PENDAHULUAN
1
dioperasikan dari bagian pilot dan co-pilot. Untuk mempermudah pilot dan co-pilot
mengopersasikan pesawat, maka parameter-parameter yang mendukung juga harus diketahui
nilainya. Free Play merupakan salah satu parameter yang digunakan. Free Play adalah sebuah nilai
ambang batas awal yang dibutuhkan oleh kendali pesawat untuk mulai melakukan pergerakan
pada flight control surface (aileron, elevator, dan rudder, dan sebagainya). Oleh karena itu pada
kerja praktek ini dilakukan analisis Gear Ratio pada system mekanik Rudder pada pesawat
terbang N219.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mendapatkan pengalaman lingkungan kerja dan mendapat peluang untuk berlatih
menangani permasalahan dalam dunia industri serta melaksanakan studi banding
antara teori yang didapat di kuliah dengan penerapannya di lapangan.
2. Menambah wawasan aplikasi teknik mesin dalam bidang penerbangan.
3. Mengetahui perkembangan teknologi dalam dunia penerbangan.
4. Memperoleh pemahaman yang komprehensif akan dunia kerja melalui learning by
doing.
5. Mengetahui perkembangan teknologi di bidang industri, terutama yang diterapkan di
PT. Dirgantara Indonesia.
6. Untuk memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan di Departemen Teknik Mesin FTI-ITS.
7. Meningkatkan pengetahuan mengenai Flight Control Systems pada pesawat N219 dan
menghitung nilai Gear Ratio pada sistem mekanik Rudder pesawat terbang N219.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perbedaan antara hasil perhitungan nilai Gear Ratio pada sistem mekanik
Rudder secara teori dan aktual.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan antara nilai Gear Ratio pada sistem mekanik
Rudder dengan hasil uji terbang pesawat N219, serta menemukan solusi dari masalah
tersebut.
2
3. Perhitungan Gearing Ratio Rudder pesawat terbang N219 dilakukan dengan metode
rasio defleksi, mekanikan, dan grafik.
4. Perhitungan Gearing Ratio Rudder pesawat N219 dengan metode grafik hanya
didasarkan pada data MOCR FN-72 PD1, FN-71 PD1, FN-70 PD1, FN-22 PD2, FN-23
PD2, dan FN-26 PD2.
1. Pemyesuaian Program
3
Struktur Organisasi pada PT. Dirgantara
2.
Indonesia
Study Flight Control System dan Gearing
3.
Ratio
Study Gearing Ratio dan komponen-
4. komponen pada Aileron, Rudder, dan
Elevator
Penghitungan Gearing Ratio Aileron
5. berdasarkan rasio defleksi dan mekanikal
pesawat N219
Penghitungan Gearing Ratio Aileron
dengan metode grafik berdasarkan data
6. MOCR TEST LOG ( FN 72 PD1, FN 71 PD 1,
FN 70 PD1, FN 22 PD2, FN 23 PD2, FN26
PD2 )
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
6
Aircraft Services (Maintenance, Overhaul, Perbaikan dan Perubahan).
Aerostructure (Parts & Components, Assemblies, Assemblies Tools & Equipment).
Engineering Services (Communication Technology, Simulator Teknologi, Information
Technology Solution, Design Center).
Untuk kedepannya, diharapkan industri pesawat terbang ini akan menjadi efisien dan
beradaptasi institusi bisnis. Dirgantara Indonesia meliputi wilayah 86,98 hektar bangunan.
Kegiatan produksi perusahaan ditopang oleh 232 unit dari berbagai mesin dan peralatan. Selain
ini, ada beberapa peralatan lainnya tersebar di berbagai lini perakitan, laboratorium, dan
pelayanan & pemeliharaan unit.
7
2.4 Struktur Organisasi PT. DI
Dalam struktur organisasi PT.DI terdapat berbagai macam bidang. Bidang-bidang
tersebut memiliki berbagai macam bagian yang bergerak guna menunjang jalannya perusahaan.
Berikut struktur organisasi PT.DI pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia (IAe) (PT Dirgantara Indonesia, 2014)
PT.DI dipimpin oleh seorang direktur utama yang dibantu oleh sekretaris perusahaan,
asisten direktur utama bagian hubungan pemerintahan, satuan pengawasan intern, divisi
pengamanan dan divisi perencanaan perusahaan. Lalu dibawahnya lagi terdapat beberapa
direktorat yang memiliki macam-macam divisi dibawahnya, yaitu direktorat keuangan, direktorat
umum &sumber daya manusia, direktorat niaga & restrukturisasi, direktorat teknologi &
pengembangan, dan direktorat produksi. Selain itu PT.DI juga memiliki unit bisnis strategis
aircraft services.
8
2.5 Tata usaha perusahaan PT. Dirgantara Indonesia (Organisasi Perusahaan)
Perusahaan PT. Dirgantara Indonesia terdiri dari tiga bagian penting, yaitu Direksi yang
bertugas sebagai pelakasana Tata Kerja pada Perusahaan, Komisaris bertugas sebagai pengawas
yang mengawasi seluruh Tata Kerja yang berada pada PT. Dirgantara Indonesia, dan kemudian
adalah Pemilik Saham dimana dalam hal ini mereka adalah Pemerintah (sebab PT. Dirgantara
Indonesia merupakan BUMN). Adapun,struktur organisasi PT Dirgantara Indonesia diperlihatkan
oleh Gambar 2.1.
Berikut ini uraian tugas dalam PT. Dirgantara Indonesia :
Direktur
Direktur disini memegang peranan tertinggi pada PT. Dirgantara indonesia dan dalam
melaksanakan tugasnya, seorang direktur dibantu oleh beberapa unit yakni unit perencanaan,
Sekretariat, SPI (Satuan Pengamanan Inteernal). Direktur membawahi enam direktorat yaitu
Direktorat Niaga, Direktorat Teknologi, Direktorat Produksi, Direktorat Umum dan SDM,
Direktorat Keuangan, dan Service. Sehingga dapat diamati sesuai dengan bagan, bahwa keenam
bidang Direktorat tersebut bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Service
Bidang atau setara dengan direktorat ini mempunyai tugas yang kerap hubungannya
dengan Quality Assurance, orang-orang dalam posisi ini lebih bekerja untuk bidang
maintenance ability. Melakukan perawatan-perawatan pada pesawat yang ingin dilakukan
monitoring mengenai kelayakan terbang dan untuk mengetahui kestabilan dari pesawat
sendiri.
Direktorat Niaga
Direktorat yang satu ini merupakan direktorat yang harus melakukan survey lapangan
mengenai kondisi-kondisi terkini dan mampu membaca pasar mengenai produk yang seperti
apakah yang menjadi tuntutan pasar saat ini.
Direktorat Teknologi
Sesuai dengan namanya, Direktorat Teknologi bertugas sebagai designer ataupun
penerjemah dari tugas Direktorat Niaga. Setelah studi pasar dilakukukan, Direktorat
Teknologi harus mampu menjawab segala tuntutan pasar tersebut menjadi bentuk visual dan
dapat direalisasikan. Output-an dari Direktorat Teknologi ini pastilah berupa bentuk drawing,
dimana dari drawing tersebut nantinya harus dapat dijadikan bentukan nyata yang mampu
memenuhi permintaan pasar. Selain mendesain dari permintaan pasar, Direktorat Teknologi
ini harus mampu mengembangkan Teknologi dari hasil-hasil desain yang telah ada hingga
menjadi suatu inovasi baru untuk dimasukkan dalam dunia luar.
9
Direktorat Produksi
Setelah hasil design yang dikeluarkan oleh Direktorat Teknologi mendapatkan kualifikasi
produk, barulah hasil desain tersebut dapat mulai diproduksi dalam Direktorat Produksi.
Direktorat Produksi ini memulai tahap produksinya mulai dari material masih berupa
lembaran-lembaran material hingga proses assembly terakhir, termasuk juga saat flight test.
Direktorat Umum dan SDM
Direktorat Umum dan SDM ini lebih terpusat untuk menangani persoalan-persoalan yang
berkaitan erat dengan peraturan-peraturan Perusahaan dan masalah mengenai Sumber Daya
Manusia, proses Open Recruitment untuk para karyawan baru hingga masalah pembagian SDM
pada masing-masing bidangnya.
Direktorat Keuangan
Direktorat Keuangan disini bertugas untuk mengatur segala proses atau alur keluar masuk
keuangan yang ada pada perusahaan, keuangan untuk produksi, pembagian ataupun pemerataan
tunjangan kerja dan hal yang berkeaan dengan gaji para karyawan perusahaan menjadi
tanggungjawab Direktorat Keuangan ini.
10
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Direktorat Teknologi dan Pengembangan PT. Dirgantara
Indonesia (IAe) (PT Dirgantara Indonesia, 2014)
Pada gambar 2.2 dapat dilihat ada berbagai macam departemen yang terdapat pada suatu
divisi dalam suatu direktorat, yang dimaksud pada gambar 2.2 ini yaitu direktorat teknologi dan
pengembangan divisi pusat teknologi. Divisi pusat teknologi memiliki 5 departemen yang
memiliki fungsi masing-masing. Tiap departemen memiliki kode tersendiri untuk mempermudah
dalam pemberian nama. Departemen yang ada tersebut adalah departemen pengembangan
teknologi & produk baru, aerodinamika, analisa struktur, analisa sistem, dan rekayasa industri &
perangkat lunak.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Fitur
Sertifikasi berdasarkan CASR 23, kategori komuter
Mesin ganda dengan masing-masing 850 HP
Landing Gear Tetap
Konfigurasi High Wing
Kabin tanpa tekanan
Sistem avionik yang canggih dan modern
Jarak take-off dan landing yang pendek
Biaya operasi yang rendah
Kemampuan untuk take-off dan landing pada landasan beraspal
Perubahan konfigurasi yang cepat
12
3.1.2 Power Plant
Mesin : Dua buah Limited PT6A-42 Turboprop Pratt Whitney Aircraft of Canada
dengan masing-masing 850 SHP
Baling-baling : Hartzell 4-Blade Metal Propeller
3.1.3 Performa
Take-off run 393 m
Jarak take-off (MTOW, ISA, SL, 35 ft Obstacle) 455 m
Landing ground roll (MTOW, ISA, SL) 197 m
Jarak landing (MTOW, ISA, SL, 50 ft Obstacle) 493 m
Kecepatan maksimal penerbangan 210 knots
Kecepatan maksimal ekonomis 170 knots
Kecepatan stall 59 knots
Rate of climb (AEO) 1,938 ft/min
Jarak jangkauan dengan maksimal bahan bakar 840 Nmi
Jarak jangkauan dengan maksimal payload 145 Nmi
Ketinggan kerja 10,000 ft
3.1.4 Berat
Berat maksimal saat take-off (MTOW) 7.030 kg
Berat maksimal saat landing (MLW) 6.940 kg
Berat kosong saat beroperasi 4.309 kg
Muatan yang dapat digunakan 2.750 kg
Payload maksimum 2.313 kg
Kapasitas bahan bakar maksimum 1.600 kg
13
3.1.6 Dimensi Luar
Tinggi keseluruhan 6,18 m
Panjang keseluruhan 16,49 m
Rentang sayap 19,50 m
Trek roda 3,7 m
Jarak dengan tanah 0,7 m
Flight control system yang digunakan pada pesawat terbang N219 adalah manual flight
control system. Sistem yang digunakan pada pesawat terbang N219 merupakan single channel
system yang dirancang dengan mekanisme sederhana untuk mencapai biaya yang rendah dalam
manufaktur dan produksi serta perawatan yang mudah . Flight control system secara mekanik
dioperasikan dengan control wheel, yoke column, pedals, bell-crank, lever, push-pull rods,
14
quadrants, pulleys, torque tube dan rangkaian kabel loop tertutup konvensional yang dapat
dioperasikan dari bagian pilot dan co-pilot
Gambar 3.2 Bagian Flight Control System Pada Pesawat Terbang N219
15
3.3.1 Aileron Control System
Aileron Control System merupakan sebuah sistem yang memberikan control lateral (roll)
pada pesawat pada sumbu longitudinal. Aileron terdiri dari buah control surface yang bergerak
secara berlawanan dan terdapat pada masing-masing sayap pesawat. Aileron di kendalikan oleh
control wheel yang terletak pada kokpit pesawat terbang
No. Deskripsi
1 Control Wheel (include trim switch)
2 Shaft
3 Universal Joint
4 Bevel Gear
5 Forward Control Rod
6 Rod End
7 Forward Bell-crank Assy
8 Forward Quadrant
9 Aft Quadrant
10 Aft Interconnect Rod
11 Aft Control Rod
12 Aft Bell-crank Assy
13 Control Cable
14 Pulley
15 Turnbuckle
16
Sistem mekanik pada Aileron dapat berfungsi diawali dengan pergerakan pada control
wheel yang di transmisikan oleh shaft, universal joint, bevel gear, yang terhubung ke fore cable
quadrant melalui lever dan bell-crank.
No. Deskripsi
1 Yoke Column
2 Forward Quadrant
3 Control Cable
4 Forward Control Rod
5 Aft Control Rod
6 Torque Tube
7 Rod End
8 Aft Quadrant
9 Control Cable
10 Pulley
11 Turnbuckle
17
3.3.3 Rudder Control System
Rudder Control System merupakan sebuah system yang memberikan control arah (yaw)
pada pesawat pada sumbu normal atau vertical. Rudder terdiri dari sebuah control surface yang
terpasang pada sisi trailing stabilizer vertical. Rudder dikendalikan dengan mengunakan rudder
pedal yang terletak pada bagian bawah pada kokpit pesawat terbang.
Rudder dikendalikan dengan menggunakan system mekanik pedal. Terdapat dua pedal
kanan dan kiri yang masing-masing untuk pergerakan yaw ke kiri dan ke kanan. Pergerakan ini
digunakan untuk menstabilkan pesawat secara direksional atau arah, dengan demikian
pergerakan rudder berdefleksi ke kiri atau kanan.
No. Deskripsi
1 Pedal Assembly
2 Pedal Control Rod
3 Interconnecting Control Rod
4 End Rod
5 Forward Quadrant
6 Aft Quadrant
7 Torque Tube
8 Control Tube
9 Pulley
10 Turnbuckle
18
3.4 Secondary Flight Control System Pesawat Terbang N219
Secondary Flight Control System pada pesawat terbang N219 adalah sebagai berikut :
Flaps System
Flight Director / Autopilot
Trim Tab
Balance Tab
Ground Gust Lock System
19
3.4.3 Trim Tab
Trim tab yang digunakan pada pesawat terbang N219 adalah aileron trim tab, elevator trim
tab, dan rudder trim tab. Trim merupakan bagian kecil dari control surface yang berfungsi untuk
menyeimbangkan dan mengurangi tekanan pada kemudi sehingga pilot dapat mengontrol
keseimbangan posisi terbang dalam kondisi lurus dan mendatar.
20
Gambar 3.10 Ground Gust Lock System
21
BAB IV
𝑭𝒑 = 𝑮 𝒙 𝑯𝒎𝒓
22
𝜽𝒓
𝑮=
𝒍𝒑 𝒙 𝜽𝒑
Keterangan :
Fp = Gaya pada pedal ( Newton )
Hmr = Hinge Moment yang bekerja pada Rudder ( Nm )
G = Gearing Ratio ( 1/m atau rad/m )
𝛉r = Defleksi Rudder ( deg atau rad )
𝛉p = Defleksi Pedal ( deg atau rad )
lp = Radius Pedal ( meter )
Maka, nilai Gearing Rati o pada Rudder berdasarkan metode rasio defleksi adalah sebagai berikut:
𝜃𝑝
𝐻𝑀𝑟 = 𝑥 ∑𝐹
𝜃𝑟
0,09 + 0,09
𝐻𝑀𝑟 = 𝑥 ∑𝐹
25° + 25°
𝑯𝑴𝒓 = 𝟎, 𝟐𝟎𝟔 𝒙 ∑ 𝑭
Maka,
𝟏 𝟏
𝑮= = 𝟒, 𝟖𝟒 ( )
𝟎, 𝟐𝟎𝟔 𝒎
Nilai Gearing Ratio Rudder berdasarkan metode rasio defleksi sebesar 4.84
23
4.3.2 Metode Mekanikal
Perhitungan gearing ratio Rudder menggunakan metode mekanikal berdasarkan prinsip
kekekalan energi / kerja pada tiap komponen kontrol sistem Rudder. Dimana energi / kerja
didefinisikan sebagai hasil perkalian gaya yang bekerja pada tiap komponen dengan radius ( jari-
jari ) tiap komponen tersebut.
Berikut adalah komponen kontrol sistem Rudder beserta nilai radiusnya :
Tabel 4.1 Komponen Sistem Rudder beserta nilai Radiusnya
RUDDER
Sumber :
No Komponen Radius ( mm )
1 Pedal 430 293ND00001-
003_A_ND001571_RUDDER
2 Lever 250 CONTROL SYSTEM
3 Bell-crank 92 INSTALLATION_26 FEB
4 Forward Quadrant 115 2018.pdf
Sehingga perhitungan nilai gearing ratio Rudder menggunakan metode mekanikal adalah sebagai
berikut :
𝐹1 𝑥 𝑅1 = 𝐹2 𝑥 𝑅2
𝑀1 = 𝐹2 𝑥 𝑅2
𝐹3 𝑥 𝑅3 = 𝐹4 𝑥 𝑅4
𝑅4
𝐹3 = 𝐹4 𝑥 ( )
𝑅3
Karena F2 = F3 maka,
𝑅4
𝑀1 = 𝑅2 𝑥 ( ) 𝑥 𝐹4
𝑅3
𝐹4 𝑥 𝑅4 = 𝐹5 𝑥 𝑅5
𝑅5
𝐹4 = 𝐹5 𝑥 ( )
𝑅4
Karena F4 = F5 maka,
𝑅4
𝑀1 = 𝑅2 𝑥 ( ) 𝑥 𝐹5
𝑅3
𝐻𝑀𝑟
𝐹5 =
𝑅5
24
𝐻𝑀𝑟
Karena F5 = 𝑅5
maka,
𝑅4 𝐻𝑀𝑟
𝑀1 = 𝑅2 𝑥 ( )𝑥
𝑅3 𝑅5
Sehingga, diperoleh :
115 𝐻𝑀𝑟
𝑀1 = 250 𝑥 ( )𝑥
92 161
𝑴𝟏 = 𝟏, 𝟗𝟒 𝒙 𝑯𝑴𝒓
Karena, M1 = Fp x Rp maka :
1,94 𝑥 𝐻𝑀𝑟
𝐹𝑝 =
𝑅𝑝
1,94 𝑥 𝐻𝑀𝑟
𝐹𝑝 =
430
𝑭𝒘 = 𝟒, 𝟓𝟏 𝒙 𝑯𝑴𝒓
Berarti,
𝟏
𝑮 = 𝟒, 𝟓𝟏 ( )
𝒎
20
Defleksi Pedal (m.deg)
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.2431x
-30
Defleksi Rudder (deg)
25
4.4.1.2 General Handling Evaluation ( GLHQ ) FUP
0.005
0
-0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Defleksi Pedal (m. deg)
-0.01
-0.015
-0.02
-0.025
-0.03
-0.035
-0.04
y = -2.1947x
-0.045
-0.05
Defleksi Rudder (deg)
-0.5
Defleksi Pedal (m.deg)
-1
-1.5
-2
y = -1.7714x
-2.5
-3
Defleksi Rudder (deg)
26
4.4.1.4 Wind Up Turn RH ( WIUT RH )
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
-1
-1.5
-2
-2.5
-3 y = -1.8423x
Defleksi Rudder (deg)
27
4.4.2 Flight Number-71 PD1
4.4.2.1 Flight Control Sweep ( CSWP ) FTO
30
20
Defleksi Pedal (m.deg)
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.2688x
-30
Defleksi Rudder (deg)
30
20
Defleksi Pedal (m.deg)
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
y = -2.1706x
-20
-30
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.7 Grafik Gearing Ratio Rudder pada CSWP-FUP Flight Number-71 PD1
28
4.4.3 Flight Number-72 PD1
4.4.3.1 Flight Control Sweep ( CSWP )
25
20
15
Defleksi Pedal (m.deg)
10
5
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-5
-10
-15
-20
y = -2.2569x
-25
Defleksi Rudder (deg)
8
6
4
Defleksi Pedal (m.deg)
2
0
-4 -2 0 2 4 6
-2
-4
-6
-8
-10 y = -1.9867x
-12
Defleksi Rudder (deg)
29
4.4.3.3 Static Lateral Directional Stability ( SHSS )
20
15
10
Defleksi Pedal (m.deg)
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-5
-10
-15
y = -1.8133x
-20
-25
Defleksi Rudder (deg)
1.5
1
Defleksi Pedal (m.deg)
0.5
0
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
-0.5
-1
-1.5
y = -2.8443x
-2
Defleksi Rudder (deg)
30
4.4.4 Flight Number-22 PD2
4.4.4.1 Flight Control Sweep (CSWP)
30
20
Defleksi Pedal (m.deg)
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.5793x
-30
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.12 Grafik Gearing Ratio Rudder pada CSWP Flight Number-22 PD2
30
20
Defleksi Pedal (m.deg)
10
0
-10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.3234x
-30
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.13 Grafik Gearing Ratio Rudder pada SHSS-FUP Flight Number-22 PD2
31
4.4.4.3 Static Lateral Directional Stability ( SHSS )-FTO
30
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.3152x
-30
Defleksi Rudder (deg)
30
20
Defleksi Pedal (m.deg)
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.3112x
-30
Defleksi Rudder (deg)
32
4.4.4.5 OEI Trimmability Check (ASYM)-FUP
15
0
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6
-5
-10
y = -2.3407x - 1.068
-15
Defleksi Rudder (deg)
10
8
6
Defleksi Pedal (m.deg)
4
2
0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-2
-4
-6
-8
y = -2.5021x
-10
-12
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.17 Grafik Gearing Ratio Rudder pada ASYM-FTO Flight Number-22 PD2
33
4.4.4.7 Flight Control Sweep (CSWP)-FAP
30
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.594x
-30
Defleksi Rudder (deg)
34
4.4.5 Flight Number-23 PD2
4.4.5.1 Flight Control Sweep (CSWP)-FUP 1
30
20
10
0
Defleksi Pedal
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.6877x
-30
Defleksi Rudder
5
4
3
2
1
Defleksi Pedal
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5
-1
y = -1.5591x
-2
-3
y = -2.2943x - 1.2947
-4
-5
Defleksi Rudder
Gearing Ratio = 2.3
Gambar 4.20 Grafik Gearing Ratio Rudder pada PROP-RH Flight Number-23 PD2
35
4.4.5.3 Propeller Unfeather Response Check (LH engine idle) (PUPO-LH)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
-2
-4
Defleksi Pedal
-6
-8
-10
y = -2.9366x
-12
Defleksi Rudder
Gearing Ratio = 3
Gambar 4.21 Grafik Gearing Ratio Rudder pada PROP-LH Flight Number-23 PD2
30
20
10
Defleksi Pedal
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.7346x
-30
Defleksi Rudder
36
4.4.6 Flight Number-26 PD2
4.4.6.1 Fligth Control Sweep (CSWP)
30
20
Defleksi Pedal (deg)
10
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-10
-20
y = -2.612x
-30
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.23 Grafik Gearing Ratio Rudder pada CSWP Flight Number-26 PD2
4.4.6.2 (DUTC)
15
10
Deflekasi Pedal (deg)
0
-6 -4 -2 0 2 4 6
-5
-10
y = -2.4221x
-15
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.24 Grafik Gearing Ratio Rudder pada DUTC Flight Number-26 PD2
37
4.4.6.3 Push Up Pull Over (PUPO)-FTO
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
-0.5
-1
Defleksi Pedal (deg)
-1.5
-2
-2.5
-3
y = -2.3142x - 1.442
-3.5
Delfeksi Rudder (deg)
Gambar 4.25 Grafik Gearing Ratio Rudder pada PUPO-FTO Flight Number-26 PD2
Rudder vs Pedal
-2.8
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
-2.9
Defleksi Pedal (deg)
-3
-3.1
-3.2
-3.3
-3.5
Defleksi Rudder (deg)
Gambar 4.26 Grafik Gearing Ratio Rudder pada PUPO-FUP Flight Number-26 PD2
38
4.5 Perhitungan Gaya Pilot pada Sistem Kontrol Rudder
Gaya Pilot adalah gaya yang dikerjakan pilot pada pedal kemudi pesawat N219 untuk
menggerakkan Rudder. Berdasarkan regulasi CASR 23.143, Gaya Pilot maksimum untuk rudder
pedal pesawat N219 adalah sebesar 150 lbs.
Tabel 4.2 CASR 23.143
Perhitungan Gaya Pilot dapat dilakukan apabila diketahui Hinge Moment Rudder dan Gearing
Ratio Rudder berdasarkan persamaan :
𝑭𝒑 = 𝑮 𝒙 𝑯𝒎𝒓
Keterangan :
Berdasarkan persamaan tersebut, nilai gaya pilot diperoleh dari perkalian gearing ratio dan hinge
moment. Besar Hinge Momen yang bekerja pada Rudder dibedakan berdasarkan Load Set 1 dan Load Set
2.
AILERON
40
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan Gaya Pilot pada Sistem Kontrol Rudder
Tabel 4.4 Hasil perhitungan gaya pilot pada tiap kondisi terbang
RUDDER
Maximum F for Rudder = 150 lbs
F Rudder ( lbs )
NO CLASSIFICATION CONDITION GEARING RATIO Load Set 1 Load Set 2
Hm = 127.6 Nm Hm = 216 Nm
Rasio Defleksi 4.84 135.87 230.00
1 Teori
Mekanikal 4.51 126.60 214.32
CSWP 2.25 63.16 106.92
DCON 1.98 55.58 94.09
2 FN-72 PD1
SHSS 1.82 51.09 86.49
GLHQ 2.84 79.72 134.96
CSWP FTO 2.27 63.72 107.87
3 FN-71 PD1
CSWP FUP 2.17 60.92 103.12
CSWP 2.24 62.88 106.44
GLHQ FUP 2.19 61.48 104.07
GLHQ FTO 1.85 51.93 87.91
GLHQ FAP 1.83 51.37 86.96
4 FN-70 PD1
GLHQ FLD 1.89 53.06 89.81
WIUT LH 1.78 49.97 84.59
WIUT RH 1.85 51.93 87.91
CSWP FUP 2.2 61.76 104.54
CSWP FUP 2.58 72.43 122.60
SHSS FUP 2.32 65.13 110.25
SHSS FTO 2.315 64.99 110.01
5 FN-22 PD2 SHSS FAP RUN 01 2.311 64.87 109.82
OEI TRIM FUP 2.34 65.69 111.20
OEI TRIM FTO 2.5 70.18 118.80
CSWP FAP 2.59 72.71 123.08
CSWP FUP AWAL 2.68 75.23 127.35
PROP RH IDLE 2.3 64.57 109.30
6 FN-23 PD2
PROP LH IDLE 3 84.22 142.56
CSWP FUP AKHIR 2.73 76.64 129.73
CSWP 2.61 73.27 124.03
SHSS 2.37 66.53 112.62
7 FN-26 PD2 DUTC 2.42 67.93 115.00
PUPO FTO 2.31 64.85 109.77
PUPO FUP 2.612 73.32 124.12
41
4.6 Analisa Kegagalan Perhitungan Load Set
Berdasarkan tabel perhitungan Gaya Pilot ( Fpedal ) Rudder menggunakan Load Set 1, tidak
terdapat kondisi dimana besar Gaya Pilot melebihi 150 lbs (sesuai regulasi CASR 23.143).
Sedangkan pada Load set 2, terdapat kondisi dimana besar Gaya pilot melebihi 150 lbs (tidak
sesuai regulasi CASR 23.143). diantaranya :
Karena F berbanding lurus dengan nilai Gearing Ratio, maka semakin besar nilai Gearing Ratio
akan menyebabkan nilai F semakin besar pula. Idealnya nilai Gearing Ratio teoritis (Rasio Defleksi
dan Mekanikal) tidak jauh berbeda dengan nilai Gearing Ratio kondisi CSWP karena pada kondisi
tersebut pesawat belum melakukan take-off.
Namun, ketika pesawat sudah melakukan take-off dan memulai melakukan manuver sesuai
kondisi terbang tertentu misalnya SHSS,GLHQ, WIUT RH, WIUT LH dan sebagainya nilai Gearing
Ratio Rudder cenderung lebih kecil daripada kondisi CSWP.
Penyebab berubahnya nilai Gearing Ratio Rudder pada kondisi terbang tertentu diantaranya :
b. Wire yang digunakan pada sistem mekanis Rudder mengalami pemuaian panjang akibat
suhu terlalu panas
c. Diameter wire yang digunakan pada sistem mekanis Rudder terlalu kecil sehingga mudah
mengalami pemuaian akibat panas
42
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Gearing Ratio Rudder adalah rasio gaya pilot untuk mendorong pedal terhadap hinge
moment Rudder. Sehingga besarnya gaya pilot untuk memutar pedal ( Fp ) dapat
dinyatakan dalam fungsi hinge moment Rudder ( Hmr ).
b. Gearing Ratio Rudder pesawat N219 berdasarkan metode rasio defleksi bernilai 4,84
sedangkan berdasarkan analisa mekanikal komponen-komponen penyusun Aileron
diperoleh nilai Gearing Ratio sebesar 4,51.
c. Pada Load set 1, tidak terdapat kondisi terbang dimana besar gaya pilot melebihi 150 lbs
( Sesuai dengan CASR 23.143 ). Sedangkan pada Load set 2 terdapat besar gaya melebihi
150 (tidak sesuai CASR 23.143) yaitu pada metode Rasio Defleksi dan metode Mekanikal.
d. Gearing Ratio Rudder untuk hampir semua kondisi CSWP memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan kondisi terbang lainnya dalam Flight Number yang sama.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
a. Perlunya dilakukan tinjauan ulang mengenai metode yang digunakan dalam perhitungan
Gearing Ratio Rudder khususnya metode grafik agar lebih sesuai dan mempermudah
dalam analisa Gearing Ratio Rudder pada pesawat N219.
b. Agar Gaya Pilot (Fp) pada semua kondisi terbang sesuai regulasi CASR 23.143 kami
menyarankan :
1. Penggunaan ukuran diameter wire yang lebih besar agar lebih tahan terhadap panas
sehingga pengaruh pemuaian dapat diminimalisir. Diketahui bahwa untuk saat ini
pesawat N219 menggunakan wire berdiameter 1/8 inch dengan konfigurasi 7 x 19
(MIL-W-83420), kami menyarankan untuk menggunakan wire berdiameter 5/32 inch
dengan konfigurasi tetap 7 x 19.
43
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Robert. 1989. Flight stability and automatic control, USA : McGraw-hill Inc
44