Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EVAKUASI KORBAN DI BANDAR UDARA YANG


MENGALAMI KECELAKAAN

Nama: I Dewa Gede Krisna Agung Pangestu


NIT: 34319013
Course: PKP 15 Alpha

POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA


Alamat: Jl. Raya PLP Curug, Serdang Wetan, Kec. Legok,
Tangerang, Banten 15820
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukuratas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evakuasi
Korban Di Bandar Udara Yang Mengalami Kecelakaan”
Adapun makalah tentang “Evakuasi Korban Di Bandar Udara Yang
Mengalami Kecelakaan” ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, saya juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “Evakuasi
Korban Di Bandar Udara Yang Mengalami Kecelakaan” ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran
dari anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya

Tangerang, Maret 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
Evakuasi..........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
 Kecelakaan................................................................................................................................2
 Faktor Penyebab Kecelakaan Pesawat Terbang.......................................................................3
 Jenis Kecelakaan Pesawat Terbang..........................................................................................4
 Evakuasi Korban Kecelakaan di Bandar Udara.............................................................4
 Entry and evacuation (masuk dan mengevakuasi korban)........................................4
 Type of Fireman Carry.........................................................................................................5
 Kecelakaan pesawat udara...............................................................................................13
 Dampak kebakaran gedung..............................................................................................14
 Prosedur operasi di ruang berasap................................................................................14
 Mencari korban....................................................................................................................15
 Menemukan korban............................................................................................................15
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
References...........................................................................................................................................17

II
BAB I
PENDAHULUAN

Evakuasi
evakuasi korban yaitu proses pencarian ataupun pemindahan korban baik
yang selamat maupun yang sudah meninggal dunia selama terjadinya bencana.Unit
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran atau disingkat
PKP-PK yang terdapat di Bandar Udara adalah suatu unit kerja yang mempunyai
tugas memberikan pelayanan untuk menunjang operasi Keselamatan Penerbangan.
Dalam memberikan pelayanan tersebut unit PKP-PK mempunyai tugas memberikan
pertolongan terhadap Kecelakaan Penerbangan, khususnya kecelakaan pesawat
udara yang terjadi di darat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

 Kecelakaan
Secara umum kecelakaan merupakan segala sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan
kondisi operasional yang diinginkan baik itu yang disebabkan karena adanya kesalahan,
kegagalan dan sebab-sebab lain atau kombinasi adanya antara kesalahan, kegagalan, dan
sebab-sebab lain tersebut. Dalam hal ini tingkat bahaya, korban jiwa dan luka-luka, atau
kerugian biasanya tidak dipersoalkan. Dalam dunia penerbangan serta dalam bidang
investigasi istilah kecelakaan biasanya didefinisikan sebagai dua kondisi yang berbeda, yaitu
kecelakaan (accident) dan kejadian (incident). Lahirnya kedua istilah ini didasarkan pada
adanya perbedaan tingkat bahaya, korban jiwa, lukaluka, serta tingkat kerugian yang terjadi.
Menurut International Civil Aviation Organization (ICAO), pengertian kecelakaan pesawat
udara sipil (Accident) adalah suatu kejadian yang berhubungan dengan pengoperasian
pesawat udara yang terjadi sejak seseorang naik pesawat udara untuk maksud penerbangan
sampai suatu waktu ketika semua orang telah meninggalkan (turun dari) atau keluar dari
pesawat udara (ICAO Annex 13, 2001), dimana:
1. Seseorang meninggal atau mengalami luka serius sebagai akibat dari:
a. Berada di dalam pesawat, atau
b. Kontak langsung dengan bagian pesawat, termasuk bagian yang terlepas dari pesawat, atau
c. Terkena dampak langsung jet blast.
Kecuali jika luka-luka tersebut disebabkan oleh penyebab alamiah (natural causes) diri
sendiri atau orang lain atau terjadi pada penumpang gelap yang berada dibagian pesawat yang
tidak diperuntukkan bagi penumpang/crew; atau
2. Pesawat mengalami kerusakan atau kegagalan struktur yang:
a. Mempengaruhi kekuatan struktur, karakteristik dan performa terbang pesawat, dan
b. Memerlukan perbaikan besar atau penggantian komponen yang rusak.
Kecuali untuk kegagalan atau kerusakan mesin, dangan kerusakan mesin, cowling dan
accessories, kerusakan pada propeller, wing tip, antenna, tires, brakes, fairings, lubang
kecil/dekukan pada kulit (skin) pesawat.
3. Pesawat itu hilang atau sama sekali tidak terjangkau.
Pesawat udara dianggap hilang, apabila operasi Search And Rescue (SAR) resmi telah
dinyatakan berakhir dan pesawat udara tersebut tidak dapat diketemukan.

2
 Faktor Penyebab Kecelakaan Pesawat Terbang
Penyebab kecelakaan tidak pernah terdapat faktor penyebab tunggal, selalu terdapat faktor
yang berkontribusi dalam kecelakaan dan atau terdapat kombinasi dari beberapa faktor yang
mnyebabkan kecelakaan pesawat terbang. Terdapat 3 faktor kategori utama yang
berkontribusi dalam terjadinya kecelakaan transportasi udara yaitu Faktor Manusia, Teknis,
dan Lingkungan.
a. Faktor Manusia Faktor manusia disini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1) Pelaksanaan/penerapan prosedur dan/atau standar yang berlaku Kurangnya pemahaman
crew terhadap prosedur atau standar yang berlaku. Hal ini dapat dikarenakan faktor rutinitas
kerja (kebiasaan), prosedur tersebut baru atau belum lama berlaku, beban kerja yang berat
atau simultan pada saat bersamaan.
2) Pengawasan, baik internal maupun eksternal, dan pelaksanaan ketentuan Kurangnya
pengawasan internal ini contohnya adalah pada saat proses muat bagasi, dimana pada
beberapa kasus terjadi kekeliruan dalam perhitungan berat muatan dan/atau pembagian
distribusi muatan di dalam cargo compartment. Pihak airlines juga seharusnya memiliki suatu
sistem pengawasan terhadap penerapan ketentuan dan prosedur kerja oleh crew.
3) Beban kerja atau jam kerja yang berlebih atau kurang istirahat. Kurangnya waktu istirahat
menjadi faktor kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, sebagai contoh
terdapat crew yang baru saja melakukan perjalanan dengan pesawat pada malam sebelumnya
kemudian lalu mengalami kecelakaan.
b. Faktor Teknis Faktor teknik merupakan faktor kontributor yang cukup sering
muncul dalam suatu kejadian kecelakan transportasi udara. Faktor teknis ini dapat
berupa beberapa hal yaitu:
1) Kurang berfungsinya atau atau tidak efektif peralatan-peralatan atau sistem pada pesawat.
2) Kegagalan atau kesalahan pada proses produksi. Contohnya kegagalan produksi pada
proses pembuatan silinder engine, dimana kegagalan silinder ini maka engine pesawat
tersebut mengalami in flight shut down.
c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan sekitar sebagai faktor kontributor dalam
terjadinya kecelakaan. Faktor ini adalah sebagai berikut:
1) Kurang sterilnya runway dan/atau bandara, dimana terdapat aktifitas yang tidak terkontrol
dalam area runway.
2) Kurang tersedianya alat bantu penerbangan/Instrument Landing System (ILS) khususnya
pada bandara-bandara perintis.
3) Kurang sterilnya Kawasan Keamanan Operasional Penerbangan (KKOP) dari aktifitas
yang tidak terkontrol.

3
 Jenis Kecelakaan Pesawat Terbang
Terdapat 3 macam pengertian kecelakaan pesawat terbang dalam dunia penerbangan dikenal
yakni kecelakaan (accident), kejadian serius (serious incident) dan kejadian/insiden
(incident). Accident adalah suatu peristiwa yang terjadi diluar dugaan manusia yang
berhubungan dengan pengoperasian pesawat yang berlangsung sejak penumpang naik
pesawat (boarding) dengan maksud melakukan penerbangan sampai waktu semua
penumpang turun dari pesawat (debarkasi), dimana dalam peristiwa tersebut mengakibatkan
orang meninggal dunia atau luka parah baik secara langsung maupun tidak langsung atau
pesawat mengalami kerusakan struktural yang berat dan pesawat memerlukan perbaikan yang
besar atau pesawat hilang sama sekali.
Sementara itu serious INCIDENT adalah suatu INCIDENT yang menyangkut keadaan dan
yang mengindikasikan bahwa suatu ACCIDENT nyaris terjadi. Perbedaan antara suatu
ACCIDENT dengan suatu serious incident hanya terletak pada akibatnya. Sedangkan
incident adalah peristiwa yang terjadi selama penerbangan berlangsung yang berhubungan
dengan operasi pesawat yang dapat membahayakan terhadap keselamatan penerbangan.

 Evakuasi Korban Kecelakaan di Bandar Udara


evakuasi korban di bandar udara yang mengalami kecelakaan Standar Teknis dan
Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard
CASR part 139) Volume IV, Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
Kebakaran (PKP-PK). Dalam mengemban tugas tersebut ,tugas utamanya dititikberatkan
untuk menyelamatkan jiwa manusia, yang sedang mengalami kecelakaan.

 Entry and evacuation (masuk dan mengevakuasi korban)


A. Pertimbangan operasional PKP-PK
1) Kecelakaan pesawat udara di dalam kawasan bandar udara ada yang terbakar dan mungkin
juga tidak terbakar. Demikian juga halnya dengan kondisi penumpang dan awak pesawat ,
ada yang mengalami luka ringan, luka sedang, luka berat , meningal, dan mungkin ada yang
tidak luka dan selamat;
2) Terlepas dari dampak sebagaimana dimaksud di atas, personel PKP-PK tetap akan masuk
kedalam pesawat yang mengalami kecelakaan dan segera mengevakuasi para korban;
3) Untuk melancarkan operasi pertolongan, para tim penolong (rescue team) harus
mengetahui prosedur operasi pertolongan;
B. Prosedur masuk ke dalam pesawat udara yang mengalami kecelakaan
1) Usahakan masuk melalui normal door;

4
2) Beralih ke emergency exits (emergency door dan emergency window jika normal door
tidak dapat dibuka;
3) Bila emergency exits tidak dapat dibuka, tidak ada cara lain kecuali membobok /
memotong badan pesawat udara agar tim penolong (rescue team) masuk secara paksa (forced
entry);
4) Jangan sampai melukai korban yang masih di dalam pesawat udara , karena belum dapat
keluar disebabkan exit belum bisa dibuka;
C Cara membuka pintu utama, pintu darurat, dan jendela darurat
1) Tergantung jenis pesawat udara dan pada umumnya dapat dibuka dari dalam dan dari luar
dengan mudah;
2) Diingatkan kepada seluruh personel PKP-PK harus mengetahui cara membuka pintu utama
, pintu dan jendela darurat terutama untuk pesawat udara yang reguler beroperasi di bandar
udara masing-masing;
d. Cara membuat forced entry
Forced entry adalah jalan masuk secara paksa yang dibuat oleh rescue team dan dapat dibuat
hanya pada daerah yang bertanda cutting point / breaking point atau chops point ataupun
sepanjang fuselage antara lantai dan hat rack dan biasanya diberikan tanda garis membentuk
siku-siku warna merah atau kuning; Cara membuat forced entry :
1) Sekurang kurangnya menggunakan kampak untuk memotong / membobok kulit badan
pesawat udara;
2) Menggunakan gergaji listrik dan pahat listrik;
3) Potong sebelah kiri , kanan dan atas serta potongannya ditarik ke luar dan dilipat ke bawah
agar bagian bawah tidak tajam;
4) Waktu yang diperlukan tergantung jenis pesawat udara yang mengalami kecelakaan, tetapi
pertimbangan operasi PKP-PK dan ketahanan korban di dalam pesawat udara yang penuh
dengan asap , tidak boleh lebih dari 4 menit;
e. Kewaspadaan selama membuat forced entry
1) Hati hati menggunakan tangga saat membuat forced entry pada pesawat udara berbadan
besar dan tinggi;
2) Percikan bunga api ketika pemotongan badan pesawat;
3) Jangan sampai mengenai penumpang yang berada di dalam pesawat udara;
4) Hindari hal-hal yang menyebabkan bahaya kebakaran;

 Type of Fireman Carry

5
Dalam kecelakaan pesawat, keadaan korban yang akan diselamatkan dan diungsikan
berbagai macam keadaannya seperti: ada yang terluka, terjepit dan terperangkap di dalam
pesawat, ada yang mati, bahkan ada yang tidak terluka sama sekali. Dengan adanya situasi
dan kondisi para korban di daerah kecelakaan ke tempat yang dianggap amanpun dengan cara
yang benar. Pada prinsipnya usaha pertolongan untuk mengangkut dan mengungsikan korban
di sesuaikan dengan situasi korban pada daerah kecelakaan dan waktu kecelakaan. Dalam
pelaksanaan operasi, diusahakan pertolongan dan pemindahan korban secepatnya dari tempat
kecelakaan ke tempat yang aman untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan selanjutnya.
Prosedur mengangkut para korban di perhatikan dengan maksud agar para petugas dapat
melakukan usaha pertolongan dengan cepat dan benar. Type of Fireman carry atau dapat
diartiakan sebagai jenis – jenis angkutan petugas pemadam kebakaran ini dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu :
1. Angkutan perorangan, adalah jenis angkutan yang dapat dilaksanakan oleh satu
orang petugas, dan jenis-jenis angkutan ini antara lain :
a. Assist to walk
Cara ini digunakan apabila korban tidak luka yang serius dan sadar penuh,
ataupun korban hanya luka ringan pada kaki atau paha dan tidak perlu diangkat
dan dibawa.

Gambar 1 Assist to walk

Letakkan tangan dilingkaran pada bahu dan tahan korban dengan momongan
disekitar badannya dan tangan penolong yang satu lagi memegang tangan
korban pada leher dan bahu kita (rescueman) biarkan tumpuan beratnya diatas
rescueman dan dapat dilakukan oleh 1 dan 2 orang rescueman.

b. Arm carry (cradle in arms)


Cara angkutan ini sangat efektif untuk anak-anak dan orang dewasa yang kecil
tubuhnya (ringan) dan tidak praktis untuk orang dewasa yang dibawah sadar
(pingsan).

6
Gambar 2 Arm carry

Tempatkan satu tangan penolong (rescueman) dibawah tangan korban dan


menyilang kebelakang. Menahan punggung korban dan tangan penolong yang
satu lagi memegang kaki korban dibawah lutut dan korban diangkat/ digendong.

c. Pack strap carry


Sangat berguna untuk membawa korban yang dibawah sadar (pingsan), cara ini
bisa dilaksanakan dengan 2 (dua) cara.
1) Dengan menggunakan tangan.
Baringkan korban dan penolong berlutut disebelah korban, memegang dan
menggenggam tangan kedua tangan korban melingkar mengelilingi leher
penolong dan posisi pasien/ korban di atas punggung penolong dan
berjalanlah dengan merangkak/ menjongkok.

Gambar 3 Pack strap carry with hands

2) Dengan menggunakan tali.


Letakkan tali disekitar bawah leher dan tangan, setelah itu penolong
berlutut disebelah korban dan menggenggam kedua tangan korban dan
melingkar diatas leher dan bawa korban dengan posisi merangkak/ jongkok.

7
Gambar 4 Pack strap carry with lines

d. Fireman carry (fireman lift)


Angkutan ini boleh dilakukan terhadap korban yang dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar.

Gambar 5 Fireman carry

Baringkan dahulu korban, terus diangkat dengan cara menahan punggungnya,


setelah korban dalam keadaan berdiri, pegang tangannya (salah satu
tanggannya) serta ditahan, lalu penolong memasukkan pundaknya di
selangkangan korban sambil menahan korban dan setelah itu posisi rescueman
mantap untuk mengangkat korban, baru korban diangkat dengan tumpuan
angkutan pada kedua kaki penolong buka pada punggung.

e. Incline drag (one man drag)


Cara ini sangat berguna dilaksanakan untuk menggerakan korban yang dibawah
sadar (pingsan) dan sangat cepat untuk membawa korban turun atau mendaki/
naik.

Gambar 6 Incline drag

8
Baringkan korban, rescueman jongkok diatas kepala korban dan memasukkan
tangannya dibawah tangan korban dan menyilangkan ke dada korban serta
genggam pergelangan tangan korban dan angkat ke posisi berdiri lalu korban
diseret.

f. Fireman drag ( crawling stop)


Cara angkutan ini sangat efektif dilaksanakan pada daerah yang sempit, dimana
kita tidak memungkinkan untuk berdiri ataupun sangat efektif dilaksanakan
pada waktu operasi di ruangan yang penuh dengan asap, dan dapat digunakan
untuk korban yang sadar ataupun pingsan.

Gambar 7 Fireman drag

Rescueman mengikat kedua tangan korban dengan tali, sapu tangan atau alat apa
saja yang dapat digunakan untuk mengikat. Letakkan posisi korban dalam
keadaan berbaring(terlentang), setelah itu masukan kedua tangan korban yang
telah terikat tersebut keatas leher rescueman (dikalungkan melingkar), lalu
korban diseret dengan merangkak dengan posisi rescueman diatas korban.

g. Blanket drag
Cara angkutan ini sangat efektive dilaksanakan untuk mengangkat korban baik
yang sadar maupun yang pingsan.

Gambar 8 Blanket drag

9
Letakkan korban terlentang diatas selimut dan sejenisnya. Lalu korban diseret
dan cara ini sangat mudah dilakukakan dengan satu petugas rescueman saja.

h. Clothes drag
Cara angkutan ini dapat dilaksanakan untuk mengangkut korban baik yang sadar
ataupun yang pingsan, teristimewa untuk ruangan yang penuh asap.

Gambar 9 Clothes drag

Korban ditelentangkan, lalu rescueman, jongkok diatas kepala korban dan


rescueman memegang baju korban pada bagian pundak, lalu korban diseret.

i. Carrying astride back (piggy back) and front piggy


Cara angkutan ini dapat dilaksanakan dengan cara menggendong korban yang
sadar ataupun yang tidak sadar (lemas).

Gambar 10 Piggy back

Korban digendong dibelakang dengan posisi tangan korban disilangkan di dada


penolong dan dipegang oleh penolong.Tangan penolong juga disamping
memgang tangan korban harus menahan paha korban.

2. Angkutan beregu, adalah suatu jenis angkutan yang dapat dilaksanakan oleh lebih
dari satu orang petugas, dan jenis-jenis angkutan ini antara lain:

a. Two man seat carry/ two handed chair

10
Pengangkutan dengan dua orang rescueman menggunakan dua tangan membuat
seperti kursi. Dilakukan untuk mengangkut korban yang sadar dan setengah
sadar (lemas).

Gambar 11 Two man seat carry

Dua orang rescueman berlutut dengan membuat kedua tangan rescueman


tersebut berpegang untuk membuat kursi, yang satu untuk membuat sandaran
dan yang satu lagi untuk membuat tempat duduk, setelah itu korban didudukan
dan diangkut dengan posisi kedua tangan korban merangkul leher petugas
rescueman.

b. Three handed chair


Pengangkutan dengan dua orang rescueman menggunakan tiga tangan membuat
seperti kursi. Dilakukan untuk mengangkut korban yang sadar dan setengah
sadar (lemas).

Gambar 12 Three handed chair

Kedua penolong membentuk tangan seperti kursi, satu orang penolong


menggunakan kedua tangannya untuk tumpuan tempat duduk korban dan
penolong satunya lagi, meletakkan salah satu tangannya untuk menunjang
kedua tangan penolong yang lain untuk membuat tempat duduk korban dan
tangan penolong satunya lagi dipergunakan untuk memegang kaki korban.
Setelah itu dua orang penolong tersebut jongkok untuk menundukkan korban
pada tangannya, lalu korban diangkat bersama-sama.

11
c. Four handed chair
Pengangkutan dengan dua orang rescueman menggunakan empat tangan
membuat seperti kursi. Dilakukan untuk mengangkut korban yang sadar dan
setengah sadar (lemas).

Gambar 13 Four handed chair

Kedua penolong membentuk tangan seperti kursi, dengan melipat salah satu
tangannya, dan tumpangkan pada siku tangan yang lain, setelah itu dihubungkan
sehingga membentuk seperti kursi, lalu kedua penolong tersebut jongkok untuk
mengangkat korbannya.

d. Chair carry
Pengangkutan ini mengangkat korban dengan menggunakan kursi. Cara ini
digunakan pada korban yang sadar atau pingsan dan sangat efektif untuk
mengangkut korban yang patah pada tulang pahanya, apabila tidak ada sarana
lain (tandu), karena pahanya diistirahatkan.

Gambar 14 Chair carry

Seorang penolong meletakkan kursi disamping korban, setelah itu bersama-


sama mengangkat korban untuk diletakkan pada kursi yang telah disediakan.
Caranya mengangkat, penolong yang berada di depan mengangkat kaki kursi
depan ke atas pinggulnya dan penolong yang belakang mengangkat sandaran
kursi dengan posisi korban lebih kurang 45 % (persen) sudutnya.

e. Extremition carry

12
Pengangkutan ini juga dikenal sebagai angkutan becak cina. Digunakan pada
korban yang sadar ataupun pingsan dan perlu diingatkan, bahwa cara ini tidak
boleh dilaksanakan pada korban yang patah tulang.

Gambar 15 Extremition carry

Salah satu penolong mengangkat kedua tangan korban dan yang satu lagi
memasukan kedua tangannya melingkar diatas dada korban dengan
menggenggam kedua pergelangan tangan korban, penolong yang satu lagi
memasukkan kedua tangannya pada posisi kaki/ paha korban dan secara
bersama-sama mengangkat korban.

 Kecelakaan pesawat udara


Karena pesawat udara tidak terbakar, penumpang dan cabin crew memiliki resiko luka
dan kematian lebih kecil sehingga dapat diantisipasi oleh cabin crew agar seluruh penumpang
tetap tenang dan bersabar untuk keluar;
1) Personel PKP-PK menyiapkan tangga untuk turun penumpang bila escape chutes tidak
dapat berfungsi;
2) Escape chutes pada pesawat modern didesain dapat mengembang dengan sendirinya dalam
waktu 10 detiksetelah dioperasikan;
3) Utamakan penumpang yang tidak luka dan dapat evakuasi diri sendiri , kemudian korban
luka ringan dan setelah itu korban luka berat dan kemudian korban yang meninggal;
4) Bila ada korban yang terjepit , segera gunakan peralatan pertolongan yang ada dan hindari
benturan terhadap penumpang yang sedang evakuasi sendiri;

Kebakaran pesawat udara a. Pelaksanaan operasi PKP-PK


1) Seluruh personel PKP-PK harus menggunakan pakaian pelindung (tahan panas atau tahan
api dan disesuaikan dengan fungsi tugas masing-masing);
2) Personel PKP-PK segera memadamkan kebakaran terlebih dahulu dan kemudian
dilanjutkan dengan operasi pertolongan;

13
3) Rescue tim dapat masuk kedalam pesawat bila :
a) Kebakaran sudah dapat dikuasai sekitar 90%;
b) Di back up oleh nozzleman;
c) Sudah berpakaian pelindung lengkap dan menggunakan BA Set;
4) Gunakan jalan masuk searah dengan angin;
5) Kecepatan dan ketepatan operasi pertolongan sangat penting, karena asap dari kobaran api
dapat masuk ke dalam cabin melalui pintu dan jendela sehingga gas dari kebakaran dapat
mengancam keselamatan penumpang di dalam cabin pesawat udara;
6) Kondisi panas di dalam cabin pesawat akan meningkat sehingga dapat membahayakan
keselamatan penumpang;
7) Ledakan tangki bahan bakar akan berdampak terhadap kondisi cabin pesawat, karena akan
menimbulkan kebakaran di dalam cabin (terjadi aircraft internal fire);
8) Kewaspadaan terhadap limpahan bahan bakar yang terjadi di sekitar pesawat udara dengan
standby menggunakan handline, karena dapat membahayakan petugas dan korban; Working
in smoke (operasi di ruang berasap)

 Dampak kebakaran gedung


a. Terjadi kepulan asap pada setiap ruangan yang cukup membahayakan bagi orang yang
terperangkap di dalam ruangan dan juga bagi petugas pertolongan dan pemadaman;
b. Menimbulkan korban meninggal disebabkan sesak napas karena menghirup gas beracun;
c. Berkurangnya jarak pandang disebabkan tebalnya asap; d. Sulit menentukan letak sumber
api, karena terhalang asap tebal;
e. Kemungkinan terjadi penjalaran api karena temperatur meningkat;
f. Berkurangnya gas oxygen sehingga membahayakan bagi petugas dan korban yang
terperangkap;

 Prosedur operasi di ruang berasap


a. Gunakan Breathing Apparatus Set ;

b. Harus berpasangan dan gunakan alat pembantu seperti tambang;

c. Bergerak dengan merangkak karena lebih kurang 30 cm masih ada udara bersih, karena
asap pada daerah ini sedikit;

14
d. Jika harus berjalan dengan menyeret, maka tumpuan kaki / berat badan harus pada kaki
yang belakang, boleh tumpuan berat badan pada kaki bagian depan apabila sudah merasa
cukup aman untuk maju;

e. Gunakan kaki dan tangan untuk mencari korban;

f. Ikutilah tembok dan harus diingat perubahan arah, pintu dan jendela serta ciri lain di
sekeliling ruangan;

g. Gunakan tali / tambang sebagai alat komunikasi jika resiko dianggap besar; Operasi
pertolongan di atas gedung

 Mencari korban
a. Menyiapkan tangga

1) Tangga jenis straight ladder;

2) Menyandarkan tangga pada gedung;

3) Fungsikan tangga sesuai ketinggian gedung;

b. Pembagian regu penolong , ada yang menahan tangga dan ada yang naik tangga;

c. Menyiapkan tambang 1) Tambang ukuran besar; 2) Tambang ukuran kecil; 3) Tambang dibawa
oleh regu naik tangga;

d. Regu naik tangga mencari korban sesuai prosedur; 1) Prosedur berjalan / merangkak; 2) Prosedur
angkutan (perorangan atau beregu ketika menemukan korban di atas gedung);

 Menemukan korban
a. Diangkut dekat piggir atap gedung;

b. Persiapan penurunan korban dengan menyiapkan tali yang sudah disimpul;

Penurunan korban

a. Turunkan korban dengan tali besar yang sudah disimpul chair knot;

b. Perlu kehati hatian dalam penurunan korban dan jangan sampai kepala korban membentur
tembok bangunan;

c. Jika korban patah tulang, gunakan tambang dan tandu untuk menurunkan korban dengan simpul
tambang bowline on the bight;

d. Jika korban sudah sampai di bawah, petugas penolong yang menahan tangga harus mengangkat
korban ke tempat yang sudah ditentukan;

15
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini
Penulis banyak berharap para pembaca yang bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya

16
References
Abady Dwi Saputra, S. P. (2015). STUDY OF AIRCRAFT ACCIDENT RATE IN INDONESIA FROM
1988-2012. Yogyakarta: wartaardhia.com.
Kurnianto, A. (n.d.). Makalah Airport Rescue Work. Tangerang: academia.edu.

Modul Diklat Basic PKP-PK. (n.d.). amoxpunye.files.wordpress.com.

17

Anda mungkin juga menyukai