Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

SISTEM KONTROL ALIRAN BATU BARA PADA COAL


FEEDER UNIT 5-7

Coal feeder yang digunakan di PLTU UP Suralaya unit 5-7 merupakan jenis
gravimetric, jumlah aliran baru bara dihitung berdasarkan beratnya batu bara per
jarak area pengukuran dan kecepatan putaran motor penggerak. Berat batu bara
dibuat konstan dengan mengatur luas area dan tinggi pada cross sectional area saat
kalibras coal feeder, untuk mendapatkan jumlah aliran batu bara yang sesuai
dilakukan dengan mengendalikan kecepatan putaran motor penggerak belt feeder,
kecepatan putaran ini akan menyesuaikan sesuai dengan set point yang diberikan
pada sistem yang dikendalikan oleh DCIS (Distributed Control and Information
System ).

Gambar 4.1 Coal Feeder unit 7

Spesifikasi Coal Feeder Unit 5-7 PLTU UP Suralaya

Jumlah : 6 buah
Pabrik : Stock Equipment Co
EG 2A Gravimetric feeder
Spesifikasi density of mat handled : 720 kgs/MCub
Capacity feed rate (max) : 71,7 t/h
Capacity feed rate (min) : 9,07 t/h
Capacity motor speed : 900 rpm
Tachometer type : 12 Pulse-24 Pole
Input signal : 4-20mA
Feedback signal : 4-20mA
Tegangan motor : 400 V

Elemen instrument pada coal feeder :

1. Load cell
Berfungsi untuk mendeteksi berat batu bara yang terdapat pada belt feeder.

Gambar 4.2 Load cell


2. Tachometer
Berfungsi mendeteksi kecepatan putaran drive belt feeder. Sesnor ini sudah
menyatu dengan motor penggeraknya langsung.

Gambar 4.3 motor penggerak belt feeder


4.1 Sistem kontrol Coal Feeder

Pengontrolan laju aliran batu bara bertujuan untuk menjaga jumlah batu bara
yang masuk ke pulverizer sesuai dengan kebutuhan, bila batu bara yang masuk ke
mill terlalu banyak akan menimbulkan plugg pada mill serta beban motor akan berat
(overload) karena tidak sesuainya putaran motor dengan jumlah batu bara yang
dihaluskan, jika batu bara yang masuk terlalu sedikit sedangkan udara dari Primary
Air Fan dan putaran motor mill pada kondisi untuk beban penuh, akan
mengakibatkan naiknya temperature pada mill.

Banyaknya batu bara yang masuk ke mill diatur berdasarkan Differential


Pressure yaitu perbandingan antara output batu bara pada mill dengan flow udara
Force Draft fan. Jika pencampuran bahan bakar batu bara dengan udara tidak
sesuai, maka akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada burner.

Gambar 4.4 Display Operating Interface System Coal Feeder

4.1.1 Blok diagram Sistem Control Coal Feeder


Gambar 4.5 blok diagram control coal feeder
Dari blok diagram diatas, ketika operator memasukkan nilai set point
kebutuhan batu bara (T/h), maka nilai akan di terima oleh controller, kemudian
akan dihitung berapa kecepatan putaran motor yang harus dikendalikan,dari hasil
perhitungan didapat sinyal keluaran dari controller, sinyal keluaran ini dikirim ke
speed control card dimana sinyal keluaran dari controller 4-20mA digunakan
sebagai pemicu gate pada rangkaian speed control untuk mengalirkan tegangan 0-
120 VDC yang akan dialirkan ke kumparan eddy current clucth. Putaran motor
drive belt akan dibaca oleh tachometer, sinyal yang terbaca oleh tachometer akan
di umpan balikan ke controller yang terlebih dahulu nilainya dikalikan dengan berat
batu bara yang terbaca oleh sensor Load cell sehingga akan didapat nilai berat batu
bara per jam yang dialirkan oleh coal feeder, kemudian nilai ini akan di bandingkan
dengan nilai set point, jika nilai hasil perkalian antara putaran motor dan berat tidak
sesuai dengan set point maka controller akan megoreksi terus sampai nilai keluaran
sama dengan nilai set point atau mendekati nilai set point.

Pada speed control card juga besaran sinyal yang dikeluarka akan dikoreksi terus
dengan menerima sinyal umpan balik dari tachometer, nilai yang dikoreksi pada
speed control card ini berupa besarnya pulsa yang diterbaca oleh tachometer, nilai
pulsa ini akan dibandingkan dengan nilai pulsa yang dikirim oleh controller
sehingga pengiriman sinyal ke kumparan eddy current clutch akan lebih presisi.
4.1.2 Perhitungan Kecepatan Motor Dengan Metode Pulse/Length

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui tepat atau tidak hasil kalibrasi
coal feeder yang telah dilakukan. Untuk menghitung kecepatan motor drive belt,
ada 2 metode perhitungan yaitu metode pulse/length dan metode perhitungan gear
ratio, perhitungan yang digunakan pada coal feeder unit 5-7 menggunakan metode
pulse/length, sebab metode ini lebih akurat dan tidak akan berubah meski gear
reducer pada motor belt feeder diganti.

Nilai dimensi yang digunakan untuk melakukan perhitungan volume batu baara saat
kalibrasi coal feeder unit 5-7 adalah :

Leveling bar height : 18.1 cm


Material steam width : 60.96 cm
Weigh span length : 91.44 cm
Cut-off dimensions : 6.74 x 13.5 cm
Konstanta : 726 pulse/meter

Gambar 4.6 dimensi kalibrasi volume coal feeder


Cross sectional area = Total area – Cut Off Area
= ( Bar Height x material steam width) – (height x width)
= (18.1 cm x 60.96 cm) – (6.74 cm x 13.5 xm)
= (1103.376 cm2) – (90.99 cm2)
= 1012.386 cm2 = 0.1012386 m2

Volume weigh span = Cross Sectional Area x weigh span length


= 0.1012386 m2 x 0.9144 m
= 0.09257257584 m3

Density batu bara pada weigh span area :


2 𝑥 𝐿𝐶
ρ=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
dimana :
ρ = density batu bara ( T/m3)
LC = pembacaan nilai berat Load Cell (kg)

Berat batu bara per meter pada weigh span :

W = ρ (T/m3) x A (m2) T/m


Dimana :
W = berat batu bara per meter (T/m)

Kecepatan putar motor drive belt :


𝑇
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 ( )
V= ℎ
𝑇
𝑊( )
𝑚
Dimana :
V = Kecepatan putar drive belt (m/s)
Demand = Set point kebutuhan batu bara (T/h)

Pulse yang terbaca oleh tachometer :


𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒 𝑚
Pulse = 𝐾 ( )𝑥 𝑉 ( )
𝑚 𝑠
Pulse = jumlah pulsa yang terbaca oleh tachometer per detik (pulse/s)

Karena tachometer pada coal feeder unit 5-7 membaca 12 pulse dalam satu kali
putaran, maka kecepatan putar motor drive belt dalam Rpm adalah :

𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒
𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒 ( ) 𝑥 60
𝑠
N=
12 𝑝𝑢𝑙𝑠𝑒
N = kecepatan putar drive belt (Rpm)

Berikut hasil percobaan perhitungan :

Gambar 4.7 tabel hasil percobaan perhitungan Coal flow


Dari gambar diatas, ketika demand diset 58 T/h dan berat batu bara yang terbaca
load cell 40 kg, maka kecepatan putar drive belt adalah 668.4645 Rpm. sedangkan
ketika kecepatan motor diset 670 Rpm aliran batu bara yang masuk ke mill yaitu
58.133 T/h.

4.2 Sistem Proteksi Coal Feeder


Untuk mencegah terjadinya gangguan atau bahaya yang terjadi coal feeder
atau pada sistem pemasokan bahan bakar batu bara, maka pada coal feeder
terdapat sistem proteksi, diantaranya adalah :

1. Coal silo level


Untuk mendeteksi level batu bara yang terapat pada coal bunker,
penempatannya di letakan di pinggir-pinggir coal bunker, sensor yang digunakan 2
buah atau lebih sensor load cell, nilai pembacaan dari load cell posisi bawah akan
di dibandingkan dengan pembacaan nilai sensor load cell paling atas , dan
dikonversi menjadi level. Level batu bara pada coal bunker harus dijaga supaya
tidak mengalami kekosongan batu bara di coal bunker, karena akan menyebabkan
temperature naik pada pulverizer akibat tidak adanya batu bara yang masuk ke mill
tapi mill beroperasi terus. Jika batu bara pada coal bunker kosong, maka coal feeder
dan pulverizer akan trip.

2. Coal flow indicator


Untuk mendeteksi aliran batu bara yang masuk ke coal bunker. Sensor ini
menggunakan sensor nuklir, tapi di unit 5-7 sekarang sudah tidak dipakai lagi.

3. No coal at belt
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya batu bara pada belt conveyor pada coal
feeder, sensor ini akan terdorong oleh batu bara, dan jika batu bara tidak ada pada
belt conveyor maka sensor akan kembali ke posisi awal yang menandakan sensor
aktif, jika ini terjadi maka coal feeder akan trip, dan coal feeder yang standby akan
di jalankan. Sensor yang digunakan adalah limit switch.
Penyebab tidak adanya batu bara pada belt coal feeder, dikarenakan saluran pada
outlet gate bunker terdapat plugg atau ada batu bara yang mengganjal. Untuk
pembersihan plugg dilakukan dengan secara manual oleh operator dengan
membuka main hole.
Gambar 4.8 No coal at Belt pada coal feeder

4. Coal feeder outlet plugging


Untuk mendeteksi plugg yang menempel pada saluran batu bara pada outlet
coal feeder, plugg ini menempel diakibatkan batu bara yang basah atau ada material
yang mengganjal saluran, jika sensor plugg ini aktif maka coal feeder akan trip/
mati, sehingga unit tidak bekerja. Untuk membersihkan plugg yang menempel ini
dilakukan secara manual dengan membuka main hole pada coal feeder. Dan supaya
coal burner tetap terjaga pasokan batu bara nya maka pulverizer yang standby
akan di jalankan.

Gambar 4.9 Discharge Pluggage sensor

5. Motor over load


Untuk mendeteksi arus listrik pada motor pulverizer, jika batu bara yang masuk
ke pulverizer berlebihan maka akan menyebabkan putaran motor pada pulverizer
berat, dan penghalusan batu bara akan lama, juga akan menimbulkan plugg pada
pulverizer, jika hal ini terjadi maka coal feeder harus trip.

Anda mungkin juga menyukai