Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan
dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman
dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut,
resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para
pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah,
sehingga tidak mudah capek. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160
juta pekerja menderita penyakit akibatkerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial
sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero)
dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500
cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari
kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jam sostek.
Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2
triliun,dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007). Melihat
angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi
hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita semua untuk bersama-sama
mencegah dan mengendalikannya. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja,
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan
yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk
menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada
dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental,
emosional dan psikologi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti
faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat
kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang
nyata.

I.II RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja?


2. Apa yang menjadi dasar adanya kesehatan dan keselamatan kerja?

3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja?

4. Apa yng menjadi masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja?

5. Upaya apa yang dapat dilakukan dalam mencegah kecelakaan kerja?

I.III TUJUAN

1. Mengetahui pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja.

2. Mengetahui dasar adanya kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Untuk mengetahui penyebab dan faktor terjadinya kecelakaan kerja.

4. Untuk mengetahui masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.


BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran


dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja
di perusahaan yang bersangkutan.

3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang


bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada


perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.

5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah
suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut.

6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada


kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan
fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
II. Undang- Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,


menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar
proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi
tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan
keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan
produksi Serta produktifitas nasional. UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia
sekarang adalah UU Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini
merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di
wilayah kekuasaan hukum NKRI.

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak
hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/
penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal utama
serta pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh
adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur
yang harus dipenuhi adalah:

1. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


2.Adanya tenaga kerja.
3. Ada bahaya di tempat kerja.
UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan
kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan
undang-undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah, mengurangi
dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja untuk mendapatkan perlindungan,
sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan
lancar. Kesehatan dan keselamatan kerja juga diatur oleh ILO dalam Konvensi No. 155
Tahun 1981 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Rekomendasi No. 164 Tahun 1981
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan instrumen lain Organisasi Perburuhan
Internasional yang relevan dengan landasan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa
kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu
antara lain:
a. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya
c. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja.
III. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah
atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai
tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai
seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah
tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan
kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi
yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,
pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-
lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun
kondisi kerja yang kurang aman. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi
untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan
keselamatan.
Adapun 7 penyebab terjadinya kecelakaan kerja
1. Mengambil jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan
membuat pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi apakah waktu yang mengamankan
tiap resiko keselamatan Anda? Jalan pintas menurunkan keselamatan anda dalam bekerja
dan meningkatkan kemungkinan Anda cidera. Percaya atau tidak, sebenarnya perilaku yang
safe lah yang paling efisien dan efektif. Berbicara mengenai keefektifan dan keefesienan,
ergonomi atau K3 sangat berperan penting untuk mengeliminasi waste (hal-hal yang
mengganggu keefesienan).
2. Percaya diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu percaya diri
kadang tidak terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan prosedur, perkakas atau
metode kerja yang tidak benar dalam pekerjaan Anda. Hal ini dapat menyebabkan Anda
cidera.
3. Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk melakukan pekerjaan
dengan aman dan benar pertama kali Anda perlu informasi yang tuntas. Pernahkan Anda
melihat seorang pekerja disuruh melakukan pekerjaan, hanya diberikan sebagian instruksi
kerja? Jangan malu bertanya untuk dijelaskan tentang prosedur kerja dan peringatan
keselamatan. Hal ini tidaklah membuat Anda bodoh bertanya tentang hal ini tetapi Anda
salah jika tidak bertanya.
4. Kerapian yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati
area kerja Anda, kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku seseorang tentang
qualitas, produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buruk menimbulkan berbagai tipe
bahaya. Area kerja yang rajin, rapih dan dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan dan
keselamatan meningkat. Kerapian ini dalam industri sering disebut dengan 5S atau 5R.
5. Tidak memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja tidak
memperdulikan prosedur keselamatan dapat membahayakan Anda dan rekan kerja Anda.
Anda digaji untuk mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan bukan membuat aturan
Anda sendiri.
6. Ganguan mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah dan cemas
dengan permasalahan di rumah ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang berbahaya.
Mental yang jatuh dapat membuat fokus anda buyar untuk mengikuti prosedur kerja yang
aman.
7. Gagal merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang mengatakan tentang
analisa bahaya kerja JSA adalah cara yang efektif untuk menemukan cara yang pintar
dalam bekerja dengan aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai
pekerjaan, atau tidak berfikir tentang proses kerja dapat menempatkan anda melakukan cara
yang berbahaya. Lebih baik rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana
tersebut.
IV. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan
peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang
kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia.
Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan
produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja
yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin
sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PHK dan kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24
jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut
adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah- ubah dapat
menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan
jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa
melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
V. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja Konsep
kesehatan dan keselamatan kerja
Tujuan keselamatan dan Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efesiensi kerja,
kesehatan kerja mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit.
Berbagai arah keselamatan 1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan
dan kesehatan kerja melakukan pencegahan sebelumnya.
2. Memahami jenis – jenis bahaya yang ada di tempat kerja
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi

Mengenai peraturan Yang terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga


keselamatan dan kesehatan Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keelamatan dan Kesehatan
tenaga kerja Kerja
Faktor penyebab berbahaya 1. Bahaya jenis klinis : terhirup atau terjadinya kontak
yang sering ditemui antara kulit dengan cairan metal, cairan non metal,
hidrokarbon danabu, gas, uap steam, asap dan embun yang
beracun.
2. Bahaya jenis fisika : lingkungan yang bertemperatus
panas dingin,lingkungan yangberadiasi pengion dan non
pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak
normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia di karenakan jenis
proyek : pencahayaan dan penerangan yang kurang,
bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yang ditimbulkan
oleh peralatan

Cara pengendalian 1. Pengendalian teknik : mengganti prosedur kerja,


ancaman bahaya kesehatan menutup mengisolasi bahan berbahaya , menggunakan
kerja otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan
ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan ,
menyusun peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai
alat pelindung, memasang tanda – tanda peringatan ,
membuat daftar data bahan – bahan yang aman,
melakukan pelatihan sistem penanganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan
kesehatan
Mengapa diperlukan Menurut H. W Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering
adanya pendidikan ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88 %, kondisi
keselamatan dan kesehatan lingkungan yang tidak amansebesar 10 %, atau kedua hal tesebut
kerja di atas terjadi secara bersamaan . Oleh karna itu pelaksanaandiklat
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dapat mencegah perilaku
yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang tidak
aman.

Tujuan pelatihan Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan


mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan
kebiasaan pentingnya keselamatan dan keshatan kerja, memahami
ancaman bahaya yang ada di tempat kerja dan menggunakan
langkah – langkah pencegahan kecelakaan kerja,
Peraturan yang perlu UU keselamatan dan kesehatan kerja mengatur agar tenaga
ditaati kerja, petugas keselamatan dan kesehatan kerja dan manajer
wajib mengikuti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.
Obyek pendidikan dan 1. Petugas keselamata dan kesehatan kerja
pelatihan keselamatan dan 2. Manajer bagian operasional keselamatan dan kesehatan
kesehatan kerja kerja
3. Petugas operator mesin dan perlengkapan yang berbahaya
4. Petugas operator khusus
5. Petugas operator umum
6. Petugas penguju kondisi lingkungan kerja
7. Petugas estimasi keselamatan pembangunan
8. Petugas estimasi keselamatan proses produksi
9. Petugas penyelamat
10. Tenaga kerja baru atau sebelum tenaga kerjamendapat
rotasi pekerjaan

Jadwal dan isi program Berbagai obyek pelatihan disesuaikan denganperaturan


pelatihan mengenai jadwal da nisi program pelatihan
Prinsip analisa Mencari penyebab dari se;luruh tingkat lapisan, dari lapisan
keselamatan dan umum sampai dengan pokok penyebabnya dicari secara
kesehatan kerja tuntas, hingga dapat diketahui penyebab utamanya dan
melakukan perbaikan.
Pencegahan kecelakaan Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, sebelumnya
kerja harus dimulai dari pengenalan bahaya di tempat kerja,
estimasi, tiga langkah pengendalia.dalam pengenalan bahaya
perlu adanya konfirmasi keberadaan bahaya di tempat kerja,
memutuskan pengaruh bahaya : dalam mengestimasi bahaya
perlu diketahui adanya tenaga kerja di bawah
ancamanbahaya pajanan atau kemunginan pajanan,
konfirmasi apakah kadar pajanan sesuai dengan peraturan,
memahami pengendalian perlengkapan atau apakah langkah
manajemen sesuai persyaratan : dalampengendalian bahaya
perlu dilakukan pengendalian sumber bahaya , dari
pengendalian jalur bahaya , dari pengendalian tambahan
terhadap tenaga kerja pajanan, menetapkan prosedur
pengamanan
Tindakan penanganan Berdasarkan UU perlindungan tenaga kerja dan kecelakaan
setelah terjadi kerja, pemilik usaha pada saat memulai memakai tenaga
kecelakaan kerja kerja, harus membantu tenaga kerjanya untuk mendaftar
keikut sertaan asuransi tenaga kerja, demi menjamin
keselamatan tenaga kerja.Selain itu setelah terjadi
kecelakaan kerja, pemilik usaha wajibmemberikan subsidi
kecelakaan kerja, apabila pemilik usaha tidak mendaftarkan
tenaga kerjanya ikut serta asuransi tenaga kerja sesuai
dengan UU Standar Ketenaga Kerjaan, maka pemilik
usahaakan dikenakan denda

Upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja :

1. Mengurangi kondisi yang tidak aman Pengusaha menggunakan alat terkomputerisasi


untuk merancang perlatan yang lebih aman. sebagai contoh Designsafe
memudahkan analisis bahaya, penilaian resiko dan identifikasipilihan pengendalian
keamanan.

2. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menekankan keamanan Hal dapat


dilakukan seperti : membicarakan keamanan, memastikan pekerja sudah
membersihkan tumpahan bahan berbahaya, melaksanakan peraturan keamanan.

3. Mengurangi Tindakan tidak aman melalui seleksi dan penempatan Hal itu dapat
dilakukan melalui ERI(employee reliability inventoru) atau daftar keandalan
karyawan yang dapat membantu pengusaha mengurangi tindakan yang tidak aman
ditempat kerja.

4. Mengurangi Tindakan tidak aman melalui pelatihan

Meminimalisir kecelakaan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan pekerjaan


sehingga karyawan bekerja dengan mengembangkan perilaku yang menyadari
keamanan.

5.Mengurangi tindakan keamanan melalui motivasi Melalui poster, program insentif


dan penguatan positif
VI. Proteksi bagi pekerja

Proteksi merupakan sistem perlinduangan berupa kompensasi yang tidak dalam


bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oelh prusahan
kepada pekerja. Proteksi ini dengan memberikan rasa aman, baik dari sisi financial,
kesehatan, maupun keselamatan fisik bagai pekerja sehingga pekerja dapat beraktivitas
dengan tenang dan dapat memberikan kontribusi positif bagi peningaktan nilai tambah
perusahaan.

Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keaharusan bagi perusahaan


yang diwajibkan oleh pemerintah melalui peraturan perudang – udangan. Dalam
melaksanakan program prteksi, banyak perusahaan bekerja sama dengan perusahan
asuransi yang memberikan peranggungan terhadap kemungkinan timbulnya masalah
kesehatan, financial atau masalah lainnya yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan
kelurganya di kemudian hari. Praktisnya, pemberian proteksi ini kualitasnya tidak sama
diantara masing – masing pekerja, tergantung dari kedudukan dan tangguang jawab mereka
masing – masing

Faktor yang mempengaruhi proteksi

1. Responsibility ( Tanggung Jawab) Semaikin tinggi jabatan seorang karyawan dalam


suatu perusahan, semakin besar pula tanggung jawab yang diembannya. Seorang CEO,
sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mengeban tanggung jawab paling besar
terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi tanggung jawab yang diemban oelh
seorang, semakin tinggi pula proteksi yang diberikan oleh perusahaan. Sebagai contoh,
Seorang Manager Treasury atau Branch Manger pada Bank memiliki tanggung jawab yang
lebih tinggi dari pada Dealer yang bertugas di Dealing Room. Oleh karena itu, tingkat
proteksi yang diberikan oleh perusahaan kepada Manager Treasury atau Branch Manager
lebih tinggi dari Dealer, Mislanya dari Kualitas tunjangan kesehatan.

2. Skill (Keahlian)

Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan membutuhkan karyawan yang


memiliki keahlian khusus. Misalny, untuk bidang informasi, perusahaan membutuhkan
tenaga akhli dibidang informasi teckhnologi yang menguasai teknologi computer. Keahlian
mereka sangat spesifik, sehingga untuk mempertahankan agar mereka tetap bekerja di
perusahaan tersebut, perusahaan menerapkan program proteksi yang layak dan bahkan
kadang – kadang diatas rata – rata yang mampuh diberikan pesaing. Program proteksi yang
diterapkan kepada pekerja yang memiliki keahlian khusus akan lebih tinggi dibangingkan
dengan pekerja yang tidak memerlukan keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi
3.Mental Effort (kerja Otak / Mental)
Karyawan yanglebih mengandalkan kemapuan kerja otak atu mental, misalnya analis,
programmer, marketer, atau akuntan. Kelas pekerja seperti ini sering disebut dengan
“White Collar” kelas pekerja ini biasanya memeperoleh tingkat proteksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar)
4.Physical Effort (Kemampuan Fisik)
Karyawan yang lebih mengandalakan kekuatan fisik (Blue Collar), misalnya satuan
pengaman (Satpam), petugas kebersihan atau pekerja bangunan. Biasanya proteksi yang
diberikan oleh perusahaan kepada mereka lebih difokuskan dalam bentuk perlindungan atas
keselamatan kerja.
5.Work Condition (Kondisi Kerja)
Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu bidang industri sering kali
berbeda. Sebagai contoh, kondisi kerja bagi pekerja dibidang perminyakan, yang bekerja di
lepas pantai akan berbeda dengan kondisi kerja di darat. Semakin berat kondisi kerja yang
dihadapi oleh pekerja, semakin tinggi program proteksi yang diterapkan.
6.Government Rule (Peraturan Pemerintah)
Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat peraturan yang mengharuskan
pengusaha atau perusahaan untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja.
Sebagai contoh, pemerintah mengaharuskan perusahaan memberikan perlindungan bagi
pekerja melalui jaminan asuransi tenaga kerja atu yang dikenal dengan jamsostek. Melalui
jaminan asuransi tersebut, pekerja yang di PHK, pekerja yang mengalami kecelakaan
selama bekerja, atau yang sakti akan memperoleh santunan yang layak dari pihak asuransi.
Selain itu, pemerintah juga mewajibkan perusahaan untuk memberikan hak cuti bagi
penyegaran fisik dan mental pekerja.
Santunan Sebagai Proteksi
1. Imbalan tidak langsung adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan yang tidak dikatikan dengan kinerja karyawan. Imbalan tidak langsung dapat
dikelompokan dalam 2 (dua) bagian, yaitu Imbalan yang disyaratkan oleh ketentuan
perundangan – undangan, seperti jaminan keamana, keselamatan dan kesehatan, dan
Santunan. Imbalan tidak langung dapat berperan dalam
a. Pencarian Tujuan Sosial atau Masyarakat
b. Pencapaian Tujuan Perusahaan
c. Pencapaian Tujuan Karyawan

2. Pemberian Jaminan Asuransi


Resiko financial yang dihadapi oleh karyawan dan keluarga mereka dapat disebar
atau dibervarifikasi melalui lembaga asuransi. Apabila resiko yang ditanggung tersebut
benar – benar terjadi, maka perusahan asuransi akan memberikan jaminan atau
pertanggungan kepada pekerja sesuai dengan jumlah polis ang telah disepakati. Jaminan
asuransi yang dapat diberikan kepada karyawan antara lain :
a. Asuransi Kesehatan Asuransi Keseahtan dapat berbentuk asuransi kesehatan
umum, asuransi mata, asuransi gigi, dan asuransi kesehatan mental. Asuransi akan
menanggung biaya – biaya tersebut sampai dengan jumlah tertentu. Hal ini akan
memberikan rasa aman bagai karyawan karena mereka tidak perlu mengeluarkan dana
secara penuh untuk proses penyembuhan. Premi yang dibayar perusahaan kepada
perusahaan asuransi dipotong dari gaji karyawan setiap bulan dengan persentase tertentu.
b. Asuransi Medis Asuransi medis membayar berupa biaya untuk pengobatan,
kecelakaan, dan biaya rawat inap di rumah sakit sampai pada batasan atau besarnya polis.
Sebagai tambahan, kebanyakan polis berisi daftar jaminan. Daftar ini menetapkan penyakit,
kecelakaan, atau biaya opname yang ditanggung dan berapa biaya yang akan dibayar.
Sebaliknya penanggung setuju untuk membayar semua atau sebagian biaya yang
dikeluarkan (tergantung kesepakantan antarperusahaan dengan asuransi).
c. Perawatan Yang Diatur Pemeliharaan kesehatan melalui HMO (Health
Maintenance Organization) jika organisasi ini ada di daerah mereka dan pemberi kerja
menawarkan bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan lainnya. HMO adalah oraganisasi
yang menyediakan fasilitas dan dokter mereka sendiri.
d. Asuransi Jiwa Asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kesehatan, dimana
asuransi jiwa hanya menganggung diri pribadi karyawan. Pemberian asuransi jiwa akan
dapat memberikan rasa aman bagi pekerja dalam bentuk proteksi polis kepada keluarga
karyawan apabila terjadi kecelakan kerja yang dapat menghilangkan nyawa karyawan atau
karyawan mengalami cacat permanent sehingga tidak dapat bekerja secara permanent
e. Asuransi Karena Ketidak mampuan Fisik atau Mental Karyawan Apabila karyawan
mengalami ketidak mampuan fisik atau mental sehingga tidak dapat bekerja secara penuh,
secara ekonomis perusahaan tidak mungkin membiayai karyawan yang tidak produktif.
Oleh karena itu, perusahan mengikutsertakan karyawan dalam program asuransi
f. Jaminan Asuransi Lain
Program kelompok membuat beberapa perusahan untuk menyediakan berbagai
program asuransi yang lain. Asuransi yang sah menurut undang – undang memberikan
kemudahaan kepada karyawan
4. Jaminan Keamanan Karyawan
Disamping mengikutsertakan pekerja dalam program asuransi, terdapat program –
program non-asuransi yang dapat memberikan jaminan keamanankepada pekerja. Program
ini dapat memberikan keuntungan bagi karyawan, baik sebelum masa pension maupun pada
saat pensuin. Program nonasuransi yang dapat diadopsi oleh perusahaan adalah :
a. Jaminan Terhadap Pendapatan Atas Pekerjaan
Kehilangan pekerjaan (baik karena PHK atau sebab lain) akan memberikan dampak
buruk bagi ekonomi rumah tangga karyawan. Dampak buruk ini dapat diminimalisir
dnegan menerapkan program jaminan pendapatan bagi pekerja.
b. Jaminan Pensiun
Pensiun diberikan bagi karyawan yang telah bekerja di perusahaan untuk masa
tertentu. pensiun merupakan salah satu program perusahaan dalam rangka memberikan
jaminan keamana financial bagi karyawan yang sudak tidak produktif.
1. Membuat Program Pensiun
2. Pensiun Dini
3. Penasehat Pensiun
5. Tujangan Berupa Istirahat Kerja
a. Cuti sakit
b. Istirahat
c. Cuti liburan
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif
terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja.

Keselamatan kerja menunjuk kepada kondisi – kondisi fisiologis-fisikal dan


pisiologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan – tindakan keselamatan yang
efektif, maka tidak akan ada lagi kecelakaan dalam pekerja hal ini akan lebih mempercepat
kesejahtraan karyawan yang nantinya juga berimbas pada hasil – hasil produksi perusahaan
ini Peranan departemen sumber daya manusia dalam keselamatan kerja merupakan peranan
yang sangat vital dalam perusahaan, departemen inilah yang merencanakan program
keselamatan kerja karyawan sampi dangan pelaksanaannya

Anda mungkin juga menyukai