Anda di halaman 1dari 50

Laporan Kerja Praktek

Bentuk 2

SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN


PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMMONIA
PLANT PROJECT PT. REKAYSA INDUSTRI,
JAKARTA
( 18 Juli 2016 s/d 12 Agustus 2016)

PROGRAM STUDI S 1
TEKNIK FISIKA
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN
PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMMONIA
1

PLANT PROJECT - PT. REKAYASA INDUSTRI,


JAKARTA
(18 Juli 2016 s/d 12 Agustus 2016)

Jakarta, 12 Agustus 2016


Mengetahui,
General Manager Process
Division

Pembimbing Lokasi Kerja


Praktek

Miftahul Arif

Oksi Irawan

SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN


PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMMONIA
PLANT PROJECT - PT. REKAYASA INDUSTRI,
JAKARTA
ABSTRAK
Boiler adalah bejana bertekanan dengan bentuk dan
ukuran yang didesain untuk menghasilkan uap panas atau
steam. Boiler memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan
type tube dan bahan bakarnya. Boiler juga memiliki berbagai
sistem di dalamnya, untuk boiler pada BAP project memiliki
tiga sistem yaitu sistem steam and water , sistem pembakaran
dan sistem udara dan gas buang. Untuk menjaganya
dibutuhkan sistem kontrol, pada kerja praktek kali ini
mempelajari sistem kontrol level drum dan pembakaran di
boiler Banggai Amonia Project Plant. Pengendali kontrol yang
digunakan disini adala PID dengan transmitter sebagai
variabel proses dan control valve sebagai variabel manipulasi.
Sistem kontrol level drum pada BAP menggunakan single
element control dan three element control. Single element
control digunakan pada aliran yang lebih kecil dari 30 % dan
three element control digunakan untuk aliran yang lebih besar
dari 30 %. Sedangkan, Sistem kontrol pembakaran yang
digunakan pada boiler di BAP project terdiri atas Natural Gas
(NG) flow control system dan air flow control system, kedua
sistem kontrol ini akan mengatur jumlah fuel dan udara yang
di pasok ke ruang pembakaran Boiler berdasarkan prinsip
lead/lag units (low dan high selector) agar tercapai
pembakaran yang sempurna dan untuk menghindari bahan
bakar yang berlebihan pada saat terjadi malfunction di final
control element.

Kata kunci: Boiler, Single Element Control ,Three Element


Control , Natural Gas (NG) flow control system dan air
flow control system.

LEVEL DRUM AND COMBUSTION CONTROL SYSTEM


OF BOILER IN BANGGAI AMMONIA PLANT PROJECT
- PT. REKAYASA INDUSTRI, JAKARTA
ABSTRACT
Boiler is a vessel with shape and size designed for
producing steam. Boiler has various kind according to type of
the tube and fuel gas. Boiler also has various system inside,
for BAP project boiler has three system which is system steam
and water, combustion system and air and gas system. To
keep it safe control system is needed, in this internship
program we studided about control system for level drum and
combustion in Banggai Ammonia Plant project. Controller
which is used here is PID with transmitter as process variable
and control valve as manipulation variable. Level drum
control system in BAP boiler using single element control
and three element control. Single element control is used
when we have steam flow smaller than 30 % when three
element control used when we have steam flow bigger than 30
%. Meanwhile, the control system of combustion used in
boiler in the BAP project consists of Natural Gas (NG) flow
control system and water flow control system, the control
system will regulate the amount of fuel and air are supplied to
the combustion chamber Boiler based on the principle of lead
/ lag units (low and high selector) in order to achieve
complete combustion and to avoid excessive fuel in the event
of a malfunction in the final control element.
Key words: Boiler, Single Element Control, Three Element
Control, Natural Gas (NG) flow control system and water
flow control system.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan hidayah Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan Kerja Praktek
(KP) di PT. REKAYASA INDUSTRI, Jakarta Selatan, mulai
tanggal 18 Juli sampai dengan 12 Agustus 2016. Selain itu
penulis juga dapat menyelesaikan laporan KP yang berjudul
SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN
PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMMONIA
PLANT PROJECT PT. REKAYASA INDUSTRI
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak
yang turut membantu dalam pelaksanaan Kerja Praktek
sampai penyelesaian laporan ini, yaitu:
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan perhatian,
doa, dan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Agus Muhammad Hatta, ST, M.Si, Ph.D selaku
Ketua Jurusan Teknik Fisika ITS.
3. Bapak Hendra Cordova, ST, MT. dan Ibu Dr.-Ing.
Doty Dewi Risanti, S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing KP yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis.
4. Bapak Miftahul Arif selaku General Manager divisi
process engineering PT. Rekayasa Industri.
5. Bapak Oksi Irawan selaku pembimbing di lokasi kerja
praktek yang telah membantu dan membimbing
penulis selama melakukan kerja praktek di PT.
Rekayasa Industri.
6. Bapak Dian selaku Human Resources Development
division team PT. Rekayasa Industri.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Harapan penulis adalah laporan ini dapat bermanfaat
untuk pembaca serta dapat memberikan informasi serta
7

pengetahuan khususnya pada bidang kontrol proses. Terakhir,


penulis menyampaikan permohonan maaf apabila dalam
penyusunan laporan KP ini masih terdapat ketidaksempurnaan
baik dalam segi penulisan maupun isi laporan.
Jakarta, 8 Agustus 2016
Penulis

DAFTAR ISI
SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN
PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMMONIA
PLANT PROJECT PT. REKAYSA INDUSTRI,
JAKARTA............................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................ix
DAFTAR GAMBAR............................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................1
1.3
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN..........4
1.4
SISTEMATIKA PENULISAN................................5
BAB II : ORIENTASI PERUSAHAAN..............................7
2.1 Profil PT. Rekayasa Industri.........................................7
2.2 Visi dan Misi PT. Rekayasa Industri.............................9
2.2.1
Visi..................................................................9
2.2.2
Misi.................................................................9
2.3 Manajemen PT. Rekayasa Industri................................9
2.4 Struktur Perusahaan PT. Rekayasa Industri.................11
2.5 Alur Pengadaan Alat dalam Pembangunan Proyek ....12
2.6 Project-Project oleh PT. Rekayasa Industri.................13
BAB III : SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN
PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMONIA
PLANT PROJECT. .............................................................16
3.1 BOILER......................................................................16
3.1.1 Jenis boiler berdasarkan type tube........................17
3.1.2 Jenis boiler Berdasarkan Bahan Bakar.................18
3.2 Boiler pada Banggai Ammonia Project Plant..............20
3.4 Control Pengendali......................................................22
3.4.1 Pengendali PID....................................................22
3.4.2 Sensor (Transmitter) - Process Variable (PV).......23
3.4.3 Control Valve - Controller Output........................24
3.5 Sistem Kontrol Level Air Pada Steam Drum...............25

3.6 Sistem pembakaran di boiler pada Banggai Amonia


Plant Project......................................................................28
BAB IV : PENUTUP...........................................................33
4.1 KESIMPULAN...........................................................33
4.2 SARAN.......................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................35
LAMPIRAN........................................................................36

10

DAFTAR GAMB
Gambar 2.1 Logo PT. Rekayasa Industri.............................8
Gambar 2.2 Bagan Divisi di Bagian Engineering Unit PT.
Rekayasa Industri..................................................................10
Gambar 2.3 Struktur perusahaan PT. Rekayasa Industri.....11
YGambar 3.1 Coal Cogeneration Plant Pada PT.Pusri
Palembang........................................................................17
Gambar 3.2 Skema PID Controller secara sederhana..........23
Gambar 3.3 Logic Diagram Drum Level Control................26
Gambar 3.4 Komposisi Natural Gas sebagai bahan bakar dari
boiler di BAP........................................................................29
Gambar 3. 5 Logic diagram combustion control system.....30

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Jadwal Kegiatan kerja praktek.................5

11

Halaman ini sengaja dikosongkan

12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PT. Rekayasa Industri adalah salah satu perusahaan
EPC (Engineering Procurement Construction) terbesar di
Indonesia. PT. Rekayasa Industri merancang, mensuplai dan
membangun beberapa plant dan pemasangan komponen pada
sebagian besar dunia industri di Indonesia. Dalam
melaksanakan bisnis dan pekerjaan PT. Rekayasa Industri
bekerjasama dengan PT. Rekayasa Engineering, engineering
company, PT Tracon Industri, consultancy and trading
company, PT Yasa Industri Nusantara, construction company,
PT Mega Eltra, trading company, PT. Puspetindo,
manufacturing company, PT. Rekayasa Industri Malaysia Sdn.
Bhd., engineering, procurement and construction company,
Comspain S.A. XXI, manufacturing and trading company,
PT. Rekayada Elektrika, engineering, procurement and
construction company specializes in power plant industry.
Proyek yang dikerjakan oleh PT. Rekayasa Industri memiliki
segmen sebagai berikut Gas (Offshore and Onshore),
Geothermal & Energy, Refinery and Petrochemical, Mineral,
Environment and Infrastructure.
Seperti yang sudah dilansir pada berita tanggal 25
Agustus 2015, PT.Rekayasa Industri mampu meraih peringkat
dalam majalah Engineering News Record (ENR)
untukkategori The Top 250 International Contractor ENR
2015 menduduki peringkat ke-204 untuk hasil kinerjanya
pada bidang EPC tersebut. Hal ini mampu dicapai tidak lain
karena kinerja PT. Rekayasa Industri yang mampu
menyelesaikan pelaksanaan pembangunan 12 fasilitas
infrastruktur pada tahun 2015, yakni salah satu contohnya
adalah prestasi PT. Rekayasa Industri dalam bidang refinery
and petrochemical seperti proyek balongan Blue Sky dimana

untuk pertama kalinya Indonesia tidak perlu mengimpor


bahan bakar tidak bersubsidi.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang EPC, banyak
ditemukan proses penghitunganukuran dalam perancangan,
penyediaan dan pemasangan alat Instrument yang dikerjakan
secara mendetail. Proyek yang sedang dikerjakan sekarang
oleh PT.Rekayasa Industri adalah Banggai Amonia Plant dan
salah satu peralatan terpentingnya adalah boiler. Sistem
kontrol menjadi hal penting bagi plant ini, maka dari itu
membuat kami tertarik mengambil tema laporanSistem
Kontrol Level Drum dan Pembakaran Pada Boiler di Banggai
Ammonia Plant Project. Boiler adalah bejana bertekanan
dengan bentuk dan ukuran yang didesain untuk menghasilkan
uap panas atau steam. Steam dengan tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu
proses. Untuk menghasilkan steam yang sesuai dengan
setpoint maka level air yang masuk harus dijaga dan untuk
menjaganya dibutuhkan sistem kontrol .
Sistem kontrol yang dipakai untuk mengontrol level drum
disini sendiri adalah Single Element Drum Level Control pada
saat kinerja rendah dan memakai Three Element Drum Level
Control pada saat kinerja tinggi. Sedangkan untuk sistem
kontrol pembakaran digunakan Lead-Lag Type Combustion
Control dengan mengatur fuel gas flow dan combustion air
flow agar dicapai tekanan steam header yang sesuai set point
dengan bantuan High Select/Low Select Blocks untuk
mencegah malfunction pada final control element. Untuk
mengetahui lebih lanjut maka dilakukan kerja praktek untuk
melihat detail sistem kontrol level drum dan pembakaran pada
boiler di Bangai Ammonia Plant.
1.2

TUJUAN DAN MATERI


Etika Rekayasa dan Kerja Praktek merupakan salah
satu mata kuliah wajib di jurusan Teknik Fisika ITS.
Mahasiswa diharuskan terjun langsung ke dunia kerja sebagai
2

seorang engineer. Sehingga dapat mengasah kemampuan


hardskill dan softsklill yang dimiliki oleh peserta didik. Secara
garis besar, tujuan pelaksanaan kerja praktek di PT. Rekayasa
Industri adalah:
a. Tujuan I
Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dalam hal aktifitas kerja di lingkungan kerja PT
Rekayasa Industri
b. Tujuan II
Untuk memahami sistem kontrol level drum dan
pembakaran pada instrument boiler yang
digunakan oleh PT. Rekayasa Industri di Banggai
Amonia Plant Project.
Terdapat dua materi yang harus dipelajari oleh mahasiswa
sebagai peserta didik jurusan Teknik Fisika didasarkan pada
kurikulum yang ada di Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS dalam
kegiatan kerja praktek yang dilakukan di PT. Rekayasa
Industri, Jakarta Selatan. Materi tersebut adalah
a) Materi 1
Materi I merupakan eksekusi dari tujuan pertama,
yaitu meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dalam hal aktivitas bekerja di lingkungan kerja
PT. Rekayasa Industri. Materi yang akan
dipelajari adalah sebagai berikut :
Alur dalam pengadaan barang
Materi ini meliputi pemahaman struktur
organisasi dan diagram alir dalam penanganan
barang yang dipesan hingga barang sampai di
tempat proyek.
b) Materi 2
Materi II merupakan materi yang diperlukan
untuk menyelesaikan tujuan kedua, yaitu
memahami sistem kontrol level drum dan
pembakaran pada instrument boiler yang
digunakan oleh PT. Rekayasa Industri di Banggai
3

Amonia Plant Project. Materi ini berfungsi untuk


mengasah kemampuan mahasiswa dalam
memahami proses kontrol yang terjadi di dalam
sebuah instrument pada sebuah Amonia Plant,
dengan tahapan :

Study literature terkait gambar PFD dan


P&ID boiler packagepada Banggai Ammonia
Plant
Peserta didik mampu memahami hal-hal detail
pada Banggai Ammonia Plant mulai dari aliran
air ,uap dan pembakaran.

Sistem Kontrol Pembakaran dan Level Drum


pada Banggai Ammonia Plant
Peserta didik dapat memahami sistem kontrol
pada level drum dan pembakaran pada boiler
yang digunakan di Banggai Amonia Plant
Project.
Dengan Materi I dan Materi II, peserta didik diharapkan
dapat mengasah kemampuan berkomunikasi, mengasah
kemampuan memahami struktur proses kontrol yang
diterapkan pada instrument boiler di suatu amonia plant
poyek.
1.3 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah
sebagai berikut :
Perusahaan
: PT. Rekayasa Industri Jakarta
Departemen
: Proses
Tanggal pelaksanaan
: 18 Juli 2016 5 Agustus 2016

Tabel 1.1 Realisasi Jadwal Kegiatan kerja praktek


MingguKeNo
Kegiatan
1
2
3
1 Diskusi materi KP
2 Pengenalan perusahaan
Kunjungan ke Yokogawa
Indonesia mempelajari mengenai
Sistem Konfigurasi DCS
3
BAP
Sistem Kontrol
Redundancy BAP

5
6
7

Pemahaman materi sistem


kontrol pada level drum boiler
di BAP Project dari literatur
terkait
Pemahaman materi sistem
kontrol pada pembakaran boiler
di BAP Project dari literatur
terkait
Pembuatan laporan KP
Penyerahan laporan KP

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


Laporan kerja praktek ini terdiri dari beberapa bab yang
disusun sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara ringkas pengantar
dan latar belakang, tujuan, materi, tempat dan
waktu pelaksanaan, jadwal kegiatan serta
sistematika laporan.
BAB II
: ORIENTASI PERUSAHAAN
5

Bab ini memaparkan profil PT. Rekayasa


Industri secara umum mencakup sejarah
singkat, visi, misi, manajemen perusahaan
struktur organisasi, alur pengadaan alat dan
pembangunan proyek, serta project-project di
PT. Rekayasa Industri
BAB III
: SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN
PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI
AMONIA PLANT PROJECT
Bab ini menjelaskan semua teori yang
mendasari penulisan laporan ini meliputi teori
umum boiler, boiler pada BAP Project, sistem
kontrol level drum boiler pada BAP Project,
sistem kontrol pembakaran boiler pada BAP
Project, serta
BAB IV
: PENUTUP
Bab ini berisikan simpulan dari laporan selama
menjalani kerja praktek ini dan saran untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
ORIENTASI PERUSAHAAN
2.1 Profil PT. Rekayasa Industri
PT. Rekayasa Industri (Rekind) didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1981, tentang Penyertaan Modal Republik Indonesia untuk
Pendirian Perusahaan Perseroan dalam Bidang Usaha
Perencanaan Perekayasaan dan Konstruksi Industri, Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1987. PT.
Rekayasa Industri mengawali karirnya dengan melakukan
beberapa pembangunan proyek di bidang Refinery dan
Petrochemical, seperti Proyek Blue Sky Balongan,
Bioethanol, pabrik Kaltim 4, pabrik Pupuk Kujang 1B, pabrik
Pupuk NPK Malaysia, serta proyek-proyek lainnya.
Rekind terus mengembangkan potensi bisnis dengan
merambah pembangunan dibeberapa bidang lain. Stategi
bisnis yang dikembangkan diantaranya di dalam bidang Gas,
Geothermal, dan Mineral, Enviroment & Infrastructure.
Proyek di bidang Gas yang telah dikerjakan oleh Rekind
diantaranya adalah proyek CO2 Removal Subang, Proyek Gas
Booster Station, Pipeline System for gas production, Facility
Jambi Merang dan SSWJ Phase 2 Offshore Pipeline.
Sedangkan pengembangan pada segmen Mineral, Enviroment
& Infrastructure, diawali Rekind dengan melakukan
pembangunan pabrik semen Kupang, pabrik semen Tuban,
pabrik Ferronickel Smelting,elting, Power Plant Semen
Tonasa, PLTU Suralaya 1 x 600 MW, Pabrik Ammonium
Nitrate Prill Plant.
7

Melalui konsistensi pengembangan skill ekspertise yang


dimilikinya, saat ini Rekind juga memimpin pembangunan
fasilitas industri Geothermal di tanah air.Hal ini dapat dilihat
dengan pembangunan serta operasionalisasi PLTP di tanah air
diantaranya Kamojang 4 (kapasitas 60 MW), Lahendong 2, 3,
dan 4 (masing-masing dengan kapasitas 20 MW) serta
Wayang Windu 1 dan 2 yang merupakan PLTP dengan
kapasitas terbesar di dunia (total kapasitas 220 MW).
Dalam melaksanakan bisnis dan pembangunan, PT.
Rekayasa Industri memiliki beberapa anak perusahaan. Anak
perusahaan tersebut diantaranya adalah PT. Rekayasa
Engineering dalam bidang perancangan, PT. Yasa Industri
Nusantara dalam bidang konstruksi, PT. Tracon Industri
dalam bidang perdagangan dan konsultasi, PT. Puspetido
dalam
bidang
equipment
fabrication dan PT.
Rekind Daya Maju
dalam
bidang
power
producer,
dimana 80 %
prosentase
sahamnya berasal
dari Rekind.
Pemegang
saham
di
PT.
Rekayasa Industri
terdiri dari tiga
pihak.
Pihak
pemegang saham
yang paling medominasi yaitu Pupuk Indonesia dengan saham
sebesar 90,06%. Sedangkan kedua pemegang saham lainnya
adalah Pemerintah Republik Indonesia dan PT. Pupuk Kaltim
masing-masing dengan prosentase saham sama yaitu 4,97 %.

Gambar 2. 1 Logo PT. Rekayasa Industri


Pada tanggal 27 juni 2014, PT. Rekayasa Industri
meresmikan logo terbarunyasebagai bentuk kesiapan dalam
menghadapi persaingan usaha sejenis yang kian ketat di
dalam negeri. Makna logo ini dibangun dengan bentuk
geometri yang mewakili lima brand personality dari Rekind
yakni handal, berorientasi ke masa depan, berpengetahuan
luas, peduli, dan cita bangsa. Sedangkan arti warna dalam
logo Rekind daintaranya adalah warna kuning-orange berarti
semangat, biru merepresentasikan makna berpengetahuan luas
dan hijau mencitrakan pertumbuhan.
2.2 Visi dan Misi PT. Rekayasa Industri
PT. Rekayasa Industri memiliki Visi dan Misi perusahaan
sebagai berikut:
2.2.1 Visi
Visi dari PT. Rekaysa Industriadalah :
Menjadi perusahaan kelas dunia di bidang industri EPC
yang terintegrasi.
2.2.2 Misi
Misi dari PT. Rekayasa Industtriadalah :
Membangun industri nasional yang lebih baik di bidang
kimia, mineral dan energi .
2.3 Manajemen PT. Rekayasa Industri
PT. Rekayasa Industri merupakan perusahaan penyedia
jasa Engineering Procurement Construction Commissioning
(EPCC) pada skala besar. Engineering mempunyai makna
9

proses mendesain atau merancang, Procurement bermakna


melakukan pembelian barang-barang, Construction bermakna
membangun pabrik di project site dan Commissioning berarti
menjalankan pabrik hingga berfungsi dengan baik. Sesuai
dengan penjelasan, maka hasil akhir dari jasa PT. Rekayasa
Industri berupa fasilitas produksi dengan kapasitas dan kinerja
sesuai persyaratan yang disepakati dalam dokumen kontrak.
Struktur dari unit Engineering di PT. Rekayasa Industri
terdiri dari beberapa divisi disiplin ilmu teknik yang sesuai
dengan peran perancangan spesifiknya masing-masing seperti
pada bagan berikut,
Seluruh divisi pada engineering unit bekerja sama dan
memiliki peran yang saling berkaitan dalam melakukan
perencanaan dan pembangunan sebuah proyek. Berikut adalah
penjelasan peran dari masing-masing divisi di engineering
unit.
M
E
e
n
c
c

h
ia
n
n
i
e
c
a
e
l

r
i
n
g
g
U
n
i

Gambar 2. 2 Bagan Divisi di Bagian Engineering Unit PT. Rekayasa


Industri
a. Mechanical Engineering
Mechanical engineering bertanggung jawab dalam pekerjaan
engineering,
procurement
dan
construction.Dalam
melaksanakan pekerjaannya
Mechanical engineering
dibagimenjadi 3 spesialisasi, yaitu: Static equipment engineer,
Rotating equipment, dan Combustion engineer. Secara garis
10

besar tanggung jawabnya mencakup desain hingga


pemasangan equipment, serta bagian commisioningyang
dikerjakan secara team
b. Electrical Engineering
Divisi electrical akan bertanggung jawab atas kegiatan desain
electrical hingga pelaksanaan konstruksi electrical di lapangan
berdasarkan desain yang sudah dirancang.
c. Instrument Engineering
Divisi instrument engineering memunyai tugas yaitu
melakukan function test terhadap instrument seperti
transmitter sehingga bisa terbaca ke DCS.

d. Process Engineering
Pekerjaan dari divisi process engineer terfokus pada desain,
operasi, pengendalian dan optimasi proses suatu
pembangunan dan perancangan pabrik.
e. Civil Engineering
Divisi ini akan bertanggung jawab atas kegiatan desain
struktur penunjang instalasi seperti pembangunan pondasi
mesin sebagai tempat dudukan mesin-mesin pabrik.
f. Piping Engineering
11

Piping engineer bertugas untuk menghubungkan antar


equipment dari suatu plant dengan mempertimbangkan
perhitungan beban fluida.
2.4 Struktur Perusahaan PT. Rekayasa Industri
Sesuai dengan restrukturisasi organisasi yang diterapkan
baru-baru ini, susunan organisasi PT. Rekayasa Industri
diperlihatkan dalam bagan berikut.

Pada dasarnya organisasi PT. Rekayasa Industri terdiri


dari Direktur Eksekutif, Unit Operasional, danUnit Usaha.
Unit Usaha berperan sebagai pusat laba independen.

Gambar 2. 3 Struktur perusahaan PT. Rekayasa Industri

Pengoperasian perusahaan dalam menangani proyek


dilaksanakan berdasarkan gugus tugas maupun sebagai
12

kombinasi gugus tugas dan dasar matriks organisasi


bergantung pada ukuran dan kompleksitas .
Chief Executive Officer merupakan pimpinan tertinggi di
PT. Rekayasa Industri. Chief Executive Officer dibantu oleh 4
EVP yakni bidang operation, business infrastructure,
industrial plant, dan energy & infrastucture. Vice President
membawahi beberapa unit dan salah satunya bernama unit
EPC Operation yang membawahi divisi Process. Divisi
process melakukan kegiatan perancangan desain sistem dan
bangunan pabrik dalam bentuk P&ID dan melakukan kontrol
terhadap proses optimasi.
2.5 Alur Pengadaan Alat dalam Pembangunan Proyek
Dalam melakukan pengerjaan dan pembangunan proyek
semua divisi memiliki peranan penting dan saling berkaitan.
Pada tahap awal, divisi yang pertama kali menjalankan
perannya adalah divisi proses. Divisi Proses membuat
perancangan sistem kerja secara keseluruhan dari proyek yang
akan dikerjakan. Rancangan sistem kerja tersebut berupa
P&ID dan input/output dari masing-masing Instrument yang
kemudian akan diserahkan ke Divisi yang berkaitan untuk
dilakukan pengecekkandan penambahankonten yang belum
terhitung. Setelah dilakukan pengecekkan, selanjutnya
dilakukan penghitungan alat-alat dari perancangan awaluntuk
mendapat spesifikasi yang akan dibandingkan dengan kondisi
real. Pembandingan dengan kondisi real dilakukan dengan
melihat Input dan Output alat. Perhitungan spesifikasi akan
dibuat dalam bentuk dokumen pengadaan barang. Di tahapan
berikutnya, Divisi Instrument melengkapi perhitungan dari
Divisi Proses dan mulai mencari vendor yang dapat
menyediakan Instrument sesuai dengan dokumen.
Tahap pembuatan dokumen pengadaan alat melewati
beberapa tahapan yaitu pembuatan awal dokumen oleh pihak
Rekind, pengecekan dokumen olehpihak vendor dan
13

persetujuan dokumen dari pihak penyelenggara proyek


(client). Sehingga, jika masih terdapat kesalahan makaakan
dilakukan revisi dokumen yang akan melewati 3 tahapan
tersebut.Setelah didapatkan dokumen pengadaan alat yang
sudah disetujui oleh ketiga pihak maka dokumen tersebut
akan diserahkan ke vendor agar proses pembuatan alat dapat
dimulai.
Pada saat proses pembuatan barang, tugas pengadaan alat
diserahkan sepenuhnya ke divisi procurement management
sebagai divisi yang menangani managerial barang hingga
sampai di tempat proyek. Divisi ini akan memantau proses
pembuatan alat dan sebagai penentu batas waktu yang
ditoleransi untuk penyediaan barang ke proyek. Proses
pembuatan alat memerlukan waktu yang lama hingga
bertahun-tahun. Setelah barang sudah selesai dibuat dan
dikirim ke pihak Rekind maka tugas instalasi alat akan
diberikan ke divisi construction.
2.6 Project-Project oleh PT. Rekayasa Industri
PT. Rekayasa Industri telah mengerjakan beberapa
proyek di bidang refinery and petrochemical, oil and gas
(offshore/onshore), Mineral, Environment & Infrastructure,
Geothermal & Power. Beberapa proyek yang sedang dan
telah dikerjakan oleh PT. Rekayasa Industri pada enam tahun
terakhir ini diantaranya adalah,
a. PUSRI II B
Proyek ini adalah proyek pembangunan pabrik pupuk milik
PT. Pupuk Sriwidjaja yang terletak di Palembang. Pabrik ini
dibangun dengan kapasistas produksi urea 2750 sebesar
MTPD dan amonia 2000 MTPD dan massa pembangunan dari
tahun 2013 hingga tahun 2015.
b. SABAH AMMONIA/UREA PLANT (SAMUR)
Petronas Chemical Fertilise Sabah memilih PT. Rekayasa
Industri untuk membangun ammonia plant dengan kapasistas
2000 MTPD dan urea plant dengan kapasitas 3500 MTPD.
14

Pembangunan proyek ini direncanakan pada kurun waktu


2011 hingga 2016.
c. BANYU URIP EPC 5
Proyek yang terletak di Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur ini
memproduksi 165.000 BPD. Dalam hal ini PT. Rekayasa
Industri menangani bagian infrastructure dan civil
engineering dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dari 2011
hingga 2014.
d. EPC ARUN LNG
PT. Rekayasa Industri merupakan EPC nasional pertama yang
berhasil melakukan land-based regasifikasi di Indonesia, yang
pertama dilakukan di pyoyek EPC ARUN LNG ini dengan
kapasitas normal 400 MMSCFD dengan periode
pembangunan dari tahun 2013 hingga 2015.
e. DONGGI
GAS
PRODUCTION
FACILITYMATINDOK GAS DEVELOPMENT PROJECT
Proyek milik Pertamina EP ini dikerjakan oleh PT. Rekayasa
Industri dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 dengan tujuan
mencapai produksi sweet gas dengan kapasitas 60 MMSCFD
untuk diolah di LNG dan didistribusikan ke PLN untuk
kebutuhan insdustri.
f. EPC 3 BANYU URIP-OFFSHORE
PT. Rekayasa Industri telah mengerjakan offshore pipeline
and mooring tower milik Mobil Cepu Ltd (MCL) di Jawa
Timur pada tahun 2011 hingga tahun 2014 dengan kedalaman
maksimum 33m dibawah permukaan air.
g. BANGGAI AMONIA PLANT (BAP) PROJECT
Proyek pembangunan pabrik amonia ini merupakan milik PT.
Panca Amara Utama yang terletak di Sulawesi Tengah dengan
kapasitas produksi amonia sebesar 1900 MTPD. BAP proyek
ini akan berlangsung pada tahun 2015 hingga 2017. BAP
proyek menggunakan gas alam sebagai bahan bakar utama
berlangsungnya proses produksi. Sehingga beberapa
instrumen proses yang digunakan di BAP proyek dirancang
sesuai dengan spesifikasi penggunaan gas alam. Salah satu
15

contohnya adalah instrumen boiler yang menggunakan single


and three elements level drum control dengan sistem kontrol
pembakarannya adalah lead-lag combustion control.

16

BAB III
SISTEM KONTROL LEVEL DRUM DAN
PEMBAKARAN DI BOILER BANGGAI AMONIA
PLANT PROJECT
3.1 BOILER
Boiler adalah bejana bertekanan dengan bentuk dan
ukuran yang didesain untuk menghasilkan uap panas atau
steam. Steam dengan tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk mengalirkan panas ke suatu proses.Boiler pada plant
memiliki dua fungsi yaitu pada proses pembakarannya
mengubah energi gas alam menjadi panas, sedangkan pada
sistem air dan uap, mengubah panas ke uap di tekanan tinggi
dan temperature yang tinggi.
Bagian-bagian dari boiler :
Incenerator (Ruang Bakar)
Evaporating Section (Bagian Penguapan)
Steam Superheater (Alat Penguapan Lanjut)
Economizer
Air heater
Cerobong
Desuperheater

17

Gambar 3. 1 Coal Cogeneration Plant Pada PT.Pusri


Palembang
Boiler ada berbagai jenis, dibedakan berdasarkan
berbagai macam hal seperti karakteristik, cara kerja , tipe pipa
dan bahan bakar yang digunakan. Setiap jenis boiler memiliki
kelebihan serta kekurangan masing-masing. Seperti yang akan
dijabarkan dibawah ini:
3.1.1 Jenis boiler berdasarkan type tube.
3.1.1.1 Fire Tube Boiler
Pada boiler ini memiliki dua bagian didalamnya yaitu
bagian tube yang merupakan tempat terjadinya
pembakaran dan bagian barrel/tong yang berisi fluida.
Tipe boiler pipa api ini memiliki karakteristik yaitu
menghasilkan jumlah steam yang rendah serta kapasitas
yang terbatas. Prinsip kerjanya, proses pengapian terjadi
didalam pipa dan panas yang dihasilkan diantarkan
langsung kedalam boiler yang berisi air.
Kelebihan dari fire tube boiler ini adalah proses
pemasangan cukup mudah dan tidak memerlukan
pengaturan yang khusus, tidak membutuhkan area yang
besar dan memiliki biaya yang murah. Kekurangan dari
18

fire tube boiler ini memiliki tempat pembakaran yang sulit


dijangkau saat hendak dibersihkan,kapasitas steam yang
rendah dan kurang efisien karena banyak kalor yang
terbuang sia-sia.
3.1.1.2 Water Tube
Memiliki konstruksi yang hampir sama dengan jenis
pipa api, jenis ini juga terdiri dari pipa dan barel, yang
menbedakan hanya sisi pipa yang diisi oleh air sedangkan
sisi barrel merupakan tempat terjadinya pembakaran.
Karakteristik pada jenis ini ialah menghasilkan jumlah
steam yang relatif banyak.Prinsip kerja dari Water
Tubeadalah Proses pengapian terjadi pada sisi luar pipa,
sehingga panas akan terserap oleh air yang mengalir di
dalam pipa.
Kelebihan dari Water Tube ini adalah memiliki
kapasitas steam yang besar, nilai efisiensi relatif lebih
tinggi dan tungku pembakaran mudah untuk dijangkau
saat akan dibersihkan.Sedangkan, kekurangannya adalah
biaya investasi awal cukup mahal, membutuhkan area
yang luas dan membutuhkan komponen tambahan dalam
hal penanganan air.
3.1.2 Jenis boiler Berdasarkan Bahan Bakar
3.1.2.1 Solid Fuel (Bahan Bakar Padat)
Tipe boiler ini menggunakan bahan bakar padat
seperti kayu, batu bara, dengan karakteristik seperti
harga bahan bakar relative yang lebih murah dan
lebih efesien bila dibandingkan dengan boiler listrik.
Prinsip kerjanya adalah pemanasan pada boiler ini
bersumber dari pembakaran bahan bakar padat atau
bisa juga campuran dari beberapa bahan bakar padat
(batu bara dan kayu) yang dibantu dengan oksigen.
Kelebihan dari boiler ini, bahan bakar mudah untuk
didapatkan dan lebih murah. Kekurangan dari boiler
19

ini sendiri adalah sisa pembakaran sulit untuk


dibersihkan,.
3.1.2.2 Bahan Bakar Minyak (Oil Fuel)
Jenis ini memiliki bahan bakar dari fraksi minyak
bumi,dengan karakteristik yaitu memiliki bahan baku
pembakaran yang lebih mahal, tetapi memiliki nilai
efisiensi yang lebih baik jika dibandingkan dengan
yang lainnya. Prinsip kerja dari boiler ini adalah
pemanasan yang bersumber dari hasil pembakaran
antara campuran bahan bakar cair (kerosen, solar,
residu) dengan oksigen dan sumber panas.Kelebihan
dari boiler ini adalah memiliki sisa pembakaran yang
sedikit sehingga mudah dibersihkan dan bahan baku
yang mudah didapatkan.Kekurangannya sendiri
adalah memiliki harga bahan baku yang mahal serta
memiliki kontruksi yang mahal.
3.1.2.3 Bahan Bakar Gas (Gaseous Fuel)
Memiliki jenis bahan bakar gas dengan
karakteristik bahan baku yang lebih murah dan nilai
efisiensi lebih baik jika dibandingkan dengan jenis
tipe bahan bakar lain.Prinsip Kerja dari boiler satu
ini,pembakaran yang terjadi akibat campuran dari
bahan bakar gas (LNG) dengan oksigen serta sumber
panas.Kelebihannya memiliki bahan bakar yang
paling murah dan nilai efesiensi yang lebih
baik.Kekurangannya , kontruksi yang mahal dan
sumber bahan bakar yang sulit didapatkan, harus
melalui jalur distribusi. Boiler jenis ini yang akan
dipakai oleh Banggai Ammonia Project Plant.
3.1.2.4 Electric
Sumber panas dari boiler tipe ini berasal dari
listrik, dengan karakteristik bahan bakar yang lebih
murah akan tetapi memiliki tingkat efesiensi yang
rendah. Prinsip Kerjanya adalah pemanas bersumber
dari listrik yang menyuplai panas.Kelebihannya
20

