Confined Space)

a. Pengertian Ruang Terbatas (Confined Space)

Ruang terbatas (confined space) merupakan ruangan yang cukup luas dan

memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk dan

melakukan pekerjaan didalamnya. Selain itu, ruang terbatas mempunyai

karakteristik pintu atau lubang untuk keluar masuk pekerja yang luasnya sangat

terbatas dan tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus

menerus, biasanya hanya difungsikan untuk penempatan atau distribusi material

(Tarwaka, 2016). Confined space merupakan ruangan yang memiliki salah satu

dari karakteristik dibawah ini meliputi:

1) Pintu atau lubang untuk keluar masuk pekerja luasnya sangat terbatas

Jalur masuk pada confined space terbatas terutama berdasarkan ukuran

atau lokasi. Biasanya berukuran kecil dan sulit untuk melakukan pergerakan

dengan mudah. Pekerja akan kesulitan untuk mendapatkan peralatan yang

dibutuhkan di dalam atau di luar ruang, terutama peralatan pelindung seperti

respirator yang diperlukan untuk masuk ke ruang dengan atmosfir berbahaya,

atau peralatan keselamatan saat dibutuhkan. Namun, dibeberapa bukaan

(manhole) mungkin sangat besar, contohnya lubang bukaan atas seperti pit,

penggalian, dan penahan kapal (ship’s hold) termasuk juga ponton. Akses pada

lubang bukaan atas mungkin memerlukan penggunaan tangga, kerekan, atau

perangkat lain dan pada area yang semacam, evakuasi atau melarikan diri

akan sangat sulit dilakukan jika terjadi situasi darurat (Tarwaka, 2016).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

2) Ventilasi udara alamiah kurang mencukupi

Udara tidak dapat secara bebas bergerak masuk dan keluar dari confined

space dikarenakan desain, keadaan atmosfir yang ada di dalam dengan di luar

dapat sangat berbeda. Gas mematikan juga mungkin terperangkap di dalam,

terutama jika ruangan digunakan untuk menyimpan dan memproses bahan

kimia atau organik yang mungkin terurai. Terdapat kemungkinan kekurangan

oksigen di dalam confined space, atau kadar oksigen yang terlalu tinggi pada

udara dimana dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran atau

peledakan jika terdapat sumber penyalaan di dalam ruang terbatas tersebut

(Tarwaka, 2016).

3) Ruang terbatas tidak dirancang untuk pekerjaan yang terus menerus

Sebagian besar confined space tidak didesain untuk pekerja masuk dan

melakukan pekerjaan didalamnya secara rutin. Confined space didesain untuk

penyimpanan produk, material dan proses tertutup, atau sebagai transport

produk atau bahan. Namun demikian, pada kenyataannya sering kali pekerja

masuk ke dalamnya untuk melakukan pekerjaan yang sulit dan berbahaya

seperti inspeksi, pemeliharaan, perbaikan,pembersihan atau pekerjaan-

pekerjaan lain sejenisnya (Tarwaka, 2016).

Jenis ruang terbatas sangatlah beragam, karena ruang terbatas tidaklah harus

tertutup bahkan ada ruang terbatas yang sangat terbuka seperti lubang galian

ataupun kolam limbah (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan

Kerja, 2011). Contoh ruang terbatas yang umum terdapat di tempat kerja antara

lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

1) Tangki/bejana penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan

jenis tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu orang.

2) Sumur yang memiliki bukaan di bagian atasnya, baik alamiah ataupun buatan

yang melebihi kedalaman 1,5 meter. Seperti lubang lalu orang yang tidak

mendapat aliran udara yang cukup.

3) Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker dan struktur lainnya

yang serupa..

4) Ruangan di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang lalu orang seperti

tangki kargo, tangki apung minyak dan sebagainya;

Gambar 1. Macam- Macam Confined Space


Sumber : NIOSH, 1987

b. Identifikasi Potensi Bahaya Ruang Terbatas

Potensi bahaya pada aktivitas pekerjaan di ruang terbatas meliputi (Tarwaka,

2016) :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

1) Kurangnya kadar oksigen (oxgen- deficient atmospheres)

a) Kadar oksigen pada ruang terbatas kurang dari 19,5 % sebaiknya tidak

memasuki tanpa menggunakan alat pelindung yang sesuai seperti Self-

Contained Breathing Apparatus (SCBA). Pada kadar oksigen 6% akan

menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian dalam beberapa menit.

b) Kadar oksigen di dalam ruang terbatas dapat menurun karena pekerjaan

yang sedang dilakukan seperti pengelasan, pemotongan, penempaan dan

lain-lain.

c) Kadar oksigen dapat menurun jika oksigen didesak oleh gas lainnya seperti

karbondioksida. Pemindahan total oksigen dengan gas lain seperti

karbondioksida akan mengakibatkan pingsan dan bahkan kematian karena

kehabisan oksigen.

2) Udara mudah terbakar (flammable atmospheres)

Dua hal yang membuat udara mudah terbakar yaitu kadar oksigen di udara

serta gas, uap air, debu yang mudah terbakar dalam campuran komposisi yang

cukup. Jika sumber penyalaan (seperti peralatan listrik, percikan bunga api)

terdapat di dalam suatu ruang yang mengandung udara mudah terbakar, maka

akan menyebabkan kebakaran atau peledakan.

3) Udara beracun (toxic atmospheres)

Sebagian besar bahan- bahan seperti cairan, uap air, gas, kabut, material

padat dan debu harus dipertimbangkan sebagai bahan berbahaya di dalam

ruang terbatas. Bahan- bahan beracun dapat berasal dari :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

a) Penyimpanan produk di dalam ruangan

Suatu produk dapat diserap ke dalam dinding dan terlepas menjadi gas

beracun pada saat pembersihan sisa produk yang disimpan, gas beracun

dapat terlepas.

b) Pekerjaan yang sedang dilakukan di ruang terbatas

Pekerjaan seperti pengelasan, pemotongan, penempaan, pengecatan dan

lain-lain dapat menghasilkan udara beracun.

c) Area yang berdekatan dengan ruang terbatas. Bahan-bahan beracun

biasanya dihasilkan dari pekerjaan di area sekitar ruang terbatas akan

masuk dan terakumulasi di dalam ruang terbatas dan mengakibatkan udara

di dalamnya sangat berbahaya.

Disamping potensi-potensi bahaya diatas, terdapat potensi- potensi bahaya fisik

meliputi (Tarwaka, 2016) :

1) Temperatur udara ekstrim. Temperatur udara yang terlalu panas atau dingin dapat

menyebabkan masalah bagi pekerja. Sebagai contoh jika suatu ruang terbatas

diberi penguapan, maka harus didinginkan terlebih dahulu sebelum pekerja

memasuki ruang terbatas tersebut.

2) Kebisingan. Intensitas kebisingan yang berlebihan tidak hanya merusak

pendengaran, tetapi juga mempengaruhi komunikasi yang menyababkan tidak

didengarnya tanda peringatan atau panggilan bahaya.

3) Permukaan lantai basah atau genangan air. Terpeleset dan jatuh dapat terjadi pada

suatu permukaan kerja yang basah yang dapat menyebabkan cidera pada pekerja.

Disamping itu, permukaan kerja yang basah akan meningkatkan kemungkinan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

terjadinya sengatan arus listrik pada area dimana digunakan peralatan- peralatan

yang menggunakan listrik.

4) Kejatuhan objek. Pekerja di dalam ruang terbatas harus sadar akan kemungkinan

kejatuhan objek, khusunya pada ruangan yang menggunakan pintu pembuka dari

bagian atas untuk masuk dan dimana pekerjaan dilakukan di atas pekerja.

c. Hierarki Pengendalian Bahaya Bekerja di Ruangan Terbatas

1) Eliminasi, yaitu pengendalian yang di mulai dari menghilangkan sumber bahaya

yang terdapat dalam tangki, menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain,

tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan pekerja dalam

menjalankan sistem kerja dalam tangki karena adanya kekurangan pada desain.

Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak

hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam menghindari resiko. Namun

demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan

ekonomis.

2) Substitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan

yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali. Beberapa contoh aplikasi

substitusi misalnya menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang

berbahaya, mengurangi kecepatan pada mesin, kekuatan arus listrik, mengganti

bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.

3) Pengendalian secara teknis di dalam ruangan tangki yakni pengendalian yang

ditujukan terhadap sumber bahaya di dalam maupun di luar tangki atau di

lingkungan sekitar tangki. Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk

memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau

peralatan. Contoh-contoh implementasi metode ini misal adanya penutup

mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,

ventilation system dan sebagainya.

4) Pengendalian secara administrasi pada ruangan tangki adalah peraturan-

peraturan administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu

kontaknya (pemaparan) dengan faktor bahaya atau contaminant di dalam

ruangan terbatas. Kontrol administratif ditujukan dari sisi pekerja yang akan

melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan pekerja

akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan

pekerjaan secara aman di dalam ruangan tangki. Pengendalian secara

administrasi meliputi safety briefing, JSA, safety permit, prosedur dan

sebagainya.

5) Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja

untuk melindungi seluruh/sebagian tubuh pekerja terhadap kemungkinan adanya

potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam

usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan

administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD

bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang

paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya, karena APD hanya berfungsi

untuk mengurangi resiko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya

mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Tujuan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) seperti, melindungi tenaga kerja terhadap potensi bahaya

di area kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman.

d. Persyaratan K3 di Ruang Terbatas

1) Persyaratan keselamatan ruang terbatas

a) Persyaratan umum (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan

Kerja, 2006)

(1) Pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat kerja.

(2) Pengurus wajib menginformasikannya kepada pekerja dengan memasang

tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan

lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan

ijin khusus tersebut.

Catatan: tanda bertuliskan BAHAYA RUANG TERBATAS DENGAN

IJIN KHUSUS, DILARANG MASUK atau menggunakan kalimat lain

dengan maksud yang sama.

Gambar 2. Safety Sign di Ruang Terbatas


Sumber : Martono, 2019

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

(3) Jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkan memasuki

ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib melakukan langkah-

langkah untuk mencegah dan melarang pekerja memasuki ruang terbatas

tersebut.

b) Persyaratan untuk ruang terbatas dengan ijin khusus

Jika pengurus memperbolehkan pekerja memasuki ruang terbatas dengan

ijin khusus, pengurus wajib mengembangkan dan mengimplementasikan

program tertulis seperti diatur dalam pedoman ini. Program tertulis tersebut

harus diketahui oleh pekerja dan perwakilannya. Persyaratan yang wajib

dilakukan untuk memasuki ruang terbatas dengan ijin khusus meliputi

(Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006):

(1) Jika penutup akses/pintu masuk dibuka, pada jalur tersebut harus dipasang

selusur, penutup sementara atau penghalang sementara lainnya untuk

mencegah masuknya pekerja tanpa disengaja dan untuk melindungi

pekerja di dalam ruang terbatas tersebut dari masuknya benda asing ke

dalam ruangan.

