1
3
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kepala Divisi Pengembangan SDM
Manager Pendidikan dan Pelatihan
PT. Dirgantara Indonesia (Persero)
Dipl.Ing.Imam Suwarto,MSAe.
NIK.822811
7
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO)
(19 JULI 2016 25 AGUSTUS 2016)
Disusun oleh :
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Fisika Dosen Pembimbing
Agus Muhammad Hatta, ST, M.Si, Ph.D Dr.rer.nat.Ir. Aulia M. T. Nasution MSc
19780902 200312 1 002 19671117 199702 1 001
ABSTRAK
Surabaya, 2016
Penulis
13
15
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................i
ABSTRAK..........................................................................ix
ABSTRACT..........................................................................xi
KATA PENGANTAR........................................................xiii
DAFTAR ISI......................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.........................................................xix
DAFTAR TABEL..............................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................2
1.3 Tujuan........................................................................2
1.4 Batasan Masalah.........................................................2
1.5 Metodologi Penelitian................................................2
1.5.1 Metodologi Pengumpulan Data...........................2
1.5.2 Metodologi Perhitungan......................................3
1.5.3 Pengambilan Kesimpulan....................................3
1.6 Jadwal Kerja Praktek..................................................3
1.7 Sistematika Penulisan.................................................4
BAB II PROFIL PERUSAHAAN........................................7
2.1 Sejarah PT. Dirgantara Indonesia...............................7
2.1.1 Pengantar.............................................................7
2.1.2 Sebelum Masa Kemerdekaan...............................7
2.1.3 Setelah Masa Kemerdekaan.................................8
2.1.4 Upaya Membangun Sebuah Industri Pesawat....11
2.1.5 Pendirian Industri Penerbangan Indonesia.........12
2.2 Visi dan Misi PT. Dirgantara Indonesia....................18
2.3 Profil Perusahaan PT. Dirgantara Indonesia.............19
2.4 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia...........20
BAB III KERJA PRAKTEK...............................................23
3.1 Profil Pesawat Terbang N-219..................................23
3.1.1 Spesifikasi Pesawat Terbang N-219...................24
3.2 Deskripsi Sistem Pesawat Terbang N-219................26
3.2.1 Wing N-219........................................................26
3.2.2 Fuselage N-219.................................................26
3.2.3 Horizontal Stabilizer..........................................27
3.2.4 Vertical Stabilizer..............................................27
3.2.5 Engine...............................................................28
3.2.6 Landing Gear....................................................29
3.2.7 Avionic System...................................................29
3.3 Primary Flight Control Pesawat N-219....................29
3.3.1 Aileron Control System......................................29
3.3.2 Elevator Control System....................................30
3.3.3 Rudder Control System.....................................31
3.4 Secondary Flight Control Pesawat N-219.................33
3.4.1 Flaps..................................................................33
3.4.2 Spoilers..............................................................33
3.4.3 Slats...................................................................34
17
3.4.4 Trim...................................................................34
3.5 Free-Play..................................................................35
3.6 Pulley.......................................................................35
3.7 Kabel Baja................................................................36
3.8 Bearing.....................................................................37
3.9 Bevel Gear................................................................38
3.9.1 Tipe Bevel Gear.................................................38
3.10 Free-Play Elevator Control System........................40
3.10.1 Nilai Free-Play pada Control Column.............46
3.10.2 Nilai Free-Play pada front quadrant................47
3.10.3 Nilai Free-Play pada Aft Quadrant..................50
3.10.4 Nilai Free-Play pada Bell Crank Bawah..........55
3.10.5 Nilai Free-Play pada Bell Crank Atas..............60
3.10.6 Nilai Free-Play pada Torque Tube...................67
BAB IV PENUTUP..........................................................779
DAFTAR PUSTAKA.........................................................79
19
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Pengnalan Perusahaan
Studi Literatur
Pembahasan
Bab I Pendahuluan
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari
hasil pembahasan yang diharapkan berguna bagi para
pembaca.
BAB II
2.1.1 Pengantar
A. Periode Perintisan
Lima faktor utama yang menuju pembentukan IPTN
adalah: Ada beberapa orang Indonesia yang memiliki sejak mimpi
yang sama sejak lama untuk membangun pesawat terbang dan
mendirikan industri pesawat terbang di Indonesia; beberapa orang
Indonesia yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk membangun pesawat dan industri pesawat
terbang; beberapa orang Indonesia yang, di samping menguasai
ilmu yang dibutuhkan dan teknologi mereka juga berdedikasi
tinggi untuk memanfaatkan keahlian mereka untuk pendirian
industri pesawat terbang; beberapa orang Indonesia yang ahli
dalam pemasaran dan penjualan pesawat untuk kedua lingkup
nasional dan internasional; Politik berasal dari kemauan
Pemerintah yang berkuasa. Integrasi harmonis faktor yang
disebutkan di atas telah membuat IPTN industri pesawat terbang
dengan fasilitas yang memadai.
Itu semua dimulai dengan Bacharuddin Jusuf Habibie,
seorang pria yang lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan (Sulawesi),
pada tanggal 25 Juni 1936. Ia lulus dari Aachen Tinggi Teknik
Learning, Departemen Konstruksi Pesawat Terbang, dan
kemudian bekerja di MBB (Masserschmitt Bolkow Blohm),
industri pesawat terbang di Jerman sejak tahun 1965. Ketika ia
hendak mendapatkan gelar doktornya, pada tahun 1964, ia
memiliki keinginan yang kuat untuk kembali ke negaranya untuk
berpartisipasi dalam program pembangunan Indonesia di bidang
industri penerbangan. Tapi manajemen KOPELAPIP
menyarankan dia untuk terus mencari pengalaman yang lebih,
sambil menunggu kemungkinan membangun industri pesawat
terbang. Pada tahun 1966, ketika Adam Malik, maka Menteri
Luar Negeri Indonesia mengunjungi Jerman, ia meminta Habibie
14
B. Pendirian
Ketika upaya pendirian telah menunjukkan wujudnya, ada
masalah yang dihadapi oleh Pertamina yang mempengaruhi
keberadaan ATTP, proyek dan program yaitu industri pesawat
terbang. Tapi menyadari bahwa Divisi ATTP dan proyek adalah
kendaraan untuk mempersiapkan Indonesia untuk 'take-off' untuk
Pelita VI, sehingga pemerintah memutuskan untuk melanjutkan
pendirian industri pesawat terbang dengan segala
konsekuensinya.
Berdasarkan ini, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12, 5
April, 1976, persiapan industri pesawat terbang dibuat, melalui
16
KERJA PRAKTEK
A. Fitur
Berpenumpang 19.
Short Take-off & Landing (STOL).
Dapat Take off & Landing pada landasan tak beraspal.
Perawatan yang mudah.
Biaya operasi yang rendah.
B. Peforma
Mesin : Pratt & Whitney PT6A-61
Jenis Mesin : Turbo-Propeller
Daya : 850 shp (633.845 kilowatt)
Jarak Take-off (35 ft Obstacle) : 428 m
Jarak Landing (50 ft Obstacle) : 623 m
Kecepatan Jelajah Maksimum : 395 km/jam (213 kts)
Kecepatan Jelajah Ekonomis : 352 km/jam (190 kts)
Kecepatan Stall : 113 km/jam (61 kts)
Kecepatan mendaki (Rate of Climb): 2,300 ft/minutes
Jarak Terjauh dengan Bahan Bakar : 1,580 nm
Jarak Terjauh dengan Penumpang : 831 nm
C. Berat
Max. Take-off Weight (MTOW) : 7,030 kg
Max. Landing Weight (MLW) : 7,030 kg
26
D. Dimensi
Overall Height : 6.18 m
Overall Lenght : 16.49 m
Overall Wingspan : 19.50 m
Cabin Height : 1.70 m
Cabin Width : 1.82 m
Cabin Length : 6.50 m
3.2.5 Engine
Berikut ini adalah cara kerja aileron jika seorang pilot ingin
melakukan roll atau berguling ke kanan, maka yang dilakukan
oleh pilot adalah menggerakan control wheel ke arah kanan,
sehingga secara mekanik akan terjadi suatu pergerakan di mana
aileron sebelah kanan akan bergerak naik dan aileron kiri
bergerak turun. Pada wing kanan dimana aileron up akan terjadi
pengurangan lift (gaya angkat) hal ini dikarenakan aileron yang
naik menyebabkan kecepatan aliran udara di permukaan atas
wing berkurang (karena idealnya aliran udara di atas airfoil lebih
cepat daripada di permukaan bawah, sehingga timbul lift)
sehingga sayap kanankehilangan lift (gaya angkatnya) yang
menyebabkan wing kanan turun. Sedangkan pada wing kiri naik.
Begitu juga sebaliknya jika pilot mengingkan pesawatnya
melakukan roll ke sebelah kiri. Skematik aileron control system
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:[7]
3.4.1 Flaps
3.4.2 Spoilers
3.4.3 Slats
3.4.4 Trim
36
Gambar 3. 10 Trim
3.5 Free-Play
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) free-play
adalah kebergantungan keadaan suatu sistem pada sejarahnya
terdahulu, dalam bentuk keterlambatan efek fisis dari
penyebabnya. Sedangkan free-play yang dimaksud di sini adalah
gerakan masukan atau input yang dirasakan pilot sebelum sistem
pengendalian yang diinginkan bekerja, dalam hal ini terdapat
seperti sistem pengendalian yang terdapat pada elevator, aileron
dan rudder pada suatu pesawat terbang.
Gambar 3. 11 Pulley
3.8 Bearing
Bearing dalam Bahasa Indonesia berarti bantalan. Dalam
ilmu mekanika bearing adalah sebuah elemen mesin yang
berfungsi untuk membatasi gerak relatif antara dua atau lebih
komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan.
Bearing menjaga poros (shaft) agar selalu berputar terhadap
sumbu porosnya, atau juga menjaga suatu komponen yang
bergerak linier agar selalu berada pada jalurnya.
Bearing dapat diklasifikasikan berdasarkan gerakan yang
diijinkan oleh desain bearing itu sendiri, berdasarkan prinsip
kerjanya, dan juga berdasarkan gaya atau jenis beban yang dapat
ia tahan. Berikut adalah macam-macam bearing dilihat dari
berbagai aspek :
Tipe bevel gear ini giginya dibuat lurus dan dipakai hanya
untuk mesin-mesin industri.
Gambar 3. 14 Plain Bevel Gear
Tipe bevel gear ini dipakai untuk jenis putaran tinggi dan
kokoh apabila terjadi perpindahan tenaga yang sangat besar dan
gigi-giginya dibuat miring yang memungkinkan terjadinya
perpindahan torque yang besar. Aplikasinya pada traktor
MS27646- 292ND2053
Pivot Bearing
39 0
MS27646- 292ND2053
Pivot Bearing
39 0
NAS6204D1
MS21151-8 Control Rod Bearing
5
NAS6204D1
MS21152-2 Control Rod Bearing
5
Torque
TRCE45TC 292ND2062 Bearing
Tube
292ND2063
TRCE45TC Bearing
6
S=2 R sin
2
46
dengan nilai
a2=b2 +c 22 cos A
2
a =542.699,3221
a=736,6812
S=2 R sin
2
50
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,5963
=sin1
270
o
=0,253
S=2 R sin
2
0,253
S=1.473,362 sin
2
S=3,252 mm
Setelah melakukan perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa free-play yang ditimbulkan oleh control column terhadap
pilot adalah 3,252 mm atau 0,253o.
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
1 S
=sin
2R
1 0,0767
=sin
150
o
=0,0586
0,0586
S=150 sin
2
S=0,0767 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
54
1 S
=sin
2R
0,0767
=sin1
270
o
=0,0326
S=2 R sin
2
0,0326
S=1.473,362 sin
2
S=0,4185 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0501
=sin1
326
o
=0,0176
S=2 R sin
2
0,0176
S=326 sin
2
S=0,0501 mm
S=2 R sin
2
58
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0501
=sin1
250,62
o
=0,0229
S=2 R sin
2
0,0229
S=150 sin
2
S=0,0300 mm
Setelah melakukan perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa free-play yang ditimbulkan oleh aft quadrant terhadap
control column adalah 0,0300 mm atau 0,0229o.
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
1 S
=sin
2R
1 0,0300
=sin
270
o
=0,0127
S=2 R sin
2
0,0127
S=1.473,362 sin
2
S=0,1636 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0501
=sin1
326
=0,0176o
S=2 R sin
2
0,0176
S=327 sin
2
S=0,0503 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
64
1 0,0503
=sin
326
o
=0,0177
S=2 R sin
2
0,0177
S=326 sin
2
S=0,0503 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
1 S
=sin
2R
1 0,0503
=sin
250,62
o
=0,0300
S=2 R sin
2
0,0384
S=150 sin
2
S=0,0301 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
1 S
=sin
2R
0,0301
=sin1
270
o
=0,0128
S=2 R sin
2
0,0128
S=1.473,362 sin
2
S=0,1641 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
1 S
=sin
2R
1 0,0501
=sin
300
=0,0191o
S=2 R sin
2
70
0,0176
S=270 sin
2
S=0,0451 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
1 0,0451
=sin
326
o
=0,0158
S=2 R sin
2
0,0158
S=327 sin
2
S=0,0452 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
1 S
=sin
2R
1 0,0452
=sin
326
o
=0,0159
0,0159
S=326 sin
2
S=0,0452 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
74
1 S
=sin
2R
0,0452
=sin1
250,62
o
=0,0207
S=2 R sin
2
0,0207
S=150 sin
2
S=0,0271 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0271
=sin1
270
=0,0115o
S=2 R sin
2
0,0115
S=1.473,362 sin
2
S=0,1477 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
78
1 S
=sin
2R
0,0631
=sin1
300
o
=0,0241
S=2 R sin
2
0,0241
S=300 sin
2
S=0,0631 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0631
=sin1
300
=0,0241o
S=2 R sin
2
0,0241
S=270 sin
2
S=0,0568 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0568
=sin1
326
o
=0,0200
S=2 R sin
2
0,0200
S=327 sin
2
S=0,0570 mm
82
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0570
=sin1
326
=0,0200o
Free-play dalam bentuk milimeter
S=2 R sin
2
0,0200
S=326 sin
2
S=0,0570 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
0,0570
=sin1
250,62
=0,0260o
S=2 R sin
2
0,0260
S=150 sin
2
S=0,0341 mm
S=2 R sin
2
S
sin =
2 2R
S
=sin1
2R
86
1 0,0341
=sin
270
o
=0,0145
S=2 R sin
2
0,0145
S=1.473,362 sin
2
S=0,1860 mm
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat selama pelaksanaan
analisa dalam kerja praktek ini adalah:
1. Dengan melakukan perhitungan free-play hasilnya dapat
digunakan sebagai refrensi bagi pilot dalam mengendalikan
elevator pada pesawat terbang N-219.
2. Nilai free-play dalam bentuk derajat pada elevator control
system di pesawat terbang N-219 adalah 0.337o.
3. Nilai free-play dalam bentuk milimeter pada elevator
control system di pesawat terbang N-219 adalah 4.334 mm.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan selama pelaksanaan kerja
praktik ini adalah:
1. Sebelum melakukan kerja praktek di PT. Dirgantara
Indonesia (Persero), disarankan untuk mempelajari segala
tentang penerbangan agar lebih mudah melaksanakan kerja
praktek.
2. Dalam pengambilan data bearing dan shaft agar
diperhatikan nomor serinya lebih seksama dan juga
diperhatikan pasangan bearing dan shaft agar nilai
clearance yang didapatkan tidak melenceng jauh.
81
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.indonesian-aerospace.com/aboutus.php?m=a
boutus&t=aboutus8
[2] http://www.indonesian-aerospace.com/aboutus.php?m=a
boutus&t=aboutus
[3] http://www.indonesian-aerospace.com/aboutus.php?m=a
boutus&t=company
[4] http://www.indonesian-aerospace.com/aboutus.php?m=a
boutus&t=aboutus5
[5] http://www.indonesian-aerospace.com/kiosk-web/n219.html
[6] Laporan Kerja Praktek "Analisa Static Friction pada
Mechanical Primary Flight Control" Pesawat N-219. PT
Dirgantara Indonesia. Teknik Penerbangan STT Adisutjipto
Yogyakarta. 2015. Oggy Alvianno, Satria Bagaskara,
Noviyanto.
[7] N219 Flight Control System Technical Description. PT.
Dirgantara Indonesia (Persero). 2015. Widi Handoko DS,
Eldad Simanjuntak, Tri Haryanto, Jati Kusuma, Andi
Yundono, Palmana Banandhi.
[8] Plain Bearing Catalog. RBC Aerospace Bearing. 2008