JUDUL BUAT KP
DI PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO)
(19 JULI 2016 25 AGUSTUS 2016)
2ABSTRACT
System Distributed Control System (DCS) is a system that serves to distribute the various
parameters used to control a variety of process variables and unit process operations into a
centralized control in a control room which serves as the control, monitoring and controlling
the operation of the equipment in optimasi.DCS factory by using a program created by the
system logic circuit in which the circuit will control the equipment regularly and thoroughly, so
that will reduce errors or mistakes made by humans. Software used in this simulation software
CS 3000. The method is trial error that occurs on the value of P, I, D and Kp by 10, 2, 0, and 10
to 30 seconds and it's faster than other trials were average at about 50 seconds to 2 minutes
while the Ziegler-Nichols method on the slave PI control is better than PID control and on the
master control PI and PID control is just as good. In the use of PI or PID control tuning done
by the method of trial error or Ziegler-Nichols so that the output of the system as desired.
Keywords : DCS Yokogawa CS 3000, trial error method, Ziegler-Nichols method.
3KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah, karena berkat kuasanyalah laporan resmi P3
Sistem Pengendalian Otomatik ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi syarat dari praktikum mata kuliah Sistem
Pengendalian Otomatik Teknik Fisika tahun 2016.
Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca. Amin
Penulis
4DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................i
ABSTRAK...........................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................1
1.1
Latar Belakang........................................................1
1.2
Rumusan Masalah...................................................1
1.3
Tujuan.....................................................................2
2.3
Prosedur Percobaan.................................................9
Pembahasan..........................................................56
BAB V PENUTUP...............................................................59
5.1
Kesimpulan...........................................................59
5.2
Saran.....................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...........................................................60
5DAFTAR GA
Gambar 2.1 Arsitektur DCS Yokogawa..................................3
Gambar 2.2 FCS tipe FFCS-L.................................................5
Gambar 2.3 Pemrograman pada DCS Yokogawa....................6
YGambar 3.1 System View.....................................................9
Gambar 3.2 Project Baru.......................................................10
Gambar 3.3 Station Type.......................................................11
Gambar 3.4 New FIO Mode.................................................12
Gambar 3.5 Pembuatan IOM................................................13
Gambar 3.6 Tag I/O..............................................................14
Gambar 3.7 IOM Status Input...............................................15
Gambar 3.8 Input Status Output...........................................16
Gambar 3.9 Skematik Function Block Cascade....................17
Gambar 3.10 Function Block................................................18
Gambar 3.11 Penentuan Size Function Block.......................19
Gambar 3.12 Grid Option.....................................................20
Gambar 3.13 Function Block................................................20
Gambar 3.14 Selection Function Block................................21
Gambar 3.15 PID Function Block.........................................22
Gambar 3.16 TIC100 dan FIC100.........................................23
Gambar 3.17 Penentuan Range Kontroler.............................24
Gambar 3.18 PIO Function Block.........................................25
Gambar 3.19 PIO dan PID Function Block...........................26
Gambar 3.20 Wiring Function Block....................................27
Gambar 3.21 Ubah Parameter Function Block......................28
6DAFTAR TAB
Tabel 2. 1 Tabel Konfigurasi PID Yokogawa..........................8
YTabel 4. 1 Data Metode Trial Error Percobaan Pertama.....47
Tabel 4. 2 Data Metode Trial Error Percobaan Kedua...........48
Tabel 4. 3 Data Metode Trial Error Percobaan Ketiga..........49
Tabel 4. 4 Data Metode Trial Error Percobaan Keempat.......50
1 BAB I
PENDAHULUAN
6.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang sangat pesat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang serba cepat dan akurat membuat segala sesuatunya berjalan dengan mudah sehingga
mampu menghemat waktu dan tenaga kerja. Manusia menciptakan teknologi yang dapat
melakukan segala sesuatu dengan cepat, tepat sasaran dan hasil maksimal tanpa mengeluarkan
biaya yang tinggi dengan kata lain semua bekerja secara otomatisasi.
Di dunia industri dibutuhkan sistem pengontrolan pabrik yang membutuhkan ketelitian,
ketepatan, dan kehandalan yang tinggi dalam proses mengurangi tingkat kerugian biaya
produksi yang disebabkan oleh kesalahan. Atas dasar hal tersebut maka digunakan suatu
teknologi sistem pengontrolan secara otomatis yang dapat mengontrol atau mengamati seluruh
peralatan yaitu dengan menggunakan teknologi kontrol Distributed Control System (DCS). DCS
mengontrol pengoperasian peralatan dalam pabrik dengan menggunakan program yang dibuat
dengan sistem rangkaian logika dimana rangkaian tersebut akan mengontrol peralatan secara
teratur dan teliti, sehingga akan mengurangi kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan oleh
manusia. Oleh karena pentingnya DCS dalam dunia industri, maka perlu belajar tentang DCS.
Dan untuk praktikum kali ini menggunakan DCS Yokogawa CS 3000.
6.2 Rumusan Masalah
Rumusan rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
a. Bagaimana fungsi dari hardware DCS Centum CS 3000 Yokogawa?
b. Bagaimana sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000?
c. Bagaimana dasar pemrograman Centum CS 3000?
6.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Mengerti fungsi dari hardware DCS Centum CS 3000 Yokogawa.
b. Mengerti sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000.
c. Mengerti dasar pemrograman Centum CS 3000.
7BAB II
DASAR TEORI
7.1 Distributed Control System (DCS)
Sistem Distributed Control System (DCS) merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk
mendistribusikan berbagai parameter yang digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel
proses dan unit operasi proses menjadi suatu pengendalian yang terpusat pada suatu control
room yang berfungsi sebagai pengendalian, monitoring dan optimasi. Pada umumnya DCS
terdiri dari beberapa bagian yang terintegrasi menjadi satu. Secara garis besar DCS terbagi
menjadi 3 bagian yaitu FCS, HIS & EWS dan Network. Secara umum arsitektur DCS
yokogawa centum cs 3000 sebagai berikut:
digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Module masukan keluaran terbagi menjadi 3 bagian:
Digital masukan keluaran, Analog masukan keluaran dan Komunikasi masukan keluaran.
Sedangkan komponen lain yang wajib digunakan diluar komponen dari FCS (Field Control
Statiom) Vnet/IP Interface Card mode VI701 dipasang pada sebuah (PC) Personal Computer
digunakan untuk menghubungkan antara PC yang didalam terdapat program centum dengan
perangkat FCS sebagi HIS (Human Interface Station) centum VP, kemudian komponen lain
yang sering digunakan Vnet Router digunakan untuk menghubungkan FFCSL ini dengan FCS
yokogawa lain yang masih menggunakan teknologi 10 base 2 dan 10 base 5 atau masih
berdomain pada teknologi Vnet (komunikasi dengan menggunakan kabel koaxsial),
Pemasanngan Vnet router ini juga dapat digunakan untuk menghubungkan FCS yang berbeda
domain dan berbeda tipe teknologi komunikasi (Vnet/Ip dan Vnet).
7.3 Pemrograman pada DCS Yokogawa CS 3000
Pada DCS Yokogawa CS 3000 ini pemrograman algoritma kontrol menggunakan function
blok, dimana setiap blok memiliki fungsi nya masing-masing, seperti
a. Link blok PIO, Digunakan sebagai masukan dan keluaran module dari centum CS 3000
b. PID, Digunakan sebagai blok untuk algoritma kontrol PID
c. ST16, Digunakan untuk pemrograman sequential
d. CALCU dan CALCU-L
e. LC64, Digunakan untuk pemrograman logika.
Pada mode automatis (AUT), menggunakan tipe kontrol PID proporsional PV dan
derivatif (I-PD) untuk menjaga kestabilan sistem.
5. Tipe penentuan otomatis 2
Pada mode kascade (CAS) menggunakan tipe kontrol PID derivatif PV (PI-D).
Pada mode automatis (AUT) atau remote kaskae (RCAS), menggunakan tipe
kontrol PID proporsional PV dan derivatif (I-PD) untuk menjaga kestabilan sistem.
Tabel 2. 1 Tabel Konfigurasi PID Yokogawa
8BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Personal Komputer
2. Software Centum CS 3000
3.2 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
1. Aktifkan System View dengan cara klik [start][All Program][YOKOGAWA
CENTUM][System View] atau pilih [Active System View] pada menu [Window
Call].
10
6. Klik tombol OK. Konfirmasi bahwa ENGPJT t ada pada [System View]. Buka ENGPJT
untuk memastikan bahwa folder FCS0101 and HIS0164 telah dibuat.
3.2.1
11
Exit dari IOM Builder atau pada toolbar, pilih [file] save kemudian exit from [IOM
Builder].
b. Digital I/O Definition
Tujuan : untuk menentukan status input 32-point pada slot 2 dan menentukan status
Output 32-point pada slot 3 Cara Kerja:
1. Klik kanan pada folder [NODE1][Create New][IOM]. Tentukan (ADV151-P)
32 channel Status input slot 2 seperti berikut:
12
3.2.2
13
Tujuan : untuk membuat control loop cascade untuk sistem kontrol suhu pada
furnace dengan menggunakan kontrol blok PID.
14
Pilih [Properties] pada menu [File] pada [Control Drawing Builder]. Pilih tab
[Attribute] cek apakah ukurannya [1024 x 686] kemudian klik pada tombol [OK].
15
16
17
18
19
20
21
Gambar 3. 25 Faceolate
4. [Instrument Diagram] akan nampak pada window. Masukkan [TIC100] pada kolom tag
name. klik [Apply]
22
23
3. [Properties] pada window akan nampak. Spsifikkan [Trend Format], [Sampling Period],
dan [Trend Block Comment] pada blok [TR0001] seperti berikut:
Trend Format :Continuous and Rotary Type
Sampling Period :1 Second
Trend Block Comment :1 sec trend-CAS Control
4. Aktifkan [Trend Acquisition Pen Assignment Builder] dengan melakukan double klik
pada [TR0001] trend block dari folder [CONFIGURATION]. Panel Builder akan
terlihat seperti gambar dibawah ini:
24
5. Ketika pengaturan telah selesai, simpan data tersebut, dari toolbar pilih [File][Save]
Jika terjadi error, keluarlah dari [Trend Acquisition Pen Assignment Builder].
3.2.3 Confirmation of Operation With Test Function
a. Start-up of Test Function
Cara Kerja:
1. Dari sistem View pilih folder [ENGPJT][FCS0101]. Pilih [Test Function] dari
FCS yang terletak pada pada toolbar.
2. [Dialog] akan nampak pada window. Klik tombol [OK] Proses Test Function
Dimulai. Proses operasi meliputi :
men-switch monitoring dan operasi fungsi dengan cara virtual Test
start up simulator FCS dan
pembuatan data pengkabelan secara otomatis dan downloading.
Tunggu sampai Download wiring selesai (window sekarang dikelilingi dengan
warna merah)
25
26
27
28
29
terbuka (Open State) MV pada TIC100 sama dengan SV pada FIC100 (Output Tracking
Function)
3. Pindahkan mode block kontroller primer TIC00 ke AUT kemudian masukkan 80 pada SV.
Pindahkan mode block FIC100 ke CAS.
TIC100 berpindah ke AUT tanpa mengambil tempat / menggeser nilai MV. Konfirmasi
dengan memunculkan trend window [TG0101].
9BAB IV
ANALISA DATA
9.1 Analisa data
Pada praktikum P3 tentang penggunaan software Distributed Control System Centum CS
3000 R3 Yokogawa dilakukan tuning PID untuk single loop dan cascade. Pada single loop
digunakan sistem kontrol secondary (FIC100). Dalam praktikum ini ada dua metode tuning
PID yang disimulasikan sebagai berikut.
1) Tuning PID Metode Trial Error
Pada metode trial error untuk percobaan pertama grafik yang dihasilkan seperti Gambar
4.1 beserta karakteristik responnya:
30
Set Point
75
Proporsional (P)
10
Integral (I)
20
Derrivative (D)
0
Settling Time
1 menit 20 detik
Kp
10
Pada metode trial error untuk percobaan ketiga grafik yang dihasilkan seperti Gambar 4.3
beserta karakteristik responnya.
Gambar 4. 3 Grafik Respon Metode Trial Error Percobaan Ketiga (pada sekitaran 21:06)
Tabel 4. 3 Data Metode Trial Error Percobaan Ketiga
Set Point
50
Proporsional (P)
10
Integral (I)
2
Derrivative (D)
0
Settling Time
30 detik
Kp
10
Pada metode trial error untuk percobaan keempat grafik yang dihasilkan seperti Gambar
4.4 beserta karakteristik responnya.
Gambar 4. 4 Grafik Respon Metode Trial Error Percobaan Keempat (pada sekitaran
21:07-21:08)
Tabel 4. 4 Data Metode Trial Error Percobaan Keempat
Set Point
75
Proporsional (P)
50
Integral (I)
5
Derrivative (D)
10
Settling Time
55 detik
Kp
2
31
R=
PV
t
PV
Dimana
dan
(4.1)
adalah perubahan setpoint yaitu 10 karena dari 50 diubah menjadi 60
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai steady yaitu 11 detik sesuai
dengan Gambar 4.5. Sehingga diperoleh nilai R (Process Reaction Rate) sebesar 0.9 dengan
nilai L (delay time) adalah 3 dana nilai T (time constant) adalah 3.
Untuk metode ziegler nichols, persamaan yang digunakan pengendali P hanya untuk
mengetahui nilai Kp sehingga dapat diketahui besarnya nilai PB sesuai Tabel 2.1. Berikut ini
adalah hasil penghitungannya :
K p=
m
10
=
=3,703
R L 0,9 3
K p=
100
100 100
PB=
=
=27.005
PB
K p 3.703
K p=0,9
m
10
=0,9
=3,33
R L
0,9 3
K p=
100
100 100
PB=
=
=30.03
PB
K p 3.33
Ti=3,33 L=3,33 3=9,99
K i=
K p 3,33
=
=0,33
T i 9,99
32
nilai Kp, Ti, Ki dan PB masing-masing sebesar 3.33, 9.99, 0,33 dan 30%. Sehingga
diperoleh grafik berikut:
K p=1,2
m
10
=1,2
=4,44
RL
0,9 3
K p=
100
100 100
PB=
=
=22,52
PB
K p 4,44
Ti=2 L=2 3=6
K i=
K p 4,44
=
=0,74
Ti
6
Td=0,5 L=0.5 3=1,5
K d =K p T d =4,44 1,5=6,66
Nilai Kp, Ti, Ki, Td, Kd dan PB masing-masing sebesar 4,44, 6, 0,74, 1,5, 6,66, dan
22.52%. Sehingga diperoleh grafik berikut:
33
0,1
[ ][ ] [ ]
K L1
K p=0,75 2
K1 T 1
T i =T 1
T2
T1
(4.2)
(4.3)
Sehingga diperoleh nilai Kp, Ti dan PB masing-masing sebesar 0.8038, 3 dan 124.4%.
Sehingga diperoleh grafik berikut:
34
T d=
L1T 2
2
(4.4)
Sehingga diperoleh nilai Kp, Ti, Td dan PB masing-masing sebesar 0.8038, 3, 1.5 dan
124.4%. Sehingga diperoleh grafik berikut:
35
P=50, T=20, dan D=0 dan nilai kpnya 2 menghasilkan settling time sebesar 1 menit 55 detik,
pada grafik yang dihasilkan terlihat perubahan grafiknya tidak terjadi osilasi sehingga waktu
yang diperlukan sedikit lebih lama. Pada percobaan kedua nilai P dirubah menjadi 10 dan nilai I
tetap 20 dan nilai D tetap 0 juga dan kp dirubah menjadi 10 dan settling time yang dihasilkan
adalah sebesar 1 mnit 20 detik, terlihat juga pada grafik osilasi terjadi pada awal respon
kemudian menjadi tidak terjadi osilasi seperti pada percobaan pertama. Pada percobaan ketiga
dengan memperkecil nilai I dan sisanya sama seperti pada percobaan kedua settling time
menghasilkan sebesar 30 detik, dan ini lebuh cepat dari pada percobaan kedua, sedangkan pada
grafik terlihat osilasi yang sangat jelas sehingga berefek pada settling time yang lebih cepat
terjadi. Sedangkan pada percobaan keempat dengan menambah nilai D sebesar 10 dan
mengubah nilai kp menjadi 2, osilasi hanya terjadi pada awal respon seperti pada percobaan
kedua dan settling time sebesar 50 detik. Dapat disimpulkan pada percobaan ketiga merupakan
yang paling baik.
Pada metode Ziegler-Nichols berbeda dengan metode trial error dilakukan open loop test
terlebih dahulu sehingga bisa didapatkan nilai R, L dan T setelah itu dengan metode ZieglerNichols didapatkan nilai Kp, Ki, PB, Ti, Td dan Kd. Pada FIC100 (Slave) setelah dilakukan
open loop test didapatkan nilai R=0,9 L=3 dan T=3. Kemudian didapatkan nilai Kp, Ti, Ki dan
PB masing-masing sebesar 3.33, 9.99, 0,33 dan 30%. Kemudian didapatkan respon dengan
grafik yang menunjukkan waktu untuk mencapai steady sekitar 50 detik kemudian digunakan
kontrol PID dengan nilai Kp, Ti, Ki, Td, Kd dan PB masing-masing sebesar 4,44, 6, 0,74, 1,5,
6,66, dan 22.52%, dan grafiknya menunjukkan waktu yang dicapai lebih singkat yaitu 30 detik,
dapat disimpulkan pada FIC100 (Slave) bahwa kontrol PI memiliki respon yang lebih baik.
Sedangkan pada TIC100 (Master) dilakukan open loop test dan menghasilkan nilai delay time
(L) 10 detik, time constant (T) 6 detik dan juga dari nilai itu didapatkan Kp, Ti dan PB masingmasing sebesar 0.8038, 3 dan 124.4%, dengan hal itu kontrol PI terjadi overshoot dan settling
time yang dihasilkan sekitar 35 detik, sedangkan untuk kontrol PID dengan nilai Kp, Ti, Td dan
PB masing-masing sebesar 0.8038, 3, 1.5 dan 124.4%, didapat settling time sekitar 35 detik
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada TIC100 (Master) dengan konrol PI dan PID yang
memiliki nilai settling time yang sama maka keduanya mempunyai respon sama baiknya.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
11DAFTAR PUSTAKA
[1] Ogata, K., 2010. Modern Control Engineering Fifth Edition, Prentice Hall: New Jersey.
[2] Laboratorium Rekayasa Intrumentasi dan Kontrol. Modul P3 Pemrograman DCS Yokogawa
CS 3000 R3. Surabaya: Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember