Anda di halaman 1dari 33

ABSTRAK

Untuk memenuhi kelengkapan tugas Kelas 12, On the Job Training


dilakukan dibeberapa tempat salah satunya di PT. Dirgantara Indonesia (Persero)
selama 2 bulan yang berlangsung dari tanggal 18 September 2018 sampai 15
November 2018. On the Job Training dilaksanakan di Assembly Line N219. Dalam
waktu 2 bulan tersebut penyusunan membuat laporan dengan judul “NACELLE
PADA PESAWAT N219 “.

Nacelle disebut juga pod atau pylon adalah tempat pemasangan sekaligus
rumah dari engine pesawat udara. Bentuk nacelle tersebut harus streamline
terhadap udara, bisa berbentuk bulat atau lonjong (round or spherical). Nacelle atau
pod untuk jenis pesawat multi engine dipasang dibagian atas (above) , di bawah
(below) atau pada leading edge sayap.

Sedangkan untuk pesawat dengan single engine nacelles/pylon dipasang di


bagian depan fuselage dan bentuknya harus streamline mengikuti bentuk fuselage,
karena bentuk nacelle tersebut menjadi bentuk perpanjangan fuselage. Pada
pesawat N-219, nacelle dipasang pada outter wing.

iv
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan On the
Job Training (OJT) di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) beserta laporan ini.

Laporan ini berjudul “NACELLE PADA PESAWAT N219” dibuat


berdasarkan pengalaman dan hasil kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia
(Persero) yang dimulai tanggal 18 September 2018 sampai dengan 15 November
2018 di Assembly Line N219.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Mukar, S.Pd sebagai kepala SMK Penerbangan Kartika Aqasa
Bhakti Semarang
2. Bapak Dicky Diasz Iskandar, S.Pd dan Bapak M. Kurnianto, S.Kom sebagai
pembimbing lapangan dari sekolah
3. Bapak Ir. I Ketut Rumandiana selaku Manager di Line Manufacture N219
4. Bapak Asep Kelana selaku Supervisor Assembly line N219
5. Bapak Dhani Bangun Martopo dan Bapak Mochammad Hafid selaku
pembimbing On the Job Training (OJT)
6. Bapak Suyono dan Bapak Dedi Bejo Wibowo selaku pemberi materi

Dalam pelaksanaan On the Job Training (OJT) ini, banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari segi penyusunan laporan maupun dalam proses kerja lapangan.
Untuk itu, kami meminta maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Bandung, November 2018

Penyusun

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………...i

Lembar Pengesahan Industri………………………………………………………ii

Lembar Pengesahan Sekolah……………………………………………………...iii

Absrak...…………………………………………………………………………..iv

Kata Pengantar…………………………………………………………………….v

Daftar Isi…………………………………………………………………………..vi

Daftar Gambar…………………………………………………………………...viii

Daftar Lampiran…………………………………………………………………...x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………...1
B. Maksud dan Tujuan………………………………………..…..1
C. Ruang Lingkup Laporan…………………………………….....2
D. Metode Pengumpulan Data……………………………………2
E. Sistematika Laporan…………………………………………...3

BAB II KAJIAN SATUAN KERJA

A. Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia…………………….4


B. Visi dan Misi Perusahaan……………………………………...7

BAB III ANALISIS

A. Pesawat N219………………………………………………….9
B. Alat Pelindung Diri…………………………………………...11
C. Engine Nacelle……………………………………………….13
1. Konstruksi Engine Nacelle /pylon/pod……………………..14
2. Alat dan Bahan……………………………………………..15
3. Jig…………………………………………………………..21

vi
4. Perakitan Nacelle…………………………………………..22
5. Kelistrikan Pada Engine……………………………………23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………..24
B. Saran…………………………………………………………24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gedung Utama PT.Dirgantara Indonesia……………………………..4

Gambar 3.1 Pesawat N219…………………………………………………………9

Gambar 3.2 Topi………………………………………………………………….11

Gambar 3.3 Wearpack……………………………………………………………12

Gambar 3.4 Kacamata…………………………………………………………....12

Gambar 3.5 Safety Shoes…………………………………………………………12

Gambar 3.6 Ear Protector………………………………………………………..12

Gambar 3.7 Ear Plug……………………………………………………………..12

Gambar 3.8 Glove………………………………………………………………...13

Gambar 3.9 Engine Nacelle………………………………………………………13

Gambar 3.10 Haug Gun…………………………………………………………..15

Gambar 3.11 Clamp……………………………………………………………....15

Gambar 3.12 Angle Drill Gun…………………………………………………….16

Gambar 3.13 CherryMAX Blind Rivet……...…..………………………………..16

Gambar 3.14 Fastener Plier...…………………………………………………....16

Gambar 3.15 Cutting Rivet……………………………………………………….16

Gambar 3.16 Cutting Plat...……………………………………………………....17

Gambar 3.17 Bor (Drill Gun)……………………………………………………..17

Gambar 3.18 Rivet set……………………………………………………………17

Gambar 3.19 Hammer…………………………………………………………....17

Gambar 3.20 Kikir………………………………………………………………..18

Gambar 3.21 Blind Rivet 4-02……………………………………………………18

viii
Gambar 3.22 Blind Rivet 4-6……………………………………………………...18

Gambar 3.23 Monel Rivet………………………………………………………...18

Gambar 3.24 Rivet Ukuran D5-45………………………………………………..19

Gambar 3.25 Rivet Ukuran D3-6,5……………………………………………….19

Gambar 3.26 Rivet Ukuran D4-5-5……………………………………………….19

Gambar 3.27 Rivet Ukuan D5 -7……………………………………………….....19

Gambar 3.28 Rivet Ukuran D4-5,5……………………………………………….20

Gambar 3.29 Fastener............................................................................................20

Gambar 3.30 Counter set………………………………………………………....20

Gambar 3.31 Jig Upper Nacelle kiri……………………………………………...21

Gambar 3.32 Jig Upper Nacelle kanan…………………………………………...21

Gambar 3.33 Jig Lower Nacelle kanan (2)………………………………………..21

Gambar 3.34 Jig integrasi lower dan upper……………………………………....22

Gambar 3.35 Jig Lower Nacelle kiri (1)……..........................................................22

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Data Pribadi Siswa On the Job Training (OJT)

Lembar Penilaian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

On the Job Training (OJT) merupakan suatu proses pembelajaran yang


dilaksanakan oleh setiap siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk
mendorong para siswa-siswi guna memperoleh pengalaman baru dan keterampilan,
juga untuk mengetahui lebih jauh tentang keadaan dan cara kerja di
instansi/perusahaan bersangkutan serta dapat menerapkan teori yang diperoleh dari
sekolah.
Pembelajaran ini dapat mendorong terwujudnya visi dan misi sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) khususnya SMK Penerbangan Kartika Aqasa Bhakti
Semarang yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang siap pakai di
dunia usaha dengan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat
menciptakan tenaga kerja yang terampil dan penuh inovatif.

B. Maksud dan Tujuan


Dalam pelaksanaan On the Job Training (OJT) ada beberapa maksud dan
tujuannya, yaitu:
1. Memenuhi kelengkapan tugas On the Job Training kelas XII,
2. Mengenal lingkungan kerja secara langsung di PT. Dirgantara Indonesia
(Persero),
3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di bangku sekolah di
lingkungan kerja,
4. Melatih para siswa agar memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, dan teliti
terhadap pekerjaan yang dikerjakan,
5. Menambah wawasan dalam bidang penerbangan,

1
6. Memberikan pengalaman praktek kerja dan penyelesaian masalah pekerjaan
yang timbul di lapangan sekaligus mengukur implementasi keilmuan dan
keterampilan di dunia kerja.

C. Ruang Lingkup Laporan


Ruang lingkup laporan ini meliputi kegiatan kami selama melaksanakan On
the Job Training (OJT) dan mengetahui nacelle pada pesawat N219.

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam kegiatan kerja praktek ini menggunakan metode-metode untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan sebagai pedoman dalam penulisan laporan
kerja praktek metode-metode tersebut adalah :
1. Konsultasi/interview
Dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung yang
dilakukan secara intensif kepada pembimbing dan para staf divisi avionic,
PT. Dirgantara Indonesia (Persero).
2. Observasi
Merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi,
kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada
responden yang tidak terlalu besar.
3. Studi lapangan
Dengan cara melakukan pendampingan langsung atas aktivitas yang
dilakukan pembimbing dalam melakukan tugas lapangan.
4. Studi literatur
Dengan cara melakukan pencarian informasi melalui buku-buku
bacaan, katalog, data sheet serta informasi lain yang dapat dijadikan
landasan teori dan teori penunjang dalam pembuatan laporan ini.

2
5. Analisis dan perancangan
Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

E. Sistematika Laporan
Sistematika penulisan laporan On the Job Training (OJT) adalah sebagai
berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang dilakukannya kerja praktek,
maksud dan tujuan kerja praktek ruang lingkup laporan, metode
pengumpulan data dan sistematikan laporan On the Job Training (OJT).
2. BAB II KAJIAN SATUAN KERJA
Pada bab ini berisi tentang profil perusahaan tempat melaksanakan dan
kegiatan On the Job Training (OJT).
3. BAB III ANALISIS
Pada bab ini menjelaskan tentang pesawat N219 produksi PT.
Dirgantara Indonesia (Persero) dan Nacelle pada pesawat N219.
4. BAB IV PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari
uraian pada Bab III serta saran yang akan disampaikan.

3
BAB II

KAJIAN SATUAN KERJA

A. Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 2.1 Gedung Utama PT.Dirgantara Indonesia

PT. Dirgantara Indonesia (Indonesia Aerospsce inc. – IAe) merupakan


industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah
Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. PT. Dirgantara
Indonesia didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang
Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang
Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN
kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tidak hanya memproduksi berbagai


pesawat tetapi juga helicopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa
pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. PT. Dirgantara
Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk industri-industri pesawat terbang
besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain
sebagainya. PT. Dirgantara Indonesia pernah mempunyai karyawan sampai 16 ribu

4
orang. Karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia, PT. Dirgantara Indonesia
melakukan rasionalisasi karyawannya hingga menjadi berjumlah sekitar 4000
orang.

Pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an, PT. Dirgantara Indonesia


mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri
seperti Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Korea, Filipina dan lain-lain.
Meskipun begitu, karena dinilai tidak mampu membayar hutang berupa kompensasi
dan manfaat industri dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya,
PT.Dirgantara Indonesia dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007. Namun, pada tanggal 24 Oktober
2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan.

Tahun 2012 merupakan momen kebangkitan PT. Dirgantara Indonesia.


Pada awal 2012, PT. Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 pesawat CN235
pesanan Korea Selatan. Selain itu, PT. Dirgantara Indonesia juga sedang berusaha
menyelesaikan 3 pesawat CN235 pesanan TNI AL, dan 24 Heli Super Puma dari
EUROCOPTER.

Selain beberapa pesawat tersebut PT. Dirgantara Indonesia juga sedang


menjajaki untuk membangun pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta
kerja sama dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat tempur siluman
KFX.

1. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan


LAPIP atau Lembaga Persiapan Industri Penerbangan merupakan
lembaga yang dibentuk oleh KASAU pada 19 Desember 1961 yang
bertujuan untuk mempersiapkan Industri Penerbangan yang mempunyai
kemampuan untuk mendukung kegiatan penerbangan nasional Indonesia.
Sehubungan dengan ini LAPIP pada tahun 1961 menandatangani
perjanjian kerjasama dengan CEKOP (Industri Pesawat Terbang Polandia)
untuk membangun sebuah Industri pesawat terbang di Indonesia.
Adapun kontrak dengan CEKOP, yaitu :
a. Membangun gedung untuk fasilitas manufaktur pesawat terbang
b. Pelatihan SDM

5
c. Memproduksi PZL-104 Wilga under licence sebagai Gelatik

Pesawat Gelatik diproduksi sebanyak 44 unit, dipergunakan sebagai


pesawat terbang pertanian, transport ringan, dan aero-club.

2. Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio


Pada tahun 1965, berdiri KOPERLAPIP (Komando Pelaksanaan
Industri Pesawat Terbang) dan PN.Industri Pesawat Terbang Berdikari
melalui Dekret Presiden.Setelah pada tahun 1966 Nurtanio meninggal,
Pemerintah menggabungkan KOPERLAPIP dan PN.Industri Pesawat
Terbang Berdikari menjadi LIPNUR (Lembaga Industri Penerbangan
Nurtanio) unruk menghormati kepeloporan almarhum Nurtanio.
Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR
menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri
pesawat terbang termaju di negara berkembang.
Berikut beberapa produk IPTN :
a. N-2130 (proyek dihentikan karena krisis finansial Asia 1997)
b. N-250 (proyek dihentikan karena krisis finansial Asia 1997)
c. NC-212
d. CN-235
e. N219
f. Si Kumbang produksi era Nurtanio
g. Belalang produksi era Nurtanio
h. Kunang produksi era Nurtanio
i. Gelatik produksi era LAPIP lisensi dari CEKOP Polandia (sekarang
dikenal dengan nama PZL)

Selain itu, LIPNUR juga memproduksi beberapa komponen pesawat


sebagai sub-kontraktor industry pesawat luar negeri.

a. Komponen sayap dari Boeing 737


b. Komponen sayap dari Boeing 767
c. Komponen sayap dari Airbus A320
d. Komponen sayap dari Airbus A330
e. Komponen sayap dari Airbus A340

6
f. Komponen sayap dari Airbus A380
g. Komponen sayap dari Airbus A350
h. Komponen ekor dari Sukhoi Superjet 100

LIPNUR juga memproduksi beberapa helicopter dan komponennya.

a. NBO (dipergunakan secara luas di Indonesia, lisensi


dari MBB Jerman, dihentikan sejak juli 2011)
b. NBK 117
c. Nbell 412 (lisensi dari Bell Heicopter, AS)
d. NAS 330 Puma (lisensi dari Aerospatiale, Perancis)
e. Eurocopter 332 Super Puma (pengembangan dari Puma, lisensi dari
Eurocopter, Perancis)
f. Eurocopter Fennec (pengganti NBO 105)
g. Eurocopter Ecureuil (pengganti NBO 105)
h. Eurocopter EC725
i. Tailboom dan fuselage dari EC725 dan EC225
j. SUT Torpedo
k. Turbin Uap 2MW dan 4MW oleh PT. Nusantara Turbin Propulsi
(anak perusahaan PT. Dirgantara Indonesia)
l. Hovercraft

B. Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT. Dirgantara Indonesia (Persero) adalah “Menjadi perusahaan


kelas dunia dalam bidang Industri Dirgantara yang berbasis pada penguasaan
teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global dengan mengandalkan
keunggulan biaya serta PT. Dirgantara Indonesia (Persero) senantiasa berupaya
mengembangkan segala potensi yang ada dan memanfaatkan berbagai fasilitas
yang tersedia guna mengembangkan Industri Pesawat Terbang Nusantara”.

7
Misi dari PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Menjalankan usaha dan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil
dan dapat menghasilkan produk serta jasa yang memiliki keunggulan biaya

2. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri kedirgantaraan, terutama dalam


rekayasa, rancang bangun, manukfatur, produksi dan pemeliharaan untuk
aplikasi di luar industri global yang berkompeten 11 untuk bersaing dan
melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainya.

3. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang


mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara
kelas dunia lainya.

8
BAB III

ANALISIS

A. Pesawat N219

Gambar 3.1 Pesawat N219

N219 merupakan pesawat berkapasitas 19 penumpang yang digerakkan


dengan dua mesin turboprop produksi Pratt and Whitney Aircraft of Canada
Limited PT6A–42 masing-masing bertenaga 850 SHP. Pesawat ini mampu terbang
dan mendarat di landasan pendek sehingga mudah beroperasi di daerah-daerah
terpencil.

Pesawat ini terbuat dari logam dan dirancang untuk mengangkut


penumpang maupun kargo. Pesawat yang dibuat dengan memenuhi
persyaratan FAR 23 ini dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan
pintu fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut
penumpang dan juga kargo.

Pesawat N219 bisa digunakan untuk mengangkut penumpang sipil,


angkutan militer, angkutan barang atau kargo, evakuasi medis, hingga bantuan saat
bencana alam. Dengan kelebihan tersebut, pesawat ini juga lebih murah
dibandingkan pesawat sejenisnya, yaitu Twin Otter.

9
Pesawat N219 memiliki kecepatan maksimum mencapai 210 knot, dan
kecepatan terendah mencapai 59 knot. Artinya kecepatan cukup rendah namun
pesawat masih bisa terkontrol, ini penting terutama saat memasuki wilayah tebing
dan pegunungan.

PT. Dirgantara Indonesia telah sukses melakukan uji terbang perdana


pesawat N219 pada tanggal 16 Agustus 2017 lalu. Uji terbang dilakukan
menggunakan purwarupa pesawat N219 selama 340 jam untuk mendapatkan type
certificate (TC).

Setelah melakukan uji coba penerbangan beberapa kali, pada 10 November


2017 pesawat N219 diberi nama “Nurtanio” oleh Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo, bertempat di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma,
Jakarta. Nama "Nurtanio" dipilih oleh Presiden sebagai penghargaan kepada
Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang merupakan
sosok perintis industri pesawat terbang Indonesia.

Spesifikasi Pesawat N219 adalah sebagai berikut :

1. Tipe : Pesawat Angkut

2. Perancang : PT. Dirgantara Indonesia

3. Status : Uji terbang

4. Pengguna utama : Indonesia

5. Harga satuan : USD 6.000.000.

6. Fungsi : angkut penumpang dan kargo


(multifungsi, dapat dikonfigurasi ulang)

7. Kapasitas : 19 penumpang (konfigurasi tiga


sejajar)

8. Mesin : 2 x 850 shp

9. Kecepatan jelajah maksimum : 210 KTS

10. Kecepatan jelajah ekonomis : 170 KTS

11. Jarak tempuh maksimum : 828 Nm

10
12. Jarak tempuh (19 penumpang) : 480 Nm

13. Kecepatan jatuh (stall) : 59 KTS

14. Muatan maksimum : 2.313 Kg

15. Jarak lepas landas : 453 m

16. Kinerja lepas landas dan mendarat : jarak pendek/STOL (435m)

17. Jarak lepas landas (halangan 35 kaki) :453 m, ISA, SL

18. Jarak mendarat (halangan 50 kaki) : 509 m, ISA, SL

19. Berat lepas landas maksimum (MTOW): 7.030 Kg

20. Tingkat panjang : 24.000 kaki/menit (semua mesin


operasi)

Pesawat ini memungkinkan untuk mendarat di landasan pacu yang pendek


khususnya di Indonesia Timur yang panjang lintasan tersebut adalah 600 m dan
dengan kondisi landasan masih berumput pun pesawat N-219 masih mampu
mendarat. Pesawat ini pula dirancang untuk dapat terbang dengan beberapa kali
pada jarak pendek (multi – hope) artinya tanpa perlu melakukan pengisian bahan
bakar di setiap kali pesawat mendarat di bandara.

B. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang di sekelilingnya. Berikut
adalah Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan saat membuat nacelle.
1. Topi

Gambar 3.2 Topi

11
2. Wearpack

Gambar 3.3 Wearpack


3. Kacamata

Gambar 3.4 Kacamata


4. Safety Shoes

Gambar 3.5 Safety Shoes


5. Pelindung Telinga

Gambar 3.6 Ear Protector Gambar 3.7 Ear Plug

12
6. Sarung Tangan

Gambar 3.8 Glove

C. Engine Nacelle

Gambar 3.9 Engine Nacelle

Nacelle disebut juga pod atau pylon adalah tempat pemasangan sekaligus
rumah dari engine pesawat udara. Bentuk nacelle tersebut harus streamline terhadap
udara, bisa berbentuk bulat atau lonjong (round or spherical). Nacelle atau pod
untuk jenis pesawat multi engine dipasang dibagian atas (above) , di bawah (below)
atau pada leading edge sayap. Sedangkan untuk pesawat dengan single engine
nacelles/pylon dipasang dibagian depan fuselage dan bentuknya harus streamline

13
mengikuti bentuk fuselage, karena bentuk nacelle tersebut menjadi bentuk
perpanjangan fuselage. Pada pesawat N-219, nacelle dipasang pada outter wing.

1. Konstruksi Engine Nacelle /pylon/pod


Konstruksi engine nacelle terdiri dari :
a. Skin
Skin dan cowling merupakan penutup (cover) bagian luar nacelle.Keduanya
biasanya dibuat dari bahan : lembaran alumunium paduan ( aluminum alloy ),
stainless steel, magnesium atau titanium . Pemasangan skin terhadap rangkanya
dilakukan dengan cara di rivet.
b. Cowling
Cowling merupakan penutup (cover) engine , accessory section ,engine
mount dan firewall ,yang sifatnya bisa dibuka dan ditutup dengan mudah dan cepat,
terutama dibutuhkan saat inspeksi dan engine servicing.
c. Structural Member
Structural member (kerangka ) dari nacelles sama seperti fuselage terdiri
dari : longerons , stringers , bulkheads , rings , former.
d. Fire wall
Dalam nacelle dipasang firewall (dinding api) sebagai pemisah antara
engine compartment dengan dinding pembatas ruang dalam pesawat ( contoh fuel
tank dalam wing,ruang cockpit dsb). Bulkhead dalam nacelle biasanya dibuat dari
lembaran stainless steel, atau titanium.
e. Engine mount
Engine mount secara umum dibuat dari pipa chromium steel atau
molybdenum steel yang di las , dan chromium/nickel/molybdenum yang ditempa
yang digunakan untuk sambungan-sambungan tegangan tinggi.Bagian nacelle yang
lainnya adalah engine mount (tempat menggantung/memasang engine). Gantungan
engine tersebut dipasangkan pada firewall , dan engine dipasangkan pada engine
mount diikat oleh nuts, bolt dan karet peredam getaran (vibration absorbing rubber
atau pads).
Sebuah nacelle untuk mesin turbin gas memiliki saluran masuk di ujung
hulu dari nacelle dan saluran pembuangan di ujung hilir dari nacelle tersebut.

14
Saluran pemasukan (intake) memiliki, bibir intake dan diffuser. Diffuser memiliki
bagian diffuser utama dan bagian diffuser dinding lurus pendek opsional. Bagian
diffuser utama dibatasi oleh dinding bagian dalam nacelle, dinding dalam yang
melengkung mengarahkan aliran udara dari mesin. Pada setiap bagian longitudinal
(membujur) mengandung sumbu mesin, di ujung hilir dari bagian dinding dalam
diffuser utama memiliki non nol kelengkungan. Dengan demikian setiap posisi
melingkar pada dinding bagian dalam di ujung hilir dari bagian diffuser utama
memiliki kelengkungan yang didefinisikan oleh radius kelengkungan masing-
masing. Namun, satu atau lebih dari jari-jari kelengkungan berbeda dari jari-jari
kelengkungan lainnya.

2. Alat dan Bahan


Dalam pembuatan nacelle, ada beberapa alat dan bahan yang digunakan.
a. Haug Gun

Gambar 3.10 Haug Gun


b.Clamp

Clamp C

Clamp A

Clamp A

Gambar 3.11 Clamp

15
c. Angle Drill Gun

Drill chuck
Open and spanner

Angle Drill

Gambar 3.12 Angle Drill Gun


d. CherryMax Blind Rivet

Gambar 3.13 CherryMax Blind Rivet


e. Fastener Plier

Gambar 3.14 Fastener Plier

f. Cutting Rivet

Gambar 3.15 Cutting Rivet

16
g. Cutting Plate

Gambar 3,16 Cutting Plate

h. Bor (Drill Gun)

Drill Chuck

Gambar 3.17 Bor (Drill Gun)

i. Rivet set

Bucking Bar
Rivet Set Round Head
Rivet Set Counter Sunk
Rivet Set Counter Head

Rivet Gun

Gambar 3.18 Rivet Set

j. Hammer

Gambar 3.19 Hammer

17
k. Kikir

Gambar 3.20 Kikir


l. Blind Rivet 4-02

Gambar 3.21 Blind Rivet 4-02


m.Blind Rivet 4-6

Gambar 3.22 Blind Rivet 4-6


n. Monel Rivet

Gambar 3.23 Monel Rivet

18
o. Rivet ukuran D5-4,5

Gambar 3.24 Rivet ukuran D5-4,5


p. Rivet ukuran D3-6,5

Gambar 3.25 Rivet ukuran D3-6,5


q. Rivet ukuran D4-5-5

Gambar 3,26 Rivet D4-5-5


r. Rivet ukuran D5-7

Gambar 3.27 Rivet ukuran D5-7

19
s. Rivet ukuran D4-5,5

Gambar 3.28 Rivet ukuran D4-5,5


t. Fastener

Fastener

Fastener

F Clamp

Gambar 3.29 Fastener


u. Counter set

Counter Shunk

Chip Counter Sunk

Gambar 3.30 Counter Set


v. Blind Fastener

Gambar 3.31 Blind Fastener

20
3. Jig
Jig merupakan alat yang digunakan untuk memposisikan setiap single part pada
kedudukan yang ditujukan gambaar produksi. Dalam pembuatan nacelle, ada
beberapa jig yang digunakan seperti :
a. RVJI01-311ND10001-001 (upper nacelle kiri)

Gambar 3.32 Jig Upper Nacelle Kiri


b.RVJI01-311ND10001-002 (upper nacelle kanan)

Gambar 3.33 Jig Upper Nacelle Kanan


c. RVJI01-311ND20001-001 (lower nacelle 2 )
Untuk memasang bagian surface atau skin nacelle.

Gambar 3.34 Jig Lower Nacelle 2

21
d. RVAJ01-310ND00001-001 (intergrasi lower dan upper)

Gambar 3.35 Jig Integrasi lower dan upper


e. RVJI01-311ND22041-003 (lower nacelle kanan)
Untuk memasang frame pada lower

Gambar 3.36 Jig Lower Nacelle Kanan

4. Perakitan Nacelle
a. Menerima prosses sheet (dokumen) berupa gambar dan indeks
b. Part number inspection, pengecekan material untuk perakitan. Perakitan dapat
dilakukan bila barang sudah sesuai dengan prosses sheet minimal 80%
c. Setting, pemasangan bagian pada masing-masing jig yang sudah tertera pada
prosses sheet
d. Drilling/boring, pengeboran part untuk pemasangan rivet sesuai dengan drawing
e. Deboring, proses pembersihan lubang bor untuk menghindari rivet pecah
f. Riveting, proses pemasangan rivet untuk menggabungkan bagian-bagian engine
nacelle
g. Setelah itu, di integrasi antara upper dan lower
h. Setelah di integasi dilakukan pemasangan nacelle pada pesawat

22
5. Kelistrikan Pada Engine
Pada engine terdapat kelistrikan, antara lain:
a. DC Power Generator Circuit (PA)
b. Wing Inspection Light System (LK)
c. Starting System (KA)
d. Engine Control (KB)
e. Fire Extinguising System (WB)
f. Engine Fire Deection (WC)
g. Propeler and Engine Indication (EA)
h. Engine Oil Pressure and Teperature Indication (EG)
i. Propeler Synchrophaser (KD)
j. Propeler Feather and Beta Control (KC)
k. Engine Health Monitoring System (KF)

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kami mengikuti kegiatan On the Job Training dapat disimpulkan
ini sangat penting dan juga bermanfaat bagi kami karena dengan ini kita bisa
tau bagaimana dunia industri itu.
Dari praktik yang kami lakukan, dari perkerjaan yang saya amati di
Assembly Line N-219 ternyata bukan kerjaan yang mudah. Karena dibutuhkan
ketelitian yang tinggi. Jika ada masalah sedikit saja hal tersebut bisa jadi hal
yang fatal dan dapat menyebab kan kerugian yang besar.

B. Saran
1. Sebaiknya bekerja sesuai proses sheet yang tertera
2. Sebaiknya penempatan siswa-siswi sesuai kompetensi keahliannya
disekolah agar lebih mengerti dalam pengembangan materi
3.

24
DAFTAR PUSTAKA

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai