Anda di halaman 1dari 47

Laporan kerja praktek

KETERAMPILAN KALIBRASI THERMOCOUPLE


PADA OVERHAUL MEAN INSPECTION (ME)
PLTU UNIT 2
PT. PJB UNIT PEMELIHARAAN WILAYAH TIMUR
GRESIK – JAWA TIMUR

(18 Juli 2017 – 18 Agustus 2017)

FARADHIBA ALIFIYAH SAFITRI (2415031003)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN TEKNIK INSTRUMENTASI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
ii

Laporan kerja praktek

KETERAMPILAN KALIBRASI THERMOCOUPLE


PADA OVERHAUL MEAN INSPECTION (ME)
PLTU UNIT 2
PT. PJB UNIT PEMELIHARAAN WILAYAH TIMUR
GRESIK – JAWA TIMUR

(18 Juli 2017 – 18 Agustus 2017)

FARADHIBA ALIFIYAH SAFITRI (2415031003)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN TEKNIK INSTRUMENTASI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
Field Work Report
THERMOCOUPLE CALIBRATION SKILLS AT THE
TIME OF MEAN INSPECTION OVERHAUL (ME) IN
PLTU UNIT 2
PT. PJB UPHT GRESIK

(18THJULY 2017 – 18THAGUSTUS 2017)

FARADHIBA ALIFIYAH SAFITRI (2415031003)

PROGRAM STUDY D-III INSTRUMENTATION


ENGINEERING
INSTRUMENTATION ENGINEERING DEPARTEMENT
FACULTY OF DIPLOMA
SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY
SURABAYA
2017
4

LEMBAR PENGESAHAN I
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PJB UNIT PEMELIHARAAN WILAYAH TIMUR
GRESIK – JAWA TIMUR

KETERAMPILAN KALIBRASI THERMOCOUPLE


PADA OVERHAUL MEAN INSPECTION (ME)
PLTU UNIT 2

(18 Agustus 2017 – 18 Agustus 2017)

FARADHIBA ALIFIYAH SAFITRI NRP. 2415031003

Telah menyelesaikan mata kuliah TF 145353 – etika


rekayasa dan kerja praktek bentuk – 2 sesuai dengan silabus
dalam kurikulum 2014- 2019 – Program diploma di PT. PJB
UPHT Gresik
Gresik, 18 Agustus 2017
Menyetujui,

SDM Pembimbing

Dody Awin Purjanto


LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PJB UNIT PEMELIHARAAN WILAYAH TIMUR
GRESIK – JAWA TIMUR
KETERAMPILAN KALIBRASI THERMOCOUPLE
PADA OVERHAUL MEAN INSPECTION (ME)
PLTU UNIT 2

(18 Agustus 2017 – 18 Agustus 2017)


FARADHIBA ALIFIYAH SAFITRI NRP. 2415031003
Telah menyelesaikan mata kuliah TF 145353 – etika rekayasa dan
kerja praktek bentuk – 2 sesuai dengan silabus dalam kurikulum
2014- 2019 – Program diploma di PT. PJB UPHT Gresik

Gresik, 18 Agustus 2017


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Apriani Kusumawardhani, MSc


NIP. 19530404 197901 2 001

Ketua Departemen
Teknik Instrumentasi FV-
ITS

Dr. Ir. Purwadi Agus D, MSc.


NIP. 19620822 198803 1 001
6

KETERAMPILAN KALIBRASI THERMOCOUPLE


PADA OVERHAUL MEAN INSPECTION (ME)
PLTU UNIT 2
PT. PJB UNIT PEMELIHARAAN WILAYAH TIMUR
GRESIK – JAWA TIMUR

Nama : Faradhiba Alifiyah Safitri


NRP : 2414031003
Departemen : D3 Teknik Instrumentasi - ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Apriani Kusumawardhani, MSc

ABSTRAK

Laporan ini membahas tentang pemeliharaan terencana


(overhaul) yang dilakukan di PLTU dalam scope Mean
Inspection (ME), oemeliharaan dalam scope tersebut dilakukan
kalibrasi pada alat atau instrument yang ada pada PLTU PT.
PJB UPHT Gresik seperti Thermocouple. Tujuan dari kalibrasi
ini adalah untuk mendapatkan nilai ouput dari pembacaan alat
agar sesuai dengan nilai output standard yang telah ditentukan.
Berdasarkan dengan input standard 100 0C, output pembacaan
alat adalah 99,2 0C . Dari data hasil kalibrasi thermocouple air
heater yang dilakukan tersebut dapat disimpulkan jika keadaan
thermocouple masih baik dan tidak perlu diganti karena
akurasi dari thermocouple tersebut adalah sebesar ± 2 0C.

Kata kunci : overhaul, kalibrasi, thermocouple


THERMOCOUPLE CALIBRATION SKILLS AT THE
TIME OF MEAN INSPECTION OVERHAUL (ME) IN
PLTU UNIT2
PT. PJB UPHT GRESIK

Nama : Faradhiba Alifiyah Safitri


NRP : 2414031003
Departemen : D3 Teknik Instrumentasi - ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Apriani Kusumawardhani, MSc

ABSTRACT

This report discusses planned maintenance (overhaul)


is done on PLTU in scope Mean Inspection (ME), the
maintenance in the scope done on existing instrument
calibration on PLTU PT. PJB UPHT Gresik like
Thermocouple. The purpose of calibration is to get the value
of the output of the reading tools to fit the standard output
value have been determined. Based on standard input with 100
0
C, the output of the reading tools are 99.2 0C. The
calibration results data from thermocouple water heater that is
done can be inferred if the circumstances of the thermocouple
is still good and does not need to be replaced because of the
thermocouple accuracy is ± 2 0 C.

Keywords: Overhaul. Calibration, Thermocouple


8

KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu sayapanjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kegiatan dan laporan kerja praktek di PT. PJB UPHT Gresik ini
dapat berjalan dengan lancar dan selesai. Laporan kerja praktek
ini disusun berdasarkan data-data, diskusi serta literatur PT. PJB
UPHT Gresik yang di dapatkan di PT. PJB UPHT Gresik pada
tanggal 18 Juli 2017 hingga 18 Agustus 2017.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terima
kasih, atas segala dukungan dan bantuan sehingga kerja praktek
ini berjalan lancar, kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Kedua orang tua, saudara dan teman - teman yang senantiasa
memberikan dukungan dan do’a.
3. Bapak Dr. Ir. Purwadi Agus Darwito, Msc selaku Ketua
Departemen Teknik Instrumentasi FV-ITS Surabaya.
4. Ir. Apriani Kusumawardhani, MSc selaku dosen pembimbing
kerja praktek dari Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS Surabaya.
5. Bapak Slamet Supriyanto, selaku Senior Supervisor Control
dan Instrumen PT. PJB UPHT Gresik.
6. Bapak Dody Awin Purjanto, selaku Pembimbing Lapangan
di PT.PJB UP Gresik.
7. Seluruh karyawan PT. PJB UPHT Gresik yang telah
membantu dalam melakukan kerja praktek.
Saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran atas untuk laporan ini sangat saya
terima. Akhir kata semoga laporan kerja praktek ini bermanfaat
bagi kita semua.

Gresik, 17 Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................i


TITTLE PAGE..........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN I...................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN II.................................................iv
ABSTRAK................................................................................v
ABSTRACT...............................................................................vi
KATA PENGANTAR...............................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................ix
DAFTAR GAMBAR................................................................xi
DAFTAR TABEL.....................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang......................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..................................................................2
1.4 Realisasi Kegiatan Kerja Praktek.........................................2
1.5 Sistematika Laporan............................................................3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. PJB UPHT GRESIK.


2.1 Nama Perusahaan.................................................................5
2.2 Sejarah Perusahaan ............................................................5
2.3 Filosofi, Visi, Misi dan Logo Perusahaan............................6
2.4 Lokasi Perusahaan...............................................................9
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan...........................................9

BAB III SISTEM PRODUKSI PLTU DI PT. PJB UPHT


GRESIK
3.1 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)..............................11
3.2 Siklus Kerja PLTU ..............................................................12

BAB IV KETERAMPILAN KALIBRASI THERMOCOUPLE


PADA OVERHAUL MEAN INSPECTION (ME) PLTU
4.1 Kalibrasi..............................................................................15
10

4.2 Thermocouple......................................................................16
4.2.1 Tipe – tipe Thermocouple...........................................17
4.3 Kalibrasi Thermocouple.......................................................18
4.3.1 Perhitungan Data Kalibrasi........................................21
4.4 Pembahasan.........................................................................22

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................23
5.2 Saran....................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT PJB......................................................... 7


Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PJB UPHT......................10
Gambar 3.1 Siklus Kerja PLTU................................................12
Gambar 4.1 Termokopel...........................................................17
Gambar 4.2 Prinsip Kerja Termokopel.....................................17
Gambar 4.3 Tabel Konversi Termokopel..................................17
Gambar 4.4 Rangkaian Kalibrasi Thermocouple......................19
Gambar 4.5 Grafik Output Thermocouple................................21
12

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan.........................................................2


Tabel 4.1 Data Output thermocouple.........................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang di asia tenggara kini
sedang focus untuk mengembangkan pembangunan di berbagai
sector baik di sector transportasi, sector kemaritiman, mineral
dan sector industry, sebagai negara yang kaya akan sumberdaya
alamnya, Indonesia tentu tidak kesulitan dalam memperoleh
bahan baku untuk mencapai target pembangunan di berbagai
sector tersebut. Tentunya dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan kemandirian energi, oleh Karena itu pemerintahan
sekarang mematok target produksi listrik 350.000 MW dari
seluruh Indonesia dalam jangka waktu 2015-2019.
Salah satu badan usaha bidang energi listrik yang
mempunyai andil cukup besar dalam tercapainya proyek ini
adalah PT. PJB yang mengelola beberapa pembangkit di
wilayah jawa bali dan sekitarnya. Salah satu badan usaha yang
dimiliki PT.PJB adalah PT. PJB UPHT (Unit Pemeliharaan
Wilayah Timur), yang mempunyai peran penting dalam realisasi
proyek tersebut. Instansi ini berbeda dengan PT. PJB UP Gresik
yang tugasnya adalah sebagai operator dan produsen listrik dari
pembangkit-pembangkit yang dimilikinya. Sedangkan PT. PJB
UPHT sendiri merupakan bagian dari PT. Pembangkit Jawa Bali
yang bertugas untuk melakukan pemeliharaan di wilayah timur ,
pembangkit pembangkit yang dimiliki oleh PT. PJB. Meliputi
pembangkit wilayah timur. Pemeliharaan yang dimaksud adalah
pemeliharaan terjadwal yang telah direncanakan oleh masing
masing unit yang nantinya dilakukan pemeliharaan overhaul
dengan mematikan unit pembangkit yang akan dilakukan
pemeliharaan, oleh karena itu diharapkan selama melakukan
kegiatan kerja praktik di instansi ini kami selaku mahasiswa
Teknik instrumentasi mendapatkan hardskill lebih yang tidak
akan kami dapatkan dalam bangku perkuliahan
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah untuk
memenuhi kriteria penilaian dari mata kuliah etika rekayasa
dan kerja praktik sesuai dengan kurikulum 2014-2019
program studi DIII Teknik Instrumentasi Departemen
Teknik Instrumentasi Fakultas Vokasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember

1.3 Batasan Masalah


Laporan kerja praktek ini membahas tentang sistem
instrumentasi dan secara khusus membahas tentang keterampilan
kalibrasi thermocouple.

1.4 Realisasi Kegiatan Kerja Praktek


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di bagian Kontrol
Instrumentas PJB UPHT Gresik dengan Waktu pelaksanaan Kerja
Praktek dimulai dari tanggal 18 Juli 2017 sampai 18 Agustus
2017. Dengan jam kerja sebagai berikut;
Hari kerja : Senin – Jum’at
Jam Masuk : 08.00 WIB
Jam Pulang : 16.00 WIB.

Untuk jadwal kegiatan yang lebih detail, dapat dilihat pada tabel
berikut;
Tabel 1. 1 Jadwal kegiatan
Minggu ke
No Bentuk Kegiatan
I II III IV V
1 Penyesuaian Program
a. Pengenalan PJB
b. Briefing Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
c. Presentasi Dasar – dasar
Instrumen
d. Materi Dasar Instrumen
Pembangkit
e. Overhaul PLTGU
f. Kalibrasi Pressuter
Transmitter, Pressure Switch,
Differensial Pressure
Transmitter dan Thermocouple.
g. Overhaul PLTU Unit 2
h .Pengambilasn Data
i. Pembahasan dan laporan
Penyusunan draft laporan keja
4
praktek
Penyerahan laporan kerja
5
praktek

1.5 Sistematika Laporan


Di dalam penyusunan laporankerjapraktekini, sistematika
penyusunan laporan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Membahas latar belakang, tujuan kerja praktek, batasan
masalah, realisasi kegiatan kerja praktek dan sistematika
laporan.
2. Bab II Profil Perusahaan
Membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan
perusahaan tempat dilaksanakannya kerja praktek.
4

3. Bab III Proses Operasi Pada PLTU


Membahas tentang proses operasi PLTU secara umum
beserta peralatan utamanya
4. Bab IV Pembahasan
5. BAB V Penutup
Di dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari kerja
praktek.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. PJB UPHT GRESIK

2.1 Nama Perusahaan


PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Unit Pelayanan
Pemeliharaan Wilayah Timur (UPHT) Gresik.

2.2 Sejarah Singkat PT PJB UPHT Gresik


PT. PJB Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur
(UPHT) adalah salah satu unit pembangkitan PT. PJB bergerak
dibidang usaha pemeliharaan unit pembangkit tenaga listrik, yang
berkedudukan di kota Gresik, Jawa Timur, Indonesia. Bidang
usaha pemeliaharaan unit pembangkit tenaga listrik adalah bisnis
O/M, dimana jasa pemeliharaan sangat mendukung kesiapan unit
beroprasi sehingga UPHT menjalankan tugas memelihara unit
pembangkit dalam hal ini unit pembangkitan sebagai pelangan
(konsumen). Perlu dijelaskan bahwa Manajemen PT. PJB
merupakan anak perusahaan dari PT. PLN (Persero), yang
sebelumnya dikenaldengan Perusahaan Umum Listrik Negara
(PLN), yang bertindak selaku Holding Company.
PT. PJB adalah anak perusahaan PT. PLN (Persero) yang
didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama awalnya PT.
PLN Pembankitan Tenaga Listrik Jawa Bali II. Pada awal tahun
2000 perusahaan yang berlokasi di Jalan Ketintang Baru Nomor
11 Surabaya ini berubah nama menjadi PT. PJB. Pada awal
Januari 1998. PT. PJB membentuk beberapa strategi bisnis unit.
Salah satu unit diantaranya adalah Unit Bisnis Pemeliharaan
(UBHAR). Selanjutnya pada bulan desember 2006, PT. PJB
melakukan perubahan organisasi dengan diterbitkannya Surat
Keputusan Direksi PT. PJB, Nomor 093.K/010/DIR/2006,
Tanggal 18 Desember 2006 Tentang Perubahan Organisasi PT.
PJB Unit Bisnis Pemeliharaan menjadi PT. PJB Unit Pelayanan
Pemeliharaan. Dalam rangka optimasi kinerja organisasi sesuai
dengan dinamika bisnis, selanjutnya pada awal April 2007
6

dilakukan organization aligmentdan penataan kembali fungsi-


fungsi, bisnis proses serta tugas pokok dalam organisasi Unit
Pelayanan Pemeliharaan dengan pembentukan organisasi PT. PJB
Unit Pelayanan Pemeliharaan dengan pembentukan organisasi PT.
PJB Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Barat (UPHB) dan
PT. PJB Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur (UPHT).
PT. PJB Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur dibentuk
berdasarkan Keputusan Direksi PT. PJB, Nomor
040.K/010/DIR/2007, Tanggal 3 April 2007 Tentang
Pembentukan Organisasi Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah
Timur.
2.3 Filosofi, Visi, Misi dan Logo Perusahaan
Dalam melaksanakan usahanya PT PJB UPHT Gresik
mengusung filosofi “Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
sasaran yang hendak dicapai dan Sumber Daya Manusia SDM
sebagai asset penting bagi perusahaan”. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dalam mengelola perusahaan, komitmen tersebut
merupakan aspek yang harus selalu dijaga. Dalam
menjagakomitmen tersebut, PT PJB UPHT Gresik memiliki visi :
“TO BE AN INDONESIAN LEADING POWER
GENERATION COMPANY WITH WORLD CLASS
STANDARDS”.
“Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik di
Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia”
Sedangkan misi yang diusung PT PJB UPHT Gresik dalam
menjalankan bisnisnya adalah:
 Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya
saing;
 Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui
implementasi tata kelola pembangkitan dan sinergi
business partner dengan metode best – practice dan
ramah lingkungan;
 Mengembangkan kkapasitas dan kapabilitas SDM yang
mempunyai kompetensi teknik dan manajerial yang
unggul serta berwawasan bisnis.
Tujuan UPHT Gresik adalah menyelenggarakan usaha
ketenagalistrikan dengan mengoperasikan dan memelihara unit-
unit pembangkit secara handal dan efisien sebagaimana motto
“Your Reliable Power Plant”.
Untuk mencapai tujuan tersebut UPHT Gresik membangun
budaya organisasi mencakup perilaku praktis, strategis dan
budaya kerja serta tata nilai yang telah ditetapkan dan
dikembangkan oleh PT PJB Kantor Pusat, yaitu : Integritas,
Keungggulan, Kerja sama, Pelayanan dan Sadar lingkungan.

Gambar 2.1 Logo PT PJB


Makna logo instansi :
 Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambang perusahaan yang resmi
digunakan adalah sesuai dengan yang tercantum pada lampiran
Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.
031/DIR/76 Tanggal I Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang
Perusahaan Umum Listrik Negara.
 Bidang Persegi Panjang Vertikal
8

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang


lainnya. Melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan
wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurn.
Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang
diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan
bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan
semangat yang menyala-nyala yang dimiliki setiap insan yang
berkarya diperusahaan ini.
 Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya
sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.
Selain itu petir juga mengartikan kerja cepat dan tepat para insan
dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warna
yang merah berarti melambangkan kedewasaan PLN sebagai
persahaan listrik pertama di Indonesia dan kesinamisan gerak laju
perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.
 Tiga Gelombang
Memiliki arti sebagai gaya rambat energi listrik yang
dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan
yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi yang seiring
sejalan dengan kerja keras para insan perusahaan guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna
biru untuk menampilkan kesan konstan seperti halnya listrik yang
tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu biru
juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
2.4 Lokasi Perusahaan
Unit Pembangkitan Gresik merupakan salah satu unit
pembangkit tenaga listrik milik PT PJB yang terletak di provinsi
Jawa Timur. Unit Pembangkitanini berlokasi di kota Gresik, kira-
kira 20 km arah barat laut kota Surabaya, tepatnya di desa
Sidorukun, Jl. Harun Tohir no.1 Gresik, Jawa Timur. Total luas
wilayah dimana PT PJB Gresik berada mencapai kurang lebih 78
Ha, termasuk wilayah pembuangan lumpur dan luas bangunan.
Batas area yang menjadi lokasi PT PJB Gresik adalah:
 Utara :Kantor PT. Pertamina Persero
 Timur: Selat Madura
 Selatan: Bengkel Swabina Grah, Selat Madura
 Barat : Jl. Harun Tohir

Berikut merupakan beberapa alasan dipilihnya kota Gresik


sebagai lokasi pembangkit tenaga listrik adalah :
1. Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) berada
di dekat pantai untuk mempermudah pengangkutan peralatan
pada waktu pembangunan instalasinya dengan transportasi
laut.
2. Dengan lokasi di tepi pantai maka air sangat mudah
diperoleh. Air digunakan untuk pendinginan mesin, sebagai
bahan produksi, dan sebagai bahan pemadam kebakaran.
3. Kota Gresik merupakan kawasan industri yang berdekatan
dengan kota Surabaya serta berdekatan dengan kota-kota
industri lainnya seperti Sidoarjo, Mojokerto, dan Pasuruan
sehingga tidak memerlukan jaringan transmisi yang panjang.

2.5Struktur Organisasi Perusahaan


PT. PJB Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur
(UPHT) Gresik dipimpin oleh seorang General Manager yang
bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan Direktur
10

Keuangan serta mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas


dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan dari UPHT yang
seharusnya yaitu sebagai unit pemeliharaan dan perawatan.
Struktur Organisasi UPHT dinyatakan dalam SK No.
065.K/020/DIR/2012 tanggal 27 Juni 2012 Tentang Penetapan
Formasi Tenaga Kerja Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah
Timur pada PT. PJB. Untuk implementasi Integrated
Management System (IMS) di UPHT, dibentuk Tim Pengendali
Integrated Management System (IMS) malalui Surat Keputusan
Manajer/General Manager. Tim pengendali IMS ini terdiri dari
General Manager, Management Representative, Auditor, Internal,
Pusat Pengendalilan Dokumen dan Tim Implementasi yang terdiri
dari seluruh Manajer dan Supervisor Senior. Susunan Tim
Pengendalian IMS dapat dilihat pada lampiran berikut

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PJB UPHT


BAB III
SISTEM PRODUKSI PLTU DI PT. PJB UPHT
GRESIK

3.1 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit
tenaga listrik yang dihasilkan dari ekstraksi turbin uap. Dalam
proses produksi listrik PLTU, peralatan utama adalah boiler,
turbin uap, generator, kondensor dan pompa. PLTU merupakan
salah satu pembangkit yang dimiliki oleh Unit pembangkit
Gresik. Energi listrik yang dihasilkan kurang lebih 100 MW per
unit. Jumlah pembangkit listrik di PLTU Gresik terdapat empat
unit.
Proses pemanasan air hingga menjadi uap pada PLTU
memanfaatkan gas alam. Uap yang dihasilkan dari boiler uap
digunakan untuk memutar turbin uap, uap yang telah digunakan
untuk memutar turbin didinginkan dengan menggunakan air laut
di dalam kondensor untuk dijadikan air lagi dan dipompakan
kembali ke dalam boiler untuk dipanaskan lagi agar menjadi uap
yang bertekanan (siklus tertutup). Generator dikopel dengan
turbin dan keluaran generator disalurkan melalui trafo utama
untuk dinaikkan tegangannya kemudian diteruskan ke sistem.
1. Boiler
Air tawar dipanaskan didalam boiler dengan bahan bakar
minyak residu atau gas alam sampai terbentuk uap air
yang bertekanan, kering mempunyai temperatur yang
diisyaratkan untuk memutar turbin uap.
2. Turbin Uap
Uap hasil produksi boiler uap digunakan untuk
menggerakan turbin uap. Turbin uap unit 1 & 2 : tandem
compound 1 silinder dan Turbin uap 3 & 4 : tandem
compound 2 silinder,
3. Generator
Generator terpasang satu poros dengan turbin uap yang
mempunyai putaran 3000 rpm, menghasilkan tenaga
listrik dengan 13,2 KV yang kemudian dinaikkan menjadi
12

150 KV dengan menggunakan trafo utama untuk


disalurkan ke gardu induk atau ke sistem untuk
perindustrian lebih kepada konsumen.
3.2 Siklus Kerja pada PLTU

Gambar 3.1 Siklus Kerja PLTU


Proses produksi listrik pada PLTU PJB Gresik dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Minyak residu dating dengan menggunakan kapal tanker
dan bersandarpada jetty.
2. Kemudian minyak dipompa melalui counter flow dan
disimpan dalam storage oil tank atau tanki bulanan.
3. Minyak kemudian dialirkan menuju preheater, yang
berfungsi untuk memanaskan minyak dengan suhu 45 oC
sehingga menurunkan tingkat kepekatan minyak.
Kemudian minyak dipompa dengan Residu Oil transfer
Pump menuju Residu Service Tank atau tanki harian.
4. Minyak dipompa dengan Residu Oil Pump menuju
Residu Oil Heater, yang berfungsi untuk menurunkan
kembali tingkat kepekatan minyak dengan proses
pemanasan hingga suhu 85oC, kemudian minyak dialirkan
ke Burner.
5. Sebelum proses pembakaran, ada 2 persyaratan yang
harus dipenuhi antara lain, pertama pengisian air make-up
pada Steam Drum hingga batas Normal Water Lavel
(NWL). Kedua, pembilasan Boiler atau Boiler Purging
dilakukan selama 5 menit.
6. Minyak siap untuk menjadi bahan bakar Burner pada
Boiler dengan bantuan udara panas.
7. Udara luar dipompa masuk ke dalam Boiler dengan
menggunakan FDF (Forced Draft Fan) sebagai
penunjang kerja Burner dalam Boiler atau pemasuk
oksigen saat pembakaran.
8. Sebelum masuk ke dalam Boiler, udara dipanaskan
dahulu menggunakan Steam Coil Air Heater, dan Air
Heater, sehingga meningkatkan efisensi panas dalam
Boiler.
9. Sebagai bahan baku uap dalam siklus pembangkitan
listrik ini, menggunakan air dari Make-Up Water Tank.
Air ini dipompa dengan Make-Up Water Transfer Pump
menuju Hotwell yang berada dalam Condensor.
10. Air dari Condensor dipompa oleh Condansate Pump
menuju ke Deaerator melewati Steam Jet Air Ejector,
Gland Steam Condensor, Low Pressure Heater 1, Low
Presure Heater 2 dan kemudian ke Deaetaror.
11. Setelah dari Deaerator, air kemudian dipompa oeh
Boiler Feed Pump menuju High Pressure Heater 4 dan
Hight Pressure Heater 5.
12. Air kemudian diteruskan menuju Steam Drum melewati
Economizer. Di dalam Economizer ini, air dinaikan
suhunya menggunakan sisa gas panas melalui
Superheater.
13. Di dalam Steam Drum, uap dan air dipisahkan. Uap
dialirkan menuju Superheater. Kemudian air yang belum
berubah menjadi auap turun melalui Downcomer untuk
didistribusikan dalam pipa – pipa di dinding Boiler. Air
dalam pipa – pipa tersebut dipanaskan oleh Burner dan
dialirkan kembali ke dalam Steam Drum.
14

14. Uap dari Steam Drum dipanaskan sebanyak 2 kali


menggunakan Primary Superheater dan Secondary
Superheater sampai temperature 510 oC. untuk
mempertahan temperature tersebut, air disemprotkan
dengan Spray Superheater yang diambil dari Boilr Feed
Pump.
15. Uap bertekanan tinggi dari Superheater dialirkan menuju
Turbin melalui Main Stop Valve dan Control Valve.
16. Sisa uap dari Turbin dialirkan menuju Condensor yang
kemudian didinginkan dengan air dari Circulating Water
Pump (CWP) dan merubah fase uap menjadi air kembali.
Air tersebut ditampung dalam Hotwell dan siap diproses
kembali sebelum menuju Boiler. Jika level air pada
Hotwell menurun makan ditambahkan air dari Make-Up
Water Tank.
17. Tenaga putaran mekanik yang berasal dari Turbin
digunakan untuk menggerakan Generator, sehingga
menghasilkan tenaga listrik. Listrik tersebut dialirkan ke
Main Transformer (untuk diubah tegangannya dari 13,2
KV menjadi 150 KV).
18. Setelah dari Main Transformer, listrik dialiran menuju
Switchyard malalui Circuit Breaker atau disebut juga
dengan “52G”. Dengan proses sinkronisasi/Synchronizing
Process terlebih dahulu atara Switchyard dan Main
Transformer tersebut. Syarat untuk mecapai
singkronisasi, yaitu: Tegangan 110 V, Frekuensi 50 Hz
dan Face A-B-C.
19. Setelah Switchyard dan Main Transformer mencapai
tegangan, frekuensi dan fase yang sama, maka listrik dan
tegangan 150 KV dapat dialirkan ke Switchyard dan
kemudian ke Sutet untuk nantinya dialirkan meuju
konsumen.
BAB IV
KETERAMPILAN KALIBRASI
THERMOCOUPLE PADA OVERHAUL MEAN
INSPECTION (ME) PLTU

4.1 Kalibrasi
Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide
17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology
(VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk
hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen
ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi
adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan
ukur dengan cara membandingkan terhadap standar
ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional atau internasional.
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai
ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat
dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih
tinggi/teliti (standar primer nasional dan /
internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak
terputus. Manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut :
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di
berbagai industri pada peralatan laboratorium dan
produksi yang dimiliki.
Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa
jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar
dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. Hasil
Kalibrasi antara lain :
1. Nilai Obyek Ukur
16

2. Nilai Koreksi/Penyimpangan
3. Nilai Ketidakpastian Pengukuran (Besarnya kesalahan
yang mungkin terjadi dalam pengukuran, dievaluasi setelah
ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis ketidakpastian
yang benar dengan memperhitungkan semua sumber
ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan
yang digunakan serta besarnya kesalahan yang mungkin
terjadi dalam pengukuran)
4. Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
Kalibrasi di Indonesia terdiri dari :
1. Kalibrasi Teknis, adalah kalibrasi peralatan ukur yang
tidak berhubungan langsung dengan dunia
perdagangan dan dilakukan oleh laboratorium
kalibrasi terakreditasi KAN (diakui secara nasional).
2. Kalibrasi Legal, adalah kalibrasi peralatan ukur untuk
keperluan perdagangan dan dilakukan oleh Direktorat
Metrologi-Deperindag.

4.1.1 Menghitung Ketidakpastian


Untuk mengetahui suatu alat sudah standar atau
tidak maka diperlukan kalibrasi suatu alat tersebut.
Kalibrasi alat dilakukan dengan pengambilan data
kemudian menghitung ketidakpastian suatu alat
tersebut. Dibawah ini merupakan cara menghitung
ketidakpastian alat, sebagai berikut :

a) Analisa Sumber – Sumber Ketidakpastian


Timbulnya ketidakpastian dalam pengukuran
menunjukkan ketidaksempurnaan manusia secara
keseluruhan. Karenanya tidak ada kebenaran mutlak
didunia ini, karena yang benar mutlak hanyalah milik
Allah SWT, manusia hanyalah dapat memprediksi
sesuatu pada tingkat terbaiknya saja. Sumber-sumber
ketidakpastian yang turut memberikan kontribusi
selain ada pada diri manusia sendiri sebagai pelakuk
pengukuran / kalibrasi juga pada alat-alat bantu
(kalibrator ) yang digunakan untuk mengukur suhu
pasien tersebut, juga resolusi alatnya, pengaruh suhu
lingkungan. Untuk mengevalusi masing- masing
sumber ketidakpastian tersebut diperlukan analisa
dengan menggunakan metoda Statistik, yang disebut
analisa type A, dan menggunakan selain metode
statistik yang disebut dengan Analisa type B. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :

 Analisa Type A , ( Ua )
Pada tipe ini biasanya ditandai dengan adanya data
pengukuran, misalnya n kali pengukuran, maka
selanjutnya dari data tersebut, akan ditemukan nilai
rata-ratanya, standar deviasinya, dan atau
repeatabilitynya. Bentuk kurva dari tipe ini adalah
sebaran Gauss. Rumus umum ketidakpatian untuk tipe
A ini adalah:

Ua = (standar deviasi)/√n ......................................(3.1)

Pada contoh sebelumnya dapat dihitung :


Untuk 10 kali pengambilan data ( n = 10)
Rata – rata = 39,45
Sandar Deviasi = 0.07071
Ketidakpastian , Ua= 0.07071 / √ 10 = 0.0224

 Analisa type B, UB
Pada analisa tipe ini akan digunakan selain
metode statistik, sehingga dari contoh diatas, maka
nilai yang tepat untuk ketidakpastian kombinasi
termometer gelas resolusi alat digital adalah :
18

ub = (1/2 resolusi ) / √3.........................................(3.2)

 Derajat Kebebasan, v
Derajat kebebasan efektif dicari dengan dua cara,
yaitu:
Jika data dipeoleh dari pengukuran berulang sebanyak
n kali, maka derajat kebebsan adalah:
V = n-1..................................................................(3.3)
Pada contoh diatas didapat 10 kali pengulangan
pengukuran. Maka :
V = 10 – 1= 9
Jika data merupakan hasil perkiraan atau estimasi
dengan reliability ( R ), maka:
V = ½ ( 100 / R)2..................................................(3.4)
dimana R dalam satuan persen (%)
Pada contoh diatas, resolusi alat adalah 0,1 oC, dalam
hal ini batas kealahan mutlak adalah ½ x Resolusi,
yaitu 0,05 oC, dimana dalam hal ini bentuk kurvanya
adalah rectangular, maka nilai ketidakpastiannya
adalah 0,05 / √3 = 0,0289 oC
Dengan estimasi reliabilitynya adalah 10 %, maka:
V = ½ ( 100 / 10 )2
= 50

 Faktor Cakupan , k
Faktor cakupan meruakan faktor pengali pada
ketidakpastian, sehingga membentuk cakupan logis
pada penggunaan keseharian. Faktor cakupan dicari
menggunakan tabel T-Student Distribution, yang
diberikan pada halaman akhir dari materi ini.

Sertifikat kalibrasi dari termometer gelas: misalnya


0,1 Nilai ini sudah merupakan hsil dari ketidakpastian
diperluas U95, karenanya harus dicari terlebih dahulu
ketidakpastian kombinasinya Uc, ( sebagai
ketidakpastian individual ) yaitu dengan membagi
ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan k. jika
tidak ada pernyataan apapun maka dalam setiap
laporan kalibrasi dianggap k = 2, untuk tingkat
kepercayaan 95 %.
Namun jika kita menginginkan nilai k yang lebih
optimis maka harus dicari terlebih dahulu nilai derajat
kebebasannya , v, yang selanjutnya akan ditemukan
nilai k. dalam pencarian nilai v, terlebih dahulu harus
ditemukan nilai reliabilitynya.
Maka didapat:
V = ½ ( 100 / R) 2 ......................................(3.5)
V = ½ (100 / 10 )2
= 50
pada tabel T-distribution didapat k = 2,01

b) Ketidakpastian Kombinasi , Uc
Selanjutnya dari semua sumber ketidakpastian
tersebut diatas harus dikombinasikan / digabungkan
untuk memberikan gambaran menyeluruh
ketidakpstian dari hasil kalibrasi tersebut. Rumus
umum ketidakpastian kombinasi adalah:

Uc = ∑(Ua )2 + ∑(UB )2.............................................(3.6)

 Derajat Kebebasan effektif, V eff


Nilai faktor cakupan, k untuk perkalian
ketidakpastian diperluas diatas didapat dari derajat
kebebasan effektif, Veff, dengan rumus:
20

Veff .....................................................(3.7)

Dimana:
Ci = koefisien Sensitifita pada Ketidakpastian Ke-I
Uc = Ketidakpastian kombinasi / gabungan
Ui = ketidakpastian individual ke-I
Vi = Derajat Kebebasan pada ketidakpastian
individual ke-I

c) Ketidakpastian Diperluas
Dalam pelaporan ketidakpastian hasil pengukuran /
kalibrasi yang dilaporkan adalah ketidakpatian yang
sudah dalam perluasan ( expanded ), sehingga hasil
tersebut sangat logis dalam kenyataan, selain itu
dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %,
seperti lazimnya dipakai dlam pelaporan – pelaporan
saat ini, lain halnya jika ada pengecualian dengan
mengambil tingkat kepercayaan tertentu. Rumus
ketidakpastian diperuas ( expanded uncertainty )
adalah:

U95 = k Uc .....................................................(3.8)

Dimana:
U95 = Ketidakpatian diperluas ( expandedUncertainty )
K = Faktor cakupan ( caverage factor)
Uc = ketidakpastian kombinasi ( Combined uncertainty )
untuk mendapatkan komponen – komponen diatas, k dan uc
diperlukan pemahaman dan pencarian faktor lainnya.

Pada tabel T-Student’s Distribution, didapatkan k =


1,96
Jadi ketidakpastian diperluas :
Uexp = k. Uc
1,96 x 0,085 = 0,1666 + 0,16 oC
Jadi hasil lengkap pengukuran adalah (39,45 + 0,16)
oC

 Tingkat kepercayaan , U95


Tingkat kepercayaan merupakan tingkatan keyakinan
akan keberadaan nilai sebenarnya pada suatu tindak
pengukuran dengan menggunkanalat tertentu.
Penjelasan lengkap telah diberikan pada ilustrasi kasus
diatas.

4.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan dan Inspeksi yang dilakukan oleh PT. PJB
UPHT termasuk jenis pemeliharaan dan inspeksi secara
ternecana.
4.2.1 Jenis – Jenis Pemeliharaan
Jenis pemeliharaan yang dilakukanoleh PJB UPHT
disebutdengan Overhaul. Overhaul adalah suatu
pemeliharaan menyeluruh semua peralatan sistem yang
termasuk dalam satu paket inspection untuk
mengembalikan pada keadaan semula. Overhaul
merupakan suatu paket pekerjaan besar yang terjadwal
untuk pemeriksaan yang luas dan perbaikan dari suatu
item atau peralatan besar untuk mencapai kondisi yang
layak. Dengan demikian cakupan Overhaul tidak hanya
bongkar pasang saja, tetapi termasuk inspeksi peralatan-
peralatan yang lain. Ruang lingkup peralatan overhaul
sudah distandartkan untuk tiap jenis Inspection.

4.2.2 Jenis Inspeksi


Jenis inspeksi yang dilakukanoleh PJB UPHT di PLTU
terdapat 2 jenis inpeksi yaitu ME (Mean Inpection) dan
22

SE (Serious Inspection). Pemeliharaan secara periodic


dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Mean Inspection (ME)
Pemeliharaan jenis mean inspection dilakukan
setiap jam kerja mesin mencapai 16.000.
Scope pekerjaan pada jenis pemeliharaan mean
inspection meliputi penggantian komponen pada alat-
alat bantu yang ada batas jam kerjanya. Disamping
pemeliharaan alat – alat bantu pemeliharaan jenis ME
juga dilakukan pemeriksaan komponen pada mesin
utama.
 Serious Inspection (SE)
Pemeliharaanjenis SE dilakukanpadasetiap jam
kerja mesin mencapai 32.000
Scope pekerjaan pada pemeliharaan jenis SE meliputi
penggantian komponen pada alat – alat bantu dan
komponen mesin utama.

4.3 Air Heater


Air heater merupakan peralatan yang berfungsi untuk
memanaskan udara pembakaran yang akan masuk ke boiler
dengan cara mengambil panas dari gas buang. Air Heater
bekerja dengan cara memutar bilah bilah kipas(mirip kipas)
yang terbuat dari logam lalu panas dari gas buang
diambil.Secara otomatis bilah bilah kipas ini akan menjadi
panas dan memanaskan udara yang masuk ke boiler. Jadi
sebenarnya air heater dibagi dua saluran yaitu saluran gas
buang dari boiler menuju stack dan saluran lainnya dari
udara bebas menuju boiler dimana putarannya dihasilkan
dari motor penggerak.
Namun udara yang keluar dari air heater yang menuju
stack tidak boleh kurang dari 120 oC. Hal ini dikarenakan gas
buang yang dikeluarkan stack minimal 120 oC. Tujuannya
adalah agar Sulfur tidak terkondensasi.
4.4 Thermocouple
Thermocouple adalah jenis sensor suhu yang digunakan
untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis
logam konduktor berbeda yang digabung pada ujungnya
sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”. Efek
Thermo-electric pada termokopel ini ditemukan oleh seorang
fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada
Tahun 1821, dimana sebuah logam konduktor yang diberi
perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan
tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua
persimpangan (junction) ini dinamakan dengan Efek
“Seeback”. Termokopel merupakan salah satu jenis sensor
suhu yang paling populer dan sering digunakan dalam
berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika
yang berkaitan dengan Suhu (Temperature). Beberapa
kelebihan Termokopel yang membuatnya menjadi populer
adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu dan
juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar
diantara -200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat
dan rentang suhu yang luas, Thermocouple juga tahan
terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.

Gambar 4.1 Termokopel


24

Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana.


Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri dari dua kawat
logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada
Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu
konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam
konduktor yang mendeteksi suhu panas.

Gambar 4.2 Prinsip Kerja Termokopel

Berdasarkan gambar diatas, ketika kedua persimpangan


atau Junction memiliki suhu yang sama, maka beda potensial
atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut
adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan
yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau
dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi
perbedaan suhu diantara dua persimpangan tersebut yang
kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya
sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2.
Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1
µV – 70µV pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut
kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang
telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat
dimengerti oleh kita. Berikut adalah tabel referensi teganagan ke
temperature.
Gambar 4.3 Tabel Konversi Termokopel

4.2.1Tipe – tipe Thermocouple


 Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al
alloy)
Thermocouple untuk tujuan umum. Lebih
murah.Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga
+1200 °C.
 Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas
rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat
mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
 Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas
rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat
mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan
untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43
°C).
 Type T (Copper / Constantan)
26

Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C.


Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang
negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai
sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian
kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43
µV/°C.
 Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si
alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi
membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu
yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu
di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C
pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N
merupakan perbaikan tipe K.
 Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B
memberi output yang sama pada suhu 0°C hingga
42°C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu
50°C.

4.5 Kalibrasi Thermocouple

Kalibrasi pada Thermocouple dilakukan dengan


menyiapkan peralatan kerja dan APD yang diperlukan.
Adapun APD yang diperukan meliputi safety helmet,
safety shoes, ear plug, masker dan sarung tangan.
Berikut ini detail aktivitas yang dilakukan untuk
kalibrasi thermocouple .
Berikut ini adalah rangkaian kalibrasi pada
Thermocouple.

Gambar 4.4 Rangkaian Kalibrasi Termokopel


A. Persiapan
1. Menyiapkan peralatan kerja dan memakai APD.
2. Buka tutup thermocouple.
3. Kendurkan nipple dan klem pengikat dengan kunci
pass/reng yang sesuai, setelah itu tarik keluar
thermocuople dari thermo probe / thermo well.
4. Tutup lubang thermo probe / well dengan isolasi kertas
dan tutup lagi panel thermocouple
5. Pasang kabel ukur multimeter pada terminal pengukuran
tegangan / .
28

B. Kalibrasi
1. Masukan thermocuople ke lubang yang sesuai di
temperature calibrator sesuai dengan gambar rangkaian.
2. Pasang multi meter pada kabel terminal thermocuople
(posisi m Volt DC atau ºC/ºF ).
3. Berikan besaran setting temperature calibrator sesuai
lembar kalibrasi (50ºC,100ºC, 200ºC, 300ºC ,400ºC,
500ºC, 600ºC) setelah power supply untuk temp
calibrator kondisi ”ON”.
4. Bandingkan nilai tersebut dengan nilai standard dan
hitung nilai errornya.
Rumus :
Error = penunjukan actual – standar X 100%
Range
5. Lakukan analisa kalibrasi.
6. Bandingkan nilai tersebut dengsn nilai standart dan
hitung errornya (untuk thermocouple yang jelek beri
rekomendasi untuk diganti baru pada kolom lembar
kalibrasi yang sudah tersediah dan lakukan pemasangan
kembali untuk thermocouple yang ber berkondisi baik).
7. Setelah melakukan kalibrasi dan analisa, untuk
penormalan temperature calibrator,berikan setting sesuai
temperatur ruangan, jika telah sama dengan temperatur
ruangan power supply bisa dikondisikan ”OFF”.

C. Penormalan
1. Pasang kembali Thermocouple yang baik pada thermo
probe/well-nya setelah membuka isolasi penutupnya.
2. Kencangkan nipple dan klem pengikat dengan kunci
pass/reng yang sesuai.
3. Buka penutup panel dan pasang kabel thermocouple di
terminalnya semula sesuai tandanya setelah membuka
isolasi pengaman dan tutup lagi penutup panel/terminal.
4. Pastikan sinyal thermocouple sampai di control room.
5. Rapikan peralatan dan bersihkan area kerja.
4.3.1 Perhitungan Data Kalibrasi
Berikut ini perbandingan nilai actual dengan nilai standar
pada FYI dan perhitungan error dengan rumus:

Error = penunjukan actual – standar X 100%


Range
Tabel 4.1 Data Output thermocouple
Output
Input Output Pembaacaan Error
STD
Standart Standart
Indikator (%)
(OC) (OC) Deviasi
Naik Turun
100 100 99,7 99,7 0,3 0,3
200 200 198,6 198,6 1,4 0,7
300 300 300,5 300,5 0,5 0,167

Di bawah ini merupakan drafik perbandingan antara nilai


reading dan nilai standar pada thermocouple. Dilihat pada grafik
tersebut bahwa nilai data pengukuran dan nilai standar sama,
maka alat tersebut dapat digunakan dengan baik.
30

Gambar 4.5 Grafik Output Thermocouple

4.6 Pembahasan
Kalibrasi thermocouple dilakukan dengan menggunakan
temperature kalibrator dan multimeter pada posisi mVolt DC
atau ºC. Sebelum melakukan kalibrasi thermocouple terdapat
beberapa langkah yaitu membuka tutup thermocouple dan
memasang multi meter pada kabel terminal thermocouple.
Thermocouple memiliki banyak tipe dan yang paling sering
digunakan adalah thermocouple tipe K. Pengambilan data
dilakukan dengan cara mengatur set point pada temperatur
kalibrator lalu dilihat hasil pembacaannya pada multimeter.
Adapun set point yang digunakan tergantung range dari
thermocouple tersebut. Seperti pada thermocouple air heater
ini memiliki akurasi ± 2 0C dan range kerja sebesar 300 0C.
Untuk itu cukup dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali
dengan input standard sebesar 100 0C, 200 0C dan 300 0C.
Sedangkan hasil pembacaannya sebesar 99,2 0C, 200,8 0C
dan 301,1 0C. Berdasarkan spesifikasi dari thermocouple
tersebut dapat diketahui jika batas toleransi dari pembacaan
alat adalah ± 2 0C jadi hasil pembacaan alat tersebut masih
baik dan tidak perlu diganti karena pada thermocouple tidak
dilakukan adjustment.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan data di


lapangan selama kerja praktek di PT. PJB UPHT Gresik, dapat
diambil kesimpulan antara lain :
1. PT. PJB UPHT Gresik bergerak dibidang pelayanan dan
pemeliharaan wilayah timur.
2. Pemeliharaan dan inspeksi yang dilakukan PJB UPHT
Gresik termasuk jenis pemeliharaan dan inspeksi secara
terencana(Overhaul).
3. Salah satu cara pemeliharaan peralatan instrumen pada
saat overhaul adalah ketereampilan kalibrasi. Kalibrasi
yang dibahas dalam laporan ini adalah kalibrasi pada
Thermocouple.
4. Terdapat berbagai tipe dari thermocouple, antara lain
tipe K, tipe J, tipe N, tipe E, tipe B, tipe R, tipe S dan
tipe T.
5. Ketelitian thermocouple tergantung dari tipe
thermocouple yang digunakan.
6. Pada thermocouple tidak dilakukan adjustment
namun, jika penunjukan nilai output thermocouple
sudah melebihi batas akurasi maka thermocouple
harus diganti.
7. Pada kalibrasi, nilai input harus sama dengan nilai output,
atau masih dalam batas toleransi antara output dengan
nilai standart FYI.

5.2 Saran
Dari beberapa data referensi yang diperoleh dan survei
lapangan selama pelaksanaan kerja praktek di PT. PJB UPHT
32

Gresik terdapat beberapa saran yang dirasa dapat dijadikan


masukan diantaranya :
1. Diharapkan penggunaan APD pada saat proses kerja
Overhaul sesuai Intruksi Kerja yang telah ditetapkan.
2. Dalam pengisian data hasil kalibrasi saat Overhaul lebih
baiknya dilengkapi dan penyimpanannya perhatikan
sehingga lebih mudah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim, 2010, Modul Praktikum Fisika Dasar,


Universitas Darma Agung Medan
[2] Bram Santo, 2015, Laporan “Termokopel”, Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Medan
[3] Cooper W.D., 1985, Instrumentasi Elektronik dan
Teknik Pengukuran, Jakarta : Erlangga.
[4] Hadyan Gilang Kurnia, 2013, Makalah “Sistem
Instrumentasi Thermocouple”, Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Termokopel (diakses pada
tanggal 16 Agustus 2017, pukul 09.30 WIB)
[6] https://www.academia.edu/8479994/P3_Termokopel,
(diakses pada tanggal 17 Agustus 2017, pukul 11.00)
[7] Muhammad Sudrajad, 2016, Laporan Pelaksanaan Magang
Di Pt. Pembangkitan Jawa-Bali Unit Pembangkitan Gresik,
Universitas Airlangga Surabaya
[8] Pramono Agus, 2010, Eks. Instrumentasi Industri
[9] Profil Perjalanan PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Jawa
Timur[online].http://www.ptpjb.com/index.htm. (diakses
pada tanggal 14 Agustus 2017, pukul 10.00 WIB)
34

LAMPIRAN

Gambar Form Kalibrasi Thermocouple Air Heater


Gambar Temperature Kalibrator

Gambar Terminal Thermocouple Tipe K

Anda mungkin juga menyukai