Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….........1

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….2

1.1 Profil Lion Air ........................................................................................ …...2

1.2 Sejarah Lion Air…………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...5

2.1 Pelanggaran Etika Bisnis Lion Air……………………………………….....5

2.2 Analisis Etika Bisnis Lion Air……………………………………………..10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….14

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….14

3.2 Saran………………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…………....16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Profil Lion Air

PT Lion Mentari Airlines beroperasi sebagai Lion Air adalah sebuah maskapai

penerbangan bertarif rendah yang berpangkalan pusat di Jakarta, Indonesia. Lion Air

sendiri adalah maskapai swasta terbesar di Indonesia. Dengan jaringan rute di

Indonesia, Singapura, Malaysia,Vietnam dan Arab Saudi serta rute carter menuju China

dan Hongkong, Lion Air menjadikan dirinya sebagai pemain Regional yang akan

berkompetisi dengan AirAsia dari Malaysia. Sepanjang tahun operasionalnya, Lion Air

mengalami penambahan armada secara signifikan sejak tahun operasionalnya pada

tahun 2000 dengan memegang sejumlah kontrak besar, salah satunya yaitu kontrak

pengadaan pesawat dengan Airbus dan Boeing dengan total keseluruhan sebesar US$

46.4 Milliar untuk armada 234 unit Airbus A320 dan 203 Pesawat Boeing 737 MAX.

Perusahaan sendiri telah memiliki perencanaan jangka panjang pada maskapai untuk

memberdayakan armadanya untuk mempercepat ekspansinya di kancah regional Asia

Tenggara dengan membuat anak perusahaannya sendiri, yaitu Wings Air dan Batik Air

sebagai pemerkuat operasional maskapai di Indonesia dan untuk di luar negeri, Lion Air

memperkuat kehadirannya dengan mendirikan Malindo Air dan Thai Lion Air.

Meski begitu, maskapai ini sering menjadi momok pembicaraan oleh masyarakat

sebagai maskapai yang selalu terlambat dengan waktu yang luar biasa lama dan

kenyamanan yang kurang, serta penuh dengan kejadian yang harusnya bisa diantisipasi

maskapai. baru-baru ini, Lion Air sempat menjadi headline di berita nasional akibat

berawalnya beberapa armadanya yang sempat rusak, menabrak burung dan mogok kerja

2
yang mengharuskan Lion Air melakukan refund terhadap semua penumpangnya yang

malah ditangani oleh Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Akibatnya maskapai dengan

kinerja yang buruk dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi keselamatan terbangnya.

Akhirnya pada bulan Desember 2014, maskapai ini masuk ke dalam daftar maskapai

penerbangan yang dilarang di Uni Eropa. Namun larangan terbang Uni Eropa akhirnya

dicabut pada bulan Juni 2016.

1.2 Sejarah Lion Air

Lion Air merupakan maskapai penerbangan swasta nasional asal Indonesia yang

secara hukum didirikan pada tanggal 15 November 1999 dan mulai beroperasi pertama

kali pada tanggal 30 Juni 2000, dengan melayani rute penerbangan dari Jakarta menuju

Pontianak menggunakan pesawat dengan tipe Boeing 737-200 yang pada saat itu

berjumlah 2 unit.

Berkantor pusat di Lion Air Tower, Jl. Gajah Mada No. 7 yang berada di

kawasan Jakarta Pusat, PT. Lion Mentari Airlines atau yang biasa dikenal dengan Lion

Air merupakan maskapai penerbangan berbiaya rendah (Low Cost Carrier) dengan

mengusung slogan “We Make People Fly”. Melalui hal ini Lion Air mencoba

mewujudkan dan merubah stigma masyarakat bahwa siapapun bisa terbang bersama

Lion Air dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan, keamanan, dan kualitas

penerbangan.

Lima belas tahun lebih mengudara dan melayani masyarakat, hingga saat ini

Lion Air telah terbang ke 183 rute penerbangan yang terbagi dalam rute domestik yang

tersebar ke seluruh penjuru Indonesia dari sabang sampai merauke, dan rute

Internasional menuju sejumlah negara seperti, Singapore, Malaysia, Saudi Arabia dan

3
China. Jumlah rute tentunya akan terus bertambah karena melihat pasar penerbangan di

Indonesia yang terus berkembang begitu pesat. Dengan kepemilikan pesawat sebanyak

112 armada yang terbagi dalam beberapa tipe seperti Boeing 747-400, Boeing 737-800,

Boeing 737-900 ER, dan Airbus A330-300. Jumlah armada pun juga akan bertambah

sesuai dengan pengiriman pemesanan pesawat yang dilakukan oleh Lion Air.

Lion Air merupakan salah satu bagian dari Lion Air Group yang juga menaungi

maskapai lainnya seperti Wings Air, Batik Air, Lion Bizjet, Malindo Air yang berbasis

di Malaysia, dan Thai Lion Air yang berbasis di Thailand. Ekspansi bisnis yang agresif

dan inovatif membuat Lion Air Group kini telah memiliki sarana dan fasilitas yang

lengkap guna menunjang bisnis penerbangannya seperti adanya pusat pelatihan,

pendidikan, perkantoran, dan tempat tinggal bagi ground crew maupun flight crew, serta

pusat perawatan dan pemeliharaan armada pesawat yaitu Batam Aero Technic. Untuk

terus memperluas jaringan usahanya, Lion Air Group pun membuka bisnis dalam

pengiriman paket maupun dokumen yaitu Lion Parcel dan perhotelan yaitu Lion Hotel

& Plaza yang berlokasi di Manado.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelanggaran Etika Bisnis Lion Air

Lion Air merupakan maskapai penerbangan berbiaya rendah (Low Cost Carrier)

dengan slogan “We Make People Fly”. Meskipun maskapai penerbangan ini memiliki

banyak peminat, namun Lion Air memiliki banyak permasalahan terkait dengan

konsumennya. Beberapa masalah yang dialami Lion Air antara lain:

1. Keterlambatan atau Delay

Keterlambatan atau delay adalah salah satu permasalahan yang paling sering

dialami oleh Lion Air. Kasus delay yang terparah terjadi pada tanggal 18-20 Februari

2015.

Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan

dunia. Setalah pemberitaan sebelumnya diramaikan dengan pemberitaan kecelakaan

AirAsia tujuan Surabaya-Singapura di Selat Karimata yang menewaskan seluruh

penumpangnya, kini semua mata beralih ke Lion Air.

Tak hanya diberitakan di media lokal, sejumlah media asing juga turut melaporkan

berita terlantarnya penumpang Lion Air hingga berhari-hari di Bandara Internasional

Soekarno Hatta.

Akibatnya ribuan penumpang yang berada di Terminal 1A dan Terminal 3 tersulut

emosi. Tindakan anarkis dilakukan para penumpang mulai dari berteriak-teriak,

5
memukul meja menyandera karyawan Lion Air hingga pesawat yang ada di apron

Bandara, serta menutup pintu masuk bandara.

Media asing seperti Reuters menyoroti pengetatan peraturan penerbangan yang

dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akhir-akhir ini nampaknya belum

terlihat di pelayanan maskapainya.

Tak lupa permintaan maaf dari Pendiri Lion Air, Rusdi Kirana juga turut menghiasi

berita di media tersebut. "Saya meminta maaf kepada penumpang kami dan kami

memberi mereka kompensasi, kami mengerti bahwa kita membuat kesalahan," kata

pendiri Lion Air, Rusdi Kirana.

Dalam industri penerbangan, Reuters menilai Lion Air sebenarnya salah satu maskapai

yang memiliki perkembangan bisnis yang sangat pesat. Hal itu dilihat gebrakannya

membeli pesawat Boeing dan Airbus secara besar besaran.

Tidak hanya Reuters, Bloomberg juga mengupas kasus Lion Air yang banyak kalangan

menilai ini kejadian delay terparah sepanjang sejarah maskapai di Indonesia.

Kasus delay Lion Air ini menjadi sebuah kemunduran dari perusahaan yang mana

padahal pendiri Lion, Rusdi Kirana menjadi anggota dewan penasehat Presiden Joko

Widodo (Jokowi).

Sementara di Wall Street Journal, pemberitaan yang diangkat adalah pembuktian

rendahnya komitmen maskapai berbiaya murah tersebut dalam memenuhi hak-hak para

penumpang yang menjadi korban keterlambatan pesawat.

6
Media yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) ini juga menggaris bawahi mengenai

ketidak mampuan Lion dalam memenuhi hak-hak para penumpang dengan akhirnya

terpaksa meminjam dana dari PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai BUMN pengelola

bandara sebesar Rp 4 miliar.

Kurangnya kualitas pelayanan yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia

dalam sebuah maskapai diulasnya menjadi satu hal yang harus kembali diperbaiki oleh

kementerian perhubungan.

2. Insiden Salah Turun Penumpang

Insiden salah menurunkan penumpang juga terjadi pada Lion Air. Lion Air salah

menurunkan penumpang yang seharusnya di terminal internasional ke terminal

domestik pada 10 Mei 2016 sehingga Lion Air mendapatkan sanksi pembekuan izin

Ground Handling dari Kementrian Perhubungan.

Liputan6.com, Jakarta - Polemik salah turun penumpang internasional ke terminal

domestik pesawat JT 161 milik maskapai Lion Air terus bergulir. Terbaru, Lion Air

memutuskan untuk melaporkan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian

Perhubungan (Kemenhub) secara pidana karena tak terima atas sanksi pembekuan

ground handling.

Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati mengatakan, peristiwa serupa jarang terjadi di

dunia penerbangan. Dalam catatannya, insiden salah menurunkan penumpang baru kali

ini terjadi dan maskapai Lion Air menjadi pionir. "Hampir tidak ada di dunia. Aneh.

Orang berkembang (spekulasi) macam-macam ada kesengajaan, permainan, narkoba.

Karena hampir tak ada," kata dia kepada Liputan6.com, Minggu (22/5/2016).

7
Arista pun menganggap hal yang lumrah jika Kementerian Perhubungan langsung

memberikan sanksi yang tegas kepada Lion Air. Alasannya, peristiwa salah

menurunkan penumpang tersebut disebabkan oknum tunggal dan tidak ada oknum lain.

"Kemarin kasus itu sudah jelas. Pelaku ground handling Lion bukan oknum lain,"

tambah dia. Ia melanjutkan, hal yang wajar juga jika Lion Air mengambil tindakan

menuntut secara pidana ke aparat penegak hukum. Dia bilang, hal tersebut ialah hak

warga negara. "Boleh saja (lapor). Hak (hukum) yang sama di mata negara," tukas dia.

Untuk diketahui, peristiwa salah turunkan penumpang Lion Air JT 161 terjadi pada 10

Mei 2016. Pesawat itu bertolak dari Singapura ke Bandara Soekarno-Hatta Tangerang

Banten. Namun, sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta penumpang tidak diturunkan

di terminal kedatangan internasional melainkan di terminal kedatangan domestik.

Sontak, hal tersebut menuai respons dan diungkapkan oleh akun @ZaraZettira. Dia

menceritakan anak rekannya bernama Natalie berangkat pada 10 Mei dari Singapura

pukul 18.50 waktu setempat menggunakan JT 161 dan tiba pukul 19.35 WIB. Akan

tetapi, penumpang tidak diturunkan ke terminal II internasional justru di terminal I

domestik.

"Anak saya dan penumpang warga asing tidak diarahkan oleh petugas ground crew

Lion Air untuk cap paspor imigrasi yang seharusnya menjadi protokol wajib bagi

airlines yang berasal dari luar negeri," tulis dia

3. Insiden Penumpang yang Gagal Terbang

Pada 20 Desember 2017 ada sebanyak 25 penumpang Lion Air yang tidak

mendapatkan kursi karena terjadi kendala teknis sehingga pesawat diganti.

8
TEMPO.CO, Jakarta – Beredar kabar soal adanya 25 penumpang maskapai Lion Air

yang tidak mendapatkan kursi untuk terbang menuju Denpasar dari Bandara Soekarno

Hatta. Hal itu disampaikan lewat unggahan status seorang pengguna Facebook dengan

akun bernama Tris Destiana pada 20 Desember 2017..

Corporate Communication Lion Air Group, Ramaditya Handoko mengatakan bahwa

peristiwa ini terjadi karena adanya kendala teknis yang terjadi pada pesawat yang akan

digunakan untuk terbang. Menurut penuturan Ramaditya, pesawat yang sebelumnya

digunakan adalah jenis Boeing 737-900 tapi kemudian karena terjadi kendala teknis

pesawat diganti dengan jenis Boeing 737-800.

“Pesawat yang ada itu 737 800, padahal yang dijadwalkan adalah pesawat 737 900.

Akibat pergantian ini kan ada perbedaan kapasitas, jadi berakibat pada adamya beberapa

penumpang yang tidak terangkut,” kata Rama kepada Tempo Kamis 21 Desember 2017.

Rama mengatakan bahwa keputusan untuk tetap mengganti pesawat meski dengan

jumlah kursi yang tidak cukup diambil karena khawatir waktu operasi maskapai di

bandara tujuan di Denpasar telah selesai. Rama juga meminta maaf atas

ketidaknyamanan yang dihadapi oleh para penumpang akibat kesalahan ini.

“Yang utama kita tetap meminta maaf kepada para penumpang atas ketidaknyamanan

yang terjadi akibat peristiwa ini,” kata Rama.

Selain itu, Rama mengatakan bahwa 25 penumpang yang sempat gagal terbang ke

Denpasar sudah diterbangkan dengan pesawat paling pagi pada Kamis, 21 Desember

2017. Lion Air juga telah memberikan penginapan di hotel termasuk akomodasi pulang

pergi ke bandara.

9
Terkait sejumlah uang yang diberikan oleh Lion Air kepada para penumpang, Rama

mengatakan uang tersebut bukan uang kompensasi seperti dalam Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Pengangkut Angkutan Udara. Menurut dia,

uang tersebut merupakan kebijakan personal dari perusahaan.

Dalam unggahan tersebut diceritakan bahwa para penumpang awalnya mengalami

keterlambatan jadwal penerbangan. Namun, ketika masuk ke pesawat, kapasitas

pesawat tidak mampu menampung seluruh jumlah penumpang. Akibatnya ada sebanyak

25 orang penumpang yang tidak bisa terangkut.

Kemudian 25 orang tersebut diminta untuk kembali ke bandara dan dijanjikan akan

berangkat dengan pesawat selanjutnya. Namun janji tersebut tidak ditepati oleh pihak

Lion Air dan justru menjanjikan lagi kepada 25 penumpang itu untuk diberangkatkan

pada esok harinya dengan jadwal penerbangan paling pagi.

2.2 Analisis Etika Bisnis Lion Air

Dari beberapa artikel diatas dapat diketahui bahwa Lion Air yang menerapkan

prinsip Low Cost Carrier atau maskapai berbiaya rendah tersebut melanggar etika bisnis

karena tidak memberikan pelayanan yang baik kepada penumpangnya yang

menunjukkan rendahnya komitmen maskapai berbiaya murah tersebut dalam memenuhi

hak-hak para penumpang.

10
Lion Air juga melakukan pelanggaran jika ditinjau dari sisi teori etika, yaitu:

1. Utilitarianisme

Utilitarianisme mendefinisikan baik atau buruk dalam bentuk konsekuensi

kesenangan (Pleasure) dan kesakitan (Pain). Tindakan yang beretika adalah

tindakan yang menghasilkan kesenangan tatu rasa senang yang paling banyak

atau rasa sakit yang paling sedikit. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa tujuan

hidup adalah untuk bahagia dan segala sesuatu yang mendorong kebahagiaan

secara etika baik (Modul Chartered Accountant: Etika Bisnis dan Tata Kelola

Korporat, 2015: 14). Lion Air melanggar utilitarianisme dengan tidak

memperhatikan kepentingan orang banyak, yang dalam hal ini adalah

penumpangnya.

2. Deontologi

Deontologi terkait dengan tugas dan tanggung jawab etika seseorang (Modul

Chartered Accountant: Etika Bisnis dan Tata Kelola Korporat, 2015: 15). Lion

Air prinsip deontology melanggar karena tidak memenuhi kewajibannya, yaitu

memberikan pelayanan terbaik dalam maskapai penerbangannya, serta tidak

memberikan informasi akurat mengenai setiap kesalahan yang dilakukan baik

kesalahan teknis maupun kesalahan Sumber Daya Manusia nya.

3. Virtue Ethics

Sebuah virtue yang menjadi kunci dalam bisnis adalah integritas, yang meliputi

kejujuran dan ketulusan (Modul Chartered Accountant: Etika Bisnis dan Tata

11
Kelola Korporat, 2015: 19). Lion Air melakukan pelanggaran karena tidak

adanya kejujuran dan keadilan oleh maskapai Lion Air dalam menangani

masalahnya, sehingga kepercayaan konsumen menjadi menurun, seperti yang

terjadi pada artikel diatas, beberapa insiden tersebut menyebabkan kapercayaan

masyarakat terhadap maskapai penerbangan Lion Air menjadi berkurang.

4. Justice and Fairness

Justice adalah proses pemberian atau alokasi sumber daya dan beban

berdasarkan alasan rasional. Aspek utama dari suatu sistem hukun yang adil

adalah prosedur yang adil dan transparan (Modul Chartered Accountant: Etika

Bisnis dan Tata Kelola Korporat, 2015: 17). Maskapai Lion Air melanggar etika

bisnis karena tidak memberlakukan semua penumpangnya sama, hal ini

dibuktikan oleh adanya penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk

sehingga tidak dapat berangkat menuju tujuannya,.

Lion Air juga melakukan pelanggaran etika bisnis yaitu Undang- Undang

Perlindungan Konsumen. Menurut Abdul, kepada hukumonline.com, apapun alasan

delay tersebut, Lion Air telah melanggar UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dan UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Pasal 19 ayat 1 UU

Perlindungan Konsumen menyatakan, “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan

ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat

mempergunakan barang / jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”. Sedangkan

Pasal 146 UU Penerbangan manyatakan, “Pengangkut bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang…”.

12
Lion Air juga dinilai telah melanggar Undang-Undang tentang tanggung jawab

Pengangkut Angkutan Udara. Abdul Berpendapat, Lion Air tidak cukup hanya

memberikan kompensasi sebesar Rp. 300 ribu sebagaimana diatur dalam pasal 10

Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung

Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

Berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh Lion Air juga menyebabkan

diberikannya sanksi oleh Kementerian Perhubungan berupa pembekuan izin ground

handling dan tidak diperkenankan mengembangkan rute.

Berbagai insiden yang dialami oleh Lion Air menjadikannya sebagai salah satu

maskapai terburuk di dunia tahun 2015. Dari laman Airline Reviews di situs Skytrax,

terlihat 68 tulisan mengenai pendapat penumpang yang naik Lion Air. Kebanyakan,

menulis soal pesawatnya yang suka delay, kabin yang tidak nyaman, informasi yang

diberikan tidak jelas, sampai pelayanan kursi roda bagi penumpang disabilitas yang

dinilai sangat mahal. Dari nilai 10, Lion Air mendapat nilai 4 (Afif, 2016).

Namun maskapai penerbangan Lion Air tetap diminati oleh masyarakat karena

terkenal dengan harganya yang murah dan memiliki brand yang kuat di masyarakat.

"Penumpang tidak punya pilihan lain. Lion Air sangat kuat brand-nya di otak

masyarakat kita. Sudah tertanam bahwa penerbangan dengan harga murah, ya Lion Air.

Senang atau tidak senang, kalau mau murah, ya naik itu," kata Dudy saat dihubungi

Liputan6.com.

13
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Lion Air yang memberlakukan Low Cost Carrier atau penerbangan dengan tarif

murah secara bisnis terbukti menguntungkan, sehingga Lion Air dapat menguasai

pangsa pasar penerbangan domestik menjadikan Lion Air mendapatkan tempat di hati

masyarakat dengan semboyannya “We make people Fly”. Tetapi akibatnya banyak

masalah dan insiden yang terjadi sehingga merugikan banyak konsumennya dan Lion

Air sebagai Perusahaan maskapai penerbangan kurang memperhatikan penumpangnya,

yang dalam hal ini penggantian kerugian yang dialami penumpangnya.

Seharusnya Lion Air melakukan efisiensi agar dapat memberikan keuntungan

kepada pemilik namun tetap menyajikan tiket murah. Efisiensi yang dilakukan dalam

perusahaan dapat dianggap sesuatu yang baik, tapi akan berdampak buruk apabila

mengurangi efektivitas perusahaan. Apalagi sampai merugikan salah satu pihak, yang

dalam masalah ini adalah penumpang.

3.2 Saran

Berdasarkan analisis diatas, hal yang dapat dilakukan agar kasus serupa tidak

terjadi lagi yaitu:

1. Dari sisi pemerintah yaitu melakukan audit atau pemeriksaan terhadap

maskapai penerbangan sebagai tindakan pengendalian, memberikan hukuman

yang lebih berat dan tegas terhadap maskapai penerbangan yang melanggar

14
peraturan dan Undang-Undang serta membantu maskapai penerbangan jika ada

situasi darurat terkait masalah teknis.

2. Dari sisi konsumen yaitu lebih bijak memilih maskapai penerbangan dan

mengerti hak dan kewajibannya sebagai penumpang.

3. Dari Sisi Perusahaan yaitu memperbaiki sistem pengendalian internal dan

membuat standar prosedur dalam keadaan darurat, serta memperbaiki

komunikasi internal dan eksternal sehingga jika ada situasi darurat dapat

dijelaskan dengan benar kepada konsumen atau penumpang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afriyadi, Achmad Dwi. “Insiden Lion Air, Salah Turun Penumpang Pesawat Langka di
Dunia”. Bisnis.Liputan6.com. 22 Mei 2016.
http://bisnis.liputan6.com/read/2512802/insiden-lion-air-salah-turun-penumpang-
pesawat-langka-di-dunia. Diakses Pada Maret 2018.

Ariyanti, Fiki. “Sering Bermasalah, Mengapa Lion Air Tetap Jadi Pilihan?”.
Bisnis.Liputan6.com. 23 Mei 2016.
http://bisnis.liputan6.com/read/2513290/sering-bermasalah-mengapa-lion-air-
tetap-jadi-pilihan. Diakses Maret 2018.

“Delay Dua Hari, Lion Air Dinilai Langgar UU”. Hukumonline.com. 20 Februari 2015.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54e6fa751b50f/delay-dua-hari--lion-
air-dinilai-langgar-uu. Diakses Maret 2018.

Farhan, Afif. “Daftar Maskapai Terburuk di Dunia Tahun 2015”. Traveldetik.com.


https://travel.detik.com/travel-news/d-3103443/daftar-maskapai-terburuk-di-
dunia-tahun-2015. Diakses Maret 2018.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. “Modul Chartered Accountant: Etika Profesi dan Tata
Kelola Korporat”. Jakarta.

Praditya, Ilyas Istianur. “Kasus Delay Terparah Lion Air Jadi Sorotan Media Asing”.
Bisnis.Liputan6.com. 21 Februari 2015.
http://bisnis.liputan6.com/read/2179149/kasus-delay-terparah-lion-air-jadi-
sorotan-media-asing. Diakses Maret 2018.

Prasongko, Ninis Chairunnisa. “Begini Penjelasan Lion Air Soal 25 Penumpang yang
Gagal Terbang. Bisnis.Tempo.co. 22 Desember 2017.
https://bisnis.tempo.co/read/1044326/begini-penjelasan-lion-air-soal-25-
penumpang-yang-gagal-terbang. Diakses Maret 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai