Anda di halaman 1dari 14

Bab 5.

KESEHATAN DI LINGKUNGAN KERJA

A. Dasar Hukum Kesehatan Kerja

1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga)


dan pasal 8 (delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola
Makanan Bagi Tenaga Kerja.
10. PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja yang merupakan aturan pelaksanaan UU
36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee
1995 ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya
dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi
kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di
lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 1|


Page
2. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut OHSAS
18001:2007 sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja
kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.

Pengertian Tenaga Kerja :


Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.(pria maupun wanita)
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Klasifikasi Tenaga Kerja


Berdasarkan kemampuan
a. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/tenaga mahir
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau
kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal
dan non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana
muda, doktor, master, dan lain sebagainya.
b. Tenaga kerja terlatih.
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu
yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak
memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan
melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan
tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir,
pelukis, dan lain-lain.

c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.


Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,
buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak
lagi contoh lainnya.

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 2|


Page
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UURI No 40 tahun 2004 berisi tentang jaminan
sosial, dimana Jaminan sosial adalah salah satu
bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.
Tujuan Sistem Jaminan Sosial adalah untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta
dan/atau anggota keluarganya. Kepesertaan
Sistem Jaminan Sosial ini tidak bersifat wajib
setelah Pasal 4 bagian f dianulir oleh Makhkamah
Konstitusi.

Berdasarkan UU RI No 40 tahun 2004 pasal 18, Jenis Program Jaminan Sosial


Nasional , meliputi:
a. jaminan kesehatan;
merupakan jaminan yang ditanggung pihak rumah sakit (rumah sakit swasta
maupun pemerintah) dengan tanggungan berapapun dan kita harus
membayar setiap bulannya,
b. jaminan kecelakaan kerja;
adalah perlindungan atas risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja selama
masa dinas
c. jaminan hari tua;
adalah program jangka panjang, diberikan secara berkala sekaligus sebelum
Peserta memasuki masa pensiun, bisa diterimakan kepada janda/duda, anak
atau ahli waris Peserta yang sah apabila Peserta meninggal dunia.
d. jaminan pensiun;
adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak bagi peserta dan atau ahli warisnya dengan
memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun
e. jaminan kematian
adalah perlindungan atas risiko kematian bukan akibat kecelakaan kerja dan
bukan karena dinas khusus

Lingkungan Kerja
Secara umum, lingkungan kerja adalah kehidupan fisik, sosial, dan psikologi dalam
perusahaan yang memengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan. Beberapa ahli
mendeskripsikan lingkungan kerja sebagai segala hal yang ada di sekitar karyawan dan
yang memengaruhi mereka dalam bekerja dan menjalankan tugas. Ada juga ahli yang
berpendapat bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan alat dan perkakas yang dihadapi
oleh karyawan, termasuk lingkungan, metode kerja, dan pengaturan kerja sebagai seorang
individu atau kelompok.

Jenis Lingkungan kerja


Secara garis besar jenis lingkungan kerja dibagi menjadi lingkungan fisik dan non fisik.

1) Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan di sekitar tempat kerja yang berbentuk
fisik. Faktor fisik tersebut meliputi setiap hal dari mulai fasilitas parkir di luar gedung
perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 3|


Page
meja kerja atau ruang kerja seorang karyawan. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi
dua kategori berdasarkan medianya yaitu:
 Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan karyawan seperti kursi, meja,
dan sebagainya.
 Lingkungan perantara atau juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi
kondisi manusia misalnya suhu udara, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanik, bau-bauan, warna dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap kondisi kinerja
karyawan, maka langkah pertamayang harus dipelajari oleh bagian manajer SDM
adalah mempelajari manusia, baik mengenal fisik dan tingkah lakunya, kemudian
digunakan sebagai dasar pertimbangan lingkungan fisik yang sesuai.

2) Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan di sekitar tempat kerja yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun hubungan
dengan sesama karyawan ataupun hubungan dengan staf di bawahnya.

