Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Rejeki (2017:143), Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suma’mur dalam Rejeki (2017:143), Keselamatan kerja merupakan


rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak selalu membicarakan masalah keamanan fisik dari para
pekerja tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.

Menurut Yani (2017:157), Keselamatan kerja merupakan suatu kondisi yang


bebas dari gangguan secara fisik dan psikis yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan dapat terjadi karena adanya faktorfaktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan
lingkungan yang menimbulkan stress atau gangguan fisik. Sedangkan kesehatan
kerja merupakan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan dan kerusakan
atau kerugian di tempat kerja berapa penggunaan mesin, peralatan, bahan-bahan
dan proses pengelolaan, lantai tempat bekerja dan lingkungan kerja, serta metode
kerja.

Menurut Sumakmur dalam Yani (2017:158), Keselamatan Kerja adalah


keselamatan yang bertalian dengan mesin, alat kerja, bahan serta proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial dengan usaha
preventif dan kutatif terhadap penyakit aau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja dan terhadap penyakit umum.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa K3 adalah upaya pencegahan


keselamatan dan kesehatan kerja dari gangguan fisik dan psikis di lingkungan
1
kerja

2
dengan menggunakan beberapa alat kerja/mesin guna menciptakan suasana kerja
yang nyaman.

2.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Rejeki (2017:144) Keselamatan dan Kesehatan Kerja diterapkan
berdasarkan dasar hukum yang sudah ada. Ada beberapa peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan


Kerja. Yang diatur oleh Undang-undang ini adalah keselamatan kerja
dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.
2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Undang-undang
ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksa
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-
sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
3. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Undang-
undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak material, cuti sampai
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu diperuntukkan


bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada didalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jadi setiap pekerja di Indonesia
berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa K3 adalah upaya untuk


memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi karyawan baik secara jasmani
maupun rohani, mengusahakan kenyamanan dan keamanan bagi karyawan dengan
tujuan untuk keberlangsungan kegiatan perusahaan.

2.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Rejeki (2017:145), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan


pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
tersebut.
3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.

Menurut Yani (2017:159) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mempunyai


tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses
industrialisasi, terutama dalam mewujudkan kesejahteraan para buruh.

Menurut Buntarto (2015:5), Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk


menjamin kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta
hasil karya dan budayanya.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja


Menurut Sucipto (2019:82), Kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan
oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Manusia.
Meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman,
kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin
kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan,
ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan
oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani,
sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau
bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk
mengerjakan sesuatu karena tidak mendapatkan pelajaran mengenai
pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan
dan penyakit.
2. Faktor Mekanik dan Lingkungan
Meliputi letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat
pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja
berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari
pemeliharaan rumah tangga (house keeping). Kesalahan disini terletak
pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja
tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak
sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang
tinggi sehingga orang merasa tidak nyaman kerja. Pencahayaan yang tidak
sempurna misalnya ruangan gelap terdapat kesilauan dan tidak adanya
pencahayaan instansi

2.5 Akibat dan Dampak Kecelakaan Kerja


Menurut Sucipto (2019:86), Akibat atau dampak kecelakaan kerja, yaitu:

1. Kerugian bagi instansi


Biaya pengangkutan korban kerumah sakit, biaya pengobatan, penguburan
jika sampai korban meninggal dunia hilangnya waktu kerja korban dan
rekan-rekannya yang menolong sehingga menghambat kelancaran kerja
atau mencari pengganti dan melatih tenaga baru mengganti/memperbaiki
mesin yang rusak yang berpengaruh untuk kemunduran mental para
pekerja.
2. Kerugian bagi korban
Kerugian paling fatal korban adalah jika kecelakaan itu sampai
mengakibatkan cacat atau meninggal dunia. Ini berarti hilangnya pencari
nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap
putraputrinya.
3. Kerugian bagi masyarakat dan negara
Akibat kecelakaan, maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya
produksi yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan
tersebut dan berpengaruh bagi harga di pasaran.
Menurut Buntarto (2015:12), penggolongan dampak dari kecelakaan kerja, yaitu:

a. Meninggal dunia
akibat kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita
meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan pada perawatan
sebelumnya.
b. Cacat permanen total
Cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi
melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya
lagi salah satu bagian-bagian tubuh, seperti kedua mata, satu mata dan satu
tangan atau satu lengan atau satu kaki.
c. Cacat permanen sebagian.
Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa
dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
d. Tidak mampu bekerja sementara ketika dalam masa pengobatan maupun
karena harus beristirahat menunggu kesembuhan.

2.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Untuk mencegah kecelakaan kerja, perlu diperhatikan unsur-unsur yang terlibat
dalam pekerjaan tersebut, baik manusia maupun peralatan serta tata cara dalam
melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, serta hasil karena
budayanya tertuju pada kesejateraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada
khususnya.

Menurut Sucipto (2018:88), pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan:

1. Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja.


Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi
yang berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja.
2. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja.
Standar operasi prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan
dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai intruksi yang tercantum
dalam
SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses
produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan.
3. Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja.
Sumber pencemaran dan faktor di tempat kerja sangat ditentukan oleh
proses produksi yang ada, teknik/metode yang dipakai, produk yang
dihasilkan dan peralatan yang digunakan.
4. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja.
Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus
dilindungi. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu
memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja, tentang pentingnya
pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar mereka
dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja di tempat kerja
Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberi
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja pada awal bekerja dan secara
berkala untuk penyegaran dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat
membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor
bahaya yang ada ditempat kerja.
5. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja.
Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi
tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor
bahaya yang ada di tempat kerja, untuk menghindari terjadinya
kecelakaan.

2.7 Syarat Keselamatan Kerja


Menurut Serdamayanti (2017:233), undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja berisi syarat keselamatan kerja, sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat perlindungan diri pada karyawan
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
matahari atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu udara yang baik dan cukup
11. Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban
12. Memperoleh keserasian antara proses kerja
13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, hewan, tanaman
atau barang
14. Mengamankan dan memperlancar segala jenis bangunan
15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
16. Mencegah terkena aliran listrik
17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

2.8 Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour
Organization) dalam Buntarto (2015:12), kecelakaan akibat kerja ini
diklasifikasikan berdasarkan 4 (empat) macam penggolongan yaitu:

1. Menurut jenis kecelakaan, seperti terjatuh, tertimpa benda, terjepit oleh


benda, gerakan-gerakan melebihi kemampuan, pengaruh suhu tinggi,
terkenan arus listrik dan sebagainya.
2. Menurut penyebab, seperti akibat dari mesin, bahan-bahan/zat-zat yang
berbahaya dan lingkungan kerja.
3. Menurut sifat luka/kelainan, seperti patah tulang, dis-lokasi (keseleo), regang
otot (urat), memar dan luka dalam yang lain, amputasi, luka dipermukaan,
luka bakar, dan sebagainya.
4. Menurut letak kelainan atau luka di tubuh, misalnya kepala, leher, perut dan
sebagainya.
2.9 Langkah Menciptakan Keselamatan Kerja
Menurut Buntarto (2015:98), menciptakan kondisi keselamatan kerja dapat
dicapai antara lain dengan mengadakan pelatihan (job training) sebelum karyawan
bekerja. Pelatihan harus jelas dan mudah di mengerti agar karyawan dapat cepat
menguasai jenis pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Selain itu, kondisi
mesin dan peralatan produksi harus diatur dengan baik agar menunjang
kelancaran proses produksi dan menunjang kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan.

2.10 Teori Kecelakaan


Menurut Buntarto (2015:9), beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan
keja telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut:

1. Teori Domino Heinrich.


Menurut teori Domino Effect H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui
hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab
kecelakaan kerja yang saling berhubungan, sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat kerja/PAK) serta
beberapa kerugian lainnya.
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kekuatan bahwa kemungkinan ada lebih dari
satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan,
kondisi atau situasi tidak aman.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan
salah satu dari faktor-faktor yang terlibat.
4. Teori Domino Terbaru.
Teori ini menyatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja
adalah ketimpangan manajemen
5. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat kurang
terampilnya pekerja dalam menggunakan alat. Ini dapat ditingkatkan
dengan pelatihan- pelatihan prosedur atau peraturan mengenai keselamatan
kerja.
6. Teori Frank, E. Bird Petersen
Bird mengatakan modifikasi dengan teori Domino (Hein Rich) dengan
menggunakan teori manajemen, yaitu: manajemen kurang kontrol, sumber
penyebab utama, gejala penyebab langsung (praktik di bawah standar),
kontak peristiwa (kondisi di bawah standar) dan kerugian gangguan (tubuh
maupun harta benda).
BAB 3

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2016:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara


ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam
penyusunan Tugas Mini Riset ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif.

Menurut Sugiyono (2016:9), metode penelitian kualitatif adalah metode


penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

3.1 Metode Pengumpulan Data


Riset data merupakan suatu bahan yang mutlak harus dipenuhi dalam suatu
penelitian dan selanjutnya diproses, dianalisis dan kemudian hasilnya akan
disajikan pada Tugas Mini Riset ini. Pada penelitian ini penulis menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)

Metode penelitian lapangan terdiri dari:

a. Wawancara

Menurut Sugiyono (2016:137), wawancara digunakan sebagai teknik


pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara tidak terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Pada metode ini penulis mewawancarai Pejabat Pelaksana K3 PT PLN
(Persero) ULP Siborongborong. Pertanyaan yang dibuat oleh penulis berupa
pertanyaan yang berkaitan dengan pembahasan pada Bab 2, dimana wawancara
yang dilakukan pada satu orang responden dengan rekaman wawancara serta data
secara tertulis.

b. Pengamatan (Observasi)

Menurut Hadi dalam Sugiyono (2016:145), observasi merupakan suatu proses


yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah prosesproses pengamatan dan
ingatan.

Pada metode ini, penulis melakukan pengamatan langsung di lapangan.


Pengamatan dilakukan selama penulis melakukan Kerja Praktik Kerja Industri
dalam periode 1 bulan pada PT PLN (Persero) ULP Siborongborong dan setelah
itu hasil pengamatan diolah menjadi data sesuai dengan Tugas Mini Riset.
Adapun dalam observasi yang menjadi sampel atau informasi untuk penyusunan
Tugas Mini Riset ini adalah peralatan-peralatan K3 yang tersedia disana dan cara
kerja pegawai teknik dalam menggunakan peralatan K3.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Penulis melakukan riset studi pustaka dengan cara membaca dari buku-buku
literature, internet, dan dokumen-dokumen perusahaan yang mendukung data
sesuai dengan objek penelitian dalam penulisan Tugas Mini Riset ini.

3.2 Jenis Sumber Data


Jenis data lebih cenderung pada pengertian data macam apa yang harus
dikumpulkan oleh peneliti. Informasi yang diperoleh itu adalah data yang menurut
jenisnya berupa data subjek dan wujudnya tertulis. Dalam pengumpulan data
secara fisik diamati, dicatat, serta diklasifikasikan menurut tempat dan waktu yang
melatarbelakangi peristiwa. Dalam penyusunan Tugas Mini Riset ada 2 jenis data
yang digunakan adalah sebagai berikut;

1. Data Primer
Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh
peneliti. Perolehan data primer umumnya adalah dimulai dari masalah penelitian,
variable dan rumusan masalah dan kemudian datanya dicari melalui daftar atau
butir-butir pertayaan. Dalam menyusun Tugas Mini Riset ini, data primer
diperoleh penulis dari hasil wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan. Data
sekunder yang penulis peroleh merupakan data yang berasal dari buku atau
sumber-sumber cetak lainnya yang akan dijadikan sebagai panduan dalam
penulisan Tugas Mini Riset contohnya yang penulis pakai adalah buku, jurnal dan
referensi Tugas Mini Riset lainnya.

3.3 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2016:244), analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang peroleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Untuk menguji kebenaran yang telah dikemukakan penulis menggunakan


teknik analisis deksriptif, yaitu metode dengan mengumpulkan,
mengkalisifikasikan, menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang jelas
tentang Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Buntarto.2015. Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja Untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru.

Rejeki.Sri.2017. Sanita, Hygiene, dan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3).


Bandung: Rekayasa Sains.

Sucipto, Cecep Dani, 2017. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Sugiyono.2016. Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Yani.2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai