Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AUDIT ENERGI

Pada Rumah Tinggal 1 Lantai

Oleh:
Nurul Ilmi
Nurhijrah Itsnaeni Sarief
3B. D4 Teknik Listrik

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di zaman modern ini jumlah penduduk dunia yang jumlahnya setiap waktu
terus bertambah dan diiringi oleh perumbuhan industry dan teknologi yang
semakin maju berimbas pada peningkatan alat pemuas kebutuhan dan konsumsi
energi. Peningkatan konsumsi energy tidak hanya dirasakan oleh industry penyedia
barang atau jasa yang dituntut untuk meningkatatkan jumlah produksinya tetapi
berdampak pula pada konsumen sebagi pemakai barang dan jasa dalam hal ini ibu
rumah tangga. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam jumlah konsumen
listrik terbanyak adalah perumahan. Perumahan atau rumah adalah tempat tinggal
atau tempat beristirahat sehingga dibutuhkan kenyamanan didalamnya dalam hal
ini seperti suhu udara yang sejuk dan penerangan yang memadai. Untuk
mendapatkan hal tersebut maka munculah berbagai fasilitas berhaluan kelistrikan
yang sudah pasti akan meningkatkan konsumsi energy dan berkaitan eratdengan
biaya yang harus dikeluarkan. Salah sau yang mempenagruhi biaya operasional
adalah jumlah pemakaian eergi. Oleh karennya upaya peningkatan efisiensi
penggunaan energy merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan.
Salah satu metode yang sering dipakai untuk mengefisienkan pemakaian
energi listrik adalah metode Konservasi Energi. Konservasi Energi adalah
peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau biasa disebut dengan proses
penghematan energi. Dalam metode ini terdapat Audit Energi, adalah teknik yang
dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung
dan mengenali caracara untuk penghematannya. Audit energi merupakan aktifitas
pemeriksaan berkala untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan dalam suatu
kegiatan penggunaan energi. Audit energi, juga dapat berguna dalam menelusuri
dimana dan berapa energi yang digunakan, mengidentifikasi kebocoran atau
ketidak efisienan energi, menentukan langkah perbaikannya serta mengevaluasi
tingkat kelayakannya.
Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam melakukan audit
energi menjadi faktor penting guna meningkatkan efisiensi energi di bangunan
perumahan . Untuk memperoleh SDM yang berkualitas perlu didukung dengan
sistem pendidikan dan pelatihan keahlian secara Nasional yang dikembangkan
bersandar pada kebutuhan riil di dunia usaha.

1.2 Tujuan
Tujuan utama dari pelaksanaan tugas ini adalah untuk melakukan audit
energy pada instrument penerangan, Air Conditioner, dan pompa. Berdasarkan
tingkat pengguana energy pada gedung/bangunan rumah huni.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui tingkat konsumsi energi listrik pada suatu gedung
atau rumah melalui proses audit energi.
2. Bagaimana mengetahui tingkat efisiensi energy dari suatu bangunan dan
pengaruh efisiensi tenaga lisrik terhadap biaya.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Mahasiswa, dapat mengaplikasikan teori yang dipelajari dengan
kondisi dan kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Bagi masyarakt umum sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam
melakukan proses penghematan energy listrik..

1.5 Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Laporan


Dalam mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dihadapi, kami
memperoleh data dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi, metode ini dilaksanakan dengan cara mengambil data dari
pelaksanaan di lapangan. Baik terjun langsung, ambil bagian dan ikut serta ke
lapangan (sebagai participant observation) dan/atau hanya mengamati dan
tidak ambil bagian secara langsung (sebagai non participant observation)
2. Interview/wawancara, metode ini dilaksanakan dengan cara melakukan tanya
jawab dengan staf/pegawai serta orang-orang yang terlibat dalam suatu
pengerjaan lapangan.
3. Studi Pustaka, metode ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber
tulisan (baik buku maupun internet) yang memiliki keterkaiatan dengan
masalah yang dibahas, hal ini juga dilakukan dengan membaca dokumen-
dokumen perusahaan baik buku pedoman pemiliharaan ataupun buku-buku
SOP.
4. Analisis Data, data-data yang ada dalam proses penelitian dan berkaitan
dengan masalah yang dibahas kemudian diolah untuk dijadikan refrensi
penyusunan laporan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Energi


Audit energi adalah suatu analisis terhadap konsumsi energi dalam sebuah
sistem yang menggunakan energi, seperti gedung bertingkat, pabrik dan
sebagainya. Hasil dari audit energi adalah laporan tentang bagian yang mengalami
pemborosan energi. Umumnya bentuk energi yang di-audit adalah energi listrik dan
energi dalam bentuk bahan bakar.
Jenis dari Audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi ada
bermacam-macam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing. Adapun
jenis-jenis audit energi tersebut dapat dibagai menjadi beberapa bentuk, seperti
walking audit, preliminary audit, deteiled audit, dan energy management plan and
implementation action.(Lybery.MD, 1981).
2.1.1 Jenis-jenis Audit Energi
Walking audit sering disebut dengan mini audit. Audit yang dilakukan secara
sederhana, tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis secara
sederhana. Umumnya focus dari audit ini adalah pada bidang perawatan dan
penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi yang besar.
Sedangkan Prelimentary audit hanya dilakukan pada bagian vital saja.
Analisa didapat dengan melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi
indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi,
menghitung pemborosan energi dan beberapa usulan.
Untuk Detailed audit dilakukan secara menyeluruh tehadap seluruh aspek
yang mengkonsumsi eneri listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang
dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional dalam
jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya audit
energi, indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua konsumsi
energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer dan energi sekunder. Selain itu
melakukan perhitungan pemborosan energi, kesempatan konservasi energi, sampai
beberapa usulan untuk melakukan penghematan energi beserta dengan dampak dari
usulan tersebut. Untuk mencari kemungkinan penghematan maka harus diketahui
terlebih dahulu analisa biaya audit energi, identifikasi gedung, analisa kondisi
sesungguhnya dan menghitung semua penggunaan energi.
Terakhir, Energy management plan and implementation action adalah Audit
energi yang dilakukan adalah suatu alat dalam manajemen energi. Pada dasarnya
audit ini sama dengan detailed audit, akan tetapi audit ini dilakukan secara
berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup lama. Audit energi ini dimulai
dengan membentuk sebuah organisasi manajement energi. Hasil dari audit menjadi
masukan utama bagi sistem manajemen energi untuk melakukan pengaturan energi
secara terpadu.
2.1.2 Tahap Audit Energi
Langkah pertama adalah menetapkan batasan sistem, bagian mana saja dari
sebuah perusahaan atau gedung bertingkat yang akan diaudit. Selanjutnya
membentuk tim audit. Tim audit ini bekerja sama dengan operator peralatan dan
perlengkapan gedung, electrical dan mechanical gedung, serta konsultasi dalam
proyek yang di-audit.
Langkah ketiga dengan mengalisis kondisi aktual. Beberapa hal yang
dilakukan dalam analisis kondisi aktual adalah mendapatkan data teknik, petunjuk
dan brosur perlatan electrical dan mechanical. Kemudian melakukan identifikasi
penggunaan energi, seperti beberapa banyakkebutuhan energy dan dimana energy
digunakan.
Kemudian menghitung penghematan, melakukan perhitungan besarnya
energi yang dapat dihemat. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah besarnya
penghematan energi tidak linier terhadap investasi yang digunakan. Setelah itu,
membuat laporan audit yang memuat semua aspek yang dapat ditemukan dalam
auditing, seperti pola konsumsi dan pemborosan yang terjadi. Pada laporan ini juga
disertakan prioritas penghemantan energi pada bagian tertentu dari objek yang di-
audit.
Langkah ke enam dengan mengalisis penghematan. Dalam laporan juga
disertakan beberapa usulan seperti adanya piranti yang dapat ditambahkan beserta
dengan analisis dampak yang akan ditimbulkan. Dimana selanjutnya pada langkah
terakhir setelah melakukan penghematan dalam jangka waktu tertentu
dilakukan evaluasi secara berkala.

2.2 Analisis Energi


Analisis energi listrik merupakan upaya untuk mengoptimalkan kerja
peralatan pada kondisi beban penuh sehingga penggunaan energi listrik menjadi
lebih efektif, efesien dan rasional tanpa harus mengurangi kinerja produksi dan
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat konsumsi energi yang di
gunakan per satuan output (produksi) serta mengindentifikasi peluang penghematan
energi listrik ( Menurut: Iwan Abdul Malik).
Analisis energi ini dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki
bagaimana, di mana dan bilamana energi digunakan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain, audit energi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
mengevaluasi potensi penghematan energi pada suatu proses produksi. Chapman
(1974) dan Pimentel et al. (1974) dalam Shanty (1994) menyebutkan adanya 3
metoda yang dapat digunakan untuk mengadakan analisis energi, yaitu:
1. Analisis statistik yaitu dengan mengadakan perhitungan energi per unit
keluaran dari data statistik.
2. Analisis input-output, yaitu pembuatan suatu matrik yang menunjukkan
besarnya setiap komoditi yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap
komoditi produk.
3. Analisis proses, yaitu suatu jaringan kerja atau proses yang dibutuhkan
untuk membuat suatu produk akhir yang sudah tertentu.
Dengan adanya audit energi ada tiga aspek yang akan tercapai, yaitu:
a. Saving in money
Dengan adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya
operasional. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh perusahaan akan
meningkat.
b. Environmental protection
Dengan adanya penggunaan energi yang efisien maka akan
memberikan kontribusi bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam
dengan menjaga dan mempertahankan cadangan minyak bumi dunia agar
tidak segera habis.
c. Sustainable development
Dengan adanya penggunaan energi yang efisien maka akan
memberikan kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang
berkelanjutan baik di sisi finansial maupun penggunaan peralatan industri
yang memiliki lifetime maksimum/optimum.

2.3 Audit Kelistrikan


2.3.1 Parameter Parameter Audit Kelistrikan
a. Arus Lisrik
Arus listrik merupakan partikel bermuatan listrik yang mengalir pada
suatu penghantar. Arus listrik mempunyai satuan ampere. Alat yang
digunakan untuk mengukur arus liatrik adalah amperemeter dan power quality
analyzer. Arus listrik yang akan diukur adalah arus linennya.
b. Tegangan Listrik
Tegangan listrik yaitu beda potensial antara dua penghantar yaitu
bermuatan listrik. besaran ini mempunyai satuan volt. Alat yang digunakan
untuk mengukur tegangan adalah voltmeter dan power quality analyzer.
c. Daya Listrik
1. Daya Aktif
Daya aktif adalah daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban. Parameter
ini dinyatakan dalam satuan watt.
P 1 fasa = V L-N x I x Cos q (watt)
P 3 fasa = 3 x V L-N x I x Cos q (watt)
Keterangan :
V L-N = Tegangan fasa netral (V)
I = Arus (A)
Cos q = faktor daya
2. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan oleh ban induktif. Parameter ini
dinyatakan dalam satuan VAR
Q 1 fasa = V L-N x I x Sin q
Q 3 fasa = 3 x V L-N x I x Sin q
3. Daya Semu
Daya semu adalah penggabungan antara daya nyata dengan daya reaktif
S 1 fasa = V L-N x I
S 3 fasa = 3 x V L-N x I
d. Faktor Daya
Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.
Penjumlahan daya dilakukan dengan metoda penjumlahan vector, sehingga
memunculkan apa yang disebut segitiga daya.
e. Harmonisa Arus dan Harmonisa Tegangan
Harmonisa adalah gelombang sinusoidal yang frekuensinya merupakan
kelipatan bulat dan fundamentalnya (di luar frekuensi dasar). Harmonisa ini
dapat dikatakan sebagai gelombang cacat.
2.3.2 Parameter Parameter Audit Sistem Penerangan
a. Tingkat Pencahayaan
Tingkat pencahayaan adalah besarnya cahaya yang dibutuhkan untuk
menerangi suatu ruangan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada
umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayahaan rata-rata pada
bidang kerja. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung
dengan persamaan :
Erata-rata = ( )/
Dimana :
F total = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang
kerja (lumen)
A = Luas bidang kerja (m2)
Kp = Koefisien penggunaan
Kd = Koefisien depreisiasi (penyusutan)
b. Daya Pencahayaan
Besarnya daya pencahayaan yang ditentukan oleh persamaan :
Pc = /
Dimana :
Pc= Daya pencahayaan (W/m^2)
Pt= Daya listrik yang dikonsumsi lampu (W)
A = Luas ruangan (m^2)

2.3.3 Parameter Parameter Audit Sistem AC (Tata Udara)


a. Kapasitas Pendingin Neto (Net Refrigeration Capacity)
Kapasitas Pendinginan Neto merupakan perkalian antara aliran massa rata-
rata air evaporator dengan perbedaan entalpi air yang masuk dan keluar
pendingin. Dinyatakan dalam kCal/h, ton of reftigeration.
b. Koefisien Kinerja Pendingin (COP)
Koefisien Kinerja Pendinginan merupakan angka perbandingan antara laju
aliran kalor yang diserap oleh sistem pendinginan dengan laju aliran energi
yang dimasukkan ke dalam sistem tersebut. Secara matematis dapat simpulkan
melalui rumus berikut ini.
COP = /
Dimana : Po = Daya Pendinginan (Watt)
Pin = Daya Input Listrik (Watt)
c. Rasio Efisiensi Energi (EER)
Rasio Efisiensi Energy merupakan perbandingan antara kapasitas
pendinginan neto peralatan pendingin (dalam BTU/jam) dengan seluruh
masukan energi listrik (watt) pada kondisi operasi yang ditentukan. Bila
digunakan satuan yang sama untuk kapasitas pendingin dan masukan energi
listrik, nilai EER sama dengan COP. Secara matematis dapat simpulkan
melalui rumus berikut ini.
EER = / .

2.4 Intensitas Konsumi Energi (IKE)


Intensitas Konsumi Energi (IKE), yakni pembagian antara konsumsi energi
dengan satuan luas bangunan gedung. Konservasi energi upaya mengefisienkan
pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi dapat
dihindarkan. Pengelolaan energi segala upaya untuk mengatur dan mengelola
penggunaan energi seefisien mungkin pada bangunan gedung tanpa mengurangi
tingkat kenyamanan di lingkungan hunian ataupun produktivitas di lingkungan
kerja.
Sebagai target, besarnya IKE listrik untuk Indonesia, menggunakan hasil
peneliti yang dilakukan oleh ASEAN USAID pada tahun 1987 yang laporannya
baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut :
a. IKE untuk perkantoran (komersial) : 240 kWH/m2 per tahun
b. IKE untuk pusat belanja : 300 kWH/m2 per tahun
c. IKE untuk hotel/apartemen : 300 kWH/m2 per tahun d. IKE untuk rumah
sakit : 380 kWH/m2 per tahun
Dalam menghitung besarnya IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa
istilah yang digunakan, antara lain :
d. IKE listrik per satuan luas kotor gedung. Luas kotor = luas total gedung yang
dikondisikan (ber AC) + luas total gedungyang tidak dikondisikan (tanpa
AC).
e. IKE listrik persatuan luas total gedung yang dikondisikan (netto).
f. IKE persatuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product)

(/)
IKE=
( )+( )

Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di


Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu bangunan
gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan berAC dan bangunan
tidak ber-AC.
Tabel 2.1 IKE untuk bangunan tidak ber-AC
Kriteria Keterangan

a) Pengelolaan gedung dan peralatan energi


dilakukan dengan prinsip konfersi energi listrik
Efisien b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan sesuai
(10 20) dengan
kWh/m2/Tahun prosedur
c) Efisiensi pengguanaan energi masih mungkin
ditingkatkan melalui penerapan sistem manajemen
energi
a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih
memiliki peluang konservasi energi
Cukup Efisien
(20 30) b) Perbaikan efisiensi melalui pemeliharaan
bangunan dan peralatan energi masih
kWh/m2/Tahun
dimungkinkan

a) Audit energi perlu dilakukan untuk menentukan


langkahlangkah perbaikan sehingga pemborosan energi
Boros dapat
(30 40) dihindari
kWh/m2/Tahun b) Desain bangunan maupun
pemeliharaan dan pengoperasian gedung belum
mempertimbangkan konservasi energi
a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian dan
pemeliharaan tidak mengacu pada
penghematan energi
Sangat Boros b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua
(40 50) kWh/m instalasi
2
/Tahun /peralatan energi serta penerapan managemen energi
dalam
pengelolaan bangunan
c) Audit energi adalah langkah awal yang perlu
dilakukan
Tabel 2.2 IKE Bangunan Gedung ber-AC

Kriteria Keterangan

a. Desain gedung sesuai standar tatacara perencanaan


Sangat Efisien teknis konservasi energi.
(50 95) b. pengoperasian peralatan energi dilakukan dengan
kWh/m2/Tahun prinsip prinsip menejemen energi

a. Pemeliharaan gedung dan peralatan energi


Efisien dilakukan sesuai prosedur
(95 145) b. Efisiensi penggunaan energi masih mungkin
kWh/m2/Tahun ditingkatkan melalui penerapan system menejemen energi
terpadu
a. Penggunaan energi cukup efisien melalui
Cukup Efisien pemeliharaan bangunan dan peralatan energi masih
(95 145) memungkinkan
kWh/m2/Tahun b. Pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum
mempertimbangkan prinsip konservasi energi
a. Audit energi perlu dipertimbangkan untuk
Agak Boros menentukan perbaikan efisiensi yang mungkin
(145 175) dilakukan
b. Desain bangunan maupun pemeliharaan dan
kWh/m2/Tahun
pengoperasian gedung belum mempertimbangkan
konservasi energi
a. Audit energi perlu dipertimbangkan untuk
Boros menentukan langkah-langkah perbaikan sehingga
(175 285) pemborosan energi dapat dihindari
kWh/m2/Tahun b. nstalasi peralatan dan desain pengoperasian dan
pemeliharaan tidak mengacu pada penghematan energi
Sangat Boros a. Agar ditinjau ulang atas semua instalasi /peralatan
(285 450) energi serta penerapan menejemen energi dalam
pengelolan bangunan
kWh/m2/Tahun
b. Audit energi adalah langkah awal yang perlu dilakukan
Tabel 2.3 KI Standar Lux pada suatu bangunan.

Audit energy system pencahayaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kuat.


Penerangan dalam suatu ruangan. Tingkat kuat penerangan dalam suatu ruangan
harus disesuaikan dengan jenis aktifitas didalam ruangan tersebut. Jika aktifitasnya
membutuhkan ketelitian yang tinggi, maka tingkat kuat penerangan yang
dibutuhkan juga semakin besar. Selain untuk mengetahui tingkat kuat penerangan
dalam suatu ruangan, audit energy system pencahayaan juga bertujuan untuk
mengetahui efisiensi penggunaan energy untuk system pencahayaan dalam suatu
ruangan. Kuat penerangan lampu pada suatu ruangan di hitung dengan satuan LUX.
2.5 Pemborosan Energi
Pemakaian energi di sejumlah daerah di Tanah Air masih belum efisien,
termasuk di instansi pemerintah pusat dan daerah, badan usaha milik negara, serta
badan usaha milik daerah. Hal ini bisa berdampak pada pemborosan anggaran
operasional di instansi bersangkutan (Kompas).
Menurut Undang-Undang (UU) Energi No.30/2007 dan Peraturan
Pemerintah (PP) tentang Konservasi energi, definisi konservasi energi adalah
upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi
dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Sedangkan efisiensi
energi bisa diartikan sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi energi yang
dibutuhkan dalam menghasilkan suatu jenis produk maupun jasa tanpa mengurangi
kualitas dari produk dan jasa yang dihasilkan.
Perlu diketahui bahwa masalah pemborosan energi secara umum sekitar 80
persen oleh faktor manusia dan 20 persen disebabkan oleh faktor teknis. Efisiensi
energi penekanannya lebih ke demand side management (DSM), di masyarakat
kadangkala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi.
Menggunakan energi secara efisien bukan berarti penggunaan energi harus
mengorbankan kenyamanan misalnya membaca buku di ruangan gelap untuk
menghemat lampu atau mematikan seluruh AC di gedung demi menghemat biaya
listrik. Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien adalah
menggunakan lampu tipe compact fluorescent lamp (CFL) sebagai pengganti lampu
pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga 40 persen untuk
menghasilkan intensitas cahaya yang sama, atau memperbanyak jendela di
langitlangit (skylights), sehingga bisa menghindari penggunaan lampu di siang hari.

2.6 Managemen Energi


Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan
bijaksana dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize costs) dan
meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif (Cape Hart dkk, 1997). Sebuah
fungsi manajemen dan merupakan teknik yang berguna untuk memonitor,
menganalisa dan mengontrol aliran energi yang ada dalam sebuah sistem sehingga
efisiensi penggunaan energi yang maksimal dapat tercapai. Manajemen energi
sebenarnya merupakan kombinasi dari technical skill dan manjemen bisnis yang
berfokus pada business engineering. Seiring dengan harga energi akhir-akhir ini
yang terus meningkat maka manejemen energi ini semakin diperlukan. Karena
dengan melakukan manjemen energi ini maka biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan energi dapat ditekan.
Salah satu bagian yang mendasari manjemen energi adalah audit energi.
Laporan audit merupakan hasil dari audit plan yang akan diproses dan dianalisa
lebih lanjut dalam manajemen energi. Dan melalui dari hasil audit energi tersebut
maka aliran energi yang memberikan gambaran tentang penggunaan energi akan
dapat diketahui, sehingga dapat disusun suatu rancangan strategi untuk
mengendalikan penggunaan energi.
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Audit Energi Awal


1. Dokumentasi Bangunan
a) Denah Bangunan
b) Instalasi Penerangan

8000
3000 3000 2000

2000
3000
3000

6500
12000
3000
kWh

AC
2000

3500
1000

8000

17 April 2018
INSTALASI PENERANGAN
A4 02
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
Dip. Aksan,ST.,MT 3B D4 Teknik Listrik

c) Diagram Garis Tunggal


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MCB 31 MCB 32 MCB 33 MCB 34


c kWh 4A 4A 4A 4A

MCB 20
e
10 A

m
PE
PE
PE

PE
PE

N
N

N
N

L
L
L

NO
o
4 3 3
p
3 5 2
q
kVA
r

s
mm2 3 x 10
t
KELUARGA, DAN RUANG MAKAN
TIDUR 2, DAN KAMAR TIDUR 3
TERAS, RUANG TAMU, KAMAR

u
TOILET, DAPUR, DAN SPACE
KAMAR TIDUR 1, RUANG

w
SUPPLY PLN

x
AC

17 April 2018
DIAGRAM KONTROL
A4 03
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
Dip. Aksan,ST.,MT 3B D4 Teknik Listrik

2. Pembayaran Rekening Listrik Bulanan (Dilampirkan)


3. Tingkat Hunian Bangunan
a) Rincian Luas Bangunan
Ruang Tamu :3x3 = 9 m2
Ruang Keluarga dan Ruang Makan : 6.7 x 3 = 20.1 m2
Kamar Tidur 1 :3x3 = 9 m2
Kamar Tidur 2 :3x3 = 9 m2
Kamar Tidur 3 :3x3 = 9 m2
Dapur :9x2 = 18 m2
Toilet :2x2 = 4 m2
Teras 1 : (3 x 6)(0.7 x 3) =
15.9 m2
Teras 2 : 2.3 x 2 = 4.6 m2
Luas Bangunan : 12 x 8 = 96 m2

b) Daya Listrik Total yang Dibutuhkan


Ruang Tamu
Stop Kontak = 450 VA
Lampu = 25 W
Total daya = 474.95
Ruang Keluarga dan Ruang Makan
Stop Kontak = 4 * 450 VA
Lampu = 2*9W
Total daya = 1800 + 18 = 1818 W
Kamar Tidur 1
Stop Kontak = 450 VA
Lampu = 9 W
Total daya = 458.95 W
Kamar Tidur 2
Stop Kontak = 450 VA
Lampu = 9W
Total daya = 458.95 W
Kamar Tidur 3
Stop Kontak = 450 VA
Lampu = 9 W
Total daya = 458.95 W
Dapur
Stop Kontak = 450 VA
Lampu = 9 W
Total daya = 458.95 W
Toilet
Lampu = 9W
Teras 1
Lampu = 9W
Teras 2
Lampu = 9W
Daya Total = 4,155.75 W

c) Daya Listrik Terpasang per m2


474.95
1. Ruang Tamu : = 52.772
9
W/m2
1818
2. Ruang Keluarga dan Ruang Makan : = 90.447
20.1

W/m2
458.95
3. Kamar Tidur 1 : = 51
9
W/m2
458.95
4. Kamar Tidur 2 : = 51
9
W/m2
458.95
5. Kamar Tidur 3 : = 51
9
W/m2
458.95
6. Dapur : =
18
25.50W/m2
9
7. Toilet : = 2.25
4
W/m2
9
8. Teras 1 : =0.567
15.9
W/m2
9
9. Teras 2 : =1.95 W/m2
4.6
c. Analisis Tingkat Kuat Penerangan

LUX
No Ruangan
Terukur Standar
1 Teras1 60 60
2 Teras 2 68 60
3 Ruang Tamu 34 150
4 Kamar Tidur 1 129 120-250
5 Kamar Tidur 2 150 120-250
6 Kamar Tidur 3 140 120-250
Ruang tengah dan Ruang
7 181 250
Makan
8 Dapur 221 250
9 WC 129 250

Setelah melihat hasil pengukuran dan


membandingkan dengan standar yang berlaku dapat kita lihat
bahwa pada beberapa ruangan memiliki tingkat peneragan dibawah
standar yaitu pada ruang tamu, dapur, ruang tengan dan ruang
makan, dan WC. Hal ini dikarenakan daya lampu yang digunakan
sangat kecil.
Suhu RH
No Ruangan
(C) (%)
1 Teras1 32.5 70
2 Teras 2 32.5 70
3 Ruang Tamu 33.5 73
4 Kamar Tidur 1 31 59
5 Kamar Tidur 2 33.8 76
6 Kamar Tidur 3 33.5 76
Ruang tengah dan Ruang
7 33.8 75
Makan
8 Dapur 33.8 76
9 WC 32.6 250

d. Analisis Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik

Jumlah Konsumsi Daya/Bulan


Bulan
(KWh)
April 216.744
Mei 192.561
Juni 249.622
Juli 230.692
Agustus 194.059
September 252.953
Oktober 330.544
November 346.517
Desember 308.417
Januari 297.347
Februari 255.229
Maret 251.786
Total 3,126.471
Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada tahun 2016-2017:

Dimana: Luas Total = 96 m2; Luas Bangunan = 75.5 m2; Luas Luar =
20.5 m2; Occ.Rare = 90%

kWh total (kWh/tahun)


IKE =
(Occ. Rate x Area Room) + Area non Room
3,126.471
IKE =
(0.9 x 75. 5) + 20.5
3,126.471
IKE =
88.45
IKE = 35.34 kWh/m2 per bulan

Tingkat Efesiensi Konsumsi Energi per bulan

IKE 35.34
Efesiensi = = = 2.945 kWh/m2 per bulan
12 12
Komsumsi energi pada rumah tinggal tersebut termasuk sangat efisien.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ada beberapa yang
bisa disimpulkan
1. Pada bangunan rumah tinggal di atas dapat diketahui bahwa
tingkat efisiensi penggunaan energy listrik belum efisien.
2. Efisiensi rumah tersebut disebabkan oleh penggunaan armature
penerangan yang memiliki daya rendah sehingga tidak
memenuhi standar yang ditetapkan.

4.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk penghematan energy
pada bangunan rumah tinggal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengganti armatur pada ruang keluarga dan ruang makan agar


pamancaran cahaya menjadi lebih efisien.
2. Mengganti daya lampu yang terdapat pada ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, dapur, dan WC.

Anda mungkin juga menyukai