Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para
pekerja, yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Pasal 86, UU No. 13 Tahun 2003. Aturan
tersebut menjelaskan tentang betapa pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Maka dari itu, wajib bersikap waspada di segala kondisi agar kesehatan selalu terjaga apa pun jenis
pekerjaannya.
Sedangkan definisi kedua, penyakit akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan yang disebabkan
oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.
Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and Insurance Board
( 2005 ) antara lain :
Debu , gas , atau asap
Suara / kebisingan ( noise )
Bahan toksik ( racun )
Getaran ( vibration )
Radiasi
Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, yaitu:
a. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2 yang terhisap
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap.Debu silika juka banyak terdapat di
tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara.
c. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan
dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara
pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja
boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas.
Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjanya.Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
1. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
3. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja seperti yang
di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi
lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat Kerja,
diantaranya:
1. Pencegahan Primer – Health Promotion
1. Perilaku Kesehatan
2. Faktor bahaya di tempat kerja
3. Perilaku kerja yang baik
4. Olahraga
5. Gizi seimbang
A. PENGENDALIAN
Dalam proses operasional dilakukan pengendalian, pengendalian meliputi: kegiatan, produk, barang
dan jasa.
Tujuan penerapan Sistim Manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) ini adalah dalam
rangka :
1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana, terukur,
terstruktur, terintegrasi
2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan
melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja
C. PENGAWASAN
Untuk melakukan pengawasan terhadap berjalannya pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
dilaksanakan secara berjenjang yaitu :
1. Kementerian Tenaga Kerja di Pusat,
2. Dinas Tenaga Kerja di Provinsi dan,
3. Suku Dinas di Kabupaten/Kota
Dalam pengawasan dilakukan pemeriksaan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Bagiamana komitmen manajemen perusahaan tentang pelaksanaan K3, apakah ada visi,
misi dan kebijakan K3 ?
2. Bagaimana bentuk organisasi, apakah P2K3 sudah dimasukkan atau terintegrasi dalam
organisasi perusahaan ?
3. Sumber daya manusia, apakah sudah diberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai K3 ?
4. Apakah pelaksanaan undang-undang K3, dilaksanakan secara konsisten ?
5. Setiap tenaga kerja, apakah keamanan bekerja sudah dijamin ?
6. Dilakukan pemeriksaan, dan dilakukan pengujian dan dan diukur apakah SMK3 telah
dilakukan secara baik dan benar
7. Apakah Pengendalian Keadaan darurat & bahaya industri sudah dilakukan ?
8. Apakah kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja dibuat pelaporannya dan
dilakukan perbaikan, agar dapat dicegah kejadian yang sama.
Tindakan P3K
Tindakan pertolongan yang perlu dilakukan, meliputi :
Menilai situasi
Perhatikan situasi yang terjadi dengan cepat dan aman. Kenali bahaya yang mengancam
diri sendiri, korban dan orang lain. Perhatikan sumber bahaya yang ada dan jenis
8 | Page Bab 6 Pencegahan Penyakit Dalam Bekerja
pertolongan yang tepat. Tindakan pertolongan dilakukan dengan tenang. Perhatikan juga
akan adanya bahaya susulan.
Mengamankan tempat kejadian
Perhatikan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Utamakan keselamatan sendiri.
Jauhkan korban dari bahaya dengan cara aman dan memerhatikan keselamatan diri
sendiri (dengan alat pelindung). Singkirkan sumber bahaya (misalnya putuskan aliran
listrik, matikan mesin yang masih beroperasi) dan menghilangkan faktor bahaya (misalnya
dengan menghidupkan exhaust fan). Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu
kalau ditempat itu ada bahaya.
Memberikan pertolongan
Yang pertama dilakukan yaitu menilai kondisi korban. Dapat dilakukan dengan cara
memeriksa kesadaran, pernapasan, aliran darah dan gangguan lokal. Lalu tentukan status
korban dan prioritas tindakan memberikan pertolongan. Pemberian pertolongan sesuai
status korban, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuhnya
-Apabila ada tanda henti nafas dan jantung, berikan resusitasi jantung paru
-Selimuti korban
-Apabila luka ringan obati seperlunya
-Apabila luka berat, segera mencari bantuan medis yang tepat
Mencari bantuan
Bila memungkinkan, mencari bantuan orang lain untuk mengamankan tempat kejadian
kecelakaan, menelepon RS/tenaga medis, mengambil alat-alat P3K, membantu mengatasi
perdarahan, atau membantu memindahkan korban.
Sarana P3K
Untuk mendukung pelaksanaan P3K diperlukan sarana P3K, meliputi :
1Personil atau petugas P3K
Jumlah petugas P3K disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan, faktor
resiko di perusahaan dan jumlah shift kerja perusahaan. Untuk menjadi petugas P3K perlu
dilakukan seleksi personil (seleksi kepribadian, kesehatan jasmani dan rohani, dan
keterampilan). Calon petugas yang sudah diseleksi, harus mengikuti pelatihan terlebih dulu
sebelum menjalankan tugasnya.
2Ruang P3K
Ruang P3K harus cukup menampung satu tempat tidur pasien dan masih terdapat ruang gerak
untuk seorang petugas P3K dan penempatan fasilitas P3K yang lain. Kondisi ruang P3K harus
bersih, terang dan memiliki ventilasi udara yang baik. Agar mudah saat memindahkan korban,
pintu ruang P3K dibuat cukup lebar. Lokasinya mudah dijangkau dari tempat kerja, dekat dengan
kamar mandi dan jalan keluar dan tempat parkir. Ruang P3K diperlengkapi dengan sebagian
peralatan berikut ini :
Wastafel dengan air mengalir
Kertas tisue/lap
Usungan/tandu
Bidai/spalk
Kotak P3K dan isi
Tempat tidur dengan bantal dan selimut
Tempat menyimpan tandu atau kursi roda
Sabun dan sikat
Pakaian bersih untuk penolong
Tempat sampah dan Kursi tunggu, apabila diperlukan
Alat evakuasi dan alat transportasi
Alat evakuasi seperti tandu, kursi roda, dan alat lainnya yang digunakan untuk memindahkan
korban ke tempat yang aman. Alat transportasi dapat berupa mobil ambulans atau kendaraan
lainnya yang digunakan untuk pengangkutan.
Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup untuk menampung tempat
tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan, tempat menyimpan tandu dan kursi roda, tempat
sampah, air minum, penyejuk ruangan, meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga terdapat
petugas kesehatan yang telah terlatih P3K.
Isi kotak P3K di Tempat Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Beberapa isi perlengkapan di kotak K3 terdiri dari : Kasa steril terbungkus, Perban, Plester, Kapas,
Kain mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan, Masker, Pinset, Lampu senter, Gelas untuk cuci mata,
Kantong plastik, Aquades, Povidon Iodin, Alkohol 70%, Buku panduan P3K, Buku catatan,
Tensimeter, Stetoskop, Daftar isi kotak, dan obat-obatan.
Alat Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan korban kecelakaan kerja dari
lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana.
Dalam melakukan evakuasi, penolong bisa menggunakan alat transportasi seadanya, dan saat
korban dievakuasi maka penolong juga wajib melakukan perawatan darurat selama perjalanan.
Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama adalah tandu, alat
bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa menggunakan mobil ambulan atau
kendaraan lain yang dapat digunakan untuk mengangkut korban.
4. Petugas P3K
Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan korban kecelakaan kerja
sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang cekatan dan mampu mengatasi berbagai situasi
kecelakaan kerja, akan dapat mengurangi resiko akibat kecelakaan.
5. Fasilitas Tambahan
Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu juga membutuhkan
berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K dapat berjalan dengan baik. Fasilitas
tambahan tersebut bisa berupa alat pelindung diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat
kerja yang menangani potensi bahaya yang membutuhkan penanganan khusus.
Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3 maupun korban kecelakaan.
Hal ini disesuaikan dengan potensi bahaya di tempat kerja, misalnya alat pencuci mata, seragam anti
api, alat pembasahan tubuh cepat, dan lain sebagainya.
Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik. Sebagai petugas P3K usahakan tetap
tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga Anda tidak menjadi korban kecelakaan
berikutnya. Pastikan diri Anda dalam posisi aman untuk bisa menolong orang lain.
Untuk menangani pertolongan pertama pada kecelakaan, lakukan sesegera mungkin dengan
berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.
Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak lain (misalanya rumah
sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi kejadian, dan gejala penyakit yang diderita.
1. Jangan Panik.
Meski situasi dan kondisi saat terjadi kecelakaan crowded, usahakan tetap tenang dan segera
mengambil tindakan secara tepat dan cepat.
2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Menjauhkan korban kecelakaan dari tempat semula berfungsi untuk menghindari kecelakaan susulan
yang mungkin bisa saja terjadi. Selain itu, dengan menghindar dari lokasi terjadinya kecelakaan,
petugas P3K akan dapat lebih fokus mengurus korban.
Jika korban kecelakaan mengalami kendala dalam pernafasan, pendarahan, dan terjadi tenda-tanda
shock maka segera beri pertolongan pertama sesuai dengan SOP.
Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara pasti jenis dan keparahan cidera yang dialami,
kecuali bila tempat tersebut tidak memungkinkan lagi untuk melalukan perawatan. Apabila korban
hendak diusung, hentikan pendarahan dan pastikan tulang yang patah sudah dibidai.
Pertolongan pertama pada prinsipnya adalah pertolongan sementara. Apabila korban mengalami luka
parah, jangan segan untuk merujuk ke pusat pengobatan terdekat, bisa ke puskesmas, dokter
spesialis maupun rumah sakit.