Anda di halaman 1dari 5

9.

PT Smile Forever meminjam uang dari Bank BNI sejumlah Rp 200 milliar dengan bunga
12% pa. Dana tersebut digunakan untuk :
1. Modal kerja Rp 100 milliar
2. Pembelian saham PT Anu-Anu Rp 20 milliar (30% kepemilikan)
3. Dipinjamkan lagi ke PT Anu-Anu sisanya. PT Anu-Anu adalah connected
party.
Pertanyaan:
a. Jelaskan perlakuan bunga pinjamnya.

Perhitungan Bunga masing-masing:


 Modal kerja sebesar Rp 100 milliar, maka bunga pinjaman Bank dapat
dibiayakan seluruhnya. Hal ini sesuai Pasal 6 UU PPh, bahwa biaya-biaya
dapat dikurangkan jika mempunyai hubungan dengan usaha. (deductible)
 Pembelian Saham PT Anu-Anu Rp 20 milliar (30% kepemilikan), maka
sesuai dengan penjelasan pasal 6 UU PPh bahwa bunga pinjaman untuk
perolehan saham yang penghasilannya (dividen) bukan objek pajak harus
dikapitalisir ke harga saham tersebut. (undeductible)
 Dipinjamkan ke PT Anu-Anu sebesar Rp 80 miliar, maka harus ada
pengakuan pendapatan bunga bagi PT Smile Forever, karena berdasarkan
Pasal 12 PP-94 tahun 2010 bahwa dana pinjaman antar related party harus
milik sendiri, sehingga jika dananya dari pinjaman maka harus dikenakan
bunga tersirat (deemed interest) sebesar bunga pinjaman bank tersebut, yaitu
12%.
b. Debt to Equity Ratio (DER) = 4:1 berlaku mulai tahun fiskal 2016 kedepan. Jika ada
pemeriksa pajak mengenakan Debt to Equity Ratio = 4:1 untuk tahun 2015
kebelakang, bagaimana pendapat Saudara, apakah asik-asik saja ora ono masalah ?
penjelasan harus berdasarkan pasal-pasal dalam UU PPh.

Penjelasan berdasarkan UU PPh Pasal 18 ayat 3 yang berbunyi “Direktur Jenderal


Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan
serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh
hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya‐plus, atau metode
lainnya”.
PT Smile Forever dapat menggunakan pendekatan prinsip arm’s length principle
yaitu dengan membandingkan DER dengan perusahaan sejenis dan perlakuan bunga
juga menggunakan arm’s length principle.

10. Diketahui bahwa perusahaan memiliki arus uang masuk dan arus piutang di tahun 2017
sbb:
Piutang awal Rp 60 M
Penjualan di SPT Badan Rp 600 M
Transfer antar Bank Rp 100 M
Reimbursement Rp 80 M
Pencairan pinjaman Rp 50 M
UM Pendapatan Awal Rp 40 M
UM Pendapatan Akhir (Rp 30 M)
Piutang Akhir Rp 50 M
Diketahui total uang masuk di seluruh Bank adalah Rp 800 M
Pertanyaan:
Dari informasi diatas, berapakah uang masuk yang tidak dapat dijelaskan oleh perusahaan
sehingga akan dianggap pendapatan oleh pemeriksa pajak ?

Penerimaan non penghasilan terdiri dari transfer antar bank, pencairan pinjaman,
dan reimbursement.
Menurut SE-65/PJ/2013, rumus mencari peredaran usaha adalah:
Penerimaan Tunai Rp 800 M
Penerimaan Non Penghasilan:

 Transfer antar Bank (Rp 100 M)


 Pencairan pinjaman (Rp 50 M)
 Reimbursement Rp 80 M

Akrual: Piutang (Akhir-Awal) + UM Penjualan (Awal-Akhir) Rp 0


Peredaran Bruto Usaha (ada PPN didalamnya) Rp 730 M
Peredaran Bruto Usaha menurut SPT Rp 600 M
Koreksi Positif Rp 130 M

11. Adanya kredit PPN Masukan di SPT PPN 2017 dengan total Rp 40 milliar sedangkan
pembelian BKP di COGS adalah Rp 500 milliar. Tahun 2017 ternyata ia ada impor mesin
dan PPN dari JKPLN dengan total nilai PPN Rp 6 milliar dan PPN-nya sudah dikreditkan
di SPT PPN 2017. Diketahui ada kredit PM 2016 di Jan 2017 Rp 2 milliar dan kredit PM
2017 di Jan 2018 ada Rp 6 milliar.
Pertanyaan:
Jelaskan berapa selisih equalisasi antara Pembelian bahan baku versi PL dengan versi
PPN Masukan dan jelaskan juga bentuk dokumen sumber sebagai pendukung selisih itu.
Gunakan asumsi jika perlu.

PM Tahun 2017 = Rp 40 milliar - Rp 2 milliar(kredit PM 2016 di Jan 2017) +


Rp 6 milliar(kredit PM 2017 di Jan 2018)
= Rp 44 milliar
Pembelian BKP di COGS adalah Rp 500 milliar, maka PM nya adalah Rp 50 miliar
Terdapat selisih Rp 50 miliar - Rp 44 milliar = Rp 6 miliar

Dokumen sumber sebagai pendukung yaitu daftar pemasok, NPWP, permintaan


pembelian, tanggal transaksi dan jumlah pembelian dan faktur pajaknya.

12. Terdapat other income berupa komisi penjualan sejumlah Rp 60 milliar dengan Bukti
potong PPh yang diterima sejumlah Rp 4 milliar di tahun 2017 ini. Pertanyaan: Apa yang
Saudara pahami dari kasus ini ?

Komisi penjualan dipotong PPh pasal 23 sebesar 2%, seharusnya bukti potong
PPh yang diterima adalah 2% x Rp 60.000.000.000 = Rp 1.200.000.000, jika bukti
potong benar sejumlah Rp 4 milliar maka Rp 2.800.000.000 / 2% = RP 140.000.000.000,
ada komisi penjualan yang belum diakui di laba rugi sebesar Rp 140 milliar. Jika komisi
tersebut berasal dari shareholders maka komisi dianggap sebagai dividen.

Kasus 2:

PT LZA menyampaikan SPT PPh badan Tahun Pajak 2016 (tahun takwim) yang menyatakan
lebih bayar Rp 1 milliar pada tanggal 27 April 2017. Atas SPT tersebut dilakukan pemeriksaan
dan telah diterbitkan SKPKB tanggal 19 Des 2017 dengan perincian sebagai berikut:

Remarks SPT Pemeriksaan

PPh Badan terhutang 2 milliar 5 milliar

Kredit Pajak 3 milliar 3 milliar

PPh Kurang Bayar (LB) (1 milliar) 2 milliar

Pertanyaan:

d. Apakah benar apabila WP mengajukan keberatan proses penagihan pajak bisa ditunda
menunggu hasil SK Keberatan ?

Apabila WP sudah mengajukan keberatan dan sedang diproses, maka WP sudah


tidak bisa lagi mengajukan permohonan Pasal 36 dan proses penagihan pajak ditunda
sampai terbit SK Keberatan.

e. Misalkan pada hasil pemeriksaan diatas dengan KB sejumlah Rp 2 milliar, WP hanya


setuju sebagian dan mengajukan Keberatan. Ia membayar Rp 500 juta di awal proses
keberatan. SK keberatan sudah terbit dan menyatakan bahwa PPh badan ymh dibayar
adalah Rp 4 milliar (bukan Rp 2 milliar). Hitunglah sanksi keberatannya.

Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian dan Wajib
Pajak tidak mengajukan permohonan banding, jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
harus dilunasi paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Keberatan, dan penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib Pajak
tidak melunasi utang pajak tersebut. Di samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen).
Berdasarkan penjelasan diatas, Wajib Pajak tidak dikenai sanksi administrasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 19, tetapi dikenai sanksi sesuai dengan ayat ini, yaitu
sebesar 50% x (Rp4.000.000.000-Rp500.000.000) = Rp1.750.000.000 sehingga totalnya
Rp 3.500.000.000 + Rp1.750.000.000 = Rp 5.250.000.000

Anda mungkin juga menyukai