Anda di halaman 1dari 14

Bab 6_ PENCEGAHAN PENYAKIT DALAM BEKERJA

A. Bahaya di tempat kerja


Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Oleh karena itu
perlu melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.
Potensi Bahaya
adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian.
Risiko
adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya
kejadian tersebut.
Tabel Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada dampak
korban

Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D

Potensi bahaya Potensi bahaya Risiko terhadap


yang menimbulkan yang menimbulkan kesejahteraan atau Potensi bahaya
risiko dampak risiko langsung kesehatan sehari- yang menimbulkan
jangka panjang pada keselamatan hari risiko pribadi dan
pada kesehatan psikologis

Bahaya factor kimia Kebakaran Air Minum Pelecehan,


(debu, uap logam, termasuk intimidasi
uap) Bahaya faktor Listrik Toilet dan fasilitas dan pelecehan
biologi (penyakit mencuci seksual
dan
gangguan oleh
virus, bakteri,
binatang dsb.)

Cara bekerja dan Potensi bahaya Ruang makan Terinfeksi


bahaya factor Mekanikal (tidak HIV/AIDS
ergonomis (posisi adanya pelindung Kantin Kekerasan di
bangku kerja, mesin)
pekerjaan berulang- tempat kerja
ulang, jam kerja
yang lama)

Potensi bahaya House keeping P3K di tempat kerja Stress


lingkungan yang (perawatan buruk
disebabkan oleh pada peralatan) Transportasi Narkoba di tempat
polusi pada kerja
perusahaan di
masyarakat

1 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja , antara lain : faktor
bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya
biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis.

Tabel daftar singkat bahaya dari faktor-faktor bahaya :

Faktor bahaya 1. Jamur.


Biologi 2. Virus.
3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang

Faktor bahaya 1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap


Kimia Berbahaya.
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.

Faktor bahaya 1. Ketinggian.


Fisik / Mekanik 2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.
6. Kebisingan.
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.

Faktor bahaya 1. Gerakan Berulang.


Biomekanik 2. Postur/Posisi Kerja.
3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin

Faktor bahaya 1. Stress.


Sosial 2. Kekerasan.
Psikologis 3. Pelecehan.
4. Pengucilan.
5. Intimidasi.
6. Emosi negatif

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para
pekerja, yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Pasal 86, UU No. 13 Tahun 2003. Aturan
tersebut menjelaskan tentang betapa pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

2 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


Terlepas dari aturan tersebut, risiko bahaya kerja tidak akan bisa dihalau sepenuhnya.

Maka dari itu, wajib bersikap waspada di segala kondisi agar kesehatan selalu terjaga apa pun jenis
pekerjaannya.

1. Bahaya Kerja Kimiawi

Bahan kimia bisa berbahaya dan beracun bagi


tubuh manusia, apalagi jika terpapar dalam jumlah
banyak. Zat tersebut bisa masuk ke tubuh melalui
hidung, kulit, mata, mulut; dalam bentuk gas, uap,
dan aerosol.

2. Bahaya Kerja Fisik


Jenis bahaya kerja fisik dapat berupa bising, vibrasi, suhu lingkungan yang ekstrem, dan radiasi.
Bising secara konstan yang dirasakan oleh pekerja bangunan bisa menimbulkan ketulian.
Vibrasi atau getaran akibat penggunaan mesin atau alat dalam waktu lama dapat menyebabkan nyeri
otot, mual, hingga gangguan pembuluh darah.
Sedangkan untuk suhu lingkungan dan radiasi sinar-X atau gamma, paparannya dapat merusak
ikatan kimia di jaringan tubuh apabila terpapar dalam jumlah besar.

3. Bahaya Kerja Ergonomi


Ergonomi adalah bidang studi yang berhubungan dengan mendesain peralatan, mesin, proses, dan
tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan pengguna.
Gerakan berulang atau posisi yang menetap selama melakukan pekerjaan tersebut dapat
menimbulkan keluhan pegal linu, nyeri sendi, sakit pinggang, atau masalah lain yang lebih parah lagi

4. Bahaya Kerja Biologi


Tenaga kesehatan merupakan pekerjaan yang paling terancam dari bahaya kerja biologi.
Penyakit akibat bakteri dan virus, seperti tuberkulosis, hepatitis B dan C, serta HIV/AIDS rentan
menular ke tenaga kesehatan.

5. Bahaya Kerja Psikologis


Gangguan psikologis juga bisa terjadi pada para pekerja. Hal yang
paling sering menyebabkannya adalah stres akibat perubahan jenis
pekerjaan, jadwal, tingkat tanggung jawab, dan perasaan tidak cocok
dengan atasan atau rekan kerja.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya mengatur waktu dengan baik.
Siapkan juga porsi waktu untuk beristirahat dan refreshing sehingga

B. Penanggulangan penyakit akibat kerja


Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan
oleh ILO (International Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi sebagai berikut:
1. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang mempunyai penyebab
yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu
agen penyebab yang sudah diakui.
2. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease adalah penyakit
yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang peranan

3 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi kompleks.
3. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working
Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
Kesehatan.

Sedangkan definisi kedua, penyakit akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan yang disebabkan
oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.
Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and Insurance Board
( 2005 ) antara lain :
 Debu , gas , atau asap
 Suara / kebisingan ( noise )
 Bahan toksik ( racun )
 Getaran ( vibration )
 Radiasi
 Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
 Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem

Klasifikasi penyakit akibat kerja


WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab
lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, yaitu:
a. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2 yang terhisap
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap.Debu silika juka banyak terdapat di
tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara.
c. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan
dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara
pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja
boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK)

4 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
a. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma akibat
kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus.
b. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh
sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan.
c. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada
beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
d. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang
berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanan di
tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan
klinis individu dari pada studi epidemiologi.
f. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena
alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
h. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan. Neuro pati
perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya,
i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum,
derivate petroleum, rokok.

Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjanya.Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
1. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
3. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja seperti yang
di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.

Cara mencegah PAK, diantaranya:


1. Pakailah APD secara benar dan teratur
2. Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3. Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.

Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi
lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat Kerja,
diantaranya:
1. Pencegahan Primer – Health Promotion
1. Perilaku Kesehatan
2. Faktor bahaya di tempat kerja
3. Perilaku kerja yang baik
4. Olahraga
5. Gizi seimbang

2. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection


1. Pengendalian melalui perundang-undangan
5 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja
2. Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
3. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
4. Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
3. Pencegahan Tersier
Early Diagnosis and Prompt Treatment
1. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
3. Surveilans
4. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
5. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
6. Pengendalian segera di tempat kerja

Perawatan dan pengobatan


Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat dilakukan dua macam terapi,
yaitu:
1. Terapi medikamentosa Yaitu terapi dengan obat obatan :
1. Terhadap kausal (bila mungkin)
2. Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering kali
hanya secara simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi
hanya mengatasi sesak nafas, nyeri dada.
2.Terapi okupasia
1. Pindah ke bagian yang tidak terpapar
2. Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik

C. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3)

SMK3 diwajibkan bagi perusahaan,


mempekerjakan lebih dari 100 org dan
mempunyai tingkat potensi bahaya
tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan
menyusun Rencana K3, dalam
menyusun rencana K3 tersebut,
p engusaha melibatkan Ahli K3, Panitya
Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(P2K3), Wakil Pekerja dan Pihak
Lain yag terkait

A. PENGENDALIAN
Dalam proses operasional dilakukan pengendalian, pengendalian meliputi: kegiatan, produk, barang
dan jasa.

6 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


Sementara itu, untuk cakupan pengendalian meliputi : bahan, peralatan, lingkungan kerja, cara
kerja, sifat kerja dan proses kerja.

Tujuan penerapan Sistim Manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) ini adalah dalam
rangka :
1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana, terukur,
terstruktur, terintegrasi
2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan
melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja

B. POTENSI TERJADI KECELAKAAN KERJA


Bila dilakukan identifikasi potensi bahaya, sehingga terjadi kecelakaan kerja maka dapat
dikatagorikan ada dua penyebab yang dominan , yaitu tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak
aman.
1. Tindakan tidak aman (unsafe action) disebabkan: kelelahan karena kurang istirahat,
jam kerja melampui ketentuan yang sudah diatur dalam undang-undang, kekurangan gizi
yaitu ketidak seimbangan antara asupan makanan dibanding dengan tenaga yang
dibutuhkan dalam bekerja , tidak kompeten karena tidak terlatih dan bekerja hingga larut
malam terus-menerus , bahkan menjelang pagi
2. Kondisi tidak aman (unsafe condition) disebabkan : cuaca ekstrim yaitu hujan badai
dan panas yang luar biasa, ruang bekerja sempit tanpa tersedianya udara segar yang
memadai, peralatan kadaluarsa yang tetap digunakan dan penerangan kurang memadai
sehingga pekerja terpaksa bekerja remang-remang dan mengakibatkan kerusakan mata.

C. PENGAWASAN
Untuk melakukan pengawasan terhadap berjalannya pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
dilaksanakan secara berjenjang yaitu :
1. Kementerian Tenaga Kerja di Pusat,
2. Dinas Tenaga Kerja di Provinsi dan,
3. Suku Dinas di Kabupaten/Kota
Dalam pengawasan dilakukan pemeriksaan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Bagiamana komitmen manajemen perusahaan tentang pelaksanaan K3, apakah ada visi,
misi dan kebijakan K3 ?
2. Bagaimana bentuk organisasi, apakah P2K3 sudah dimasukkan atau terintegrasi dalam
organisasi perusahaan ?
3. Sumber daya manusia, apakah sudah diberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai K3 ?
4. Apakah pelaksanaan undang-undang K3, dilaksanakan secara konsisten ?
5. Setiap tenaga kerja, apakah keamanan bekerja sudah dijamin ?
6. Dilakukan pemeriksaan, dan dilakukan pengujian dan dan diukur apakah SMK3 telah
dilakukan secara baik dan benar
7. Apakah Pengendalian Keadaan darurat & bahaya industri sudah dilakukan ?
8. Apakah kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja dibuat pelaporannya dan
dilakukan perbaikan, agar dapat dicegah kejadian yang sama.

7 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


9. Apakah tindak lanjut dari hasil audit, dilakukan, sehingga dapat dilakukan pencegahan
dan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan.

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
adalah pertolongan dan perawatan sementara yang dilakukan kepada korban kecelakaan di
tempat kerja menggunakan peralatan sederhana sebelum korban mendapatkan pertolongan
yang sempurna.
Meski hanya menggunakan peralatan sederhana, P3K bisa menjadi salah satu solusi untuk memberi
pertolongan secara cepat dan tepat.
Meski pertolongan pertama bukanlah penanganan yang sempurna, tapi dengan adanya P3K di
tempat kerja akan memiliki banyak manfaat dalam mencegah keparahan cidera, mengurangi
penderitaan dan bahkan menyelamatkan nyawa korban. Jika tindakan P3K tidak dilakukan saat
terjadi kecelakaan di tempat kerja, akibatnya dapat memperburuk keadaan korban bahkan
menimbulkan kematian.
Kecelakaan dalam pekerjaan memang bukan sesuatu yang diinginkan oleh siapapun, termasuk
pekerja. Meski demikian, perusahaan wajib menyediakan berbagai sarana prasarana untuk
mengantisipasi terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
Bagi perusahaan yang peduli dengan keselamatan dan kesehatan pekerjanya, menyediakan fasilitas
dan petugas P3K merupakan kewajiban yang pasti ada. Dengan adanya fasilitas dan petugas P3K
maka perusahaan dapat mengurangi berbagai konsekuensi yang ditimbulkan akibat kecelakaan
kerja.
P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yaitu upaya memberikan pertolongan pertama secara
cepat dan tepat kepada pekerja atau orang lain yang berada ditempat kerja, yang mengalami sakit
atau cidera ditempat kerja.
P3K dilakukan dengan maksud memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan
yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Tujuan P3K diantaranya :


 Menyelamatkan nyawa
 Meringankan penderitaan korban, seperti meringankan rasa nyeri
 Mencegah cedera/penyakit bertambah parah, seperti mencegah perdarahan
 Mempertahankan daya tahan korban
 Menunjang upaya penyembuhan
 Mencarikan pertolongan lebih lanjut

Tindakan P3K
Tindakan pertolongan yang perlu dilakukan, meliputi :
 Menilai situasi
Perhatikan situasi yang terjadi dengan cepat dan aman. Kenali bahaya yang mengancam
diri sendiri, korban dan orang lain. Perhatikan sumber bahaya yang ada dan jenis
8 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja
pertolongan yang tepat. Tindakan pertolongan dilakukan dengan tenang. Perhatikan juga
akan adanya bahaya susulan.
 Mengamankan tempat kejadian
Perhatikan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Utamakan keselamatan sendiri.
Jauhkan korban dari bahaya dengan cara aman dan memerhatikan keselamatan diri
sendiri (dengan alat pelindung). Singkirkan sumber bahaya (misalnya putuskan aliran
listrik, matikan mesin yang masih beroperasi) dan menghilangkan faktor bahaya (misalnya
dengan menghidupkan exhaust fan). Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu
kalau ditempat itu ada bahaya.
 Memberikan pertolongan
Yang pertama dilakukan yaitu menilai kondisi korban. Dapat dilakukan dengan cara
memeriksa kesadaran, pernapasan, aliran darah dan gangguan lokal. Lalu tentukan status
korban dan prioritas tindakan memberikan pertolongan. Pemberian pertolongan sesuai
status korban, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuhnya
-Apabila ada tanda henti nafas dan jantung, berikan resusitasi jantung paru
-Selimuti korban
-Apabila luka ringan obati seperlunya
-Apabila luka berat, segera mencari bantuan medis yang tepat
 Mencari bantuan
Bila memungkinkan, mencari bantuan orang lain untuk mengamankan tempat kejadian
kecelakaan, menelepon RS/tenaga medis, mengambil alat-alat P3K, membantu mengatasi
perdarahan, atau membantu memindahkan korban.

Sarana P3K
Untuk mendukung pelaksanaan P3K diperlukan sarana P3K, meliputi :
1Personil atau petugas P3K
Jumlah petugas P3K disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan, faktor
resiko di perusahaan dan jumlah shift kerja perusahaan. Untuk menjadi petugas P3K perlu
dilakukan seleksi personil (seleksi kepribadian, kesehatan jasmani dan rohani, dan
keterampilan). Calon petugas yang sudah diseleksi, harus mengikuti pelatihan terlebih dulu
sebelum menjalankan tugasnya.

2Ruang P3K
Ruang P3K harus cukup menampung satu tempat tidur pasien dan masih terdapat ruang gerak
untuk seorang petugas P3K dan penempatan fasilitas P3K yang lain. Kondisi ruang P3K harus
bersih, terang dan memiliki ventilasi udara yang baik. Agar mudah saat memindahkan korban,
pintu ruang P3K dibuat cukup lebar. Lokasinya mudah dijangkau dari tempat kerja, dekat dengan
kamar mandi dan jalan keluar dan tempat parkir. Ruang P3K diperlengkapi dengan sebagian
peralatan berikut ini :
 Wastafel dengan air mengalir
 Kertas tisue/lap
 Usungan/tandu
 Bidai/spalk
 Kotak P3K dan isi
 Tempat tidur dengan bantal dan selimut
 Tempat menyimpan tandu atau kursi roda
 Sabun dan sikat
 Pakaian bersih untuk penolong
 Tempat sampah dan Kursi tunggu, apabila diperlukan
 Alat evakuasi dan alat transportasi
Alat evakuasi seperti tandu, kursi roda, dan alat lainnya yang digunakan untuk memindahkan
korban ke tempat yang aman. Alat transportasi dapat berupa mobil ambulans atau kendaraan
lainnya yang digunakan untuk pengangkutan.

9 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


3Sarana tambahan
Sarana tambahan berupa alat pelindung diri, perlengkapan khusus ditempat kerja yang memiliki
potensi bahaya yang bersifat khusus.

Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan di Tempat Kerja :


1. Ruang P3K
Ruang P3K merupakan ruangan yang
disediakan dan dirancang khusus oleh
perusahaan untuk penanganan
pertama tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan maupun tempat merawat
pekerja yang sedang sakit saat bekerja.

Perusahaan yang mempekerjakan 100


orang atau lebih dan perusahaan yang
mempekerjakan kurang dari 100 orang
namun memiliki potensi bahaya tinggi
WAJIB memiliki ruang P3K.

Lokasi yang ideal untuk ruang P3K


adalah ruangan yang dekat dengan
toilet/kamar mandi, dekat jalan keluar,
mudah dijangkau dari area kerja, dan
dekat dengan tempat parkir kendaraan.

Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup untuk menampung tempat
tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan, tempat menyimpan tandu dan kursi roda, tempat
sampah, air minum, penyejuk ruangan, meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga terdapat
petugas kesehatan yang telah terlatih P3K.

10 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


2. Lemari atau Kotak P3K dan isinya

kotak p3k yang ditempel pada dinding di tempat kerja

Isi kotak P3K di Tempat Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Beberapa isi perlengkapan di kotak K3 terdiri dari : Kasa steril terbungkus, Perban, Plester, Kapas,
Kain mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan, Masker, Pinset, Lampu senter, Gelas untuk cuci mata,
Kantong plastik, Aquades, Povidon Iodin, Alkohol 70%, Buku panduan P3K, Buku catatan,
Tensimeter, Stetoskop, Daftar isi kotak, dan obat-obatan.

11 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


3. Alat Evakuasi dan Transportasi

Tandu lipat, alat k3 untuk evakuasi korban kecelakaan

Alat Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan korban kecelakaan kerja dari
lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana.

Dalam melakukan evakuasi, penolong bisa menggunakan alat transportasi seadanya, dan saat
korban dievakuasi maka penolong juga wajib melakukan perawatan darurat selama perjalanan.

Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama adalah tandu, alat
bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa menggunakan mobil ambulan atau
kendaraan lain yang dapat digunakan untuk mengangkut korban.

4. Petugas P3K

Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan korban kecelakaan kerja
sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang cekatan dan mampu mengatasi berbagai situasi
kecelakaan kerja, akan dapat mengurangi resiko akibat kecelakaan.

Rasio petugas P3K di perusahaan

12 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Per.15/Men/VIII/2008 Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja; Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan
yang memiliki resiko rendah terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk
menangani 150 tenaga kerja. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja
yang tinggi, setidaknya memiliki satu petugas untuk setiap 100 orang atau kurang.

Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :

1. Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;


2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
4. Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.

5. Fasilitas Tambahan
Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu juga membutuhkan
berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K dapat berjalan dengan baik. Fasilitas
tambahan tersebut bisa berupa alat pelindung diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat
kerja yang menangani potensi bahaya yang membutuhkan penanganan khusus.

Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3 maupun korban kecelakaan.
Hal ini disesuaikan dengan potensi bahaya di tempat kerja, misalnya alat pencuci mata, seragam anti
api, alat pembasahan tubuh cepat, dan lain sebagainya.

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan
Memberikan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan

Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K


wajib segera menolong korban. Demi
kebaikan bersama, petugas P3K harus
perhatikan prinsip dasar dalam memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan,
yaitu :

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban


berikutnya.

Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik. Sebagai petugas P3K usahakan tetap
tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga Anda tidak menjadi korban kecelakaan
berikutnya. Pastikan diri Anda dalam posisi aman untuk bisa menolong orang lain.

2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.

Untuk menangani pertolongan pertama pada kecelakaan, lakukan sesegera mungkin dengan
berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.

3. Catat semua usaha pertolongan yang telah dilakukan.

Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak lain (misalanya rumah
sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi kejadian, dan gejala penyakit yang diderita.

13 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja


Sistematika Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan
Petugas P3K di perusahaan

Menolong orang yang sedang mengalami


kecelakaan memang membutuhkan mental kuat
dan keterampilan P3K yang cukup.

Beberpa tips untuk memberikan pertolongan


pertama pada kecelakaan kerja :

1. Jangan Panik.
Meski situasi dan kondisi saat terjadi kecelakaan crowded, usahakan tetap tenang dan segera
mengambil tindakan secara tepat dan cepat.
2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya.

Menjauhkan korban kecelakaan dari tempat semula berfungsi untuk menghindari kecelakaan susulan
yang mungkin bisa saja terjadi. Selain itu, dengan menghindar dari lokasi terjadinya kecelakaan,
petugas P3K akan dapat lebih fokus mengurus korban.

3. Perhatikan pernafasan,denyut jantung, pendarahan dan tanda-tanda shock.

Jika korban kecelakaan mengalami kendala dalam pernafasan, pendarahan, dan terjadi tenda-tanda
shock maka segera beri pertolongan pertama sesuai dengan SOP.

4. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara pasti jenis dan keparahan cidera yang dialami,
kecuali bila tempat tersebut tidak memungkinkan lagi untuk melalukan perawatan. Apabila korban
hendak diusung, hentikan pendarahan dan pastikan tulang yang patah sudah dibidai.

5. Segera rujuk ke pusat pengobatan terdekat.

Pertolongan pertama pada prinsipnya adalah pertolongan sementara. Apabila korban mengalami luka
parah, jangan segan untuk merujuk ke pusat pengobatan terdekat, bisa ke puskesmas, dokter
spesialis maupun rumah sakit.

Selamat belajar, semoga sukses

14 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja

Anda mungkin juga menyukai