I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Mampu melakukan pengujian kerja Charge Controller:
- Tegangan pengisian berlebih
- Load reconnect voltage
- Underdiscarger voltage
- Proteksi hubung singkat
- Proteksi kesalahan polaritas
b. Mampu melakukan pengujian kerja inverter DC-AC.
(O) dalam air (H2O) terlepas karena bereaksi/bersenyawa/bergabung dengan timah (Pb) pada
pelat positif dan secara perlahan-lahan kembali menjadi oksida timah colat (PbO2).2. Asam
(SO4) yang menempel pada kedua pelat (pelat positif maupun negatif) terlepas dan bergabung
dengan hidrogen (H) pada air (H2O) di dalam cairan elektrolit dan kembali terbentuk menjadi
asam sulfat (H2SO4) sebagai cairan elektrolit. Akibatnya berat jenis cairan elektrolit bertambah
menjadi sekitar 1,285 (pada baterai yang terisi penuh).
Pelat-pelat baterai harus selalu terendam cairan elektrolit, sebaiknya tinggi cairan
elektrolit 4 - 10 mm diatas bagian tertinggi dari pelat. Bila sebagian pelat tidak terendam cairan
elektrolit maka bagian pada pelat yang tidak terendam tersebut akan langsung berhubungan
dengan udara akibatnya bagian tersebut akan rusak dan tak dapat dipergunakan dalam suatu
reaksi kimia yang diharapkan, contoh, sulfat tidak bisa lagi menempel pada bagian dari pelat
yang rusak, sebab itu bisa ditemukan konsentrasi sulfat yang sangat tinggi dari ruang sel yang
sebagian pelatnya sudah rusak akibat sulfat yang sudah tidak bisa lagi bereaksi dengan bagian
yang rusak dari pelat. Oleh karena itu kita harus memeriksa tinggi cairan elektrolit dalam baterai
kendaraan bermotor setidaknya 1 bulan sekali (kalau perlu tiap 2 minggu sekali agar lebih
aman) karena senyawa dari cairan elektrolit bisa menguap terutama akibat panas yang terjadi
pada proses pengisian (charging), misalnya pengisian yang diberikan oleh alternator.
a. Constant voltage
Pada dasarnya adalah berupa DC power supply biasa. Terdiri dari transformator step
down dengan rangkaian penyearah untuk memberikan tegangan DC yang digunakan untuk
mengisi batteray. Metode seperti ini sering digunakan pada pengisi daya pada aki mobil
murah. Selain itu, batteray Lithium-Ion juga menggunakan metode constant voltage
walaupun sering ditambahkan rangkaian yang kompleks untuk melindungi batteray dan
penggunanya.
b. Constant current
Metode constant current memvariasikan nilai tegangan sehingga didapatkan besarnya
arus yang konstan. Metode ini biasanya digunakan untuk mengisi daya pada nikel-cadmiun
dan nikel-metal hibrida atau biasa disebut baterai.
c. Taper current
Metode taper current mengisi daya batteray dari sumber tegangan konstan. Arus akan
berkurang seiring dengan terbentuknya ggl (gaya gerak listrik) pada tegangan sel. Ada
bahaya serius yaitu kerusakan sel jika pengisian dilakukan berlebihan. Untuk menghindari
hal ini, laju pengisian dan durasi pengisian diberi batasan. Metode ini hanya cocok untuk
baterai SLA.
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKITAN PENGUJIAN CHARGE CONTROLLER DAN
SEMESTER VI
DAN PENYALURAN STL INVERTER
d. Pulsed charged
Metode ini bekerja dengan mengirimkan arus listrik berbentuk pulsa pada baterai.
Tingkat pengisian (berdasarkan rata-rata arus) dapat tepat dikendalikan dengan
memvariasikan lebar pulsa, biasanya sekitar satu detik. Selama proses pengisian, terdapat
jeda kosong kira-kira sebesar 20 sampai 30 milidetik. Jeda ini diberikan untuk
memungkinkan terjadinya reaksi kimia pada baterai untuk menstabilkan elektroda. Waktu
jeda tersebut juga dapat menghindarkan proses pengisian dari efekefek yang tidak
diinginkan seperti timbulnya gelembung gas, timbulnya kristal dan passivasi.
e. Burp Charging
Metode ini merupakan kebalikan dari metode pulsed charged. Pengisian terjadi dengan
menggunakan pulsa negatif pada batterai.
f. Trickle charge
Metode ini dirancang untuk mengimbangi debit daripada baterai. Tingkat pengisian
disesuaikan dengan frekuensi debit baterai yang akan diisi. Metode ini tidak cocok untuk
beberapa jenis baterai yang rentan akan kerusakan akibat pengisian yang berlebihan,
misalnya NiMh dan Lithium.
Fungsi Umum Charge Controller
Proses pengisian arus listrik dengan panel surya ke baterai tidak sama dengan pengisi
baterai konvensional (battery charger) yang menggunakan listrik. Hal ini disebabkan karena
arus listrik yang dihasilkan panel suryabisa besar, bisa juga kecil tergantung dari
penyinaran/radiasi matahari. Proses pengisian akan berlangsung selama ada radiasi matahari,
tidak melihat apakah baterai tersebut sudah penuh atau belum.
Sebagaimana diuraikan diatas hal ini bisa membahayakan dan mempercepat kerusakan
baterai. Oleh karena itu, diperlukan alat yang mampu mengendalikan baik pengisian arus
listrik kedalam baterai ketika baterai sudah penuh, maupun menghentikan pengurasan listrik
dari baterai pada saat baterai telah kosong.
Pemutusan arus pengisian baterai dilakukan pada saat baterai telah terisi penuh. Hal ini
dapat dipantau (diketahui) melalui pengukuran tegangan baterai, yaitu baterai dikatakan
penuh jika tegangan baterai (untuk sistem 12V) telah mencapai sekitar antara 13,8 s/d 14,5
V. Baterai akan mengeluarkan gelembung-gelembung gas jika tegangan baterai telah
mencapai sekitar antara 14,5 s/d 15,0 V. Oleh karena itu apabila tegangan baterai teleh
mencapai sekitar 13,814,5 V, maka pengisian arus listrik tersebut harus segera diputuskan.
Pemutusan arus pengisian pada umumnya dilakukan secara elektronik oleh alat atau
sistem kontrol charge controller yang secara otomatis akan memutuskan pengisian arus listrik
jika baterai telah mencapai tegangan untuk kondisi penuh tersebut. Pemutusan arus ini adalah
untuk mencegah agar tidak terlalu sering terjadi gassing pada baterai yang akan
menyebabkan penguapan air baterai dan korosi (karatan) pada grid baterai.
b. Underdischarge
Underdischarge adalah pengurasan (pengeluaran/pelepasan) arus listrik dari baterai
secara berlebihan sehingga baterai menjadi kosong. Dapat dijelaskan lebih jauh disini yaitu
charge controller pada sistem PLTS, berbeda dengan cut-out yang ada pada mobil atau motor
dimana cut-out tidak mempunyai sistem kontrol untuk memutuskan pengeluaran arus yang
terus menerus apabila baterai telah mencapai kondisi minimum (kosong). Hal ini dapat
dimengerti tentunya karena apabila mobil tersebut hidup, maka akan selalu terjadi pengisian
arus listrik kedalam baterai oleh Dynamo Ampere sehingga baterai tidak pernah kosong
sekalipun baterai dipakai untuk menyalakan lampu, A/C, tape-radio, dan lain lain. Dalam
sistem PLTS tidak ada Dynamo Ampere dan hanya tergantung dari radiasi
matahari. Apabila baterai tersebut dipakai terus menerus untuk menyalakan beban (lampu,
tape-radio, dll) terutama pada malam hari, hal ini akan menyebabkan baterai berangsur-
angsur mulai menuju kosong dan apabila tidak ada penambahan arus listrik kedalam baterai
tersebut. Jika pemakaian beban cukup besar dan terus menerus atau tidak dibatasi baterai akan
menjadi kosong. Kondisi ini disebut sebagai underdischarge.
Untuk mencegah terjadinya underdischarge, maka digunakan alat atau sistem kontrol
elektronik pada charge controller yang secara otomatis akan memutuskan atau menghentikan
pengeluaran arus listrik dari baterai tersebut. Hal ini dapat diketahui dari tegangan baterai,
jika tegangan baterai telah mencapai sekitar11 ,4 s/d 11,7 volt. Oleh karena itu apabila
tegangan baterai teleh mencapai sekitar 11,4 11 ,7 volt, maka penggunaan arus listrik dari
baterai harus dihentikan atau hubungan beban ke baterai harus segera diputuskan. Tegangan
ini juga dikenal sebagai load disconnect voltage, yaitu tegangan dimana beban akan diputus
dari sistem.
Hal ini adalah untuk mencegah apabila baterai terlalu sering mencapai kondisi kosong
akan menyebabkan sulfasi baterai sehingga baterai akan cepat menjadi rusak.
Daerah tegangan kerja baterai adalah daerah tegangan dimana sistem PLTS masih
mampu menyalakan beban. Untuk Sistem tegangan 12 V, maka daerah tegangan kerja baterai
adalah antara 11,4 V-14 ,5 V.
Biasanya dalam pemakaian sehari-hari harus diusahakan agar pemakaian beban jangan
sampai menyebabkan tenganan baterai mencapai 11 ,4 V, karena apabila mencapai titik
tegangan tersebut, beban akan segera dimatikan secara otomatis. Untuk pemakaian beban
sehari-hari sebaiknya lihat contoh cara pemakaian beban seperti yang disajikan pada
perancangan sistem
Adapun grafik turun dan naik tegangan baterai terhadap pemakaian beban dan
pengisian arus listrik melalui panel surya dapat digambarkan seperti gambar berikut.
Hubung singkat terjadi akibat adanya hubungan langsung antara polaritas positif (+)
dengan polaritas negatif (-) dari suatu sumber tegangan. Dalam hal ini terminal positif beban
dan terminal negatif beban pada charge controller juga merupakan suatu sumber tegangan
yang akan mensuplai daya listrik ke beban.
Kemungkinan hubung singkat tersebut dapat saja terjadi akibat terhubungnya terminal
positif dan negatif beban pada charge controller melalui suatu benda logam yang bersifat
sebagai konduktor atau mungkin juga terjadi hubungan langsung antara kabel positif dengan
kebel negatif pada kabel yang menuju beban. Pada kondisi hubung singkat ini terjadi arus
yang sangat besar, maka apabila charge controller tidak dilindungi dengan proteksi hubung
singkat, tentunya akan terjadi kerusakan pada komponen elektronik yang ada didalam charge
controller tersebut.
Untuk sistem yang sederhana perlindungan hubung singkat ini dapat dilakukan dengan
menggunakan sikring pengaman (fuse), tetapi untuk sistem yang di dalamnya terdapat
komponen elektronik yang sensitif sekali terhadap pengaruh arus hubung singkat maka
diperlukan suatu rangkaian elektronik khusus yang mampu memberi perlindungan terhadap
terjadinya hubung singkat.
Pada umumnya rangkaian elektronik untuk proteksi hubung singkat ini adalah sama
dengan rangkaian elektronik untuk proteksi arus beban lebih. Untuk charge controller yang
mempunyai kapasitas arus output maksimum yang cukup besar, kejadian hubung singkat
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKITAN PENGUJIAN CHARGE CONTROLLER DAN
SEMESTER VI
DAN PENYALURAN STL INVERTER
harus dihindari secepat mungkin, karena apabila hubung singkat ini kejadiannya cukup lama,
maka ada kemungkinan komponen elektronik yang ada didalam charge controller rusak juga.
e. Proteksi Polaritas
Polaritas terbalik dapat terjadi pada Terbaliknya hubungan antara panel surya dengan charge
controller, Terbaliknya hubungan antara baterai dengan charge controller. Terbaliknya
hubungan antara charge controller dengan beban.
Charge controller biasanya mempunyai perlindungan terhadap kerusakan sebagai
akibat terjadinya polaritas terbalik untuk hubungan panel surya-charge controller (butir 1)
dan polaritas terbalik untuk hubungan bateraicharge controller (butir 2), sedangkan untuk
hubungan charge controllerbeban, proteksi polaritas terbaliknya berada pada beban yang
bersangkutan.
Inverter
Inverter didalam PLTS berfungsi untuk mengubah arus searah (direct current DC) yang
dibagkitkan oleh sistem modul fotovoltaik dan baterai menjadi arus bolak balik (alternating
current AC), sehingga PLTS dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik
sebagaimana disediakan oleh pembangkit konvensional (diesel genset dan PLN). Berdasarkan
bentuk gelombang yang dihasilkan, inverter diklasifikasikan menjadi 3
macam:
a. Gelombang Kotak
Efisiensi konversi pada square wave inverter (inverter gelombang kotak) dapat
dikatakan tinggi (dapat mencapai 98%) dan pada umumnya sangat murah. Tetapi,
inverter jenis ini tidak direkomendasikan untuk peralatan yang menggunakan motor
listrik, karena tidak efisien, sering menimbulkan bunyi dan menyebabkan motor
panas.
b. Kotak Termodifikasi
Jenis inverter yang sering digunakan dan dipasarkan adalah inverter yang
menghasilkan gelombang bentuk kotak yang dimodifikasi. Disamping harganya
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKITAN PENGUJIAN CHARGE CONTROLLER DAN
SEMESTER VI
DAN PENYALURAN STL INVERTER
yang relatif murah juga efisiensinya yang masih mendekati inverter gelombang
kotak.
Meskipun demikian, inverter jenis ini bisa menimbulkan noise yang bisa
menganggu sebagian peralatan elektronik. Bahkan sama sekali tidak berfungsi jika
digunakan untuk peralatan yang menggunakan fungsi timer seperti charger baterai,
light dimmer, dsb.
Peralatan yang mampu menggunakan inverter jenis ini misalnya: komputer, bor dan
gergaji listrik, microwave, kulkas, kipas angin, pompa, dan beberapa beban motor
kecil lainnya
c. Sinus Murni
Inverter jenis ini mampu menghasilkan listrik yang sama dengan listrik jaringan
PLN yang tentunya lebih handal dan tidak menghasilkan gangguan noise. Bahkan
kualitasnya seringkali lebih baik dari listrik PLN. Hal ini membuatnya cocok untuk
peralatan elektronik yang sensitif, termasuk charger baterai, motor dengan kecepatan
bervariasi,.
Didalam PLTS penggunaan inverter dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu:
c. Inverter Khusus
Inverter untuk aplikasi khusus pada dasarnya merupakan suatu inverter yang dirancang
untuk suatu aplikasi spesifik atau diintegrasikan kedalam suatu sistem pemakaian. Inverter
untuk aplikasi spesifik yang utama adalah inverter yang dirancang untuk keperluan
penggerak pompa air. Inverter ini tidak menggunakan baterai, sehingga inverter langsung
menghubungkan Panel Surya langsung ke pompa air (direct coupling).
Selain itu inverter yang di integrasikan dengan peralatan sedemikian rupa sehingga
peralatan AC tersebut dapat langsung bekerja dengan tegangan DC. Pemakaian terbanyak untuk
jenis inverter ini adalah untuk keperluan catudaya lampu neon (tubular lamp TL).
+ - A
DC Amperm eter
Solar
Charger Controller V
Cell DC
Voltmeter
+ -
+ -
A DC Amperm eter
V
DC
Voltmeter
+ -
A + A
DC Ampermeter
DC Ampermeter
+
V Inverter V DC
DC
-
Voltmeter Voltmeter
V. Prosedur Percobaan
a. Charger Controller
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat dan bahan sesuai dengan gambar percobaan, pilih panel
monochrystal untuk percobaan pertama.
3. Memastikan baterai dalam keadaan Low atau kosong.
4. Melakukan pengisian dengan menyalakan sumber cahaya.
5. Melakukan pengukuran dan mencatat tegangan pada saat lampu DC menyala
dengan sendirinya sebagai load reconnect voltage.
6. Mencatat tegangan maksimum pengisian (Over Charger) baterai saat lampu
control baterai pada charger controller berwarna hijau dan berkedip.
7. Setelah keadaan maksimum pengisian diperoleh, melakukan pengurasan
tegangan DC sampai lampu DC padam sendirinya. Mencatat tegangan pada
baterai sebagai under dischargevoltage/ load disconnect voltage.
8. Mengurangi langkah percobaan 3-7 untuk panel polychirstal.
b. Inverter
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat dan bahan sesuai dengan gambar percobaan, pilih panel
monochrystal untuk percobaan pertama.
3. Memeriksa kodisi baterai, usahakan baterai dalam keadaan full.
4. Memeriksa name plate beban R tidak melampaui kemampuan inverter.
5. Membawa nilai variable load kenilai maksimum
6. Menghidupkan inverter dan semua beban AC.
7. Melakukan pengukuran dan mencatat teganganDC pada baterai Arus DC baterai,
tegangan AC dari output Inverter serta arus AC beban.
8. MengOff swict setelah memperoleh data tegangan dan arus.
9. Mengulangi langkah ke 7-8 dengan mengurangi tahanan variable load, sehingga
diperoleh 4-5 data percobaaan.
10. Mengulangi langkah 3-9 untuk panel polychristal
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKITAN PENGUJIAN CHARGE CONTROLLER DAN
SEMESTER VI
DAN PENYALURAN STL INVERTER
Daftar Pustaka