memiliki perewatan yang sederhana dan sumber


pemanas
sangat
mudah
untuk
didapatkan.Kekurangannya nilai efesiensi yang buruk
dan memiliki temperatur pembakaran yang rendah.
3.2 Boiler pada Banggai Ammonia Project Plant
Telah diketahui berbagai jenis dan bagian dari boiler,
setiap jenis dan bagian pada boiler memiliki kegunaan
masing-masing. Secara garis besar boiler memiliki fungsi
sebagai pengubah energi gas alam menjadi panas, dimana
panasnya akan mengubah air menjadi uap. Pada BAP Project,
uap hasil pembakaran tersebut akan digunakan oleh Steam
Turbine Generator (STG) untuk menggerakkan turbine yang
akan menghasilkan listrik sebesar 11,18 MW. Dua unit Boiler
pada BAP Project akan menghasilkan uap masing-masing 68
ton/jam.
Pada sistem boiler BAP project yang memakai gas alam
sebagai bahan bakar pemanasnya terdapat sistem-sistem
kontrol yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Berikut
adalah sistem-sistem yang ada pada boiler BAP:
3.2.1 Sistem Steam and Water
Feedwater disupply oleh boiler feed water
pump, dimana terdapat dua pipa penyalur yang
memiliki diameter berbeda,pipa penyalur utama
berdiameter lebih besar daripada pipa bypass. Kedua
aliran ini sama-sama akan menuju economizeruntuk
dipanaskan dan selanjutnya masuk ke steam drum.
Dari steam drum, air dipompa oleh pompa sirkulasi
boiler menuju wall tube agar dapat mencapai fase
uap saturasi. Dari wall tube, air kembali masuk ke
steam drum. Komponen pada steam drum
memungkinkan terjadi permisahan antara air dan uap
air. Air sendiri menuju raiser tube, sedangkan uap
menuju pipa boiler sisi superheater. Uap yang sudah
dalam keadaan saturated akan masuk ke dalam
21

superheater agar memenuhi syarat masuk ke turbin


uap.
Pada sistem ini juga terdapat sistem
blowdown. Sistem blowdown pada boiler adalah
proses pembuangan air dari boiler (mengendalikan
air dari boiler). Air yang disuplai ke dalam boiler dari
feedwater pump masih mengandung kotoran,
peningkatan kotoran mampu
mempengaruhi
kandungan solid pada uap dan menyebabkan
kerusakan pada pipa.
3.2.2 Sistem Pembakaran
Natural gas sebagai bahan bakar dari boiler
ini masuk dan dibakar pada burner. Energi panas ini
sebagian akan terpancar secara radiasi ke pipa-pipa
evaporator sehingga memanaskan pipa tersebut.
Panas yang tersrap oleh permukaan pipa akan secara
konduksi berpindah ke sisi permukaan dalam pipa.
Di dalam pipa mengalir air yang terus menerus
menyerap panas tersebut. Proses penyebaran panas
antar molekul di dalam aliran ini terjadi secara
konveksi gas hasil pembakaran yang mengandung
energi panas akan terus mengalir mengikuti boiler
hingga sisi keluaran (Panas yang terkandung di
dalam gas buang akan diserap oleh permukaan turbin
boiler dan diteruskan secara konduksi)
3.2.3 Sistem Udara dan Gas Buang
Sistem yang berfungsi sebagai media
transport gas alam menuju boiler (udara primer)
sekaligus menambah oksigen untuk proses
pembakaran dan membuat turbulensi (udara
sekunder). Sedangkan untuk sistem gas buang adalah
hasil keluaran dari proses pembakaran yang
digunakan untuk mentransfer gas panas dari sisa
22

hasil proses pembakaran menuju ke pipa air dan uap


serta element pemanas udara.
3.4 Control Pengendali
Pengendali PID (ProportionalIntegralDerivative
controller) adalah pengendali yang paling banyak
digunakan didalam industri. Pengendali PID telah
bertahan sejak lama, dari era sistem analog hingga era
sistem
digital
komputer.
Pada
kenyataannya,
perkembangan teknologi digital dan software telah
membuat perkembangan yang signifikan terhadap
penelitian PID.
3.4.1 Pengendali PID
Intrumentasi dan control industri tentu tidak lepas dari
sistem instrumentasi sebagai pengontrol yang digunakan
dalam keperluan pabrik. Sistem kontrol pada pabrik tidak
lagi manual seperti dahulu, tetapi saat sekarang ini telah
dibantu dengan perangkat kontroler sehingga dalam
proses produksinya suatu pabrik bisa lebih efisien dan
efektif. Kontroler juga berfungsi untuk memastikan
bahwa setiap proses produksi terjadi dengan baik.
PID merupakan kontroler untuk menentukan presisi
suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya
umpan balik pada sistem tesebut. Pengontrol PID adalah
pengontrol konvensional yang banyak dipakai dalam
dunia industri. Pengontrol PID akan memberikan aksi
kepada Control Valve berdasarkan besar error yang
diperoleh. Control valve akan menjadi aktuator yang
mengatur aliran fluida dalam proses industri yang terjadi
Level air yang diinginkan disebut dengan Set Point.
Error adalah perbedaan dari Set Point dengan level air
aktual.

23

Gambar 3. 2 Skema PID Controller secara sederhana


3.4.2 Sensor (Transmitter) Process Variable (PV)
Di dalam sebuah sistem pengendalian, sensor dan
transmitter termasuk kedalam measuring element yang
merupakan peralatan yang pertama kali menerima suatu
bentuk besaran dari media yang diukur. Transmitter
secara umum akan berfungsi untuk membaca sinyal dari
sensor dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat
dimengerti oleh controller atau disebut dengan measured
process variable (PV). Selanjutnya PV akan
dibandingkan dengan setpoint (SP) pada PID controller
sehingga didapatkan koreksi (Error).
Pada combustion control Boiler di BAP Project
terdapat 3 transmitter utama yaitu steam header pressure
transmitter (PT-21113) yang mengukur besarnya header
pressure dengan range pengukuran tekanan sebagai PV
dari Pressure Indicating Controller (PIC-21113) pada 080 kg/cm2g, Natural Gas flow transmitter (coriolis mass
flow meter) (FT-21102) yang digunakan untuk mengukur
aliran dari natural gas sebagai fuel dengan range
pengukuran 0-90 TPH, air flow transmitter (thermal
mass flow meter) (FT-21102) yang digunakan untuk
mengukur aliran dari udara yang dipasok untuk proses
pembakaran pada range pengukuran 0-7 TPH. Bagan
lengkap dari susunan transmitter dan hubungannya
dengan controller pada combustion system control dapat
dilihat pada Gambar 3.4.
24

Pada system control level air di steam drum sinyal


aliran steam dideteksi oleh steam flow transmitter FT21104 yang juga menyeimbangkan input dari tekanan
PT-21113 dan temperatur TI-21102 menjadi sinyal feed
forward. Sedangkan, untuk feed water flow pada drum
diukur dengan transmitter FT-21105 (untuk higher load)
dan FT-21106 (lower load). Bagan lengkap dari susunan
transmitter dan hubungannya dengan controller pada
drum level control dapat dilihat pada Gambar 3.3.
3.4.3 Control Valve
Controller Output
Valve secara definisi bahasa Indonesia yaitu katup,
kran, atau klep, yang mempunyai fungsi sebagai pengatur
laju aliran fluida yang melewatinya. Katup dapat
digerakkan secara otomatis sesuai dengan keinginan
maka atau yang dapat dikendalikan secara manual yang
biasa disebut control valve. Di dalam sebuah sistem
kontrol, control valve merupakan output dari controller
dan output dari control valve akan menjadi manipulated
variable dari sistem kontrol.
Pada control level air di steam drum terdapat dua
control valve yaitu control valve yang bekerja pada aliran
yang lebih kecil dari 30% LV-21101 (Yang berkerja pada
single element condition) dan yang bertugas mengatasi
masukkan yang lebih besar dari 30% yaitu FV-21103.
Pada combustion system control di boiler BAP
Project terdapat dua control valve utama yaitu gas flow
control valve FV-21101 yang mengatur aliran fuel gas
berdasarkan output dari fuel flow controller FIC-21101
dan paraflow damper actuator FV-21102 yang akan
menggerakkan damper sehingga akan mengubah
kuantitas dari air combustion yang akan mengalir ke
boiler.

25

3.5 Sistem Kontrol Level Air Pada Steam Drum


Pada boiler, air yang dipanaskan untuk menjadi uap
melewati steam drum. Level air pada steam drum harus
dijaga karenabila level air terindikasi kurang saat boiler
beroperasi akan menyebabkan overheating pada pipa
boiler sedangkan apabila level air terindikasi terlalu
tinggi keluarannya akan berlebihan. Maka dari itu untuk
menjaganya membutuhkan sistem kontrol berikut adalah
sistem control yang mampu menjaganya :
a. Single Element Control
b. Two Element Control
c. Three Element Control
Namun, pada boiler BAP yang dipakai hanya single
element control dan three element control (mengacu
pada Gambar 3.3)

26

Gambar 3. 3 Logic Diagram Drum Level Control

27

3.5.1 Single Element Control


Pada dasarnya single element control
menggunakan level air pada steam drum untuk
menjadi sinyal input untuk sistem kontrol tersebut
jadi outputnya nanti sistem kontrol akan
mengeluarkan perintah / sinyal kepada valve.
Untuk Single Element Drum Level Control
pada boiler BAP project akan beroperasi apabila
alirannya kurang dari 30 %. Sinyal level air pada
drum dan set pointnya dibandingkan di LIC-21102A
(controller untuk single element drum level) dan
kontroller outputnya akan disetting menjadi 30 %
untuk bukaan control valvenya. Pada sistem kontrol
boiler ini disediakan control valve yang terpisah
untuk mengkontrol level pada drum , jadi ketika
aliran uapnya dibawah 30 % maka kontrol drum
levelnya langsung beralih ke single element.
3.5.2 Three Element Drum Level Control
Pada
dasarnya
sistem
kontrol
ini
menggunakan level steam drum, debit aliran main
steam dan debit aliran feed water sebagai parameter
masukannya. Sehingga, diharapkan level air pada
steam drum dapat dijaga untuk tetap berda pada
setpointnya sekalipun terjadi permintaan perubahan
beban yang signifikan. Untuk mengubah mode single
element drum level control ke three element melalui
operator dengan melihat keadaan apabila aliran lebih
dari 30 % maka akan menutup level control valve
30% ke posisi off. Pada saat higher load operation
aliran steam akan lebih dari 30 % dan LV-21101
tidak akan memberikan inputan air yang sesuai untuk
masukan steam yang besar. Maka,operator mengganti
dari single element memakai SS-21102. Karena,
sudah termasuk higher load maka low load boiler di
28

deselect secara manual menggunakan SS-21105


(switch selector untuk lower load boiler) lalu
operator menyalakan three element mode dengan
output dari FT-21105 sebagai variable proses untuk
FIC-21105 (feed water flow controller pada three
element mode). Dari SS-21105, sinyal level drum
dan set point local fixed dibandingkan di LIC21102B. Pada saat three element mode dipilih,
operator secara manual menutup control valve yang
single element ( LV-21191) dengan bantuan HIC21101. Tidak hanya pada higher load operation pada
saat lower load operation juga bisa berubah kethree
element melalui SS-21102 (switch selector dari
single element mode ke three element mode) dengan
output dari FT-21106 menjadi variable proses untuk
FIC-21106.
3.6 Sistem pembakaran di boiler pada Banggai Amonia
Plant Project
Pada umumnya sistem kontrol pembakaran (combustion
control) yang terdapat di Boiler menggunakan steam pressure
dari steam header sebagai master controlnya. Output dari
pembakaran di boiler yang berupa pressure steam ini akan di
cascade dengan interkoneksi dari fuel flow control dan
combustion air flow control. Cara kerja sistem kontrol dari
interkoneksi ini berdasarkan kenaikan dan penurunan beban
pada steam pressure. Ketika keadaan beban naik (steam
pressure turun) maka valve di combustion air control dan fuel
flow control akan membuka. Dan ketika beban turun (steam
pressure naik) maka valve yang terdapat di combustion air
control dan fuel flow controlakan menutup. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara umum kunci dari combustion
control di boiler adalah menjaga nilai perbandingan dari fuel
flow dan combustion air flow (fuel/air ratio) tetap berada pada
range yang ideal agar terjadi pembakaran yang sempurna dan
29

tidak akan terjadi penimbunan bahan bakar gas alam di ruang


pembakaran yang dapat menyebabkan ledakkan.
Pada proyek Banggai Amonia Plant (BAP), bahan bakar
yang digunakan untuk berlangsungnya proses pembakaran
adalah natural gas dengan sistem kontrol pembakaran yang
digunakan disebut Lead-lag type combustion control. Leadlag type combustion control ini memanfaatkan lead/lag units
(low selector dan high selector) untuk menghindari bahan
bakar yang berlebihan pada saat terjadi malfunction di final
control element.

Gambar 3. 4 Komposisi Natural Gas sebagai


bahan bakar dari boiler di BAP

30

Gambar 3. 5 Logic diagram combustion control system

Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5, variabel proses pada


sistem kontrol pembakaran ini berupa steam pressure yang
akan diukur oleh pressure transmitter PT-21113 dan nilainya
akan ditampilkan pada pressure indicating control PIC-21113.
Nilai steam pressure (%) pada PIC-21113 inilah yang akan
dibandingkan dengan nilai air flow (%) dan fuel flow (%)
untuk kemudian menentukan bagaimana sistem kontrol
pembakaran akan bekerja dengan menentukan apakah
kontroler air flow (FIC-21102) atau kontroler fuel flow (FIC21101) yang akan memberikan respon terlebih dahulu.
3.6.1 Natural Gas Flow Control
Aliran dari natural gas diukur oleh NG Flow Transmitter (FT21101) atau yang biasa disebut dengan coriolis mass flow
meter. Variabel yang terukur akan dikirim ke fuelflow
controller block (FIC-21101) dengan nilai remote set pointnya
berasal dari low selector block (Mkcal/hr). Output dari FIC21101 ini akan dikomparasi dengan nilai limit firing di burner
pada komparator blok agar tidak terjadi over firing pada
burner dan di konversi kembali pada satuan TPH. Selanjutnya,
kontroler akan menggerakkan gas flow control valve FV21101. Diamana valve mempunyai bukaan maksimum sebesar
77.77%, hal ini terjadi untuk menghindari excess fuel pada
furnace.
3.6.2 Air Flow Control
Remote set point pada air flow controller FIC-21102 adalah
sinyal load demand yang paling tinggi dan aktual fuel flow
(%). Sistem kontrol air flow ini digunakan untuk memasok
jumlah udara yang cukup ketika digunakan untuk membakar
seluruh bahan bakar sehingga akanterbakar pada proses
pembakaran. Dimana jumlah dari excess air bergantung pada
beban di boiler. Pada saat kuantitas beban boiler rendah maka
jumlah excess air lebih tinggi jika dibandingkan dengan saat
beban boiler besar.
31

Kadar oksigen di keluaran cerobong gas merupakan


fungsi dari kadar excess air. Pada combustion control jumlah
dari excess air yang dibutuhkan dapat dihitung dari nilai
remote set point dari oksigen yang merupakan fungsi dari
beban total burner.

32

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pelaksanaan kerja praktek di divisi
Process Engineering PT. Rekayasa Industri, Kalibata, Jakarta
Selatan didapatkan dua bagian kesimpulan sebagai berikut,
Materi I
Dalam melakukan proses pengadaan barang di PT.
Rekayasa Industri semua divisi memiliki peranan penting dan
saling berkaitan. Berikut adalah tahap-tahap pengadaan
barang di PT. Rekayasa Industri
1. Divisi Process Engineering membuat perancangan
sistem kerja secara keseluruhan berupa P&ID dan
input/output dari masing-masing Instrument
2. Pengecekkan dan penambahan konten yang belum
terhitung pada P&ID oleh Divisi terkait
3. Penghitungan alat-alat dari perancangan awal untuk
mendapat
spesifikasi
pembuatan
dokumen
pengadaan barang.
4. Divisi Instrument melengkapi perhitungan dari
Divisi Proses dan mulai mencari vendor yang dapat
menyediakan Instrument sesuai dengan dokumen.
5. Tahap pembuatan dokumen pengadaan alat melewati
beberapa tahapan yaitu pembuatan awal dokumen
oleh pihak Rekind, pengecekan dokumen oleh pihak
vendor dan persetujuan dokumen dari pihak
penyelenggara proyek (client).
6. Proses pembuatan barang.
7. Divisi procurement management memantau proses
pembuatan alat/barang dan sebagai penentu batas
waktu yang ditoleransi untuk penyediaan barang ke
proyek.
8. Instalasi alat/barang oleh divisi construction.

33

Materi II
1. Sistem kontrol level drum pada boiler BAP project
terdapat dua mode yaitu single element mode dan
three element mode. Dimana single element mode
digunakan saat aliran steam lebih kecil dari 30 % dan
saat aliran steam lebih dari 30 % maka mode yang
digunakan adalah three element mode.
2. Sistem kontrol pembakaran yang digunakan pada
boiler di BAP project terdiri atas Natural Gas (NG)
flow control system dan air flow control system, kedua
sistem kontrol ini akan mengatur jumlah fuel dan
udara yang di pasok ke ruang pembakaran Boiler
berdasarkan prinsip lead/lag units (low dan high
selector) agar tercapai pembakaran yang sempurna.
3. Boiler akan menghasilkan uap yang akan digunakan
oleh Steam Turbine Generator (STG) untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik
yang nantinya akan di distribusikan ke plant.
4.2 SARAN
Beberapa saran yang bisa diberikan dari pelaksanaan kerja
praktek ini adalah sebagai berikut :
a.
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang sistem kontrol level steam drum dan
pembakaran di Boiler dengan memperhatikan semua
aspeknya agar dapat dilakukan kontrol pengendalian
automasi secara efektif.

34

DAFTAR PUSTAKA
[1] Gilman, G. F. Jerry, ISA 2005, Boiler Control System
Engineering. USA
[2] PT.Rekayasa Industri Portofolio. Diakses kembali 2016, 1
Agustus. http://www.rekayasa.com.
[3] F283-PR-GEN-PSD-0001, KBR 2015, Process
Description 1900 MTPD Ammonia Plant. PT. Panca
Amara Utama, Sulawesi Tengah, Indonesia
[4] BAP-21-91-VG-0924-R, Control Philosophy & Logic
Diagram Banggai Ammonia Plant Project. PT. Rekayasa
Industri, Jakarta
[5] BAP-21-91-PO-001-R, Package P&I Diagram for Boiler
Banggai Ammonia Poject. PT. Rekayasa Industri, Jakarta

35

LAMPIRAN
TUGAS KHUSUS :
Perhitungan Fuel Gas Consumption pada Boiler di BAP
Project untuk keperluan Plant Performance Test selama 40
hari
Ditinjau dari data Thermax maka diketahui bahwa 2 unit
boiler yang digunakan di BAP Project masing-masing
memiliki nilai fuel gas consumption sebesar 4120 kg/hr pada
keadaan load 100%, uap yang dihasilkan 68 ton/jam.
Sedangkan mengacu pada data Siemens maka diketahui
bahwa power output dari Steam Turbine Generator (STG)
sebesar 11180 kW dengan steam consumptionnya sebesar
49,56 ton/hour. Dari data tersebut maka dapat dihitung steam
consumption pada STG untuk keadaan load 100
menggunakan persamaan sebagai berikut,
Steam
consumption
for
STG
(100
load)

steam consumption
power output

Sehingga didapatkan hasil steam consumption untuk STG


pada load 100 adalah 4,43 kg/kW.hour.
Selanjutnya dilakukan Plant Performance Test selama 40 hari
pada 2 unit Boiler di BAP Project selama 40 hari untuk
menjalankan STG yang akan menghasilkan 5412 MW dengan
kebutuhan steam sebanyak 24 ton/hour. Dua unit boiler
masing-masing akan menghasilkan uap sebanyak 35 ton/hour.
Plant performance test dilakukan untuk mengetahui
banyaknya fuel gas yang dibutuhkan untuk menjalankan STG.
Plant performance test yang akan dilakukan selama 40 hari,
dimana 30 hari pertama steam digunakan untuk load ammonia
20 % dan 10 hari berikutnya untuk load ammonia 0 %.
36

a.) Konsumsi Fuel Gas untuk menjalankan STG selama


30 hari
Steam consumption for STG = power output STG x
steam consumption for STG (100 load)
= 5412 kW x 4,43 kg/kW.hour
= 23990,94 kg/hour
Steam consumption for boiler untuk load
ammonia 20 % (110 ton/hour) = 0,2 x 110000
kg/hour = 22000 kg/hour
Maka jumlah steam yang yang diahasilka oleh Boiler secara
keseluruhan adalah
Steam generated by Boiler = steam consumption for
STG + steam consumption for boiler (20%
ammonia/110 ton/hour)
= 23990,94 kg/hour + 22000
kg/hour + 2009,1 kg/hour
= 48000 kg/hour
Note 2009,1 kg/hour adalah jumlah steam untuk daerator
Maka fuel gas consumption dari boiler adalah,
Fuel gas consumption of boiler = steam generated by boiler
x fuel gas consumption for boiler pada load 100%
= 48000 kg/hour x 4120
kg/hour x 68000 kg/hour
= 2908,24 kg/hour
= 3,21 MMSCFD
Sehingga fuel gas consumption of boiler selama 30 hari
adalah
Fuel gas consumption of boiler for 30 days = Fuel gas
consumption of boiler x 30
= 3,21 MMSCFD x 30 Days
= 96,20 MMSCF

37

b.) Konsumsi Fuel Gas untuk menjalankan STG selama


10 hari
Steam consumption for STG = power output STG x
steam consumption for STG (100 load)
= 5412 kW x 4,43 kg/kW.hour
= 23990,94 kg/hour
Maka jumlah steam yang yang diahasilkan oleh Boiler secara
keseluruhan adalah
Steam generated by Boiler = steam consumption for
STG + steam consumption for daerator
= 23990,94 kg/hour +
1009,1 kg/hour
= 25000 kg/hour
Maka fuel gas consumption dari boiler adalah,
Fuel gas consumption of boiler = steam generated by boiler
x fuel gas consumption for boiler pada load 100%
= 25000 kg/hour x 4120
kg/hour x 68000 kg/hour
= 1514,71 kg/hour
= 1,67 MMSCFD
Sehingga fuel gas consumption of boiler selama 10 hari
adalah
Fuel gas consumption of boiler for 10 days = Fuel gas
consumption of boiler x 10
= 1,67 MMSCFD x 10 Days
= 16,7 MMSCF
Maka total fuel consumption pada boiler untuk menjalan STG
pada Plant Performance Test selama 40 hari sebesar 96,20
MMSCF + 16,7 MMSCF = 102,9 MMSCF.

38

Anda mungkin juga menyukai