Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak

terpisahkan

dalam

sistem

ketenagakerjaan

dan

sumber

daya

manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan
produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada
saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan
tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada
saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan
tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk
kegiatan pekerjaan. Setiap orang akan melakukan berbagai jenis pekerjaan yang
ada untuk pemenuhan kebutuhan ekonominya. Lahan pekerjaan sebagai sumber
ekonomi masyarakat dewasa ini, terutama di kota-kota besar dipenuhi sektorsektor industri baik formal maupun informal yang pertumbuhannya semakin
pesat. Hal ini memicu perkembangan teknologi yang juga semakin canggih.
Walaupun

perkembangan

teknologi

semakin

meningkat,

tidak

menutup

kemungkinan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan resiko


bahaya yang beragam bentuk dan jenisnya. Oleh karenanya perlu diadakan upaya
untuk mengendalikan berbagai dampak negatif tersebut Era globalisasi menuntut
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja, termasuk
sektor informal. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari pekerja di berbagai
sektor akan terpajan dengan resiko penyakit akibat kerja. resiko ini bervariasi
mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat, tergantung jenis
pekerjaannya.
Sektor informal saat ini mengalami proses pertumbuhan yang lebih pesat
dibandingkan dengan sektor formal, sehingga menjadi salah satu penopang
perekonomian di Indonesia. Keberadaan sektor informal telah membantu

1 K3 DI PT. PERTAMINA

mengurangi

beban

negara

sehubungan

dengan

meningkatnya

jumlah

pengangguran. Namun sektor ini memiliki standar kesejahteraan pekerja yang


masih jauh dari memuaskan. Umumnya pekerja di sektor informal memiliki beban
dan waktu kerja berlebih. Sementara upah yang diterima pekerja jauh di bawah
standar. Pengusaha sektor informal pada umumnya kurang memperhatikan kaidah
keamanan dan kesehatan kerja. Keselamatan pada suatu tempat kerja harus
didukung oleh berbagai faktor seperti tempat kerja yang baik, tingkat kebisingan
yang

rendah,

suasana

kerja

yang nyaman

perlengkapan keselamatan

kerja

pada

sebuah

dan

lain-lain.

tempat

kerja

Selain

itu

hendaknya

dipergunakan secara optimal untuk menghindari resiko kecelakaan. Untuk itu


perlunya suatu program yang dapat meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja

khususnya

bagi

karyawan.

Salah

satu

langkah

tersebut

adalah

dengan melakukan observasi dan wawancara kesebuah tempat khususnya di


bidang perbengkelan dan melihat secara langsung keadaan para pekerja dalam
melakukan aktifitas di bidangnya. Sehingga program yang akan dibuat dapat
sasuai dan cocok untuk industri tersebut
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat
dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah
capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan
yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan
untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi,

2 K3 DI PT. PERTAMINA

unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor
fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita
kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan
dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
PT Pertamina (persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang

bertugas

mengelola penambangan minyak dan gas

bumi di Indonesia.

Produk yang dihasilkan oleh PT Pertamina (persero) adalah bahan bakar minyak,
non-minyak, gas, pelumas dan petrokimia. Sebagai suatu badan perusahaan, PT
Pertamina (persero) tentunya bertujuan mengusahakan keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perseroan secara efektif, efisien dan memberikan kontribusi
dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Dalam melaksanakan tujuan tersebut tentunya PT Pertamina (persero)
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk
berkualitas tinggi. Kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan
sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi
dalam perusahaan seperti modal, mesin, dan material dapat bermanfaat apabila
telah diolah oleh SDM.
Sumber daya Manusia (SDM) sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari
masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu
bekerja. Oleh karena itu tenaga kerja perlu menjadi pusat perhatian, karena
merupakan salah factor pendukung utama keuntungan atau keberhasilan bisnis
suatu perusahaan. Riset yang dilakukan badan dunia International Labour
Organization (ILO)menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang
meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun
3 K3 DI PT. PERTAMINA

akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan. Secara keseluruhan
kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal
karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia
beracun (ILO, 2003 dalam Suardi, 2007: 1).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja?
2. Bagaimana Pengaruh K3 pada Produktivitas Kerja?
3. Bagaimana Penerapan K3 di PT. Pertamina?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Untuk mengetahui Pengaruh K3 pada Produktivitas Kerja
3. Untuk mengetahui Penerapan K3 di PT. Pertamina

4 K3 DI PT. PERTAMINA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.

Menurut Sumamur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian


usaha untuk menciptakan suas

ana kerja yang aman dan tentram

bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut

Simanjuntak

(1994),

keselamatan

kerja

adalah

kondisi

keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita
bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada


perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan


kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu
bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Jackson,

menjelaskan

bahwa

kesehatan

dan

keselamatan

kerja

menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis


5 K3 DI PT. PERTAMINA

tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.

Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu
Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik


kesimpulan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja menuju pada kondisi kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan
tindakan-tindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedkit
pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangkapendek maupun jangka
panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka diperusahaan tersebut. Kondisi
fisiologis-fiskal meliputih penyajit penyakit-penyakit kecelakaan kerja seperti
kehilangan nyawa atau anggota badan, cidera yang diakibatkan gerakan yang
berulang,

sakit

punggung,

sindrom

karpaltunnel,

penyakit-penyakit

kardiovaskular, berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukemia,


emphysema,serta arthritis. Kondisi- kondisi lain yang diketahui sebagai akibat
dari tidak sehatnya lingkungan pekerjaan meliputih penyakit paru-paru putih,
penyakit paru-paru coklat, penyakit paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan
sistem syaraf pusat dan bronghitis kronis. Kondisi-kondisi fisikologis diakibatkan
oleh stress pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini
meliputih ketidak puasan, sikap apatis, penarikan diri, penonjolan diri, pandangan
sempit, menjadi pelupah, kebingungan terhadap peran dan kewajiban, tidak

6 K3 DI PT. PERTAMINA

mempercayai orang lain, bimbang dalam mengambil keputusan, kurang perhatian,


mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus
asah terhadap hal-hal yang remeh.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak
terpisahkan

dalam

sistem

ketenagakerjaan

dan

sumber

daya

manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan
produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada
saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan
tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada
saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan
tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk
kegiatan pekerjaan. Setiap orang akan melakukan berbagai jenis pekerjaan yang
ada untuk pemenuhan kebutuhan ekonominya. Lahan pekerjaan sebagai sumber
ekonomi masyarakat dewasa ini, terutama di kota-kota besar dipenuhi sektorsektor industri baik formal maupun informal yang pertumbuhannya semakin
pesat. Hal ini memicu perkembangan teknologi yang juga semakin canggih.
Walaupun

perkembangan

teknologi

semakin

meningkat,

tidak

menutup

kemungkinan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan resiko


bahaya yang beragam bentuk dan jenisnya. Oleh karenanya perlu diadakan upaya
untuk mengendalikan berbagai dampak negatif tersebut Era globalisasi menuntut
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja, termasuk
sektor informal. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari pekerja di berbagai
sektor akan terpajan dengan resiko penyakit akibat kerja. resiko ini bervariasi
mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat, tergantung jenis
pekerjaannya.
Menurut Stewart and Stewart, Kondisi Kerja adalah serangkaian kondisi
atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja
dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud
7 K3 DI PT. PERTAMINA

disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk
dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di
lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan
keamanan kerja. Pada kondisi lingkungan kerja ditempat penumpukan barang
bekas tersebut dapat dikenali faktor-faktor Bahaya Lingkungan Kerja
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi
yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau
kesejahteraan orang yang bekerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja ditempat
penumpukan barang bekas meliputi faktor Fisika.
Bahaya Fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.

suhu ekstrim (panas & dingin)


dimana para pekerja,bekerja diluar ruangan sehingga terpapar langsung
oleh sinar matahari
radiasi
dimana pekerja melakukan las untuk memotong besi agar lebih kecil
radiasi terhadap pekerjaan dari seorang Tukang Las akan mengakibatkan
hal-hal seperti berikut :

Kerusakan pada retina akibat cahaya dengan intensitas tinggi.

Kerusakan pada kornea dan katarak akibat radiasi IR.

Arc eye atau welders flash akibat radiasi UV.


Mata seperti berpasir, pandangan kabur, mata berair, mata seperti
terbakar dan sakit kepala.

1.Penggunaan APD
8 K3 DI PT. PERTAMINA

Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak


menggunakan APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun.
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena resiko dari bahaya. Pada tempat penumpukan barang bekas
ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu :
a. Sarung tangan
Dengan menggunakan sarung tangan, pekerja dapat melindungi bagian
tangan dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat,, bahan
kimia, infeksi kulit.
b. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari debu,
uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
c. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakean lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat
penting pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur
ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, penetrasi
benda tajam (alat-alat bengkel). Para pekerja ditempat penumpukan
sampah tidak menggunakan masker.
d. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang
nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda
jatuh, cipratan bahan kimia (misalnya oli).
e. Welding shielding/kap las
Berfungsi melindungi mata kita dan daerah wajah dari sinar yang
dihasilkan pada saat proses las.
APD di atas dapat melindungi bagia-bagian tubuh pekerja untuk
menimalisir kecelakaan kerja selama bekerja. Dan sebaiknya harus diterapkan
pada pekerja yang bekerja .a.Pencegahan/ pengendalian kecelakaan kerja
Dalam mencegah/ mengendalikan kecelakaan kerja, para pekerja tidak
mempunyai program atau prosedur apapun, pekerja hanya mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dengan bersikap hati-hati pada tiap aktivitasnya.
2.2 Pengaruh K3 pada Produktivitas Kerja

9 K3 DI PT. PERTAMINA

Sumber daya manusia merupakan modal pokok bagi perusahaan atau


sebagai faktor sentral dalam mendayagunakan sumber daya alam (Natural
Resources) dan, bahkan juga sumber daya manusia itu sendiri. Semua unsur itu
harus didayagunakan secara maksimal agar organisasi perusahaan mampu
merebut dan memperluas pasar bagi produknya, baik berupa barang maupun jasa.
Tanpa adanya manusia maka perusahaan tersebut tidak akan berjalan walaupun
modal dan teknologi telah tersedia. Untuk itu sangat diperlukan produktivitas
kerja

karyawan

yang

tinggi

dalam

mendayagunakan

sumber

daya-sumber daya tersebut agar perusahaan dapat hidup dan berkembang.


Peningkatan produktivitas kerja karyawan sangat dibutuhkan pada semua
perusahaan baik yang bergerak dibidang produksi maupun jasa.
Dengan demikian khusus mengenai aspek keselamatan dan kesehatan kerja
para karyawan, perlu diberi perhatian yang sangat serius karena berpengaruh
langsung terhadap efektivitas kerja karyawan yang merupakan motor dan sarana
utama dalam pencapaian produktivitas yang maksimal dari suatu perusahaan.
Bertitik tolak dari penjelasan diatas yaitu semakin maju pesatnya industry, ilmu
pengetahuan dan tehnologi dewasa ini, keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja
mutlak perlu bagi para pekerja, tetapi juga penting bagi kelangsungan dan
kemajuan perusahaan yang bersangkutan. Mengenai hal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) diperkuat dan dipertegas lagi dalam Undang-Undang dalam
pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama. Undang - undang tersebut juga mengatur syarat-syarat
keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.Walaupun sudah banyak
peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia

10 K3 DI PT. PERTAMINA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih
diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama
dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja agar terjalan dengan baik. atau suatu program keselamatan
dan kesehatan kerja sesuai dengan tempat kerja.
2.3 Penerapan K3 di PT. Pertamina
Tenaga Kerja sebagai Sumber daya manusia (SDM) tentunya berbanding
lurus dengan performa perusahaan. Sehingga factor yang membahayakan maupun
beresiko terhadap tenaga kerja tentunya akan menimbukan masalah, baik bagi
tenaga kerja maupun perusahaan. Salah satu dalam mengendalikan masalah
tersebut adalah dengan melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3). Menurut Sujatna Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu
program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah
timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Sujatna,
2006:3). Hal ini dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang
diterima perusahaan terutama dalam masalah keuangan atau pembiyaan, citra, dan
kepercayaan perusahaan.
Kegiatan PT Pertamina (persero) yang dapat menimbulkan bahaya dan
resiko pekerja menurut Prosedure Tanggap Darurat P-001/SHE/05 Pertamina
adalah semburan liar gas/minyak, kebakaran dan peledakan, tumpahan minyak
dan kimia, terlepasnya gas H2S, kondisi yang terkait georgrafis, politik dan social
Indonesia berupa kerusuhan massa, ancaman bom, gempa bumi, tabrakan kapal,
dan penyelamatan di laut (Prosedur Tanggap Darurat, 2005:4).
Jika keadaan ini tidak mampu dikendalikan oleh PT Pertamina (persero),
tenaga kerja mendapat kerugian berupa sakit, kecacatan, sampai kepada kematian
yang tentunya akan berpengaruh dalam kehidupan social. Tenaga kerja kehilangan
pekerjaan sehingga penghidupan keluarga terganggu, menambah tingkat
11 K3 DI PT. PERTAMINA

pengganguran Indonesia, serta tingkat kriminalitas. Bagi perusahaan sendiri


tentunya harus mealokasikan dana yang besar, berupa tunjangan seumur hidup
bagi tenaga kerja yang tidak dapat melanjutkan penghidupannya. Alokasi dana ini
tentunya lama kelamaan akan merugikan perusahaan PT Pertamina (persero), jika
korban tenaga kerja akibat kecelakaan terus meningkat, seiring dengan
ketidakmampuan PT Pertamina (persero) dalam melaksakan program K3.
Minyak dan gas merupakan kebutuhan bahan bakar yang vital dalam
menjalankan industri dan kebutuhan dasar masyarakat akan bahan bakar.
Kerugian biaya PT pertamina (persero) yang disebabkan factor SDM yang
berkurang, tentunya akan berpengaruh pada factor produksi lainya yang dikelola
SDM tersebut berupa modal, mesin, dan material. Hal ini akan menyebabkan
antara lain
1. Menurunnya produksi minyak dan gas PT Pertamina (persero) sehingga
tidak mampu memenuhi pasar permintaan, PT Pertamina (persero)
mealokasikan dana untuk membeli minyak dan gas dari perusahaan lain
untuk memenuhi pasar.
2. Produksi PT Pertamina (persero) yang sedikit dengan permintaan yang
tinggi, tentunya dapat meningkatkan harga minyak dan gas sehingga
dapat mencabut atau mengurangi BBM bersubsidi.
3. Tingginya modal yang harus dikeluarkan perusahaan industry dalam
penyediaan bahan bakar, dapat mengakibatkan proses dan hasil produksi
menurun, dan berdampak pada kerugian perusahaan dan seterusnya
mengakibatkan pemutusan tenaga kerja atau PHK
Hal yang telah diuraikan sebelumnya tersebut dapat menggangu kestabilitas
keadaan nasional, baik ekonomi maupun kehidupan social. Yaitu berupa kenaikan
harga berbagai barang dan jasa, tingkat pengangguran yang meninggi, kriminalitas
tinggi, kemiskinan, dan kelaparan. Selain itu PT Pertamina(persero) juga sulit
untuk melakukan riset pendidikan dan teknologi dalam upaya mencari maupun
mengadakan energy baru dalam upaya memenuhi kebutuhan nasional.
Pada awalnya PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan yang
memonopoli industri minyak dan gas. Akan tetapi, Sesuai dengan ketentuan dalam

12 K3 DI PT. PERTAMINA

Undang-Undang Migas baru, PT Pertamina (Persero) tidak lagi menjadi satusatunya perusahaan yang memonopoli industri migas, kegiatan usaha minyak dan
gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar. Di era globalisasi dan pasar
bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA) dan World Trade Organization
(WTO) serta Asia Pacific Economic Community (APEC) yang akan berlaku tahun
2020, suatu perusahaan harus mampu melaksanakan kesehatan dan keselamatan
kerja sebagai syarat untuk memenangkan persaingan pasar bebas. Persaingan
pasar bebas PT Pertamina di Internasional tentunya akan berpengaruh pada
pendapatan dan devisa Negara Oleh karena itu jika PT Pertamina ingin terus
berkiprah di dunia bisnis minyak dan gas internasional secara independent
tentunya, aspek kesehatan dan keselamatan kerja sesuai OHSAS 18001:1999
harus dilaksanakan.

13 K3 DI PT. PERTAMINA

Daftar Pustaka
Azwar,Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Lestari, T dan Trisyulianti, Erlin 2007 dalam Hubungan Keselamatan dan
Kesehatan

(K3)

dengan

Produktivitas

Kerja

Karyawan diakses http://www.kesehatankerja601-2575-1-PB.pdf.com/


Prosedure

Tanggap

Darurat

P-001/SHE/05

Pertamina

diakses

pada www.pertamina.download.com
Suardi, Rudi. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja. Jakarta
:Penerbit PPM
Sutjana, I Dewa Putu. 2006 dalam seminar
penerapan

K3

dan

ergonomic

ergonomic, hambatan dalam


di

perusahaan.

Diakses

pada http://www.sutjanahambatanpenerapanergonomidank3dibali.pdf.com/

14 K3 DI PT. PERTAMINA

Anda mungkin juga menyukai