Lingkungan kerja non fisik ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Perusahaan
hendaknya dapat mencerminkan kondisi lingkungan kerja yang mendukung kerja
sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang
sama. Kondisi lingkungan kerja yang diharapkan adalah suasana kekeluargaan,
komunikasi yang baik, memberikan jaminan rasa aman, sehat, dan sejahtera, bebas
kecelakaan kerja dan penyakit.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja


Manajer tiap unit kerja di dalam sebuah perusahaan harus betul-betul memperhatikan
lingkungan kerja dimana karyawan menjalankan tugasnya. Meskipun lingkungan kerja tidak
menjalankan proses produksi, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung
terhadap semangat karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Sehingga
sangat perlu untuk memperhatikan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan
kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi Lingkungan Kerja :

1) Penerangan
Baik buruknya penerangan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan kenyamanan
karyawan dalam bekerja. Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan akan membantu
menciptakan semangat dan kegairahan kerja. Penerangan disini bukan terbatas pada
penerangan listrik, tetapi termasuk juga penerangan dari sinar matahari.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang karyawan sering kali membutuhkan penerangan


yang cukup, apabila pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dalam proses
pengerjaanya. Sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan hendaknya tidak menimbulkan
silau. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah penerangan yang terlalu besar akan
menyebabkan suhu ruangan yang akan naik dan menimbulkan udara yang pengap dan tidak
nyaman. Begitu juga ketika penerangan yang masuk ke dalam ruangan kurang, maka
karyawan akan lekas lelah, mengantuk dan kemungkinan pekerjaan banyak keliru.

2) Warna
Warna dan komposisi warna yang digunakan akan memengaruhi keadaan jiwa karyawan.
Komposisi warna yang kurang tepat dapat menggangu pemandangan sehingga akan
menimbulkan rasa tidak senang atau kurang mengenakkan bagi yang memandang.
Sedangkan penggunaan warna yang tepat pada dinding ruangan dan alat-alat lainnya dapat
Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 4|
Page
mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja karyawan dan ketenangan bekerja para
karyawan akan terpelihara.

3) Temperatur
Temperatur yang nyaman akan membuat karyawan bekerja dengan nyaman dan mampu
menghasilkan output sesuai dengan yang diharapankan.

4) Sirkulasi Udara

Sirkulasi atau pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan pikiran. Pertukaran
udara yang cukup dalam ruang kerja sangat diperlukan apabila ruang tersebut penuh
dengan karyawan. Sistem sirkulasi udara yang baik akan menyegarkan fisik dan psikis
karyawan, sebaliknya sirkulasi udara yang buruk akan menimbulkan rasa pengap, sehingga
mudah menimbulkan kelelahan dan emosi bagi karyawan.

Selain ventilasi untuk sistem sirkulasi udara, tinggi atau rendahnya bangunan gedung turut
mempengaruhi baik buruknya proses pertukaran udara. Gedung dengan atap yang tinggi
akan menimbulkan proses pertukaran udara yang lebih baik dibandingkan dengan gedung
yang memiliki atap rendah.

5) Jaminan terhadap keamanan menimbulkan ketenangan


Tentunya setiap pekerjaan memiliki risiko dari mulai risiko rendah, sedang, hingga risiko
tinggi. Timhulnya risiko dalam bekerja tentunya dapat menimbulkan rasa cemas dan takut
pada seorang karyawan. Namun, jika keamanan karyawan terjamin, maka para karyawan
akan mendapatkan ketenangan dalam bekerja serta mendapatkan dorongan semangat
untuk bekerja yang lebih giat.

6) Tata ruang
Tata ruang atau penataan ruangan yang ada di dalam ruang kerja akan memengaruhi
kenyamanan karyawan dalam bekerja.

7) Kebersihan lingkungan kerja


Kebersihan lingkungan kerja secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja dan
kenyamanan seorang karyawan. Lingkungan kerja yang bersih dapat mempengaruhi
semangat dan kegairahan kerja. Bagi seorang karyawan, lingkungan kerja yang bersih akan
menimbulkan rasa senang. Dan rasa senang ini dapat mempengaruhinya semangat bekerja.
Namun setiap karyawan harus ikut sertanggung jawab untuk menjaga kebersihan tempat
mereka bekerja.

8) Kebisingan
Kebisingan dapat menggangu konsentrasi karyawan dalam bekerja. Jika karyawan sedang
fokus mengerjakan tugasnya tentu tidak senang mendengarkan suara yang bising. Dengan
terganggunya konsentrasi ini akibat dari kebisingan yang terjadi maka pekerjaan yang
dilakukan akan banyak menimbulkan kesalahan/kekeliuran dan kerusakan, sehingga
berpotensi merugikan perusahaan. Perusahaan hendaknya dapat meminimalisir atau
menghilangkan suara bising yang muncul di sekitar kantor.

9) Getaran Mekanis (getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanik)


Getaran alat mekanik yang mengenai tubuh akan mengganggu konsentrasi karyawan dalam
bekerja, cepat menimbulkan kelelahan, serta menimbulkan beberapa penyakit seperti mata,
syaraf, peredaran darah, tulang, dan lain-lain.

10) Bau-bauan
Bau-bauan yang terlalu menyengan akan mengganggu kenyamanan karyawan sehingga

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 5|


Page
akan mempengaruhi konsentrasi dan kinerja karyawan.

11) Dekorasi
Dekorasi juga akan mempengaruhi kinerja dari karyawan. Dekorasi yang bagus dan nyaman
akan membuat karyawan nyaman dalam bekerja sehingga menghasilkan output yang tinggi
begitu juga sebaliknya.

12) Musik
Musik akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan kerja dan kejiwaan seseorang. Bagi
karyawan yang nyaman dengan adanya musik maka hal ini akan membantu dalam
penyelesaian pekerjaannya, akan tetapi bagi karyawan yang tidak nyaman dengan adanya
musik hal ini hanya akan membuat karyawan tersebut tidak dapat berkonsentrasi dalam
bekerja. Sehingga perusahaan harus mempertimbangkan betul-betul jika ingin
menggunakan musik ketika jam bekerja berlangsung.

13) Keamanan
Rasa aman yang dirasakan oleh karyawan akan membuat karyawan nyaman dan semangat
dalam bekerja. Karyawan tersebut akan berkonsentrasi dan tidak dibebani dengan pikiran
mengenai keamanan saat bekerja, sehingga akan menghasilkan output yang tinggi.

14) Hubungan Atasan dengan Bawahan


Ketika hubungan ataan dengan bawahan terjalin dengan baik maka karyawan akan nyaman
dalam bekerja sehingga mampu bekerja dan menghasilkan output yang tinggi.

15) Hubungan Sesama Rekan Kerja


Ketika hubungan sesama karyawan baik maka karyawan akan nyaman ketika bekerja
sehingga dapat menghasilkan output yang tinggi. Begitu pula sebalinya.

Upaya Kesehatan Tenaga Kerja


Beberapa upaya kesehatan tenaga kerja yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah :
 Membuat lingkungan atau tempat bekerja yang bersih, cukup sirkulasi udara dan
cahaya
 Menyediakan toilet yang memadai
 Menyediakan tempat kerja yang aman
 Memasang peringatan dan himbauan mengenai kesehatan kerja pada tempat yang
mudah terlihat
 Memberikan fasilitas pengecekan kesehatan untuk karyawan apabila memungkinkan
Dengan memberikan fasilitas dan layanan kesehatan kerja kepada para tenaga kerja atau
karyawan, maka pekerja akan tetap sehat dan jarang sakit sehingga kehadiran mereka akan
optimal serta memberikan kontrbusi yang maksimal.
Pembahasan
Kesehatan kerja merupakan faktor yang harus ada pada sebuah perusahaan, selain faktor
kesehatan kerja faktor lainnya adalah faktor keselamatan kerja. Faktor keselamatan kerja
juga mempengaruhi kinerja dari karyawan. Kesehatan dan keselamtan kerja biasa disebut
dengan K3.

Dengan menerapkan K3, maka perusahaan dan karwayan yang bekerja akan sama-sama
merasa terjamin. Karyawan akan terjamin kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja.
Perusahaan akan terjamin dengan kinerja dari karyawannya.

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 6|


Page
5 Penyebab Kecelakaan Kerja
Baik perusahaan maupun karyawan harus paham apa saja penyebab kecelakaan kerja. Hal
ini tidak bisa dianggap remeh, karena terjadinya kecelakaan kerja menjadi hal yang tidak
terduga dan bisa menimbulkan kerugian bagi manusia, perusahaan, serta lingkungan.
Maka dari itu, setiap perusahaan dan karyawan haruslah mencari tahu apa saja penyebab
kecelakaan kerja yang bisa dialami dan apa saja tindakan pencegahan yang bisa dilakukan.
Untuk membantu Anda, berikut informasi mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja yang
perlu diperhatikan :
1. Ingin Cepat Menyelesaikan Pekerjaan dan Mencari Cara Paling Mudah
Penyebab kecelakaan kerja sering disebabkan karena faktor mencari jalan pintas
atau mudahnya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga tidak melakukan
prosedur kerja yang seharusnya. Bagi Anda yang bekerja di pabrik yang penuh
dengan mesin atau bahan kimia berbahaya atau tempat-tempat yang rentan
dengan kecelakaan kerja, cara ini sebaiknya dihindari.
2. Persiapan Kerja yang Tidak Maksimal
Semua hal bila dilakukan tanpa persiapan tentu tidak akan menghasilkan sesuatu
yang maksimal, begitu pula dengan hal-hal yang berkaitan pekerjaan. Olehnya
itu, sebelum melakukan suatu pekerjaan, persiapkan segala sesuatunya dengan
baik agar pekerjaan yang dilakukan juga maksimal dan kecelakaan kerja bisa
dihindari.
3. Tempat Kerja yang Tidak Rapi
Penyebab kecelakaan kerja juga bisa dilatarbelakangi oleh tempat kerja yang
berantakan. Kondisi tempat kerja yang tidak rapi justru akan meningkatkan risiko
kecelakaan kerja. Cobalah biasakan untuk mengembalikan kembali barang yang
sudah digunakan ke tempat semula.
Tempat kerja yang rapi bisa membuat pekerjaan jadi lebih teratur dan proses
bekerja jadi lebih nyaman, aman, bahkan bisa lebih cepat. Perlu ada kerjasama
antara pihak perusahaan maupun seluruh karyawan untuk menjaga kerapian
tempat kerja.
4. Menganggap Remeh Prosedur Kerja
Faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja juga bisa disebabkan oleh sikap
karyawan yang menganggap enteng pekerjaan. Sering kali pekerja suka
menganggap remeh prosedur kerja yang sudah ditetapkan bahkan terlalu
percaya diri. Akibatnya membuat pekerja jadi kurang berhati-hati saat bekerja.
Bukan tidak mungkin kondisi ini malah menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
di tempat kerja.
5. Faktor Lingkungan
Terakhir, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja juga bisa dikarenakan
situasi lingkungan seperti kebisingan, lantai yang licin, penerangan yang kurang,
dan suhu udara yang sangat mengganggu pekerja. Hal-hal tersebut perlu
diperhatikan oleh setiap perusahaan.

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 7|


Page
Fasilitas Kesehatan Tenaga Kerja
Jenis Perlindungan Kerja
1.Perlindungan sosial,
yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang
tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan
kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota
masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan
kerja.
2.Perlindungan teknis,
yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga agar
pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja
atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai
keselamatan kerja.
3.Perlindungan ekonomis,
yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan
kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna memnuhi keperluan sehari-
hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja
karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan
jaminan sosial.

D. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

Pelatihan K3 adalah
pelatihan yang diselenggarakan untuk membekali, meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan pekerja mengenai K3, biasanya tentang prosedur
pelaksanaan pekerjaan dan pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang ada di sekitar
mereka dan pencegahannya.