(2) Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan harus diuji

terlebih dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen, gas dan uap yang

mudah terbakar dan kontaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan

peralatan yang telah dikalibrasi.

(3) Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu. Alat bantu

ventilasi (blower) adalah mesin atau alat yang digunakan untuk

menaikkan atau memperbesar tekanan udara atau gas yang akan dialirkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

dalam suatu ruangan tertentu juga sebagai pengisapan atau pemvakuman

udara atau gas tertentu. Ketentuan penggunaan ventilasi (blower) sebagai

berikut:

(a) Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum udara berbahaya di

dalamnya dibersihkan terlebih dahulu.

(b) Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat

mencapai area dimana pekerja akan berada dan harus berlangsung

terus menerus selama pekerja berada di dalam. Pengaturan aliran

udara tersebut harus diperoleh dari sumber yang bersih dan tidak

boleh meningkatkan bahaya dalam ruangan.

Gambar 3. Sistem Ventilasi di Ruang Terbatas


Sumber : Martono, 2019

(c) Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin

untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara dapat mencegah

akumulasi udara yang berbahaya dalam ruangan.

(d) Jika terdeteksi udara berbahaya selama kegiatan berlangsung: setiap

pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas tersebut secepatnya,

ruangan harus dievaluasi untuk menentukan bagaimana udara

berbahaya tersebut dapat terjadi dan harus dilakukan pemeriksaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

untuk melindungi pekerja dari udara berbahaya tersebut sebelum

kegiatan berikutnya berlangsung.

2) Persyaratan kesehatan untuk orang yang bekerja di ruang terbatas (Direktorat

Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) :

a) Bekerja di ruang terbatas dapat memberikan tekanan fisik dan psikologis. Hal

ini dikarenakan kualitas penerangan yang buruk dan ruangan yang sempit,

dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan keseimbangan karena

menurunnya fungsi koordinasi dan peredaran darah yang tidak normal.

b) Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam

keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa kesehatan

kerja bahwa petugas tersebut tidak mempunyai riwayat :

(1) Sakit sawan atau epilepsy.

(2) Penyakit jantung atau gangguan jantung.

(3) Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan.

(4) Gangguan pendengaran.

(5) Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan

disorientasi.

(6) Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya.

(7) Gangguan atau sakit tulang belakang

(8) Kecacatan penglihatan permanen.

(9) Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama bekerja

di ruang terbatas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

3) Pengujian sebelum memasuki confined space

a) Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan harus diuji

terlebih dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen, gas dan uap yang mudah

terbakar dan kontaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan peralatan

yang telah dikalibrasi.

(1) Pengujian Oksigen

Kandungan oksigen di dalam ruang terbatas harus berada diantara

19,5 – 23,5% apabila kandungan oksigen kurang dari 19,5%, maka tidak

boleh dimasuki oleh seseorang. Pengujian kadar oksigen harus dilakukan

oleh atau di bawah pengawasan supervisor sesegera mungkin sebelum

ruang terbatas dimasuki oleh pekerja.

Gambar 4. Skala Oksigen


Sumber : Tarwaka, 2016

(2) Pengujian udara mudah terbakar dan udara beracun

Pengujian gas dilaksanakan pada tempat yang diduga terdapat gas

yang berbahaya. Metode dari pengujian gas adalah sebelum menggunakan


commit
peralatan yaitu gas detector. to Detector
Gas user merupakan suatu alat yang
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

digunakan untuk mendeteksi (mengetahui) keberadaan gas. Gas detector

sangatlah penting karena banyak gas kimia beracun yang mungkin

menyatu dengan udara dan membahayakan keselamatan manusia,

terlebih di tempat yang terekspos bahan-bahan kimia. Petugas yang akan

melakukan pengujian gas harus memahami dan mengerti informasi

mengenai alat yang akan digunakan. Selain itu, peralatan uji gas harus

terkalibrasi.

Tahapan yang harus dilaksanakan sebelum pengujian gas adalah

identifikasi zat-zat dan gas-gas yang berbahaya. Pengetesan awal

dilakukan setelah area kerja terisolasi dan siap untuk dilakukan deteksi

gas. Petugas yang melakukan pengetesan gas harus menggunakan alat

pelindung diri yang lengkap seperti respirator, atau Self Contained

Breathing Aparatus. Saat pengukuran, jika alarm pada alat test berbunyi

maka menandakan terdapat gas berbahaya. Jika ditemukan gas berbahaya

di lokasi kerja maka area kerja harus dikosongkan hingga kondisi aman

seperti sedia kala.

(a) Pengujian udara mudah terbakar

Ambang ledakan (atau explosive limit) dari sebuah gas atau uap,

adalah batas-batas konsentrasi suatu gas di udara, yang diperlukan

untuk meledak. Setiap gas memiliki dua ambang ledakan, yaitu

ambang ledakan bawah (Lower Explosive Limit / LEL) dan ambang

ledakan atas (Upper Explosive Limit /UEL). Jika konsentrasi gas

tersebut berada di bawah LEL, maka ledakan tidak akan terjadi karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

kurangnya bahan bakar; jika konsentrasi berada di atas UEL, maka

tidak tersedia cukup oksigen untuk memulai reaksi. Suasana yang

mudah terbakar juga bisa timbul dari atmosfer yang mengandung lebih

dari 23,5% oksigen.

Tabel 1. Batas Eksplosif Gas dan Vapor

No Gas/ Vapor Lower Explosive Upper Explosive


Limit / LEL (%) Limit /UEL (%)
1 Acetone 2,6 12,8
2 Ammonia 16,0 25,0
3 Benzene 1,3 7,1
4 Ethyl Alcohol 3,3 19,0
5 Gasoline 1,4 7,6
6 Hexane 1,1 7,5
7 Hydrogen Sulphide 4,0 44,0
8 Methane 5,0 15,0
9 Methyl Alcohol 7,3 36,0
10 Propane 2,4 9,5
11 Toluene 1,2 7,1
12 Xylene 1,1 7,0
Sumber : Tarwaka, 2016

(b) Pengujian udara beracun

Kadar udara beracun diukur dalam parts per million (ppm). Di

bawah ini standar batas minimal kadar udara beracun di dalam ruang

terbatas yang diperkenankan.

Tabel 2. Standar Batas Minimal Kadar Udara Beracun yang


Diperkenankan dalam Ruang Terbatas
No Jenis Gas Batas Minimal 8 Batas Minimal
Jam Kerja Shift 15 Menit Kerja
(ppm) (ppm)
1 Benzene (C6H6) 1 5
2 Hydrogen Sulphide 5 20
(H2S) commit to user
3 Carbon Dioxide (CO2) 5 30
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Sambungan
4 Carbon Monoxide (CO) 25 50
5 Nitrogen Dioxide (NO2) 1 3
6 Nitrogen Monoxide (NO) 25 50
7 Sulphur Dioxide (SO2) 2 5
Sumber : IACS dalam Tarwaka, 2016

Gambar 5. Pengujian Udara di Ruang Terbatas


Sumber : NIOSH, 1987

(3) Pengukuran Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat- alat proses produksi dan/atau alat- alat kerja yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan

dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar. NAB kebisingan

adalah 85 dBA dengan paparan 8 jam/hari. Pengukuran kebisingan

lingkungan menggunakan alat Sound Level Meter.

(4) Pengukuran Iklim Kerja

Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisika yang menimbulkan

potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap

tenaga kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin

dengan kadar yang melebihi NAB selama 8 jam kerja per hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Tabel 3. Nilai Ambang Batas Iklim Lingkungan Kerja Industri

Sumber: Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5


Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja
Catatan:

(a) ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe

Temperature) merupakan indikator iklim lingkungan kerja .

(b) ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1

Suhu Kering.

(c) ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

b) Pengujian awal dilakukan oleh petugas yang kompeten untuk menguji kadar

udara di dalam ruang terbatas atau dapat menggunakan orang atau lembaga

penguji dari eksternal perusahaan.

c) Pengujian dan pemantauan ruangan diperlukan untuk menentukan apakah

kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dapat

dipertahankan selama kegiatan berlangsung.

4) Pengaturan sistem isolasi

Setiap pekerja yang akan memasuki ruang terbatas, harus mematikan segala

macam jenis energi dengan tujuan pencegahan kecelakaan melalui isolasi energi

berbahaya terhadap pekerja yang dapat terpapar langsung dari energi berbahaya

tersebut. Isolasi sumber energi meliputi (NIOSH, 1987) :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

a) Penguncian dan pelabelan atau LOTO pada alat isolasi energi, meliputi

memutus pada sumber tenaga listrik (stopkontak) dan pada peralatan atau

bagian mesin yang berputar.

Gambar 6. Ilustrasi Lock Out.


Sumber : NIOSH, 1987.

b) Pembuangan atau pengosongan energi sisa seperti pengosongan material

dalam ruang tebatas, pembuangan sisa tekanan dalam perpipaan ”bleed off”

pengosongan gas (vent) dan pengosongan cairan (drain).

c) Isolasi dengan penghalangan secara fisik, dengan menyelipkan bahan penyekat

(spade/spectacle blind) yang sesuai dengan tingkat kemampuan bahan dari

bagian pipa proses yang diisolasi.

Gambar 7. Sistem Isolasi Energi Blanking


Sumber : NIOSH, 1987

d) Pengujian apakah energi masih ada, misalnya dengan mencoba menekan

tombol ”start” atau pengetesan dengan alat pengukur listrik (test pen).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

5) Penyediaan peralatan tambahan

Penyediaan peralatan berikut seperti dibawah ini dan memastikan bahwa

pekerja menggunakan peralatan tersebut dengan baik meliputi :

a) Peralatan komunikasi. Peralatan ini digunakan untuk memantau status petugas

utama dan untuk memudahkan petugas madya memberitahu petugas utama

bila diperlukan evakuasi dari ruangan. Komunikasi diantara pekerja yang

berada di dalam dan di luar ruang terbatas diperlukan baik dengan cara

pandangan (visual) maupun suara (voice). Bagaimanapun, bila dua cara itu

dianggap kurang memadai atau tidak bisa diandalkan maka harus disediakan

cara lain seperti radio dua arah (HT), headset (sound powered headset),

telepon lapangan atau bahkan tali tarik (tugs on a rope).

b) Peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar pekerja dapat melihat

dengan jelas dalam bekerja dan untuk keluar secepatnya dari ruangan, dalam

keadaan gawat darurat.

c) Peralatan lain, seperti tangga diperlukan agar petugas utama dapat keluar

masuk ruang dengan aman.

d) Tanda bahaya dan papan informasi. Bertujuan untuk memberitahu tenaga

kerja yang tidak berkepentingan agar tidak berada atau memasuki di area

ruang terbatas. Tanda bahaya dapat berupa safety sign atau safety line yang

dipasang di depan manhole. Papan informasi digunakan untuk menempelkan

formulir JSA dan safety permit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

6) Penggunaan APD

a) Pengertian APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja

terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2014). Adapun

syarat-syarat APD agar dapat dipakai dan efektif dalam penggunaan dan

pemiliharaan APD sebagai berikut :

(1) Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada

pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.

(2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman

dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.

(3) Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.

(4) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

(5) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta

gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup

lama.

(6) Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda

peringatan.

(7) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan

b) Jenis- jenis APD pada pekerjaan confined space

Alat pelindung diri pada pekerjaan confined space seperti alat pelindung

kepala (safety helmet), pelindung pakaian, sarung tangan, peralatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

pernafasan, penutup telinga, sepatu pelindung dan alat pelindung mata.

Peralatan itu hanya berfungsi untuk mengurangi akibat dari bahaya yang bisa

menimpa pemakai alat pelindung diri tersebut.

(1) Alat pelindung kepala (safety helmet)

Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari

benturan, benda tajam atau benda keras, kejatuhan atau terpukul oleh

benda-benda yang melayang atau meluncur di udara, radiasi panas, api dan

percikan bahan-bahan kimia (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan

Kesehatan Kerja, 2011). Bagian dalam dari topi pengaman biasanya

dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk menyerap

keringat dan juga untuk mengatur pertukaran udara. Khusus bagi pekerja

tambang dan terowongan, safety helmet dilengkapi dengan lampu pada

bagian depannya.

Gambar 8. Alat Pelindung Kepala (Safety Helmet)


Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(2) Pakaian pelindung

Alat pelindung badan ini berfungsi untuk melindungi badan dari

temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair,

semburan dari tekanan yang bocor dan kontaminasi debu agar tidak kontak

langsung dengan kulit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Gambar 9. Pakaian Pelindung


Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(3) Alat pelindung mata

Alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan

dari bahan-bahan korosif, kemasukan debu atau partikel kecil yang

melayang ke udara, paparan gas-gas atau uap yang dapat menyebabkan

iritasi pda mata, dan benturan benda keras ( Desy, 2009). Macam- macam

alat pelindung mata adalah :

(a) Kacamata goggles

Kacamata bentuk framennya dalam, yang digunakan untuk

melindungi mata dari bahaya gas-gas, uap-uap, larutan bahan kimia

korosif dan debu-debu.

(b) Face shield (pelindung wajah) memberikan perlindungan wajah

menyeluruh dan sering digunakan pada operasi peleburan logam,

percikan bahan kimia atau partikel yang halus dan berbahaya

misalnya debu dan lain-lain. Alat pelindung wajah yang lain adalah

welding helmets (topeng las) berfungsi memberikan perlindungan

pada wajah dan mata.

(c) Welding Helmets berfungsi memberikan perlindungan pada wajah dan

mata pada proses pengelasan yang berfungsi sebagai pelindung


commitdiri
sekunder untuk melindungi to dari
userUV, panas dan tubrukan.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

(a) (b) (c)


Gambar 10. Alat Pelindung Mata
Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(4) Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga ini bekerja sebagai penghalang antara sumber

bising dan telinga dalam. Selain dapat berfungsi melindungi telinga dari

ketulian akibat kebisingan tetapi juga untuk melindungi telinga dari

percikan api atau logam–logam yang panas misalnya pada pengelasan

(Fauzia, 2015). Alat pelindung telinga meliputi:

(a) Sumbat telinga (Ear plug)

Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan

sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari kapas hanya dapat

digunakan untuk sekali pakai, sedangkan yang terbuat dari bahan

karet dan plastik dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat

mengurangi intensitas suara sampai 25-30 dB (A).

(b) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari 2 buah tutup telinga

dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau

busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Alat ini

dapat mengurangi intensitas suara sampai 34- 45 dB (A) dan juga

dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau

percikan bahan kimia.commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

(a) (b)

Gambar 11. Alat Pelindung Telinga (Ear Plug dan Ear Muff)
Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(5) Alat pelindung pernafasan

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari

risiko paparan gas, uap dan debu atau udara terkontaminasi atau beracun

(Fauzia, 2015). Secara umum, jenis alat perlindungan pernafasan meliputi:

(a) Masker

Alat pelindung pernafasan ini terbuat dari kain kasa atau busa

didesinfektan terlebih dahulu. Pada umumnya masker digunakan untuk

mengurangi masuknya debu ke saluran pernafasan.

(b) Respirator

Masker respirator merupakan sebuah alat safety yang secara khusus

dirancang untuk melindungi pemakainya dari menghirup sesuatu dapat

membahayakan kesehatan seperti misalnya menghirup debu, asap, uap,

gas berbahaya dan partikel berbahaya lainnya yang mungkin

ditemukan di lingkungan kerja. Respirator dapat dibedakan menjadi 2

bagian yaitu :

(i) Air purifying respirator adalah alat pernafasan dengan permunian

udara, digunakan jika udara mengandung cukup oksigen tetapi


commit(kontaminasi)
mengandung pencemaran to user yang berbahaya.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

(ii) Air Supplying Respirator/ Breathing Apparatus. Respirator ini

tidak dilengkapi dengan filter maupun adsorbent. Cara air supply

respirator atau breathing apparatus melindungi pemakainya dari

pemaparan zat-zat kimia yang sangat toksik atau dari bahaya

kekurangan oksigen adalah dengan mensuplay udara (compressed

air) atau oksigen kepada pemakainya..

Gambar 12. Jenis Respirator (Air Purifying Respirator dan


Air Supplying Respirator)
Sumber : NIOSH, 1987

(6) Alat pelindung kaki

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi kaki dari benda-

benda keras, keras tajam, logam/ kaca, larutan kimia, benda panas, kontak

dengan arus listrik (Fauzia, 2015). Menurut jenis pekerjaan yang

dilakukan, sepatu keselamatan dibedakan sebagai berikut:

(a) Sepatu pelindung (safety shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan

fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda

panas, cairan kimia dan sebagainya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Gambar 13. Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)


Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(b) Sepatu karet, berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat

yang becek atau berlumpur. Dilapisi dengan bahan metal untuk

melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia

dan sebagainya.

Gambar 14. Alat Pelindung Kaki (Sepatu Karet)


Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(7) Sarung tangan

Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi

tangan dari bahaya seperti terpotong, terluka, terbakar, tertusuk, lecet,

patah, amputasi dan terkena bahan kimia yang berbahaya dan lain – lain

(Fauzia, 2015).

(a) Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi

tangan dan tergores, tersayat dan luka ringan.

(b) Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakan untuk melindungi

tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

(c) Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi

tangan dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak.

(d) Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari

kontak dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan

tinggi.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 15. Sarung Tangan


Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

(8) Tali pengaman (safety harness)

Tali pengaman berfungsi untuk melindungi tubuh dari kemungkinan

jatuh dari ketinggian. Tenaga kerja harus memakai safety harness pada

ketinggian lebih dari 1,8 meter.

Gambar 16. Tali Pengaman (Safety Harness)


Sumber : PT Petrokimia Gresik, 2019

7) Sistem Perijinan atau safety permit

Ijin masuk atau safety permit merupakan alat administratif yang digunakan
commit
untuk mencatat bahwa penilaian to user
bahaya telah dilakukan pada setiap saat
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

memasuki ruang tertutup. Tujuan dari sistem ijin kerja adalah untuk pencegahan

kecelakaan melalui pengawasan secara langsung pekerjaan di lapangan, sebagai

dokumen sah tentang prosedur kerja, sarana pertanggungjawaban dari setiap

komponen kerja di tempat dan lokasi yang mengandung potensi bahaya serta

untuk menjembatani ketimpangan komunikasi antara setiap pihak di tempat

kerja yang mengandung potensi bahaya (Nareshwari, 2017). Sebelum kegiatan

dilangsungkan, pengurus wajib mendokumentasikan kelengkapan langkah-

langkah pencegahan seperti yang telah diatur, meliputi (Direktorat Pengawasan

Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006) :

a) Ruang terbatas dengan ijin khusus yang akan dimasuki.

b) Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya.

c) Tanggal dan durasi kegiatan yang telah disahkan dalam ijin kegiatan.

d) Petugas-petugas utama yang bekerja dalam ruangan, baik dengan penulisan

nama atau cara lain (seperti penggunaan jadwal kerja) untuk memudahkan

petugas madya mengetahui petugas utama yang akan bekerja dalam ruangan

untuk jangka waktu tertentu, dengan cepat dan akurat.

e) Nama pekerja yang bertugas sebagai petugas madya.

f) Nama ahli K3 yang bertugas, dengan spasi untuk tanda tangan atau initial ahli

K3 yang mensahkan kegiatan.

g) Bahaya dari ruangan yang akan dimasuki.

h) Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan untuk

menghilangkan atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas dengan ijin

khusus tersebut sebelum dimulai kegiatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

i) Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan.

j) Hasil dari pengujian awal dan berkala disertai nama atau inisial petugas

penguji dan waktu pengujian dilaksanakan.

k) Tim penyelamat dan tim tanggap darurat yang dapat dipanggil dan cara untuk

memanggilnya (seperti peralatan yang digunakan dan nomor yang dapat

dihubungi).

l) Prosedur komunikasi yang digunakan oleh petugas utama dan petugas madya

untuk mempertahankan hubungan selama kegiatan berlangsung.

m) Peralatan, seperti APD, peralatan pengujian, alat komunikasi, system alarm,

alat-alat penyelamatan yang harus disediakan seperti yang diatur dalam

pedoman ini.

n) Informasi lain yang dirasakan perlu, sesuai dengan kondisi ruangan, untuk

memastikan keselamatan pekerja.

o) Ijin tambahan lainnya, seperti untuk melakukan kerja panas, yang telah

dikeluarkan untuk mengesahkan pekerjaan tersebut dalam ruang terbatas

dengan ijin khusus.

p) Ahli k3 wajib menghentikan kegiatan dan membatalkan ijin kegiatan bila:

(1) Kegiatan seperti yang dicantumkan dalam surat ijin yang telah

dilaksanakan, atau

(2) Kondisi yang tidak diperbolehkan dalam ijin kegiatan timbul dalam

ruangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

8) Pelatihan untuk pekerja yang masuk dalam confined space

Semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan di ruang terbatas harus sudah

dilatih, agar dapat memahami dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk melakukan tugasnya dengan aman. Berdasarkan hasil penelitian

(Ratih, 2018) terdapat korelasi kuat antara pengetahuan dengan perilaku

penerapan SOP bekerja di confined space yang berarti semakin baik tingkat

pengetahuan tenaga kerja, maka perilaku tenaga kerja dalam penerapan standar

bekerja dengan aman lebih baik.

