JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN UNIVERSITAS PAPUA SORONG 2017 A. Kasus Kecelakaan Kerja
TANJUNG - Kecelakaan kerja menimpa karyawan pertambangan batu
bara PT Adaro Indonesia yang dikerjakan subkontraktor PT Sapta Indera Sejati, Kamis (1/11). Adalah Ribut Hariono (35), warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur yang tinggal bersama keluarganya di Perumahan Citra Bugenvil, Kelurahan Jangkung, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong menjadi korban tewas dalam kecelakaan tersebut. Ribut, selaku pekerja bagian blasting atau petugas peledak lahan tambang, meninggal dunia usai melakukan peledakan di kawasan tambang berlokasi CS 2 di Kecamatan Murung Pudak, Tabalong pukul 14.00 Wita. Seperti biasa, proses setelah peledakan terjadi, Ribut beserta beberapa petugas lainnya melakukan pemeriksanaan bekas ledakan. Namun, tak menyangka dirinya terjatuh di lubang bekas ledakan. Akibat terjatuh, sekujur tubuh Ribut memar. Pupil mata terluka dan pada mulutnya mengeluarkan darah segar. Kondisi seperti itu, dia pun meninggal dunia di tempat kejadian.
Mengetahui peristiwa tersebut, pihak PT SIS sendiri langsung
membawanya ke RSUD H Badarudin Tanjung. Kemudian, melaporkan hal itu ke pihak yang berwajib untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Humas PT SIS, Hendrayano, saat melaporkan kejadian ini ke Polres Tabalong, mengatakan, belum tahu pasti kejadian sebenarnya. Informasi awal, Ribut terjatuh dan meninggal dunia, lalu dibawa ke rumah sakit untuk divisum. Yang tahu persis orang teknis di lapangan, katanya. Peristiwa naas itu pun membuat rekan-rekan sekerja Ribut berduka cita. Jenazah Ribut yang terbaring di kamar mayat, tampak ditunggui rekan-rekannya yang sebagian besar masih mengenakan seragam kerja. Dari pantauan wartawan, setelah visum, jenazah Ribut langsung dimandikan dan dikafani oleh petugas rumah sakit. Lalu dibawa ke rumah duka di Kelurahan Jangkung. Rencananya malam ini juga akan kami kirim jenazah ke Blitar, kata salah seorang rekan kerja, karyawan PT SIS yang mengurusi jenazah Ribut. Tepat pukul 23.00 Wita jenazah Ribut pun dipulangkan ke Blitar, untuk dimakamkan di sana. Kapolres Tabalong AKBP Trijan Faizal melalui Kasatreskrim AKP Noryono mengatakan, kelanjutan peristiwa tersebut akan dilakukan penyidikan. Apakah kecelakaan kerja atau ada faktor lain. Kami akan memastikan kejadiannya katanya.
B. Penanganan dan Pencegahan
1. Pengertian Kerja tambang
Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan
langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan/pemurnian dan pengangkutan bahan galian termasuk sarana dan fasilitas penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau tempat yang terpisah atau wilayah proyek.
2. kecelakaan tambang yaitu :
A. Kecelakaan benar terjadi membuat cidera pekerja tambang
B. Akibat dari kegiatan pertambangan C. Kejadian pada jam kerja tambang D. Di wilayah pertambangan
3. Penggolongan Kecelakaan tambang
A. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan) Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu. B. Cidera Berat (Kecelakaan Berat) Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu. a. Berdasarkan cedera korban, yaitu : a) Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas, paha/kaki b) Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen c) Luka berat, terkoyak d) Persendian lepas b. Berdasarkan penelitian heinrich: Perbuatan yang dilakukan oleh pekerja yang membahayakan mencapai 96% antara lain berasal dari : a) Alat pelindung diri (12%) b) Posisi kerja (30%) c) Perbuatan seseorang (14%) d) Perkakas (equipment) (20%) e) Alat-alat berat (8%) f) Tata cara kerja (11%) g) Ketertiban kerja (1%) h) Sumberlainnya diluar kemampuan dan kendali manusia.
4. Tindakan yang dilakukan setelah kecelakaan kerja
A. Manajemen K3 a) Pengorganisasian dan Kebijakan K3 b) Membangun Target dan Sasaran c) Administrasi, Dokumentasi, Pelaporan d) SOP Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan pekerjaan yang ditentukan, untuk memperoleh hasil yang sama secara paling aman, rasional dan efisien, walaupun dilakukan siapapun, kapanpun, di manapun. Setiap pekerjaan Harus memiliki SOP agar pekerjaan dapat dilakukan secara benar, efisien dan aman. Manajemen K3 memiliki target dan sasaran berupa tercapainya suatu kinerja K3 yang optimal dan terwujudnya ZERO ACCIDENT dalam kegiatan Proses Produksi .
5. Pedoman Peraturan K3 Tambang
a) Ruang Lingkup K3 Pertambangan : Wilayah KP/KK/PKP2B/SIPD Tahap Eksplorasi/Eksploitasi/Kontruksi & Produksi/Pengolahan/Pemurnian/Sarana Penunjang b) Sistem maUU No. 11 Tahun 1967 c) UU No. 01 Tahun 1970 d) UU No. 23 Tahun 1992 e) PP No. 19 Tahun 1970 f) Kepmen Naker No. 245/MEN/1990 g) Kepmen Naker No. 463/MEN/1993 h) Kepmen Naker No. 05/MEN/1996 i) Kepmen PE. No.2555 K/26/MPE/1994 j) Kepmen PE No. 555 K/26/MPE/1995 k) Kepmen Kesehatan No. 260/MEN/KES/1998 l) Kepmen ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000
6. Sistem manajemen k3 di pertambangan
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah sebagai berikut : a. Ledakan Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal b. Longsor Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang. c. Kebakaran Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja
dari bahaya yang ada di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi
yang berpotensi menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang- kadang disebut kejadian yang tidak diinginkan). 2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari peristiwa yang tidak diinginkan. 3. Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima. 4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan memastikan mereka efektif. DAFTAR PUSTAKA