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 8|


Page
Tujuan pelatihan K3

Secara umum, tujuan pelatihan k3 adalah untuk meningkatkan efektivitas performa kerja
para karyawan atau pekerja di suatu perusahaan atau badan usaha. Dengan adanya
bimbingan dan edukasi yang intensif tentang pengetahuan dasar dan praktek, calon ahli K3
dalam pelatihan K3 ini diharapkan mampu:
* Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja
* Membantu pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan aman, tanpa
menimbulkan risiko bagi kesehatannya

1. Mengurangi kecelakaan kerja


2. Mengurangi absensi dan penggantian pekerja
3. Mengurangi biaya kompensasi akibat kecelakaan kerja dan PAK
4. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin dan kerusakan alat kerja
5. Meningkatkan kepuasan kerja
6. Meningkatkan produktivitas kerja
7. Membangun komunikasi jadi lebih baik
8. Menciptakan kerja sama yang baik
9. Mengembangkan budaya K3 yang positif dengan lingkungan kerja yang amandan
sehat
10. Memenuhi kewajiban hukum bagi pengusaha untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan pekerja.

Menurut Soehatman Ramli (2010), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

 1. Induksi K3
Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai bekerja atau
memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk pekerja baru, pindahan,
mutasi, kontraktor dan tamu yang berada di tempat kerja.
 2. Pelatihan Khusus K3
Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing pekerja.
Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia harus diberi pelatihan mengenai bahan-
bahan kimia dan pengendaliannya.

 3. Pelatihan K3 Umum
Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat umum dan diberikan
kepada semua pekerja mulai level terbawah sampai manejemen puncak. Pelatihan
ini umumnya bersifat awareness yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di
kalangan pekerja. Misalnya pelatihan mengenai dasar K3 dan petunjuk keselamatan
seperti keadaan darurat dan pemadam kebakaran.

E. Jenis Pemeriksaan Tenaga Kerja


Medical check up karyawan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
terhadap karyawan atau calon karyawan di suatu lingkungan kerja. Pemeriksaan
kesehatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeteksi secara dini
gangguan kesehatan yang mungkin dialami karyawan akibat faktor tertentu di
lingkungan kerja.

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 9|


Page
Rikes (Pemeriksaan Kesehatan)

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 10 |


Page
Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 11 |
Page
F. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

1. Tahap Persiapan
 Perusahaan menyediakan kartu pemeriksaan ( terlampir )
 Perusahaan menunjuk seseorang atau beberapa orang untuk mengisi data – data
tenaga kerja yang akan diuji dan jenis pengujian kesehatan badan yang
diperlukan. Kartu yang telah diisi diserahkan kepada dokter pemeriksa yang
ditunjuk. Dokter pemeriksa menentukan waktu pelaksanaan pengujian.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakuakn oleh dokter pemeriksa dan pemeriksaan dilakukan seperti lazimnya yang
dilakukan oleh setiap dokter untuk memeriksa kesehatan badan seseorang. Pemeriksaan ini
meliputi :
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan mental
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan kesegaran jasmani
e. Pemeriksaan radiologi
f. Pemriksaan laboratorium
g. Pemriksaan – pemeriksaan tambahan

Pada anamesa ini hendaknya dokter pemeriksa menegaskan agar supaya pertanyaan –
pertanyaan dijawab dengan teliti dan seluas-luasnya. Yang perlu ditanyakan adalah :
 Riwayat-riwayat penyakkit umum, seperti TBC, DM, Jantung, syaraf, hipertensi /
hipotensi, penyakit ginjal, kulit, dll
 Riwayat perawatan di rumah sakit, mengapa ia dirawat, belum atau pernah
dirawat, berapa lama waktu perawatan dan jenis penyakit yang dideritanya.
 Riwayat kecelakaan, apakah pernah mendapat kecelakaan, sebab – sebabnya,
adakah hubungan antara kecelakaan dengan pekerjaannya, bagian anggota

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 12 |


Page
badan yang cidera, apakah dirawat atau tidak, jika dirawat berapa lama
waktu perawatan, apakah menderita cacat sementara atau tetap.
 Riwayat operasi, pernah operasi atau tidak, jika pernah apa jenis operasinya,
kapan, dimana dan berapa lama perawatan operasi tersebut – Riwayat pekerjaan,
apakah pernah bekerja atau belum, jika sudah dimana,
berapa lama dan mengapa berhenti dari pekerjaan tersebut, adakah kemungkinan
ia menderita penyakit jabatan dari pekerjaannya yang terdahulu
 Riwayat penyakit jabatan, ditanyakan pada mereka yang sudah pernah
bekerja.Jika mencurigai adanya penyakit jabatan maka perlu dilakukan
pemriksaan khusus untuk memastikan apakah ia masih menderita penyakit
jabatan tersebut atau sudah sembuh
 Riwayat haid bagi tenaga kerja wanita, kapan mulai haid, teratur atau tidak,
lamanya, banyaknya, sakit atau tidak. Perlu juga ditanyakan masalah kehamilan,
melahirkan, KB, keguguran, jumlah anak yang mati & hidup

Pemeriksaan Mental
Pemeriksaan mental dapat dilakukan dengan baik sewaktu sedang melakukan anamnesa
atau pemeriksaan fisik dengan cara mengemukakan pertanyaan – pertanyaan umum dan
spesifik tentang hal – hal berikut :
 Tujuan saat melamar pekerjaan
 Tujuan terakhir apabila diterima dalam jabatan tertentu
 Rasa puas dengan berbagai situasi mengenai dirinya dan lingkungan
pekerjaannya
 motivasi bekerja terus dengan jabatan yang didudukinya sekaranginteligensia, dll

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ini dilakukan di tempat yang penerangannya cukup dan dalam suasana
tenang serta tidak tergesa – gesa. Adapun pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
 Pengukuran berat badan (harus dalam keadaan berpakaian minimal)
 Pengukuran tinggi badan (harus tanpa alas kaki)
 pengukuran lingkar dada
 Pengukuran nadi & frekuensi pernafasan ( dalam keadaan berbaring & tenang,
jika denyut nadi teratur cukup diukur selama 30 detik dan hasilnya dikalikan dua,
jika tidak teratur dihitung selama 60 detik atau 1 menit )
 Pengukuran tekanan darah (posisi berbaring, tenang)
 Pemeriksaan indera penglihatan/mata
 Pemeriksaan indera pendengaran/telingapemeriksaan indera pencium/hidung
 Pemeriksaan indera perabaan
 Pemeriksaan indera perasa

Pemeriksaan Kesegaran Jasmani


Tujuan perusahaan melakukan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tingkat kesegaran
jasmani terutama bagi tenaga kerja yang akan atau sedang bekerja dengan jenis pekerjaan
fisik yang berat. Bagi tenaga kerja yang berumur lebih dari 40 tahun
perlu dilakukan pemeriksaan Electrocardiografi ( ECG )

Pemeriksaan Radiologi
Terutama untuk memeriksa keadaan paru – paru dan jantung

Pemeriksaan Labolatorium
Yaitu pemeriksaan darah, urine, dan feces ( tinja ).
 Pemeriksaan laboratorium rutin darah : kadar Hb, hitung leukosit, hitung jenis dan
laju endapan darah ( LED )
 Pemeriksaan laboratorium rutin urine : warna, kejernihan, reduksi, protein dan
sedimen

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 13 |


Page
 Pemeriksaan laboratorium rutin feces : warna, konsistensi, dan telur cacing
Pemeriksaan Tambahan
Yaitu pemeriksaan – pemeriksaan yang dilakukan lebih mendalam baik mental, fisik,
keegaran jasmani, radiologi dan laboratorium atas dasar indikasi medis dan indikasi macam
pekerjaan serta lingkungan kerja sehingga didapatkan keselamatan dan kesehatan kerja
yang baik bagi yang diperiksa maupun orang sekitarnya atau umum, misalnya untuk
pekerjaan sejenis sopir, maisnins, penerbang, penyelam , dll. Contoh – contoh pemeriksaan
tambahan seperti :
 Electrocardiografy ( ECG )
 Electro Encephalografi ( EEG )
 Pemeriksaan faal hati, ginjal, lympha,
 Pemeriksaan cairan otak
 Faal Spirometri

Selamat belajar, smoga sukses

Kesehatan di Lingkungan Kerja _ X akl 1,2 & 3 14 |


Page

Anda mungkin juga menyukai