Pengurus wajib memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja yang

pekerjaannya diatur dalam pedoman ini agar dapat memahami dan memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugasnya

dengan aman. (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja,

20016). Pelatihan diberikan kepada setiap pekerja yang terlibat kegiatan dalam

ruang terbatas dengan ijin khusus, saat:

a) Sebelum pekerja tersebut memulai tugasnya.

b) Sebelum terjadi perubahan tugas.

c) Jika terjadi perubahan pada kegiatan dalam ruangan dengan ijin khusus yang

menyebabkan timbulnya bahaya baru yang belum dilatihkan kepada pekerja.

d) Jika pengurus yakin terjadi penyimpangan prosedur kegiatan sebagaimana

diatur dalam pedoman ini atau bila pengetahuan pekerja dalam melaksanakan

prosedur ini dirasa kurang.

Materi pelatihan harus memenuhi standar keterampilan pekerja dalam

melaksanakan tugasnya dan memperkenalkan prosedur baru maupun yang telah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

direvisi bila dianggap perlu. Penyelenggaran pelatihan wajib memberikan

sertifikat kelulusan untuk pelatihan yang telah dilaksanakan. Sertifikat tersebut

memuat nama masing-masing pekerja, tanda tangan atau inisial pelatih, dan

tanggal pelatihan (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja,

20016). Sumber daya manusia harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan

dengan sertifikat dan kewenangan di bidang K3 (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun 2012).

9) Tugas dan tanggungjawab Petugas Utama dan Petugas Madya

Petugas K3 confined Space terdiri dari 2 (dua) jenjang meliputi petugas

madya dan petugas utama. Petugas madya berarti pekerja yang berjaga di luar satu

atau lebih ruang terbatas yang membutuhkan ijin khusus, yang bertugas

mengawasi petugas utama, dan melakukan seluruh tugas petugas madya sesuai

dengan program pengawasan ruang terbatas. Sedangkan petugas utama berarti

pekerja yang telah diberi wewenang oleh pengurus untuk memasuki dan

melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus

(Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, 2006)

a) Petugas utama, bertanggungjawab untuk:

(1) Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk

modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami.

(2) Melakukan komunikasi dengan petugas madya bila diperlukan untuk

memudahkan petugas madya memantau status petugas utama dan untuk

memudahkan petugas madya memberitahu petugas utama bila diperlukan

evakuasi dari ruangan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

(3) Memberitahu petugas madya bila petugas utama menyadari adanya tanda

atau gejala bahaya akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya dan

petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang.

(4) Keluar dari ruangan secepat mungkin bila:

(a) Ada perintah evakuasi dari petugas madya atau Ahli K3.

(b) Petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya akibat

paparan terhadap situasi yang berbahaya.

(c) Petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, atau

(d) Sinyal tanda evakuasi dinyalakan.

b) Petugas Madya, bertanggung jawab untuk:

(1) Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk

modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami.

(2) Sadar akan efek dari paparan bahaya terhadap tingkah laku petugas utama.

(3) Secara kontinyu mampu mempertahankan jumlah akurat dari petugas

utama dalam ruangan dan memastikan cara untuk mengidentifikasi petugas

utama yang berada dalam ruangan terbatas dengan ijin khusus tersebut

secara akurat.

(4) Tetap berada di luar ruangan dengan ijin khusus selama kegiatan

berlangsung sampai digantikan oleh petugas lainnya.

(5) Berkomunikasi dengan petugas utama bila diperlukan untuk memonitor

status petugas utama tersebut dan memberitahu petugas utama bila perlu

dilakukan evakuasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

(6) Memantau aktivitas di dalam dan di luar ruangan untuk menentukan

apakah aman bagi petugas utama untuk tetap berada di dalam ruangan.

(7) Memerintahkan petugas utama untuk evakuasi secepatnya bila terjadi

keadaan berikut:

(a) Jika petugas madya mendeteksi adanya kondisi terlarang,

(b) Jika petugas madya mendeteksi adanya efek dari paparan bahaya

terhadap tingkah laku petugas utama.

(c) Jika petugas madya mendeteksi adanya situasi di luar ruangan yang

dapat membahayakan petugas utama, atau

(d) Jika petugas madya tidak dapat melakukan tugasnya dengan aman

dan efektif

(8) Memanggil tim penyelamat atau tim tanggap darurat lainnya secepat

mungkin bila petugas madya mengetahui bahwa petugas utama

membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dalam

ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut.

(9) Mengambil langkah-langkah berikut ini bila petugas yang tidak berwenang

mendekati atau memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung:

(a) Memperingatkan petugas yang tidak berwenang tersebut untuk

menjauhi ruangan.

(b) Memberitahu petugas yang tidak berwenang tersebut untuk keluar

secepatnya jika mereka telah memasuki ruangan, dan

(c) Memberitahu petugas utama dan Ahli K3 jika petugas yang tidak

berwenang telah memasuki ruangan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

(10) Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas

utamanya untuk memantau dan melindungi petugas utama

c) Ahli K3 pengurus wajib memastikan bahwa setiap Ahli K3:

1) Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk

modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami.

2) Melakukan verifikasi, dengan cara memastikan bahwa kegiatan yang

dilakukan telah sesuai dengan ijin kegiatan, bahwa seluruh pengujian yang

dijelaskan dalam ijin kegiatan telah dilakukan dan bahwa seluruh prosedur

dan peralatan yang dijelaskan dalam ijin kegiatan berada di tempatnya

sebelum mengesahkan ijin kegiatan dan memperbolehkan kegiatan

dilaksanakan.

3) Memastikan tersedianya tim penyelamat dan cara yang digunakan untuk

memanggil mereka dapat dilakukan.

4) Mengeluarkan petugas yang tidak berwenang yang mencoba atau telah

memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung.

5) Memastikan, bila terjadi pergantian tanggung jawab kegiatan dalam

ruangan, bahwa kegiatan dalam ruangan tetap sesuai seperti yang

dinyatakan dalam ijin kegiatan dan bahwa kondisi yang masih

diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dapat dipertahankan.

10) Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat

a) Pengurus yang menentukan tim penyelamat dan tanggap darurat, wajib:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

(1) Melakukan evaluasi terhadap kemampuan tim penyelamat menanggapi

panggilan dalam waktu yang tepat, dengan asumsi bahaya telah

diidentifikasi.

(2) Melakukan evaluasi terhadap kemampuan tim penyelamat, dalam hal

kecakapannya terkait dengan tugas dan peralatan penyelamatan, agar dapat

berfungsi dengan baik selama proses penyelamatan petugas utama dari

ruang terbatas dengan ijin khusus tertentu.

(3) Memilih tim penyelamat yang telah dievaluasi tersebut yang:

(a) Mempunyai kemampuan menyelamatkan korban dalam jangka waktu

sesuai bahaya yang dihadapi.

(b) Mempunyai peralatan yang memadai dan mampu melakukan

penyelamatan yang diperlukan dengan baik.

(c) Menginformasikan tim penyelamat mengenai bahaya yang mungkin

dihadapi bila dipanggil untuk melakukan penyelamatan.

(d) Memberi akses ke seluruh ruang terbatas dengan ijin khusus dimana

penyelamatan mungkin diperlukan agar tim penyelamat dapat

membuat dan mengembangkan rencana dan praktik operasi

penyelamatan yang sesuai.

b) Pengurus yang pekerjanya telah dipilih sebagai tim penyelamat dan tanggap

darurat wajib melakukan langkah-langkah berikut ini:

(1) Memberikan APD yang diperlukan untuk melakukan penyelamatan dari

ruang terbatas dengan ijin khusus kepada seluruh pekerja yang terlibat dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

melatih pekerja tersebut mengenai penggunaan APD yang tepat, tanpa

membebani pekerja dengan biaya tertentu.

(2) Memberikan pelatihan kepada petugas yang terlibat untuk melaksanakan

tugas penyelamatan. Pengurus harus memastikan pekerja tersebut

menyelesaikan pelatihan yang diperlukan guna mendapatkan kecakapan

sebagai petugas utama.

(3) Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai P3K. Pengurus wajib

memastikan bahwa sedikitnya satu anggota tim mempunyai sertifikasi

dalam melakukan P3K.

(4) Memastikan bahwa petugas yang terlibat berlatih melakukan penyelamatan

dari ruang terbatas dengan ijin khusus minimal setiap 12 bulan sekali,

dengan cara simulasi operasi penyelamatan menggunakan boneka,

manekin atau manusia dari ruangan yang sesungguhnya atau yang

menyerupainya.

c) Untuk melakukan penyelamatan tanpa harus memasuki ruangan, sistem

tersebut harus memenuhi persyaratan berikut ini

(1) Setiap petugas utama wajib menggunakan sabuk pengaman sebatas dada

atau seluruh tubuh, dengan tali penyelamat pada pertengahan punggung

petugas setinggi bahu, di atas kepala, atau pada titik lain dimana dapat

dilakukan penyelamatan pekerja dengan baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Gambar 17. Penyelamatan Tanpa Memasuki Confined Space


Sumber : Modul Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2011

(2) Ujung lain dari tali penyelamat dikaitkan pada alat mekanis atau pada titik

yang stabil dan menetap di luar ruangan, sedemikian rupa sehingga proses

penyelamatan dapat dilakukan sesegera mungkin bila dirasakan perlu. Alat

mekanis wajib tersedia untuk mengeluarkan pekerja dari ruang terbatas

dengan posisi vertical dengan kedalaman lebih dari 5 kaki (1,52 m)

(3) Jika petugas utama yang terluka tersebut terpapar dengan substansi,

dimana dijelaskan dalam LDKB atau keterangan lain yang serupa bahwa

substansi tersebut harus tetap berada di tempat kerja, LDKB atau

keterangan lain tersebut harus tersedia dan sebagai petunjuk tindakan

pertolongan yang harus dilakukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Sumber Bahaya

Area Confined Space


(Manhole Boiler)

Potensi Bahaya

Prosedur

Pelaksanaan

Persyaratan Regulasi (Direktorat Jendaral Pengawasan


Keselamatan Kerja 2006) tentang Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Ruang Terbatas (confined space)

Sesuai Tidak Sesuai

RISIKO KECELAKAAN

UPAYA PENGENDALIAN

AMAN

commit to user
Gambar 18. Bagan Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai