Anda di halaman 1dari 97

DAFTAR ISI

1.1 PENGERTIAN TURBIN GAS ................................................................................................... 1


1.2 FUNGSI DAN PRINSIP KERJA TURBIN GAS .................................................................. 2
1.3 KONSTRUKSI TURBIN GAS ................................................................................................ 6
1.3.1 Komponen Utama Turbin Gas (Kompresor, Ruang Bakar, dan Turbin). .......................... 6
1.3.2 Kelengkapan Turbin Gas ................................................................................................ 20
1.4 EFISIENSI TURBIN GAS ..................................................................................................... 29
1.5 KLASIFIKASI TURBIN GAS............................................................................................... 30
1.6 SIKLUS PLTGU (COMBINED CYCLE) .............................................................................. 31

BAB II TURBIN UAP (STEAM TURBINE).................................................................................. 33


2.1 PENGERTIAN STEAM TURBINE ..................................................................................... 33
2.2 FUNGSI DAN PRINSIP KERJA STEAM TURBINE ........................................................ 33
2.3 INSTALASI STEAM TURBINE ........................................................................................... 34
2.3.1 Siklus Pembangkit Sederhana (Rankine Cycle). .............................................................. 34
2.3.2 Siklus Pembangkit Kompleks ......................................................................................... 35
2.4 KONSTRUKSI STEAM TURBINE ..................................................................................... 39
2.4.1 Komponen Utama Steam Turbine .................................................................................... 39
2.4.2 Kelengkapan Steam Turbine ............................................................................................ 43
2.4.3 Alat-Alat Bantu Steam Turbine........................................................................................ 63
2.5 SISTEM-SISTEM TERKAIT STEAM TURBINE .............................................................. 74
2.5.1 Feed Water System. .......................................................................................................... 74
2.5.2 Condensate Pump............................................................................................................. 75
2.5.3 Cooling Water System (Sea Water) ................................................................................ 79
2.6 OPERASI STEAM TURBINE ............................................................................................... 80

2.6.1 Cold Start Up (Start Dingin). ........................................................................................... 80


2.6.2 Warm II Start Up (Start Hangat) ..................................................................................... 84
2.6.3 Warm I Start Up (Start Hangat) ...................................................................................... 86
2.6.4 Hot Start Up ................................................................................................................... 88
2.6.5 Very Hot Start Up .......................................................................................................... 89
2.7 GANGGUAN-GANGGUAN PADA STEAM TURBINE .................................................... 90
2.8 EFISIENSI STEAM TURBINE ............................................................................................. 91
2.9 MAINTENANCE/ PERAWATAN STEAM TURBINE ...................................................... 93
2.9.1 Preventive Maintenance................................................................................................... 93
2.9.2 Predictive Maintenance ................................................................................................... 94
2.9.3 Corrective Maintenance................................................................................................... 95
2.9.4 Proactive Maintenance .................................................................................................... 95
LAMPIRAN

BAB I
TURBIN GAS

1.1. PENGERTIAN TURBIN GAS


Turbin gas/ Gas-turbine adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai fluida untuk
memutar turbin dengan memanfaatkan kompresor dan mesin pembakaran internal. Di dalam turbin gas,
energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik melalui ud
udara
ara bertekanan yang memutar sudu
turbin sehingga menghasilkan daya. Sistem turbin gas terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
kompresor, ruang bakar dan turbin.

Gambar 1.1 Sistem Turbin Gas


Turbin gas digunakan sebagai penggerak generator listrik. Agar turbin dapat berputar,
dibutuhkan beberapa komponen yang lain. Turbin gas merupakan serangkain komponen yang dirangkai
menjadi kesatuan yang dinamakan siklus brayton.. Siklus ini terdiri dari kompresor, combuster, dan
turbin.
Agar turbin gas dapat beroperasi dengan baik dan seefisien mungkin, turbin gas diperlukan
peralatan-peralatan lain seperti lubrication system, control system, cooling system, fuel system, dan
lain-lain.
Pada pembangkit listrik, turbin gas tidak hanya digunakan untuk menggerakkan generator
listrik. Akan tetapi turbin gas ini juga digunakan sebagai pemanas ada HRSG ((Heat
Heat Recovery Steam

Turbin

Generator). Temperatur pada sisi exhaust turbine masih cukup tinggi.


ggi. Apabila gas sisa dari turbin gas
dibuang ke atmosfir akan sia-sia.

1.2. FUNGSI DAN PRINSIP KERJA TURBIN GAS


Dalam aplikasinya, turbin gas tidak dapat bekerja tanpa komponen kompresor dan ruang
bakar/combuster.. Ketiga komponen tersebut membentuk siklus yyang
ang dikenal dengan nama Siklus
Brayton. Fungsi
ungsi dan prinsip kerja dari siklus ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar1.2 Skema Turbin Gas


Turbin gas pada kondisi ideal memanfaatkan gas bertekanan yang didapat dari udara atmosfir
yang

dimampatkan

dengan

menggunakan

kompresor

pada

kondisi

isentropik

(reversibel

adiabatik/entropi konstan). Udara yang bertekanan tinggi ini kemudian dibakar dalam ruang bakar
pada tekanan tetap. Dari ruang bakar, gas yang sudah dibakar bersama dengan bahan bakar

Turbin

diekspansikan ke turbin sebagai penggerak beban generator. Apabila digambar dalam diagram
d
P-V dan
T-S,, siklus turbin gas akan terlihat seperti gambar dibawah ini:

Gambar 1.3 Diagram P


P-V dan T-S Turbin Gas Ideal
proses 1-2

: Proses pemempatan udara secara isentropik dengan menggunakan kompresor

proses 2-3

: Pemasukan
emasukan bahan bakar pada tekanan konstan. Pemasukan bahan baker ini dilakukan
di dalam combuster

proses 3-4

: Proses ekspansi
kspansi gas hasil pembakaran (dari combuster). Ekspansi gas panas hasil
pembakaran dilakukan pada turbin. Ekspansi dilakukan dalam kondisi
kondis isentropik.

proses 4-1

: Proses pembuangan panas pada tekanan konstan


konstan.

Pada proses pemampatan udara (proses 1-2),


2), secara termodinamika kompresor membutuhkan
kerja sebesar selish entalpi antara inlet kompresor dengan exhaust kompresor. Pada combuster (proses
2-3)
3) terjadi pemasukan kalor dari pembakaran bahan bakar bersama
bersama-sama
sama dengan udara yang
dimampatkan. Sedangkan pada proses ekspansi pada turbin (proses 33-4),
4), gas hasil pembakaran
digunakan sebagai tenaga untuk memutar sudu-sudu pada rotor turbin. Rotor yang berputar ini akan
memutar poros/shaft yang akan memutar poros generator. Generator inilah yang akan membangkitkan
listrik. Isentropik merupakan kondisi entropi yang terjadi konstan.
Secara matematis kerja dan panas yang dihasilkan atau dilepask
dilepaskan
an pada siklus brayton
dituliskan sebagai berikut.

Turbin

Kerja yang dilakukan kompresor

Kalor yang diberikan pada Combuster

Kerja yang dihasilkan turbin

Wc= ma (h2-h1).
Qc= (ma+mf)(h3-h2)
Wt= (ma+mf)(h3-h4)

dimana ma adalah massa dari udara dan mf adalah massa bahan bakar.
Namun pada aplikasi di lapangan, siklus secara ideal ini sangat sulit tercapai. Entropi akan naik
dan tekanan akan turun. Apabila dinyatakan dalam T
T-ss dan diagram akan terlihat seperti gambar
berikut:

Gambar 1.4 Diagram T


T-S Turbin Gas Aplikasi
Pada kenyataannya, tidak
ak ada proses yang selalu ideal. Tetap
etap terjadi kerugiankerugian
kerugian

yang

dapat

menyebabkan

turunnya

daya

yang

dihasilkan

oleh

turbin

gas

dan berakibat pada menurunnya performansi turbin gas itu sendiri jika dibanding dengan kondisi ideal.
ideal
Kerugian-kerugian
kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas. Sebabsebab terjadinya kerugian antara lain:

Adanyaa gesekan fluida yang menyebabk


menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (pressure
(
losses)) di ruang bakar.

Adanya kerja yang berlebih waktu proses kom


kompresi
presi yang menyebabkan terjadinya
terjadin
gesekan antara bantalan turbin dengan angin.

Turbin

Prinsip Kerja Kompresor


Kompresor yang biasanya dipakai pada turbin gas adalah axial
al compressore dan centrifugal
compressore. Pada axial compressore
compressore, bentuk dari sudu-sudu
sudu rotor mendekati bentuk dari airfoils.
Secara global kompresor bekerja dengan cara menyedot udara kemudian mendorong udara ini ke sudu
tetap. Pada sudu tetap ini, bentuknya
uknya menyerupai bentuk dari difusor. Difusor ini berfungsi untuk
memperbesar tekanan dan menurunkan kecepatan dari udara (prinsip bernoully aparatus).

Prinsip Kerja Combuster


Dari kompresor,, udara bertekanan dibawa ke ruang bakar ((combuster). Di ruang
ru
bakar, udara
bertekanan dibakar bersama dengan fuel/bahan bakar. Bahan bakar yang umum dipakai dalam ruang
bakarr ini adalah gas alam (natural gas). Selain gas alam, bahan bakar yang biasa dipakai sebagai bahan
bakar adalah fuel oil/ minyak (den
(dengan efisiensi tinggi). Bahan bakar yang dibakar berfungsi untuk
menaikkan temperatur. Combuster didesain untuk menghasilkan campuran, pengenceran dan
pendinginan sehingga gas yang keluar dari ruang bakar merupakan temperatur rata-rata dari campuran.
Panjang dari ruang bakar didesain dengan mempertimbangkan waktu dan tempat yang cukup untuk
bahan bakar bisa terbakar sempurna dan memudahkan pemantik untuk membakar bahan bakar menjadi
lebih mudah. Desain ruang bakar juga mempertimbangkan masalah residu pembakaran. Desain ruang
bakar harus mempertimbangkan bagaimana mereduksi gas NOx.

Prinsip Kerja Turbin


Pada turbin gas, temperature and preassure drop,, dikonversi diubah menjadi energi mekanik.
Konversi
rsi energi berlangsung dalam dua tahap. Pada bagian nosel, gas panas mengalami proses
ekspansi. Sedangkan energi panas diubah menjadi energi kinetik.
Hampir 2/3 dari kerja yang dibutuhkan dari siklus ini diperlukan untuk menggerakkan
kompresor. Oleh karena itu, kerja output dari turbin, dipakai untuk menggerakkan poros penggerak
peng
beban, hanya mempresentasikan 1/3 dari kerja siklus.
Pada turbin, khususnya pada 1st stage, yang menggerakkan bucket dan disc, harus mampu
menahan temperatur yang cukup ekstrim (2200F/ 1204C). Temperatur yang sangat tinggi ini juga
bercampur dengan kotoran/ kontaminan dari udara dan bahan bakar sehingga sangat rawan terkena
korosi. Kontaminasi ini sangat sulit untuk dikontrol,sehingga dibutuhkan bahan paduan/alloys
paduan/
dan

Turbin

proses coating yang cukup bagus untuk melindungi material dari korosi dan memaksimalkan umur dari
komponen ini.

1.3. KONSTRUKSI TURBIN GAS


1.3.1. Komponen Utama Turbin Gas (Kompresor, Ruang Bakar, dan Turbin).
1.3.1.1. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap udara dari atmosfir dan memampatkannya. Udara
bertekanan juga berfungsi untukk pendinginan temperatur pada turbin gas. Kompresor yang biasanya
dipakai pada turbin gas adalah axial compressore dan centrifugal compressore.
compressore Pada axial
compressore, bentuk dari sudu-sudu
udu rotor mendekati bentuk dari airfoils. Kompresor ini menyedot
udara kemudian mendorong udara ini ke sudu tetap. Pada sudu tetap ini, bentuknya menyerupai bentuk
dari difusor. Difusor ini berfungsi untuk memperbesar tekanan dan menurunkan kecepatan dari udara
(prinsip bernoully aparatus).
Pada Centrifugal Compressor
Compressor,, udara masuk melalui pusat/tengah dari sudu putar impeller.
Putaran dari sudu gerak pada impeller ini menimbulkan gaya sentrifugal. Akibat dari gaya sentrifugal
ini, udara dibawa ke stationaryy diffuser dengan kecepatan yang sangat tinggi. Fungsi dari stationary
diffuser ini sama dengan axial compressor
compressor, yaitu memperbesar
mperbesar tekanan. Bentuk dari sudu-sudu pada
kompresor harus bersih dan sepresisi mungkin dengan efisiensi 90%. Sudu yang kotor dapat
menurunkan performa dari kompresor
sor ini.
a. Kompresor axial
Dinamakan kompresor axial karena udara mengalir paralel terhadap sumbu rotor.
rotor Selama proses
kompresi berlangsung, udara melalui satu susunan yang terdiri dari beberapa tingkat. Tiap tingkat
terdiri dari satu baris sudu gerak yang terpasang pada rumah kompresor. Kompresor aliran axial bisa
mencapai 15 stage untuk mencapai tekanan operasi yang diinginkan.
Kompresor axial merupakan kompresor dimana aliran memasuki kompresor pada arah
ar axial
(axial direction), termasuk di dalam kompresor aliran yang kontinyu dan merupakan jenis Dynamic
Compressor. Kompresor axial kebanyakan digunakan pada turbin gas, khususnya pada turbin gas
dengan daya di atas 2,5 MW.

Turbin

Gambar 1.6 Kompresor Aksial


Pada turbin gas aliran ini akan terus mengalir pada arah axial sampai keluar dari turbin. Fluida
kerja yang mengalir pada kompresor axial pada awalnya mengalami percepatan (acceleration)
(
kemudian mengalami perlambatan sehingga menghasilkan kenaikan tekanan tertentu. Fluida kerja ini
mengalami percepatan pada saat melalui sudu gerak ((rotor blade ) dan mengalami perlambatan
(diffusing)) pada saat melalui sudu diam ((stator blades).
). Stator mengkonversikan kenaikan kecepatan
yang dialami pada saat melalui rotor m
menjadi kenaikan tekanan. Pada gambar 1.7 ditunjukkan sudu
gerak dari kompresor axial.

Gambar 1.7 Sudu Gerak Kompresor Aksial

Turbin

Sebuah kompresor axial terdiri dari beberapa tingkat ((stage).


). Kombinasi antara sebuah rotor dan
sebuah stator merupakan satu tingkat kompresor axial. Sebelum memasuki rotor pada tingkat pertama,
aliran fluida melalui Inlet Guide Vane (IGV) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida pada
sudut tertentu. Begitu juga ketika fluida menginggalkan stator pada tingkat terakhir terdapat Exit Guide
Vanes (EGV) yang berfungsi untuk mengontrol kecepatan aliran fluida ketika memasui ruang bakar
(combustor).
Pada saat udara melalui beberapa stage kompresor maka udara akan mengalami
engalami perubahan tekanan,
perubahan temperatur, enthalpy,, dan perubahan kecepatan. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan
skema sebuah kompresor axial beserta variasi tekanan, temperatur dan kecepatannya

Gambar 1.8 Variasi Temperatur, Kecepatan, dan Tekanan melalui Kompresor Aksial

Pada kompresor sendiri terdapat beberapa bagian, yaitu:


 Compressor Rotor Assembly

Merupakan bagian dari kompresor axial yang berputar pada porosnya. Rotor ini memiliki beberapa
tingkat sudu yang mengkompresikan
ompresikan aliran udara secara axial dari 1 atm menjadi beberapa kalinya
(sesuai dengan tingkat sudu), sehingga diperoleh udara yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun
dari wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu
sudu-sudu
sudu yang disusun kosentris di sekeliling sumbu rotor.

Turbin

rotor

 Compressor Stator.

G
Gambar 1.9 Rotor Gas Turbine

Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari:

Inlet Casing,, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan udara masuk ke inlet bellmouth
dan selanjutnya masuk ke inlet Guide Vane.

Forward Compressor Casing


Casing,, bagian casing yang didalamnya terdapat empat stage kompresor
blade .

Aft Casing,, bagian casing yang didalamnya terdapat compressor blade tingkat 5-10.
5

Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi sebagai tempat keluarnya udara
yang telah dikompresi.

Gambar 1.10 Kompressor Stator

Turbin

b. Kompresor sentrifugal

Gambar
ambar 1.11 Kompresor Sentrifugal
ompresor sentrifugal digunakan untuk turbin gas yang berukuran relatif kecil.
kecil Kompresor
Kompresor
sentrifugal ini terdiri dari impeler yang tersimpan dalam suatu rumah yang berisi difuser. Udara
disedot ke dalam pusat impeller yang berputar dengan cepat. Dari impeller, udara berputar
melewati semacam difusor. Pada dif
difusor
usor akan terjadi penurunan kecepatan (energi kinetik) dan
kenaikan tekanan sehingga udara termampatkan (tekanan tinggi). Impeller pada kompresor
sentrifugal mempunyai masukan udara tunggal dan ganda. Kompresor dengan pemasukan udara
ganda menaikkan kapasitas
tas aliran
aliran.

Gambar 1.12 Kondisi Udara pada Diffuser

Turbin

10

Gambar di atas menunjukkan kondisi dari tekanan dan kecep


kecepatan
tan mulai udara masuk sampai
melewati difuser. Terlihat bahwa kondisi udara saat melewati difusor mengalami kenaikan
tekanan
an dan kecepatan mengalami penurunan.

Gambar 1.13 Udara Melewati Difuser

Bagian-bagian
bagian utama dari kompresor sentrifugal

Casing
Casing merupakan bagian paling luar kompresor yang berfungs
berfungsi untuk:
1. Sebagai pelindung terhadap pengaruh mekanik dari luar.
2. Sebagai pelindung dan penumpu/pendukung dari bagian
bagian-bagian
bagian yang bergerak.
3. Sebagai tempat kedudukan nozel suction dan discharge serta bagian diam lainnya.

Gambar
ambar 1.14 Casing Kompresor Sentrifugal

Turbin

11

Inlet Wall
Inlet wall adalah diafram (dinding penyekat) yang dipasang pada sisi suction sebagai inlet

channel dan berhubungan dengan inlet nozle


nozle. Karena berfungsi sebagai saluran gas masuk pada stage
pertama, maka meterialnya haruss tahan terhadap abrasive dan erosi.

Gambar 1. 15 Inlet Wall

Guide Vane
Guide Vane di tempatkan pada bagian depan eye impeller pertama pada bagian suction (inlet

channel). Fungsi utama Guide Vane adalah mengarahkan aliran agar gas dapat masuk impeller dengan
distribusi yang merata. Konstruksi vane ada yang fixed dan ada yang dapat diatur
atur (movable) posisi
sudutnya dengan tujuan agar operasi kompresor dapat bervariasi dan dicapai effisiensi dan stabilitas
stab
yang tinggi.

Gambar 1. 16 Guide Vane

Turbin

12

Impeller
Impeller berfungsi untuk menaikan kecepatan gas dengan cara berputar, sehingga menimbulkan

gaya. Hal ini menyebabkan gas masuk/mengalir dari inlet tip (eye impeller) ke discharge tip.
tip Karena
adanya perubahan jari-jari
jari dari sumbu putar antara tip sudu masuk dengan tip sudu keluar maka terjadi
kenaikan energi kecepatan.

Gambar 1. 17 Impeller

Bantalan (Bearing)
Bearing adalah bagian internal kompresor yang berfungsi untuk mendukung beban radial dan

axial yang berputar dengan tujuan memperkecil gesekan dan mencegah kkerusakan
erusakan pada komponen
lainnya. Pada kompresor sentrifugal
ugal terdapat dua jenis bearing.
Pada siklus turbin gas,, terdapat Air Inlet Section yang berfungsi untuk menyaring kotoran/ debu
sebelum masuk ke dalam kompresor. Bagian-bagian pada Air Inlet Section adalah:
a. Air Inlet Housing, merupakan
erupakan tempat udara masuk dimana di dalamnya tedapat peralatan pembersih
udara.
b. Inertia Separator, berfungsi
erfungsi untuk membersihkan debu
debu-debu atau partikel-partikel
partikel yang terbawa
besama udara yang disedot.
c. Pre-Filter, penyaring
enyaring udara awal yang dipasang pada inlet house.
d. Main Filter, merupakan
erupakan penyaringan utama yang tedapat pada inlet ho
house,
use, udara yang telah
melewati penyaring ini masuk ke dalam kompresor axial.
e. Inlet Bellmouth, berfungsi
erfungsi untuk membagi udara agar merata pada saat memasuki ruang kompresor.
f. Inlet Guide Fan, merupakan blade yang berfungsi sebagai pengatur jumlah udara yang masuk agar
sesuai dengan yang diperlukan.

Turbin

13

1.3.1.2. Ruang Bakar/Combuster


Udara yang telah dimampatkan dari kompresor kemudian dialirkan menuju ruang bakar. Di
dalam ruang bakar terdapat beberapa komponen yang berfungsi untuk menyalakan api pembakaran
(nosel dan ignition/pemantik). Bahan bakar yang diinjeksikan pada ruang bakar berkisar anara 25%25%
35% dari udara yang masuk (kondisi stoikiometri)
stoikiometri). 3 jenis
nis ruang bakar yang biasa dipakai
dipa
adalah tipe
tubular, tubo annualar, dan annular. Dari ketiga tipe ini meskipun desainnya berbeda, namun secara
umum terbagi menjadi 3 zona, yaitu : Recirculation zone, Burning zone dan Dilution zone.
zone

Gambar 1. 18 Combuster Tipe Annular

Turbin

14

Gambar 1. 19 Combuster Tipe Annular

Pada recirculating zone, tidak semua bahan bakar terbakar. B


Bahan
ahan bakar sebagian menguap dan
sebagian terbakar. Sisa bahan bakar yang tidak terbakar akan dibakar seluruhnya pada burning zone.
Diluting zone berfungsi sebagai tempat tr
transfer
ansfer panas antara udara dengan gas hasil pembakaran. Jika
ada bahan bakar yang belum sepenuhnya terbakar, maka pada zona ini akan ditambahkan udara dingin
untuk membantu proses pembakaran.
Ruang bakar turbin gas ditempatkan di samping rumah turbin, dengan
an maksud agar saluran
udara dari kompresor dan gas pembakaran menjadi pendek sehingga kerugian aliran kecil. Saluran gas
panas ditempatkan di dalam saluran udara kompresor sehingga tidak membutuhkan isolasi panas yang
khusus. Untuk menghindari gumpalan
gumpalan-gumpalan gas panas karena tidak bercampur dengan udara
segar, saluran gas dibuat dibelokan 90o dua kali sehingga gas panas dan udara bercampur dengan
de
baik,
sebelum masuk turbin (sepeti karburator pada sepeda motor).
Pengaturan kecepatan udara
ara dari kompreso
kompresor juga penting. Kecepatan
ecepatan udara yang rendah akan
mengakibatkan api merambat ke arah kompresor dan sebaliknya api akan ke luar dari ruang bakar
yang mengakibatkan ruang bakar men
menjadi dingin dan api dapat mati.. Ruang bakar harus menghemat

Turbin

15

ruang dan dipasang disekeliling sumbu tengah. Ruang bakar dengan pipa api di dalamnya masingmasing berdiri sendiri sehingga apabila salah satu ruang bakar mati yang lainnya tidak terpengaruh.
Dibagian luar ruang bakar terdapat lubang udara primer dan sekunder, nosel bahan-bakar
bahan
dan
penyalanya dan juga terdapat lubang
lubang- lubang pendingin. Di sini udara pendingin sangat penting untuk
menjaga ruang bakar dari temperatur yang terlampau tinggi sehingga gas pembakaran yang mengalir ke
turbin juga tidak terlalu tinggi.

Gambar 1. 20 Sistem Pembakaran pada Turbin Gas

Sistem pembakaran ini terdiri dari komponen


komponen-komponen yang jumlahnya bervariasi tergantung
besar frame dan penggunaan turbin gas. Komponen-komponen itu adalah :

Combustion Liners,, terdapat didalam combustion chamber yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya pembakaran.

Fuel Nozzle,, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan bakar ke dalam combustion liner.

Ignitors (Spark Plug),, berfungsi untuk memercikkan bunga api ke dalam combustion chamber
sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar.

Transition Fieces,, berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk aliran gas panas agar sesuai
dengan ukuran nozzle dan sudu
sudu-sudu turbin gas.

Cross Fire Tubes,, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua combustion chamber.

Flame Detector,, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses pembakaran terjadi.

Turbin

16

Dalam mengoperasikan combuster


combuster,, perlu diperhatikan masalah polusi. Pembakaran yang tidak
sempurna akan menghasilkan beberapa hasil pembakaran yan tidak diinginkan. Hasil
Ha dari pembakaran
yang tidak sempurna tersebut antara lain:
a. Smoke.
Smoke dapat terjadi karena bahan bakar yang dibakar terlalu kaya sehingga cara untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menyuplai udara tambahan kepada chamber.
b. Carbonmonoksida (CO)
Munculnya gas karbonmonoksida ini diakibatkan oleh pembakaran yang kurang sempurna. Hal ini
dapat diminimalisir dengan cara mengusahakan campuran udara dan bahan bakar menjadi lebih
homogen. Selain itu juga dengan meningkatkan lokal temperaturdalam chamber.
chamber
c. Nitrogen oksida (NOx)
Dapat diminimalisir dengan cara menginjeksikan steam atau udara untuk menurunkan temperatur
pembakaran. Hasil dari pembakaran ini adalah 90% NO dan 10%NO2.
Gas Nitrogen Oksida (NOx ) dan karbonmonoksida (CO) merupakan gas yang beracun. Oleh
karena itu perlu diperhatikan masalah pembakaran pada combuster ini.
Untuk mengatasi masalah emisi pada turbin gas, maka ada beberpa cara yang bisa ditempuh. CaraCara
cara tersebut antara lain :
a. Stage Combustion
Merupakan pembagian zona pembakaran pada Combuster.. Dipergunakan untuk mengurangi emisi
NOx dan smoke yang dihasilkan. P
Pada
ada stage combustion ruang bakar dibagi menjadi 2 (dua) zona.
Zona I merupakan zona persiapan campuran fuel-air. Campuran yang
g dipakai yaitu campuran miskin
bahan bakar. Zona II merupakan zona pembakaran campuran yang telah disiapkan pada zona I.
Penggunaan campuran miskin ini untuk mengurangi kadar CO, HC, dan Nox
Nox.

b. Lean Premix Preveporize (LPP)


Cara ini digunakan untuk menghin
menghindari terjadinya pembakaran droplet bahan bakar sebelum
saatnya. Dengan tidak adanya pembakaran tersebut maka temperatur flame yang dihasilkan akan
semakin tinggi. Temperatur
emperatur tinggi

inilah yang dapat meminimalkan Nox. Pada Lean Premix

Prevoperize ini pembakaran


karan terjadi dengan campuran miskin
miskin.

Turbin

17

c. Rich Burn-Quick quench-Lean


Lean burn (RQL) Combuster
Prinsipnya pada ruang bakar diinjeksikan tambahan udara. Tambahan udara tersebut menyebabkan
udara cepat bergabung (mixing) dengan bahan bakar. Apabila pencampuran berhasil, maka pembakaran
akan menjadi lebih sempurna dan emisi yang dihasilkan akan baik. Keberhasilan cara ini ditentukan
ditentu
oleh kecepatan mixing udara dengan bahan bakar tersebut.

d. Catalytic Combustor
Campuran udara bahan bakar dilewatkan melalui catalytic. Catalyst tersebut dapat membuat
pembakaran terjadi jika konsentrasi fuel yang sangat rendah. Oleh karena itu temperatur reaksi yang
dihasilkan akan rendah, mengakibatkan konsentrasi NOx yang dihasilkan juga rendah.

Bahan Bakar untuk Turbin Gas


Untuk turbin gas dengan proses sistem terbuka hanya bisa menggunakan bahan bakar yang
berbentuk cair atau gas, karena hasil proses pembakaran harus bebas dari sisa
sisa-sisa
sisa bahan bakar (abu)
yang teras dan tidak menimbulkan korosi yang diakibatkan peristiwa kimia.
Pembakaran bisa terjadi
rjadi jika terdapat 3 (tiga) unsur. 3 (tiga) unsur itu adalah bahan bakar,
oksigen, dan sumber panas (korek api, busi, dan lain
lain-lain). Pembakaran merupakan reaksi kimia antara
bahan bakar dengan oksigen. Bahan bakar merupakan senyawa hidro karbon. Selama reaksi
r
berlangsung, reaksi ini melepaskan panas. Hidrokarbon yang digunakan untuk bahan bakar ini adalah
hidrokarbon jenis meethana (CH4).
Reaksi kimia pada bahan bakar yang menggunaka natural gas adalah sebagai berikut:

Pada atmosfir, komposisi nitrogen dengan oksigen adalah 79%:21%. Terdapat 4 molekul
nitrogen dalam setiap molekul oksigen pada udara di atmosfir.. Jika kandungan nitrogen ini
diikutsertakan, maka reaksi kimia menjadi:
Pembakaran metana sebesar 1m3 akan membutuhkan 2m3 oksigen dan 8m3 nitrogen. Selama
pembakaran methana berlangsung, terjadi reaksi kimia yang lain. Reaksi ini membentuk asam nitrat.

Turbin

18

Reaksi ini mengindikasikan bahwa asam

nitrat dapat direduksi dengan mengontrol

pembentukan senyawa oksida nitrat. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi temperatur pembakaran.
Suhu pembakaran biasanya sekitar 3400
3400-3500 F (1870 - 1927C). Konsentrasi volumetris dari oksida
nitrat ini berkisar 0.01%. Konsentrasi ini akan dikurangi secara berarti jika suhu pembakaran
diturunkan. Penurunan suhuu pembakaran untuk 2800 F (1538 C) pada burner akan mengurangi
konsentrasi volumetrik oksida nitrat hingga di bawah 20 ppm (bagian per million) atau sekitar 0.002%.
Tingkat

ini

dicapai

dalam

beberapa

pembakar

dengan

menyuntikkan

noncombustible

gas (gas buang) di sekitar burner untuk mendinginkan zona pembakaran


pembakaran.
Jika bahan bakar mengandung belerang (misalnya, bahan bakar cair), asam sulfat akan menjadi
produk sampingan dari pembakaran
pembakaran. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut:

Jumlah asam sulfat tidak dapat dikurangi selama pembakaran. Pembentukan sulfat
asam dapat dihilangkan dengan menghilangkan belerang dari bahan bakar. Ada dua cara berbeda untuk
menghiklangkan sulfur dari bahan bakar yang akan dibakar.
Seperti disebutkan sebelumnya, rasio volumet
volumetrik
rik ideal udara untuk metana 10:1. Jika
sebenarnya rasio volumetrik lebih rendah dari 10:1, produk pembakaran akan mengandung karbon
monoksida. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut:

Rasio volumetrik udara turbin gas metana di dipertahankan biasanya di atas 10:1.
10:1 Dengan
demikian, karbonmonoksida
monoksida tidak menjadi masalah.

1.3.1.3.Turbin
Proses ekspansi gas pembakaran pada turbin gas terjadi pada turbin. Karena
arena terjadi perubahan
energi kinetik,

gas pembakaran

menjadi energi mekanik pada poros turbin.


t
Energi

ini

akan menggerakan kompresor


ompresor dan peralatan lainnya. Gambar di samping adalah contoh konstruksi dari
turbin. Aliran gas turbin dirancang aliran axial. Bagian dari turbin yang penting
enting adalah stator dan rotor.
rotor

Turbin

19

Stator adalah sudu tetap pada rumah turbin dan berfungsi


ungsi sebagi nosel pengarah gas pembakaran
berkecepatan tinggi ke sudu begerak. Sedangkan rotor terdiri dari sudu begerak yang terpasang pada
poros turbin. Rotor turbin bekerja pada temperatur gas pembakaran yang tinggi maka perlu
pendinginan, sehingga tidak terjadi kerusakan material turbin.
Turbin merupakan tempat terjadinya konversi energi kinetik menjadi energi mekanik yang
digunakan sebagai penggerak compresor
mpresor dan perlengkapan lainnya. Dari daya total yang dihasilkan
kira-kira 60% digunakan untuk
uk memutar kompresornya sendiri dan sisanya digunakan untuk kerja yang
dibutuhkan.
Komponen-komponen pada turbine section adalah sebagai berikut :

Turbin Rotor Case

First Stage Nozzle,, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas ke first stage turbine wheel.
wheel

First Stage Turbine Wheel,, berfungsi untuk mengkonversikan energi kinetik dari aliran udara
yang berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran rotor.

Second Stage Nozzle dan Diafragma


Diafragma,, berfungsi untuk mengatur aliran gas panas ke second
stage turbine wheel,, sedangkan diafragma berfungsi untuk memisahkan kedua turbin wheel.

Second Stage Turbine,, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik yang masih cukup besar
dari first stage turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor yang lebih besar.

1.3.2. Kelengkapan Turbin Gas


1.3.2.1 Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran pembuangan gas panas
sisa yang keluar dari turbin gas. Exhaust section terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Exhaust Frame Assembly.
2. Exhaust Diffuser Assembly
Exhaust gas keluar dari turbin gas melalui exhaust diffuser pada exhaust frame assembly,
assembly lalu
mengalir ke exhaust plennum dan kemudian didifusikan dan dibuang ke atmosfir melalui exhaust stack,
sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur dengan exhaust thermocouple dimana hasil
pengukuran ini digunakan juga
ga untuk data pengontrolan temperatur dan proteksi temperatur trip. Pada
exhaust area terdapat 18 buah thermocouple (sensor temperatur) yaitu, 12 buah untuk temperatur
kontrol dan 6 buah untuk temperatur trip.

Turbin

20

1.3.2.2.Starting Equipment
Berfungsi untuk melakukan sstart up sebelum turbin bekerja. Jenis-jenis starting
arting equipment yang
digunakan pada unit-unit turbin gas pada umumnya adalah diesel Engine, Induction Motor,
Motor dan Gas
Expansion Turbine (Starting Turbine).
1.3.2.3. Cooling System
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan udara. Udara dipakai untuk
mendinginkan berbagai komponen pada section dan bearing. Komponen-komponen
komponen utama dari cooling
system adalah:
1. Off base Water Cooling Unit
2. Lube Oil Cooler
3. Main Cooling Water Pump
4. Temperatur Regulation Valve
5. Auxilary Water Pump
6. Low Cooling Water Pressure Switch
 Turbine Blade Cooling Methode
Apabila udara pada sisi inlet dilakukan pemasan awal,maka secara keseluruhan efisiensi dari
sistem gas turbine ini akan naik. Namun dengan menaikkan temperatur udara dari sisi inlet ini maka
ketahanan bahan dari blades / sudu
sudu-sudu
sudu turbin perlu diperhatikan. Bahan yang dipilih harus tahan
beroperasi pada temperatur tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya yang berlebihan karena
pemilihan material yang mahal, maka digunakan teknik pendinginan pada turbine blades.
blade Udara untuk
mendinginkan diambil dari compressor discharge
discharge,, dialirkan ke rotor, stator, dan bagian mesin lain
la yang
membutuhkan pendinginan.
Beberapa metode yang digunak
digunakan dalam pengoperasian turbin gas adalah:
a. Convection Cooling
Merupakan suatu metode m
mengalirkan udara dingin ke dalam turbine blade

untuk

menghilangkan
kan panas yang melewati dinding. Aliran udara yang digunakan adalah aliran
radial, yang melewati berbagai jalur dari hub sampai ke tip dari blade . Metode ini merupakan
metode yang paling umum digu
digunakan pada turbin gas.

Turbin

21

b. Impingement Cooling
Metode ini merupakan pengembangan
engembangan dari convection cooling.. Udara disemprotkan di dalam
permukaan blade dengan high-velocity air jets. Hal ini meningkatkan transfer panas dari
permukaan
mukaan metal ke udara pendingin
pendingin. Kelebihan dari metode ini adalah sistemnya dapat
diterapkan hanya di tempat yang membutuhkan pendinginan lebih banyak.
c. Film Cooling
Metode ini dibuat dengan m
membuat insulating layer diantara aliran gas panas dan blade .
Metode ini juga berguna untuk melind
melindungi combustor liners dari gas panas.
d. Transpiration Cooling
Transpiration cooling dapat dicapai dengan mengalirkan udara pendingin melalui lubang pori
pada dinding blade . Aliran udara pendingin akan mendinginkan aliran gas panas secara
langsung . Metode ini
ni sangat efektif untuk temperatur yang sangat tinggi, karena seluruh bagian
blade dilewati oleh udara pendingin.
e. Water Cooling
Mengalirkan air ke dalam tube di dalam blade , dan air tersebut akan keluar pada bagian tip dari
blade dalam wujud uap. Air ha
harus
rus mengalami pemanasan awal untuk mencegah terjadinya
thermal shock. Metode ini dapat menurunkan temperatur blade hingga di bawah 1000 OF
(538C)
 Turbine Blade Cooling Designs
Ada beberapa macam desain dari blade cooling. Lima desain tersebut adalah:
a. Convection and Impingement Cooling / Strut Insert Design
Convection cooling dilakukan pada bagian midchord section melewati horizontal fins.
fins Media
pendingin keluar melalui split trailing edge
edge. Udara bergerak ke atas pada bagian central cavity
karena dibentuk oleh strut insert melalui lubang pada leading edge untuk mendinginkan bagian
leading edge dari blade

dengan impingement. Lalu udara akan masuk ke horizontal fins

diantara shell dan strut yang kemudian keluar melalui slot pada trailing edge dari blade .

Turbin

22

Gambar 1.22 Strut Insert Design


b. Film and Convection Cooling Design
Bagian midchord didinginkan secara convection.

Sedangkan pada bagian


agian leading edge

menggunakan convection dan film cooling. Udara pendingin dimasukkan pada tiga port dari
dasar blade . Udara mengalir naik dan turun melalui vertical channels dan akhirnya melewati
lubang kecil pada leading edge
edge. Udara akan mengenai permukaan bagian dalam leading edge
dan melewati lubang untuk membuat film cooling.. Udara akan keluar melalui slots untuk
un
mendinginkan trailing edge dengan convection.

Gambar 1. 23 Film and Convection Cooling Design

Turbin

23

c. Transpiration Cooling Design


Blade memiliki strut dengan shell berpori. Udara pendingin masuk ke dalam blade melalui
central plenum dari strut,, yang memil
memiliki
iki diameter permukaan lubang berbeda-beda.
berbeda
Udara
akan melewati shell berpori yang akan didinginkan dengan kombinasi convection dan film
cooling.. Metode ini menjadi efektif karena jumlah pori pada shell tidak terbatas. Tetapi pada
metode ini kemungkinan terjadi oksidasi yang akan menutup beberapa pori pada saat
dioperasikan, dan mengakibatkan cooling dan high-thermas stresses yang tidak seimbang,
sehingga kemungkinan besar terjadi kerusakan pada saat blade digunakan.

Gambar 1. 24 Transpiration Cooling Design

d. Multiple Small-Hole Design


Udara pendingin diinjeksikan melalui lubang
lubang-lubang
lubang kecil pada permukaan airfoil. Lubanglubang pada sistem ini lebih besar dari transpiration cooling,, sehingga kecil kemungkinannya
terjadi oksidasi. Sistem ini merupakan salah satu sistem terbaik yang digunakan pada turbin gas

e. Water-Cooled Turbin Blade


Terdapat beberapa water tubes (Cooper) di dalam blade . Air harus dipanaskan terlebih dahulu
sebelum masuk ke dalam blade untuk menghindari thermal shock. Air berubah menjadi gas

Turbin

24

pada saat mencapai tip dari blade , kemudian gas ini diinjeksikan menjadi aliran gas.
gas
Keuntungan : temperatur inlet pada turbin dapat mencapai 3000 OF (1649 OC), temperatur blade
dapat dijaga tetap di bawah 1000

F (538

C). Keuntungan lainnya adalah tidak adanya

masalah hot-corrosion.

Gambar 1. 24 Multiple Small Hole Design Blades

Gambar 1. 25 Water Cooled Turbine Blades

Turbin

25

1.3.2.4. Fuel System.


Bahan bakar yang digunakan berasal dari fuel gas system dengan tekanan sekitar 15 kg/cm2.
Fuel gas yang digunakan sebagai bahan bakar harus bebas dari cairan kondensat dan partikel-partikel
partikel
padat. Untuk mendapatkan kondisi tersebut diatas maka sistem ini dilengkapi dengan knock out drum
yang berfungsi untuk memisahkan cairan
cairan-cairan yang masih terdapat pada fuel gas.

Gambar 1.26 Kondisi Turbin Gas pada Saat Operasi

Turbin

26

1.3.2.5. Coupling dan Accessory Gear


Berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari poros yang bergerak ke poros yang akan
digerakkan. Ada tiga jenis coupling yang digunakan, yaitu Jaw Cluth,
uth, Accessory Gear Coupling, Load
Coupling.
1. Jaw Clutch menghubungkan starting turbine dengan accessory gear dan HP turbin rotor.
2. Accessory Gear Coupling menghubungkan accessory gear dengan HP turbin rotor.
3. Load Coupling,, menghubungkan LP turbin rotor dengan kompressor beban.

1.3.2.6.Lube-oil system
Lube oil system berfungsi untuk melakukan pelumasan secara kontinu pada setiap komponen sistem
turbin gas. Lube oil disirkulasikan pada bagian -bagian utama turbin gas dan trush bearing
bearin juga untuk
accessory gear dan yang lainnya. Lube oil system terdiri dari:
1. Oil Tank (Lube Oil Reservoir)
2. Oil Quantity
3. Pompa
4. Filter System
5. Valving System
6. Piping System
7. Instrumen untuk oil
Lube oil system berfungsi untuk melakukan pelumasan secara kontinu pada setiap komponen sistem
turbin gas. Lube oil disirkulasikan pada bagian
bagian-bagian
bagian utama turbin gas dan trush bearing juga untuk
accessory gear dan yang lainnya. Lube oil system terdiri dari Oil Tank (Lubee Oil Reservoir), Oil
Quantity, Pompa, Filter System, Valving System, Piping System
System,, Instrumen untuk oil. Pada turbin gas
terdapat tiga buah pompa yang digunakan untuk mensuplai lube oil guna keperluan lubrikasi, yaitu:
1. Main Lube Oil Pump,, merupakan pompa utama yang digerakkan oleh HP shaft pada gear box yang
mengatur tekanan discharge lube oil.
2. Auxilary Lube Oil Pump,, merupakan pompa lube oil yang digerakkan oleh tenaga listrik, beroperasi
apabila tekanan dari main pump turun.
3. Emergency Lube Oil Pump,, meru
merupakan
pakan pompa yang beroperasi jika kedua pompa diatas tidak
mampu menyediakan lube oil.

Turbin

27

Gambar 1.27 Alur lubrikasi dari turbin gas

Turbin

28

1.4. EFISIENSI TURBIN GAS


Salah satu cara yang digunakan untuk menentkan kondisi dari turbin gas adalah dengan
menentukan efisiensi turbin. Efisiensi turbin dapat ditentukan nilainya dengan cara kerja yang
dihasilkan dengan kalor
alor yang diberikan oleh combuster.

total = (WT - WC)/QCC


WT = (ma+ mf) (h4-h3t)
WC = ma(h2c h1)
QCC = (ma+mf) (h3cc-h2cc)
keterangan:
WT= kerja yang dilakukan oleh turbin
WC= kerja yang diberikan pada kompresor
QCC=kalor yang diberikan oleh combuster
combuster/combustion chamber
ma= massa dari air/udara
mf=massa fuel/bahan bakar
h1=entalpi dari pada sisi inlet kompresor
h2c=entalpi sisi outlet kompresor
h2cc=entalpi sisi inlet combuster
h3cc= entalpi pada sisi outlet combuster
h3t= entalpi sisi inlet turbin
h4=entalpi pada sisi outlet turbin.
Untuk mendapatkan nilai entalpi, dapat dilihat pada diagram mollier atau tabel termodinamika

Turbin

29

Gambar 1. 28 Contoh Diagram Mollier yang Dinyatakan dalam Entalpi-Entropi


Entalpi
1.5. KLASIFIKASI TURBIN GAS
a. Turbin Gas Siklus Terbuka (Open
Open Cycle)

Gambar
ambar 1. 29 Turbin Gas Siklus Terbuka
Udara segar pada kondisi ambient (atmosfir) disedot ke dalam kompresor, dimana terjadi
peningkatan suhu dan tekanan . Udara bertekanan tinggi diproses di dalam ruang pembakaran,
dimana bahan bakar dibakar pada tekanan konstan. Gas temper
temperatur
atur tinggi yang dihasilkan
kemudian masuk turbin, di mana gas temperatur tinggi dan bahan bakar dibakar pada tekanan
atmosfer terbuka. sehingga menghasilkan tenaga.Gas buang yang dihasilkan turbin dibuang keluar
(tidak disirkulasikan kembali), menyebabkan siklus harus diklasifikasikan sebagai siklus terbuka.

Turbin

30

b. Turbin Gas Siklus Tertutup (Closed


Closed Cycle)
Cara kerja turbin gas siklus tertutup, secara keseluruhan hampir sama dengan siklus terbuka.
Pada proses kompresi dan ekspansi tetap sama. Akan tetapi proses Pembakaran digantikan oleh
masukan Kalor tekanan konstan dari sumber eksternal dan pembuangan digantikan oleh
pembuangan kalor pada tekanan konstan pada suhu ambient.

Gambar 1.30 Turbin Gas Siklus Tertutup


Perbedaan dari kedua tipe ini adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas siklus
terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang ke udara atmosfir, sedangkan untuk siklus
tertutup akhir ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk kembali ke dalam pros
proses
es awal.

1.6. SIKLUS PLTGU (COMBINED


COMBINED CYCLE
CYCLE)
Pada pembangkit listrik,, beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) digabungkan dengan
Pembangkit Listrik Tnaga Uap (PLTU). Siklus ini dinamakan siklus gabungan/Combined Cycle atau
lebih dikenal masyarakat dengan PLTGU, Pembankit Listrik Tenaga Gas dan Uap. Secara global,
konsep dari PLTGU adalah memanfaatkan gas panas dengan temperatur cukup tinggi untuk
dimanfaatkan embali untuk memanaskan HRSG ((Heat
Heat Recovery Steam Generator).
Generator Pemanfaatan gas
panas ini adalah dengan
engan mnutup gas buang dari turbin gas. Kemudian dialirkan menuju cerobong gas
turbin. Temperatur gas buang dari turbin gas ini 500C.
Air yang dimasukkan ke dalam HRSG tentunya merupakan air yang sudah memenuhi kriteria
yang sudah ditentukan untuk melew
melewati serangkaian proses pembangkit listrik. Dengan dialirkannya gas
buang dari turbin gas ke dalam HRSG akan menyebabkan tebentuknya uap. Uap yang dihasilkan oeh
HRSG mempunyai tekanan dan tempeatur tertentu sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.
Kemudian sama seperti siklus pada PLTU, uap yang terbentuk pada HRSG dialirkan ke turbin uap

Turbin

31

untuk menggerakkan poros yang dikopel dengan generator listrik. Generator listrik inilah yang
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik dengan mengguna
menggunakan
kan konsep Gaya Gerak
Listrik Induksi (GGL Induksi).
Uap yang digunakan untuk memutar poros turbin kemudian diekspansikan ke kondensor. Pada
kondensor, uap yang keluar dari turbin dikondensasikan/diembunkan menjadi air kondensat.
Kondensor dilengkapi dengan
gan ejector untuk memvakumkan kondenseor untuk mempercepat proses
kondensasi. Air kondensat kemudian dipompakan ke dalam HRSG dengan menggunakan pompa
kondensat dan pompa pompa pengisi HRSG yang energi panasnyadiambil dari auxiliary steam. Hal ini
perlu dilakukan
lakukan agar idak terjadi perbedaan temperatur yang besar antara temperatur air dalam HRSG
dengan temperatur air yang akan masuk ke dalam HRSG, sehingga bebab yang dialami HRSG tidak
terlalu besar.

Gambar 1.31 Alur Proses Produksi PLTGU Gresik

Walaupun dalam siklus tertutup, karena terjadi water loss (kehilangan air) pasti akan terjadi
kekurangan air kalau tidak dilakukan penambahan air. Air penambah (Make
Make Up Water)
Water ditambahkan
melalui kondensor.

Turbin

32

BAB II
TURBIN UAP (STEAM TURBINE)

2.1. PENGERTIAN STEAM TURB


TURBINE
Secara sederhana Steam Turbine
Turbine/ Steam turbine didefinisikan sebagai suatu alat yang mengubah
energi panas/kalor menjadi energi kinetik. Energi kinetik dihasilkan dari semburan uap/steam
uap/
yang
dilakukan oleh nozel yang memutar sudu/vane turbine. Sudu-sudu turbine dirancang sedemikian
s
rupa
sehingga dapat berputar dengan maksimal. Sudu
Sudu-sudu turbine berputar terhadap suatu poros/shaft.
poros/
Poros kemudian dihubungkan dengan generator untuk menghasilkan listrik.
Uap merupakan air dalam wujud gas. Apabila dinyatakan dalam diagram Moulier (temperatur(temperatur
entalpi, T-H diagram) maka akan terbentuk suatu diagram seperti di bawah ini:

Gambar 2.1. Diagram Mollier H2O


Pada gambar daerah dengan warna hijau merupakan wujud air. Daerah dengan warna kuning
merupakan daerah campuran/mixture
mixture.. Bisa juga dikatakan daerah ini merupakan daerah uap basah.
Semakin ke kanan, persentase uap semakin besar. Daerah dengan warna ungu merupakan daerah
dengan
an wujud gas. Pada daerah ini, semua air sudah berubah menjadi uap. Garis warna biru merupakan
garis saturated water/ air jenuh. pada sepanjang garis ini, semua air sudah dalam kondisi jenuh. Dengan
kata lain, air pada kondisi ini berada dalam kondisi mend
mendidih.
idih. Pada sepanjang garis merah ini, semua
uap basah sudah berubah menjadi 100% uap kering.

2.2. FUNGSI DAN PRINSIP KERJA STEAM TURBINE


Fungsi Steam Turbine secara umum adalah merubah energi panas dari uap yang bertekanan
menjadi energi kinetik. Energi kinetik dalam turbine berupa gerak melingkar/berputarnya poros yang
digerakkan oleh sudu-sudu
sudu gerak (rotor). Dalam aplikasi pada dunia pembangkit ((Power
Power Plant),
Plant turbine

Turbin

33

selalu dihubungkan dengan Boiler


Boiler/ steam generator, dan generator. Boiler sebagai penghasil uap
bertekanan, sedangkan generator sebagai penghasil listrik.

Gambar 2.2. Steam Turbine

2.3. INSTALASI STEAM TURBINE


2.3.1

Siklus Pembangkit Sederhana ((Rankine Cycle)


Siklus Rankine merupakan siklus pembangkit yang paling sederhana. Siklus ini terdiri dari 4

(empat) komponen utama, yaitu Boiler/steam generator, steam turbine , condenser , dan pompa.
Boiler berfugsi sebagai penghasil uap bertekanan yang nantinya uap ini akan diekspansikan ke
steam turbine . Steam turbine akan memutar poros yang dihubungkan dengan generator listrik. Uap
yang telah diekspansikan oleh turbine akan diembunkan/dikondensasikan di kondesor. Dari
condenser , uap yang sudah berubah wujud menjadi air, dipompakan kembali ke dalam Boiler.
Begitu seterusnya siklus ini berulang.

Turbin

34

Gambar 2.3. Skema Ranking Cycle

1 ~ 2 : Proses menaikkan tekanan air dengan Boiler Feed (BFP)


2 ~ 3 : Air bertekanan tinggi memasuki boiler,, dipanaskan pada tekanan konstan
dengan sumber panas dari luar (pembakaran bahan bakar).
3 4 : Proses expansi uap jenuh di turbine (menghasilkan kerja, ditranfer ke generator)
4 1 : Proses kondensasi (perubahan phase uap ke cair), pada tekanan & temperatur
konstan di Condensor

2.3.2.

Siklus Pembangkit Kompleks


Siklus ini merupakan modifikasi dari Rankine Cycle.. Hal ini dilakukan untuk meningkakan

efisiensi dari sikluss secara keseluruhan. Modifikasi yang dilakukan anatara lain turbine 3 tingkat
(High, Intermediate, Low Pressure Turbine)
Turbine). Untuk memaksimalkan efisiensi steam turbine , maka
pada siklus ini diberi beberapa alat bantu. Alat banti tersebut adalah:
a) Reheater
b) Feed Water Heater
c) Deaerator
d) High and Low Pressure Heater
e) Superheater

Turbin

35

Gambar 2.4. Contoh Skema Siklus Pembangkit Kompleks


Pada steam Turbine untuk menghasilkan daya dengan kapasitas yang besar, digunakan turbine
tiga tingkat (High Pressure, Intermediate Pressure, Low Pressure Turbine).

1. High Pressure Turbine(HP Turbine)


Merupakan turbine dengan tekanan besar. HP Turbine ini mengekspansikan uap yang keluar
dari superheater dengan tekanan 150kg/cm2 dan temperatur lebih dari 500C. Uap yang telah
diekspansikan dari HP Turbine ini (tekanan 40kg/cm2 dan temperatur 300C), dipanaskan
kembali pada Boiler bagian reheater (pemanasan kembali) untuk menaikkan entalpi dari uap. Uap
yang keluar dari dari reheater
heater bertemperatur 500C.

2. Intermediate Pressure Turbine (IP Turbine)


Merupakan turbine dengan tekanan sedang. IP Turbine mengekspansikan uap dari reheater
menjadi uap dengan tekanan 10kg/cm2 dengan temperatur 300C.

Turbin

36

3. Low Pressure Turbnie (LP Turbine)


`Merupakan turbine dengan tekanan rendah. Turbine ini mengekspansikan uap dari IP Turbine
dan uap yang keluar dari LP Turbine sebesar 56mmHg (vakum) dan temperatur 40C.

Gambar 2.5
2.5. Steam Turbine 3

Gambar 2.6. High Pressure Turbine

Turbin

37

Gambar 2.7. Intermediate Turbine

Gambar 2.8. Low PressureTurbine


Desain bagian exhaust dari Low Pressure Turbine dibuat menjadi 2 (dua) cabang aliran uap.
Hal ini dimaksudkan agar gaya axial dari poros turbine menjadi seminimal mungkin. Untuk
membuat gaya axial pada Steam Turbine menjadi tidak terlalu besar, pada High Pressure dan Low
Pressure Turbine susunannya
ya di
dibuat saling membelakangi.

Turbin

38

Susunan HP dan IP Turbine


saling membelakangi
Gambar 2.9. Susunan HP, IP dan LP Turbine

2.4. KONSTRUKSI STEAM TURBINE


2.4.1.

Komponen Utama Steam Turbine

a.

Sudu-Sudu Turbine / Blades


Sudu-sudu turbine didesain dengan bentuk yang seaerodinamis mungkin untuk mengurangi

losses yang mungkin terjadi akibat gaya gesek dan dapat meningkatkan kecepatan uap panas. Sudusudu (blades)) yang ada pada turbine,, biasanaya terdiri dari sejumlah silinder meliputi High

Turbin

39

Pressure Cylinder, Intermediate Cylinder


Cylinder, dan Low Cylinder. Masing-masing
masing silinder memiliki
rotor yang disangga oleh bearing
bearing/bantalan. Rotor-rotor
rotor tersebut disambung menjadi satu (termasuk
rotor generator).. Ruang antara rotor dengan casing , terdiri dari rangkaian sudu-sudu
sudu
tetap dan
sudu-sudu gerak yang disusun berselang-seling. Stator dipasang disekeliling
g bagian dalam dari
casing . Sedangkan serangkaian sudu gerak dipasang pada rotor. Apabila ke ddalam
alam turbine dialirkan
uap yang bertekanan, maka energi panas dari uap ini akan diubah menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros.
mula energi panas dalam uap diubah menjadi uap terlebih dahulu menjadi energi kinetik
Mula-mula
dengan cara melewatkan uap tersebut pada nozzles.. Uap yang berkecepatan tinggi kemudian
dialirkan ke sudu-sudu,
sudu, sehingga akan menghasilkan putaran poros. Poros yang berputar ini
kemudian digunakan untuk memutar poros generator.

Klasifikasi Sudu

Berdasarkan pada prinsip cara pemban


pembangkitan gaya gerak, sudu-sudu turbine dibedakan menjadi 2
macam , yaitu sudu impuls dan sudu reaksi. Turbine modern umumnya merupakan kombinasi dari
kedua macam sudu tersebut.
a) Sudu Impuls
Sudu-sudu
sudu tetap berfungsi sebagai nozzles sehingga uap yang melewatinya akan mengalami
peningkatan energi kinetik. Uap dengan kecepatan tinggi ini selanjutnya akan menumbuk sudusudu
sudu gerak. Tumbukan anatara uap dengan sudu
sudu-sudu
sudu gerak ini akan memutar poros turbine.
Uap yang telah menumbuk sudu
sudu-sudu
sudu gerak tersebur kemudian diarahkan untuk masuk ke
dalam sudu-sudu
sudu tetap tahap
tahap/stage berikutnya. Selama melintasi sudu gerak, tekanan dan
entalpinya tidak berubah. Pada sudu impuls, penurunan tekanan dan energi panas uap hanya
terjadi pada sudu tetap dan nozzles saja.
b) Sudu Reaksi
Pada suatu turbine dengan instalasi yang terpasang dengan kondisi 100% sudu reaksi, maka
sudu gerak hanya berfungsi sebagai nozzles sehingga uap yang melewatinya akan mengalami
peniungkatan kecepatan. Peningkatan kecepatan ini aakan
kan menimbulkan gaya reaksi yang
arahnya berlawanan dengan arah kecepatan uap. Gaya reaksi pada sudu gerak inilah yang akan
memutar poros turbine.. Uap selanjutnaya dialirkan pada sudu tetap yang berfungsi untuk

Turbin

40

mengarahkan uap ke sudu gerak tahap berikutn


berikutnya.
ya. Pada sudu yang terdiri dari 100%
reaksi,penurunan energi panas akan dan tekanan hanya terjadi pada sudu gerak. Sudut dan
desain dari sudu-sudu
sudu ini dibuat seaerodinamis mungkin agar turbine dapat berputar dengan
kecepatan desainnya dan uap mampu mengali
mengalirr dengan mulus melewati sudu tersebut sehingga
mengurangi adanya erosi (pengikisan) sampai pada tingkat seminimum mungkin.

Gambar 2.10. Skema Sudu Impuls dan Sudu Reaksi


b. Stator dan Rotor
sudu
yang diam.
Stator merupakan komponen dalam turbine yang dilengkapi dengan sudu-sudu
Fungsi dari stator adalah untuk mengubah energi potensial menjadi energi kinetik. Stator juga
berfungsi untuk mengarahkan uap ke rotor (sudu jalan turbine).
). Pada stator dilengkapi nozel untuk
menyemburkan uap panas
anas bertekanan dari Boiler.. Nozel pada sudu tetap dipasang pada casing dan
fixed.
Rotor merupakan Bagian pada turbine yang berputar. Di sekeliling rotor terdapat sudu jalan
yang berfungsi untuk mengubah energi kinetik uap menjadi energi mekanis. Rotor dipasang
bersama dengan poros penggerak.

Turbin

41

c.

Casing
Casing

berfungsi untuk melindungi proses ekspansi uap oleh turbine agar tidak terjadi

kebocoran dari dan kearah luar. Casing juga berfungsi untuk melindungi komponen-komponen
komponen
dalam turbine terhadap debu atau benda
benda-benda asing dari luar. Casing juga berfungsi sebagai
sebagai dudukan dari bearing rotor. Permukaan dalam (internal surface) dari casing harus dibuat
seefisien agar uap yang berlalu melewati casing tidak banyak losses karena permukaan
p
casing
yang tidak kurang baik. Desain dari casing juga harus mampu menjadi support dari blades/ sudu
dan nozzles pada semua stage.
Uap yang digunakan untuk menggerakkan turbine merupakan uap dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Oleh kare
karena itu casing dari steam Turbine harus tahan terhadap thermal
stress.

d. Poros/ shaft
Poros merupakan salah satu bagian dari turbine yang menjadikan rotor-rotor
rotor berbagai tingkat
turbine menjadi satu kesatuan. Poros ini juga mentransmisikan torsi rotor turbine untuk memutar
bagian dari poros generator listrik. Perlu diperhatikan saat pemasangan anatara dua poros (poros
turbine dengan poros generator) adalah saat pemasangan.. Pemasangan kedua poros harus benarbenar
benar lurus. Tidak boleh terjadi missalignment (ketidaklurusan) karena akan mengakibatkan
timbulnya vibrasi/getaran.

rotor
poros

stator

Gambar 2.11.
.11. Stator dan Rotor yang Sudah Dirangkai dengan Poros

Turbin

42

2.4.2.

Kelengkapan Steam Turbine

Agar steam turbine beroperasi dengan baik, maka dilengkapi dengan beberapa alat pelengkap.
Alat-alat
alat pelengkap tersebut meliputi:
a.

Journal dan Axial Bearing


Journal Bearing diletakkan di depan dan belakang untuk menumpu poros turbine. Sedangkan

axial bearing digunakan untuk melawan gaya axial dari poros. Aliran uap yang memutar turbine
mengakibatkan turbine bergerak ke arah axial (searah sumbu poros). Jika gerakan kearah axial ini
melewati batas yang dizinkan, maka terjadilah gesekan antar rotor turbine dengan statornya. Jarak
antara sudu tetap dan sudu jalan dibuat kecil sekali yang berguna untuk mengurangi energy loss.
Rotor didukung oleh journal bearing yang dilapisi logam putih. Kee dalam bearing tersebut
dialirkan minyak pelumas secara kontinyu untuk pendinginan dan pelumasan. Daerah pada setiap
bearing merupakan daerah yang rawan, maka pada setiap bearing juga dipasang peralatan
instrumentasi untuk mendeteksi parameter
parameter-parameter yang perlu dimonitor. Peralatan instrumentasi
yang perlu dipasang pada setiap bearing adalah:
1) indikator
kator temperatur metal atau indikator tekanan minyak pelumas balik baik untuk
penunjukan local atau remote.
2) alat ukur tekanan suplai minyak pelumas
3) alat ukur tekanan jacking oil
4) deteksi getaran
5) monitor eksentrisitas

Journal
Bearing
Gambar 2.12. Journal Bearing

Turbin

43

Gambar 2.13. Axial Bearing


b.

Main Stop Valve (MSV)


steam masuk ke HP
Merupakan valve yang membuka dan menutup aliran uap utama (main steam)

Turbine. Pada saat start up,, MSV berfungsi mengatur laju aliran uap yang masuk ke HP Turbine
dan juga sebagai proteksi saat turbine trip.

Gambar 2.14. Main Stop

MSV
Main steam

CV

HP Turbine

menuju reheater
Gambar 2.15. Skema dari MSV

Turbin

44

c.

Governor/ Control Valve


Sistem Control Valve pada turbine memiliki beberapa fungsi, yaitu:




mengatur beban turbine sesuai dengan frekuensi sistem jaringan


memungkinkan mesin untuk beroperasi secara paralel dengan mesin lain di dalam sistem
untuk mengontrol putaran turbine supaya tetap dalam putaran yang konstan.

Secara umum ada 3 macam tipe governor yang banyak digunakan, yaitu governor mekanik,
governor hidrolik, dan governor elektrik.
1)

Governor mekanik
Pada governor mekanik,
kanik, kecepatan putar poros generator yang sebanding dengan
frekuensi yang dihasilkan generator didapat dengan menggunakan bola-bola
bola
berputar yang
menghasilkan gaya sentrifugal. Gaya Sentrifugal ini dibandingkan dengan gaya mekanik
yang didapat dari pegas referensi. Selisih besarnya gaya sentrifugal dengan gaya pegas ini
menjadi sinyal pengerak sistem mekanik atau hidrolik yang selanjutnya akan menambah
uap, air, atau bahan bakar mesin penggerak generator.

2)

Governor hidrolik
Pada
ada governor hidrolik pengukuran frekuensi didapat melalui gaya sentrifugal dari bolabola
bola yang berputar. Dari gambar di bawah ini, terlihat adanya umpan balik melalui engsel
E untuk menghentikan kerja governor. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjainya
osilasi. Besarnya umpan
mpan balik dapat diatur melalui posisi engsel E.

Gambar 2.16. Skema Governor Hidrolik

Turbin

45

3)

Governor elektronik
Deteksi
eteksi frekuensi dilakukan melalui generator kecil yang empunyai magnet permanen
permane
sehingga tegangan jepitnya sebanding dengan putarannya. Generator kecil ini dikopel
dengan poros generator utama, sehingga putarannya sebanding dengan poros generator
utama. Akibatnya tegangan jepit generator kecil ini sebanding dengan frekuensi generator
generato
utama. Selanjutnya, tegangan jepit generator kecil ini dibandingkan dengan tegangan
frekuensi di mana selisihnya menjadi sinyal penggerak sistem elektronik.

Sistem control valve pada turbine berfungsi mengatur laju aliran uap ke dalam turbine. Sistem
valve digerakkan oleh servo valve actuator dan minyak hidrolik sebagai penggerak valve.
Control Valve turbine terdiri dari
dari:


RSV (Reheat Stop Valve


Valve), merupakan valve yang membuka dan menutup aliran uap
reheat yang masuk ke IP Turbine. Pada saat start up RSV sudah dalam kondisi membuka
penuh, jadi tidak berperan dalam pengaturan laju aliran uap reheat dan juga sebagai alat

proteksi saat turbine trip


trip.
ICV (Interceptor Valve)
Valve), berperan mengatur aliran uap reheat pada IP Turbine.

Uap dari reheater

RSV
ICV

IP Turbine

Menuju LP Turbine
Gambar 2.17. Skema RSV dan ICV
d.

Lubrication System
Lubrication System berfungsi uuntuk melumasi bearing, Turning Gear dan lain lain. Fungsi

lain dari pelumasan ini adalah mencegah korosi, mencegah keausan pada turbine yang bergerak,

Turbin

46

pengangkut partikel kotor yang berasal dari luar atau kotoran dari luar, dan sebagai pendingin
terhadap panas yang timbul akibat gesekan.
Sistem pelumasan pada turbine merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena
pelumasan yang baik dapat mencegah kerusakan memperpanjang umur peralatan.
peralatan Harus mencakup
right time,right amount,right place,right methode, dan right lubricant. Sistem pelumas
p
dilengkapi
dengan beberapa pompa minyak pelumas untuk memenuhi kebutuhan turbine pada kondisi yang
beberapa kondisi yang berbeda. Pompa
Pompa-pompa
pompa pelumasan yang terdapat pada sistem
s
pelumasan
adalah:


Pompa pelumas utama (main oil pump). Pompa ini dikopel


el dengan poros turbine.
Pompa ini berfungsi untuk memberikan suplai pelumasan pada turbine ketika turbine
telah berputar pada putaran normal atau mendekati. Selain itu pompa pelumas utama juga

mensuplai minyak untuk keperluan sistem governor, seperti power oil dan pilot oli.
Pompa pelumas bantu (auxiliary oil pump). Pompa ini digerakkan oleh motor listrik AC
dan mensuplai minyak ke turbine bila pompa minyak pelumas utama tidak dapat
mensuplai. Misalnya pada saat putaran rendah atau pada saat start turbine.
turbine Seperti pompa
minyak utama, selain mensuplai sistem pelumasan, pompa ini juga untuk mensuplai

power oil dan


an pilot oil.
Pompa pelumas turning gear (Turning gear oil pump). Pompa ini digerakkan oleh
motor listrik AC dan hanya mensuplai minyak pelumas saja. Pompa ini digunakan bila

turbine sedang berada dalam keadaan berputar dengan pemutar poros (Turning
(
Gear)
Pompa pelumas darurat (Emergency oil pump). Pompa ini digerakkan oleh motor listrik
DC yang biasanya disuplai dari baterai. Pompa ini hanya mensuplai minyak pelumas dan
hanya digunakan dalam keadaan darurat, yaitu bila suplai minyak dari pompa lainnya

terganggu.
Pompa pendingin minyak (Oil cooler pump). Oil cooler berfungsi untuk menyerap
panas minyak pelumas yang keluar dari bantalan turbin. Terdapat 2 cooler dimana yang
satu standby. Jika cooler yang satu kotor maka cooler yang lain akan berjalan. Arti
standby
tandby disini saluran cooler dalam minyak benar-benar
benar bebas dari udara dan saluran
minyak telah terisi penuh dengan udara. Untuk membuang udara yang ada dalam sauran
minyak maka dilakukan venting pada saluran tersebut, dan dalam waktu yangh bersamaan

Turbin

47

minyakk pelumas menalir dan mendorong udara keluar dari cooler.. Bila saluran venting
telah keluar minyak, maka udara telah habis dan venting harus segera ditutup. Temperatur
minyak ini diatur karena berhubungan dengan voiscositas pelumas yang membentuk
lapisan (film
film ) saat melumasi bantalan.
Pada umumnya pompa minyak yang digerakkan oleh tenaga listrik dapat dijalankan dan
dimatikan secara otomatis dari Pressure switch yang terdapat dalam sistem minyak pelumas pada
turbine. Minyak diambil dari tangki minyak pelum
pelumas utama (main oil) yang sering disebut tangki
minyak utama (Main
Main Oil Tank
Tank).
). Minyak pelumas dipompakan melalui sebuah saringan minyak
untuk mengeluarkan partikel-partikel
partikel padat dan kotoran lainnya. Minyak kemudian dilewatkan
pendingin minyak pelumas (oil cooler) untuk selanjutnya dialirkan ke bearing-bearing
bearing
turbine.
Tekanan minyak bearing turbine diatur antara 1-2 kg/cm2.

Gambar 2.18. Skema dari Lubrication System

Temperatur minyak pelumas menuju bantalan diatur dengan cara mengatur aliran air pendingin
minyak pelumas. Pada beberapa sistem, pengaturan temperatur minyak dilakukan dengan cara
langsung menyalurkan minyak melintasi pendingin minyak, dimana sebagian minyak
miny disimpan
agar tidak melewati pendingin untuk kemudian bercampur dengan sisa minyak yang telah

Turbin

48

dilewatkan melalui pendingin. Temperatur suplai minyak pada bantalan turbine diatur antara 37 C40 C.
Saringan minyak pelumas dan pendingin pelumas dilengkap
dilengkapii dengan katup by pass otomatis.
Katup-katup
katup ini biasanya bekerja secara mekanik berdasarkan regangan pegas. Regangan pegas
diatur sehingga katup akan terbuka pada saat perbedaan tekanan melintasi saringan. Hal ini dapat
terjadi disebabkan antara lain dise
disebabkan
babkan oleh tersumbatnya saringan atau kegagalan pengoperasian
dari katup-katup.
katup. Juga perlu diingat bahwa pompa pelumas darurat (Emergency
Emergency oil pump)
menyalurkan secara langsung tanpa melewati saringan minyak dan pendingin karena memang
hanya digunakan dalam
m kondisi darurat.
Tangki minyak pelumas utama dilengkapi dengan kipas vent yang berfungsi menghisap gas-gas
gas
dari minyak pelumas. Hal ini menyebabkan tekanan tangki sedikit dibawah tekanan atmosfir
sehingga dapat mencegah masuknya gas
gas-gas dari minyak pelumas ke dalam turbine.
turbine
Pada kebanyakan sistem pelumas, pompa
pompa-pompa
pompa minyak pelumas yang digerakkan dengan
motor AC dan DC dipasang dalam posisi vertikal. Pompa
Pompa-pompa
pompa tersebut diletakkan di dalam
tangki main oil pump (terbenam di bawah permukaan minyak). Sedan
Sedangkan
gkan motor-motornya
motor
diletakkan di atas tangki.

e.

Jacking oil System


Bila proses turbine yang besar sedang dalam keadaan diam, maka berat rotor akan

menekan/mendesak minyak pelumas yang ada diantara permukaan poros dan journal bearing
(bantalan luncur). Hal ini mengakibatkan kedua permukaan logam tersebut memungkinkan
terjadinya metal to metal contact. Suplai minyak pelumas utama yang mengalir ke dalam bearing
hanya akan memberikan lapisan minyak bila poros berputar.
Bila poros dicoba diputar dalam keadaan se
seperti
perti diam, baik dengan motor pemutar poros atau
cara lain,maka poros akan sulit untuk diputar. Bahkan dapat mengakibatkan matinya motor pemutar
poros karena over load (kelebihan beban). Apabila ternyata poros dapat berputar, maka akan
mengakibatkan rusaknya
ya poros dan lapisan dari bearing.. Oleh karena itu, untuk dapat memutar
poros dari keadaan diam, terlebih dahulu poros harus sedikit diangkat. Untuk mengangkat poros,
perlu digunakan fluida (minyak) bertekanan tinggi yang dikenal dengan nama

Jacking Oil.

Tekanan minyak dapat mencapai 100kg/cm2 yang diperoleh dari pompa multicylinder positive

Turbin

49

displacement. Saluran jacking oil dipasang pada setiap bearing atau hanya pada beberapa bearing
saja.
Pompa-pompa
pompa tersebut mangambil minyak langsung dari main oil tank atau dari suplai utama
pelumas bearing.. Minyak dialirkan dari bagian bawah bantalan melalui satu atau lebih saluran
dalam bearing housing (rumah bantalan) dan pelapisnya. Poros akan terangkat oleh tekanan minyak
dan suatu lapisan minyak yang tipis akan te
terbentuk diantara permukaan poros dengan bantalan
sehingga poros dapat diputar dengan mudah.
Jacking oil pump terdiri dari dua buah pompa piston yang digerakkan oleh motor DC. MasingMasing
masing pompa mempunyai beberapa silinder yang masing
masing-masing
masing menyuplai minyak.
miny
Komponen
Sistem Jacking oil antara lain:
1. motor DC
2. non return valve
3. peralatan pengaman dan monitoring

f.

Turning Gear
Bila beban turbine shut down, maka temperatur casing dan rotor turbine masing-masing
masing
sangat

tinggi (450C-500C).
500C). Bila poros turbine kemudian dibiarkan untuk tetap diam dalam jangka waktu
tertentu, maka akan terjadi beda temperatur antara bagian atas dengan bagian bawah rotor maupun
casing . Beda temperatur ini akan menyebabkan bagian bawah masing
masing-masing
masing rotor akan menyusut
lebih cepat dibandingkan bagian atas, sehingga akan menyebabkan terjadinya pembengkokan ke
atas/hogging. Hal ini akhirnya dapat menyebabkan terjadinya persinggungan mekanis antara
komponen yang bergerak dengan komponen yang stationary/diam. Apabila turbine dicoba diputar
pada kondisi ini, maka akan menyebabkan timbulnya getaran yang serius dan bahkan dapat
mengakibatkan kerusakan mekanis. Bengkokan yang disebabkan oleh temperatur yang tidak merata
ini dapat dihindari apabila porosnya dijaga tetap berputar meski dengan putaran rendah (3rpm(3rpm
40rpm) selama pendinginan. Untuk tujuan tersebut, turbine dilengkapi dengan Turning Gear.
Turning Gear terdiri dari motor dan suatu seri roda gigi pengurang putaran (reduction gear)
yang dapat dihubungkan ke roda gigi pada poros turbine.. Penggerak akhir dari susunan roda gigi ini
dirancang sedemikian rupa sehingga secara penggerak tersebut dapat terputus (disconnect) secara

Turbin

50

otomatis dengan roda gigi poros turbine pada saat kecepatan turbine mencapai lebih dari kecepatan
yang diberikan oleh penggeraknya ((Turning Gear motor).
Hal ini dapat dimaksudkan untuk Turning Gear Motor diputar oleh poros turbine dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Urutan operasi yang umum adalah mengamati poros turbine saat mulai
dimatikan sampai saat poros berhenti. Dalam interval ini suplai minyak pelumas bantalan tetap
masih diperlukan. Selanjutnya suplai minyak pengangkat ((jacking
jacking oil supply)
supply dijalankan untuk
memberikan suatu lapisan minyak secara pasti antara rotor dengan bearing.
bearing Setelah ini gigi
penggerak Turning Gear dimasukkan pada roda gigi poros turbine.. Hal ini dilakukan dengan cara
manual atau otomatis, kemudian baru motor Turning Gear dihidupkan. Kecepatan puta poros
turbine tergantung dari rekomendasi dari pembuat turbine.. Tetapi umumnya diantara 3-40
3
rpm.
Selain rotor menjadi dingin dengan cara dengan cara ini, pergerakan sudu-sudu
sudu
rotor juga
menimbulkan sirkulasi udara dalam casing , sehingga mengakibatkan pendinginan yang merata
pada sudu-sudu.
Turbin-turbin modern saat ini dilengkapi dengan perlengkapan pengaturan urutan operasi
Turning Gear yang lebih canggih. Pada turbine ini, pompa minyak jacking dan motor Turning
Gear akan berjalan secar otomatis bila putaran turbine telah mencapai 100-200
200 rpm. Hanya saja
bila putaran poros turun sampai pada putaran turning, selfsynchro-shift
shift centrifugal clutch akan
menghubungkan drive ke poros turbine sehingga putaran turbine dapat dipertahankan pada putaran
yang telah ditentukan tanpa
pa berhenti. Dalam banyak hal, bila putaran poros turbine naik di atas
putaran gear, secara otomatis Turning Gear akan lepas dan motor Turning Gear berhenti/mati.
Hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari bengkoknya poros pada saat turning
gear macet atau tidak berfungsi, maka poros turbine harus diputar secara manual. Poros turbine
harus diputar separuh putaran tiap 10 menit. Secara umum hal ini dapat dianggap cukup
menghindari pembengkokan poros.
Bila oleh suatu
uatu sebab poros dalam keadaan panas atau hangat tidak dapat diputar sama sekali,
maka bengkoknya poros karena panas dapat menyebabkan terjadinya kontak antara bagian yang
tetap dengan bagian yang diam/tetap pada turbine. Kontak tersebut pertama-tama
tama akan terjadi pada
perapat poros dan biasanya
ya sementara. Setelah temperatur turbine secara perlahan-lahan
perlahan
turun dan
mulai sebanding, bengkokan rotor akan hilang dengan dengan sendirinya. Bila terjadi gangguan
serius seperti itu, cobalah putar poros secara manual dengan segera untuk meyakinkan bahwa
bahw

Turbin

51

poros dapat berputar secara bebas. Bila berhasil, motor pemutar segera dijalankan untuk
memperpanjang waktu putar dan mengurangi sisa bengkokan. Bila ada indikasi goresan pada arah
radial, berarti terjadi kerusakan yang pemanen sebagai akibat bengkokan yyang
ang terjadi. Memutar
poros turbine terus dilanjutkan sampai penunjukkan temperatur metal turun pada harga yang
direkomendasikan. (150C-200C).
200C). Pada temperatur ini sebenarnya bengkokan masih dapat terjadi .
pemutaran poros juga diperlukan sebelum start turbine untuk mengurangi starting torque (torsi
awal). Memutar turbine langsung dengan uap tidak direkomendasikan. Beberpa metode ditetapkan
untuk mempercepat laju pendinginan turbine secara aman. Pendinginan dengan uap bisa dilakukan
dengan program shut down yang telah direncanakan. Temperatur uap masuk ke turbine, kemudian
diturunkan perlahan-lahan
lahan dan dimonitor secara seksama.
Waktu putar yang singkat setelah shut down dapat dicapai karena turbine stop pada temperatur
rendah. Cara lebih efektif lagi adalah dengan metode penghembusan udara pendingin untuk
mempercepat laju pendinginan setelah shut down.
Setelah terjadi pendinginan alami sampai pada putaran Turning Gear,, udara dengan tekanan
rendah disemprotkan
semprotkan pada silinder turbine yang paling panas melalui instalasi pipa yang disediakan
dan dikeluarkan dari ruang lantai turbine.. Dengan pengoperasian yang cermat dan pengamatan
yang teliti terhadap pengaruh turbine,, metode ini dapat mengurangi waktu kerja
ke
dari 72 jam
menjadi 28 jam.
Selama poros turbine masih diputar, perlu dilakukan pengamatan dengan cermat terhadap
kondisi seluruh unit. Bila ditemukan kelainan baik pada arus motor Turning Gear,
Gear eksentrisitas,
getaran, temperatur bearing atau tanda
tanda-tanda
da yang dapat dideteksi melalui (suara) telinga, harus
segera diperiksa dan bila perlu putaran poros dihentikan. Operator harus tanggap terhadap batasan
operasi dan instruksi dari unitnya untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan.

g.

Peralatan Pengaman Turbine


Turbine berfungsi sebagai penghasil putaran untuk menggerakkan generator. Tenaga penggerak

dari turbine pada adalah uap yang bertemperatur sekitar 541oC dan tekanan uap 169 kg/cm2.
Dalam hal ini, uap yang dbutuhkan tergantung pada besar kecilnya beban. Jika beban tinggi maka
jumlah uap yang diperlukan juga besar, sebaliknya jika beban rendah maka uap yang masuk ke
turbine dilakukan oleh kontrol valve yang bekerja secara otomatis tergantung pada besar beban.

Turbin

52

Peralatan yang bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi apabila terjadi kesalahan tentunya akan
berakibat sangat fatal. Dapat membahayakan perusahaan pada umumnya karena beberapa perlatan
akan trip dan butuh biaya perawatan atau mungkin penggantian peralatan. Secra khusus tentu saja
keselamatan jiwa dari operator-operator
operator yang berinteraksi langsung dengan peralatan tersebut.
Dalam pengoperasiannya, turbine tidak selalu berada dalam kondisi yang aman. Artinya turbine
bisa saja dalam suatu saat berada dalam kondisi yang berbahaya. Apabila tidak dilakukan langkah
safety,, maka bisa saja menimbulakan kerusakan yang fatal. Sebagai contoh putaran turbine perlu
dijaga konstan pada 300 rpm. Pengendalian putaran turbine bisa dicapai dengan mengontrol
kapasitas uap yang masuk pada steam turbine . Apabila mass flow rate nya terlalu banyak, maka
akan mengakibatkan turbine overspeed. Overspeed dapat menyebabkan gaya sentrifugal yang
diterima rotor akan melebihi desain dari rotor itu sendiri. Contoh lain adalah pada bearing.
Temperatur dari pelumas bearing perlu dijaga temperaturnya. Bearing didesain untuk bekerja pada
interval operasi tertentu. Apabila pelumas tidak dapat mendinginkan temperatur operasi bearing,
maka bearing akan rusak dan turbine tidak dapat beroperasi dengan baik karena akan menyebabkan
timbulnya vibrasi, missalignment
missalignment// ketidaklurusan poros penggerak. Ketidaklurusan dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen
komponenkomponen steam turbine yang lain.
Seorang operator lapangan
apangan harus dapat mengidentifikasi situasi dan mengambil keputusan
setiap saat. Selain dari segi operator, dari segi turbine itu sendiri juga perlu dilengkapi dengan
perlalatan proteksi yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan turbine.. Unsur yang paling
p
penting dari peralatan proteksi turbine ini adalah ESV (Emergency Shut-off Valve).
Valve Selain ESV,
peralatan proteksi yang lain adalah sebagai berikut :


Proteksi putaran lebih (overspeed


overspeed protection
protection).
Sistem proteksi lebih berfungsi untuk menjaga kecepatan turbine agar tidak melebihi batas
maksimum yang diterima oleh turbine. Bila putaran turbine melebihi dari yang ditentukan
(sekitar 3000 rpm), maka tegangan yang disebabkan gaya sentrifugal pada sudu-sudu
sudu
gerak
akan melebihi tegangan lumer (yield strength),, material dan rotor akan retak dan pecah.
Apabila terjadi penurunan beban secara tiba
tiba-tiba, mula-mula
mula sistem governor akan
mengantisipasi kenaikan putaran yang terjadi. Bila sistem governor tidak mampu
mam mencegah
kenaikan putaran yang terjadi, maka peralatan overspeed protection akan bekerja secara
otomatis bila putaran turbine telah mencapai harga yang ditetapkan.

Turbin

53

Gambar 2.18.
.18. Gaya Sentrifugal pada Gerak Partikel yang Bergerak Melingkar
Setiap turbine biasanya dilengkapi dengan 2 set peralatan overspeed protection yang
dipasang di ujung luar dari rotor HP Turbine. Peralatan ini diset
iset untuk bekerja pada putaran
sekitar 10% di atas putaran normal. Bila salah satu alat ini bekerja, maka signal trip akan akan
dikirim dan katup ESV akan menutup. Pada turbine modern, telah disediakan fasilitas untuk
pengujian sehingga mekanisme peralatan overspeed protection dan katup ESV dapat diuji pada
waktu unit sedang berjalan.
Saat terjadi overspeed,, torsi yang dialami oleh rotor menjadi sangat besar. Rotor akan
mulur melebihi batas yield dari material rotor tersebut. Jarak antara rotor , casing , dan stator
sengaja didesain dengan clearence yang sekecil mungkin agar tidak banyak losses yang terjadi,
sehingga apabila rotor menerima gaya sentrifugal melebihi batas yield,
yield maka rotor akan
bersinggungan dengan stator sehingga rotor akan rusak.
Adapun pengaman dari sistem pengatur kecepatan turbine ini terdiri dari instrumen
komponen berikut:
1) Magnetic pickup,, yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi putaran lebih pada turbine.
2) Contol box (control
control drawer
drawer), sebagai setting kontrol pengaman turbine putaran lebih.
3) Amplifier transmitter,, yang bekerja mengubah perubahan besaran tekanan yang diukur
menjadi suatu besaran yang besarnya sebanding dengan perubahan tahanan listrik.
4) Relay, sebagai penerima
ima sinyal yang berasal dari penguatan yang memberikan pengaman
atau sakelar penerima sinyal logika biner.

Turbin

54

Perangkat trip tersebut merupakan proteksi untuk over speed elektris. Mekanisme trip
secara elektris pada ujungnya akan menjalankan mekanisme kumparan
n yang pada gilirannya
juga akan men-drain
drain semua saluran hidrolik yang terkait. Adapun perangkat trip yang
digerakkan secara mekanis dikendalikan oleh perangkat setrifugal mekanis yang terhubung
dengan poros utama turbine melalui seperangkat roda gigi.
Jika sistem proteksi turbine terhadap putaran lebih turbine,, baik dilakukan secara elektris
maupun secara mekanis gagal, terdapat perangkat akhir pen-trip turbine dalam putaran lebih
yang disebut Emergency hand trip
trip.. Mekanisme trip ini berbentuk tungkai yang berhubungan
dengan governor pedestal yang akan mengoperasikan trip valve dari mekanisme over speed
trip. Perangkat ini dimaksud sebagai back up atau cadangan bila semua perangkat putaran
turbine gagal beroperasi.
Perangkat tambahan lainnya adalah over speed Emergency trip device.. Alat ini merupakan
pengetesan kinerja atau keandalan unit terhadap putaran turbine yang telah tergabung dalam
sistem protective device test
test. Dalam kondisi operasi, turbine dapat bekerja dalam keadaan yang
berbahaya dimana bila tidak dilakukan tindakan apapun dapat mengakibatkan kerusakan yang
fatal. Peralatan ini harus dites secara periodik agar apabila terjadi penyimpangan atau
kerusakan pada sistem proteksi tersebut dapat segera diketahui dan diperbaiki.

Turbin

55

Gambar 2.19. Skema dan Konstruksi Overspeed


Overspeed trip harus diatur sebisa mungkin jauh dibawah kecepatan maksimum untuk
memberikan waktu respon yang memadai pada sistem proteksi. Apabila digambarkan dalam
bentuk grafik, hubungan antara respon dengan kecepatan putar poros turbine,
turbine maka akan
terlihat seperti grafik di bawah ini:

Turbin

56

Gambar 2.20. Grafik Respon dari Overspeed Protection




Low Vacuum Unloader Trip


Merupakan pengaman vakum condenser yang disebut juga automatic low vacuum trip
yang merupakan

interlock dengan turbine karena tidak akan dimasuki uap jika tekanan

condenser belum vakum.. Alat ini akan mentrip turbine jika uap yang keluar dari turbine
menuju kondensor
densor tersebut naik dari batas
batas-batas
batas yang telah diizinkan. Kondisi vakum adalah
kondisi dimana tekanan sistem berada di bawah tekanan 1 atm (1 atm= 760mmHg).
Secara skema dari alur peral
peralatan
atan pengaman ini, dapat dilihat pada gambar di bawah. Pada
sisi exhaust Low Pressure Turbine diberi sensor temperatur dan tekanan.
tekanan Sensor diset pada
point tertentu yang akan memberikan perintah pada aktuator unutk menutup valve. Valve ini
yang akan segera
ra menutup aliran uap menuju Low Pressure Turbine sehingga turbine akan
trip.
Apabila peralatan pengaman ini gagal, maka ada resiko proses kondensasi tidak berjalan
sempurna. Tidak semua uap terkondensasi menjadi air kondensat. Akibatnya air yang
ditampung pada hotwell tidak cukup jumlahnya untuk dialirkan menuju feed water heater,

Turbin

57

deaerator dan boiler feed pump. Jika feedwater yang dialirkan sedikit, ada resiko terjadi
overheat pada peralatan-peralatan
peralatan tersebut.
Selain itu jika tekanan pada condenser

tidak vakum, maka selisih tekanan antara

condenser dengan turbine tidak cukup besar untuk merubah seluruh fase uap menjadi
men
air
kondensat.. Akibatnya, temperatur exhaust pada turbine lebih panas dan pada blade tingkat
akhir pada low pressure Turbine akan terjadi overheat dan dapat terjadi kerusakan.
kerusakan Akibat
yang lain adlah terjadinya back pressure dari uap yang akan dikondensasikan. Uap ekspansi
akan sulit mengalir ke condenser
condenser. Uncondensable steam (uap yang tidak terkondensasi) ini
akan dikeluarkan melalui air ejector

Gambar 2.21. Skema dari Low Unloader




Pembuang beban dari titik karena tekanan uap rendah (diafragma)


Ketika unit pembangkit sedang beroperasi normal kemudian terjadi gangguan pada Boiler
sehingga laju pembakaran Boiler tidak sesuai dengan kebutuhan uap, maka tekanan uap akan
turun. Hal ini dapat disebabkanoleh kegagalan mill atau burner mati. Apabila tekanan uap
dibiarkan turun terus-menerus,
menerus, maka akan terjadi carry over dari Boiler ke turbine. Atau
temperatur uap akann turun sehingga dapat melampaui harga limit yang ditentukan seagai limit
yang ditentukan sebagai proteksi terhadap bahaya ini. Bila tekanan uap turbine turun sampai
harga tertentu, maka aliran uap secara otomatis dikuranngi melalui penutup katup governor
turbine.

Turbin

58

Apabila peralatan ini belum mampu menghentikan penurunan tekanan uap yang
disebabkan oleh beberapa gangguan (misal kehilangan penyalaan burner), maka peralatan trip
tekanan uap rendah bekerja men
men-trip turbine.. Peralatan tersebut dipasang sedemikian
sedemikia rupa


sehingga dapat di nonaktifkan ketika dalam keadaan start.


Trip tekanan minyak pelumas rendah ((pressure low trip)
Minyak selain sebagai pelumas juga sebagai media pendingin sehingga minyak perlu
dikontrol secara cermat. Jika terjadi pengurangan aliran maka sistem pengaturan secara
interlock akan memerintahkan turbine untuk berhenti. Peralatan ini dipasang untuk melindungi
turbine terhadap kerusakan karena kehilangan minyak pelumas bearing.. Pada turbine yang
menggunakan minyak, baik untuk untuk pelumasan bearing-bearing maupun untuk sistem
governor, pada tingkat tertentu masih aman karena kehilangan suplai minyak akan
menyebabkan valve uap pada turbine menutup. Pemutus tenaga generator juga akan membuka
sehingga unit pembangkit akan berhenti ((shut down). Akan tetapi pada turbine dengan sistem
minyak pelumas yang terpisah, bila terjadi gangguan pada sistem pelumas, maka sistem
s
governor tidak akan terpengaruh dan demikian pula sebaliknya. Karena itu turbine tidak hanya
dilengkapi dengan saluran tekanan pelumas bearing,, tetapi juag dilengkapi dengan trip tekanan
pelumas.
121o C

HP
COLD
50-60oC

IP

LP

HOT Max 95o C

H/E
Cooling Fluid

Gambar 2.22. Pelumas pada Kondisi Normal

Turbin

59

Gambar di atas menunjukkan siklus sederhana dari siklus peluma pada salah satu journal
bearing.. Apabila suhu keluar dari bearing lebih dari 95oC, maka turbine akan trip. Apabila
sistem dari pengaman ini gagal, maka bantalan akan mengalami overheat dan dapat merusak
permukaan bearing. Rusaknya bearing akan menimbulkan gangguan pada operasi turbine.


Trip keausan bantalan dorong ((thrust bearing wearing trip)


Sistem ini berfungsi
erfungsi sebagai pengaman rotor beserta sudu
sudu-sudu
sudu sehingga tidak bergerak ke
arah axial melebihi batas yang diizinkan pada saat berputar. Gerakan ini menyebabkan adanya
gesekan antara stator dan rotor
rotor. Karena
arena sempitnya jarak bebas antara sudu tetap
teta dengan sudu
geraknya. Posisi rotor turbine secara axial dalam casing dikontrol oleh axial bearing yang
biasanya bertipe fitling pad
pad.. Bila terjadi keausan pada permukaan axial bearing,akan
mengakibatkan keausan pada

permukaannya, sehingga mengakibatkan berkurangnya

clearenece (kerenggangan) antara peralatan stationary (diam) dengan peralatan rotating


(berputar).
Untuk melindungi turbine dari kerusakan karena keausan pada axial bearing, suatu
peralatan disediakan untuk memonitor posisi dari thrust collar.. Bila Collar bergerak bergerak,
baik ke depan maupun ke belakang, maka alarm thrust
thrust bearing high wear
wear atau Shaft
position movement excessive
excessive akan muncul. Selain alarm, pada beberapa turbine juga
disediakan fasilitas untuk men
mentrip turbine secara otomatis
is bila terjadi hal seperti itu.
Apabila sistem ini gagal berope
beroperasi,
rasi, maka akan terjadi kerusakan pada rotor dan stator
turbine. Walaupun
alaupun perpindahan arah axial ini kecil, tetap berbahaya apabila terjadi pergeseran
arah axial karena clearence antar sudu didesain dengan clearence sedekat mungkin.


Trip level air condenser tinggi


Pada turbine dengan condenser menggantung terdapat jarak (clearence) yang cukup besar
antara level operasi kondensat normal dengan ujung sudu LP turbine.. Kenaikan level air
kondensat dalam condenser akan menutup pipa-pipa
pipa hisap pompa vakum/ejector
vakum/
sehingga
vakum akan turun sebelum level air menyentuh ujung
ujung-ujung sudu-sudu
sudu LP turbine. Peralatan
proteksi vakum rendah akan bekerja sebelum permukaan air kondensat menyentuh ujung
sudu.

Turbin

60

Akan tetapi pada turbine


turbine-turbine dengan condenser tipe Panier dan integral, kenaikan
level air kondensat akan menyentuh ujung sudu tanpa vakum terganggu.. Oleh karena itu pada
turbine seperti ini biasanya dilengkapi den
dengan
gan peralatan proteksi terhadap level condenser
tinggi, sehingga bila level condenser naik mencapai harga tertentu, turbine akan trip.


Trip level deaerator tinggi


Tangki deaerator (direct contact heater)
heater),, kapasitasnya relatif kecil dibandingkan dengan
aliran air pengisi yang kontak langsung dengan uap ekstraksi. Apabila karena suatu hal, aliran
air pengisi setelah deaerator terganggu, misalnya kegagalan katup, maka level air di dalam
deaerator akan naik dengan cepat. Hal ini akan menimbulkan resiko masu
masuknya
knya air ke pipa uap
ekstraksi dab mengalir balik ke turbine.. Karena itu, pemanas awal air seperti ini dilengkapi
dengan level switch. Level switch bekerja jika level air tinggi melebihi set up-nya
up
sehingga
alarm berbunyi dan menjalankan BFP ((Boiler Feed Pump)) yang stand by secara otomatis.
Apabila level air masih terus naik, maka sistem pengaman turbine terhadap level tinggi
deaerator akan bekerja menutup uap ekstraksi. Pada be
beberapa turbine bahkan tidak hanya
katup uap ekstraksi yang mentuup, tetapi turbine juga trip.

Proteksi terhadap gangguan pada sistem governor


Turbine-turbine mutakhir dilengkapi dengan governor elektronik. Listrik disuplai oleh
sumber listrik ganda (Redundant system) untuk menjamin kehandalan (reliability). Bila satu
sumber hilang,
ng, muncul alarm tanpa terjadi gangguan pada governor dan bagian yang terganggu
dapat diperbaiki. Akan tetapi apabila kedua sumber tegangan terganggu, maka sistem governor
akan menjadi kacau. Untuk mencegah hal
hal-hal
hal yang tidak diinginkan, maka signal trip akan
dikirimkan ketika terjadi gangguan pad kedua sumber listrik sehingga turbine akan trip.

Peralatan sistem permissive interlock


Bila terjadi gangguan pada jaringan maupun generator, maka generator harus segera
dilepas dari sistem jaringan dengan membuka main circuit breaker.. Dalam hal tertentu sinyal
trip juga dikirimkan ke ESV turbine untuk menutup suplai uap dan bila semuanya berjalan
dengan baik, unitnya akan shut down. Namun bila terjadi kegagalan, maka proteksi turbine

Turbin

61

terhadap putaran lebih dilakuk


dilakukan
an oleh governor beserta kelengkapan antisipatorinya dan
terakhir oleh peralatan proteksi putaran lebuh. Oleh karena itu, turbine yang trip oleh kondisi
seperti ini masih memiliki resiko terjadinya putaran lebih. Untuk mengurangi resiko ini, maka
dipasang peralatan interlock permassive
permassive.. Bila terjadi gangguan kurang serius yang berkaitan
dengan generator, maka sinyal trip mula-mula
mula dikirim untuk menghentikan ESV turbine.
Kemudian ditunggu sinyal dari feedback dari ESV, apakah bekerja dengan baik atau tidak. Hal
ini dapat dilihat dengan memantau posisi katup, dengan mengukur aliran uap atau output
listrik. Apabila hasil pemantauan memuaska
memuaskan, sinyal trip dikirim untuk membuka PMT
alternator dan menghentikan/
menghentikan/shut down unit tersebut. Namun bila salah satu atau lebih
le
ESV
gagal untuk menutup, mesin tersebut akan tetap terhubung dengan sistem jaringan dimana
putarannya akan dikontrol oleh frekuensi jaringan. Dalam keadaan seperti ini diperlukan
tindakan operator untuk men
men-trip unit secara aman dan tugas operator sudah
suda ringan karena
resiko terjadinya putaran lebuh telag dicegah.


Trip manual local and remote


Gangguan dapat terjadi pada turbine dimana turbine tidak dilengkapi dengan peralatan
proteksi otomatis terhadap gangguan tersebut. Untuk keperluan proteksi terhadap
terhada kejadian
seperti tersebut, maka setiap turbine dilengkapi dengan perlengkapan untuk mentripkan turbin
tersebut. Trip dari lokal di bagian pedestal dekat turbine dipasang sebuah tuas untuk mentrip
men
turbine.. Bila tuas ini dioperasikan, turbine akan trip karena
ena tuas ini dihubungkan langsung
dengan saluran drain system minyak governor. PMT generator juga akan membuka oleh signal
dari sistem intertrip melalui permissive interlock. Untuk keperluan trip turbine secara remote,
di ruang kontrol utama dipasang tombol trip darurat dimana bila tombol ini ditekan sama
seperti ketika kita mengoperasikan tuas trip lokal.

Trip Akibat Vibrasi Tinggi


Segala jenis kerusakan pada peralatan yang berputar (rotating equipment) akan
menimbulkan vibrasi. Adanya vibrasi /getaran pada steam turbin menunjukkan bahwa adanya
kerusakan pada steam turbin. Kerusakan yang terjadi dapat terjadi akibat beberapa sebab.
Beberapa kerusakan yang menimbulkan vibrasi adalah kerusakan akibat missalignment
missa
poros,

Turbin

62

bearing aus, sudu-sudu


sudu turbin rusak, dan lain
lain-lain.
lain. Kerusakan pada sudu-sudu
sudu
turbin
mengakibatkan massa dari rotor tidak seimbang. ketidakseimbangan ini mengkibatkan putaran
dari rotor menjadi unbalanced
unbalanced. Unbalanced inilah yang menyebabkan munculnya vibrasi pada
turbin.
Trip turbin akibat vibrasi tinggi ini paling sering terjadi. Apabila peralatan trip vibrasi
tinggi ini gagal, maka kerusakan pada turbin sulit terdeteksi. Akibatnya turbin akan bertambah
parah.


Emergency trip
Emergency Trip merupakan langkah tera
terakhir
khir yang dilakukan apabila peralatan-peralatan
peralatan
pengaman
gaman turbin yang lain tidak dapat men
mentripkan turbin. Emergency turbin berupa suatu tuas
yang bekerja secara manual dengan menarik tuas tersebut untuk men
mentripkan
kan turbin.

2.4.3.

Alat-Alat Bantu Steam Turbine

a.

Feed water heater (FWH)


Feed water heater merupakan suatu heat exchanger yang berfungsi untuk memanaskan air

kondensat (dari condenser ) yang dipompakan ke dalam boiler dengan memanfaatkan panas dari
ekstraksi uap turbine. Air kondensat dari condenser ini dipanaskan dengan tujuan agar beban pada
steam generator tidak terlalu berat. Pada Feed water heater terdapat 2 tipe utama, yaitu tipe Open
Feed water heater dan tipe Closed Feed Water Heater
Heater.
Pada open FWH tipe, antara ai
airr kondensate dengan uap panas bercampur menjadi satu. Salah
satu kekurangan dari Open FWH adalah minyak pelumas pada pelumas pada bagian exhaust ikut
bercampur dengan FWH menuju ke Boiler. Sedangkan pada closed FWH, air dilewatkan pada pipa
kecil yang terdapat
apat dalam semacam steam chamber (ruang uap). Kekurangan dari closed FWH ini
adalah terdapat tambahan pipa tembaga kecil yang rentan terhadap kebocoran.
Feed water heater yang dipakai kebanyakan merupakan feed water heater dengan tipe closed.
Pada tipe closed ini, pabila dilihat secara konstruksinya, terdiri dari sheel and tube. Tube
merupakan semacam pipa yang digunakan untuk mengalirkan air. Sedangkan Shell merupakan
tempat untuk mengalirkan ekstraksi uap dari turbine. Tube dipasang di dalam shell dengan
bafflessebagai penumpu tube.

Turbin

63

Gambar 2.23. FWH Open Type

Gambar
Gambar2.24. FWH closed type

tube

tube

Gambar 2.25. Skema Feed Water Heater

Turbin

64

Dilihat dari gambar di atas, konstruksi dari feed water heater (closed type) secara umum terdiri
dari 2 (dua) laluan fluida (air sebagai fluida dingin dan uap sebagai fuida panas). Part yang
ditunjuk dengan anak panah hijau merupakan tube yang

melingkar membentuk suatu busur

setengah lingkaran. Tube ini ditopang oleh baffles.


Air masuk melalui feed water inlet yang kemudian dialirkan ke tube.. Sedangkan uap masuk
melalui steam inlet. Di dalam tube terdapat air sebagai fluida dingin dan pada shell terdapat uap
sebagai fluida panas. Karena terdapat perbedaan temperatur antara kedu
keduaa fluida ini maka akan
terjadi perpindahan panas. Anak panah berwarna merah menunjukkan arah aliran dari uap.
Sedangkan anak panah berwarna biru merupakan arah aliran dari air.
Panas dari uap di dalam feed water heater akan ditransferkan kepada air. Sehingga
Sehing temperatur
dari air naik dan temperatur dari uap akan turun. Uap saat keluar dari feed water heater berwujud
sub cold. Air yang sudah naik temperaturnya dikeluarkan melalui feed water outlet.
Konstruksi dari feed water heater didesain agar uap dapat bergerak
rgerak membentuk olakan
melewati baffles. Pada uap masuk feed water heater melalui steam inlet, uap masih dalam kondisi
superheated.. Kemudian uap masuk ke dalam desuperheating zone.. Adanya perbedaan temperatur
yang cukup besar antara air dengan uap di dala
dalam desuperheating zone ini, menyebabkan uap berada
dalam kondisi mendekati uap jenuh ((saturated vapour).
). Proses perpindahan panas berlangsung
terus hingga uap berubah wujud menjadi sub cold (air). Air ini kemudian dikeluarkan melalui
drains outlet.

b.

High Pressure Heater (HPH)


Adalah sebuah heat exchanger yang berfungsi untuk memanaskan feed water sebelum

didistribusikan ke Boiler dengan cara melakukan pertukaran panas antara steam hasil ekstraksi HP
Turbine dengan feedwater yang berasal dari feed water pump. Untuk tipe Open HPH,
HPH uap panas
yang diambil dari HP Turbine digunakan untuk memanaskan air. Air bercampur dengan dengan uap
secara langsung, sehingga terjadi pertukaran panas dari uap ke air. Uap terkondensasi menjadi air,
sedangkan air menajadi semakin panas dan siap diuapkan kemali di Boiler.
Pada tipe closed HPH,, di dalam HPH merupakan komponen shell and tube.
tube Tube berisi air
kondensat. Sedangkan shell berisi uap panas dari HP Turbine. Antara shell and tube terjadi
perpindahan panas.

Turbin

Uap akan terkodensasi menjadi air dan air akan mengalami kenaikan
65

temperatur. Air yang sudah panas (belum mendidih) dibawa ke Boiler.. Sedangkan uap yang
terkondensasi dipompakan ke condenser .

Gambar 2.26. High Pressure Heat


Heater PLTU Gresik Unit 1 dan 2

Gambar 1.27. High Pressure Heater PLTU Gresik Unit 4

Turbin

66

c.

Low Pressure Heater (LPH)


Secara konsep, LPH hampir sama fungsinya dengan High Pressure Heater.
Heater Perbedaannya

adalah pada fluida panasnya. Uap


ap panas yang diambil pad
pada LPH adalah dari uap ekstraksidari Low
Pressure Turbine.

d.

Deaerator
Deaerator berasal dari kata deaerasi. Proses deaerasi pemanasan adalah proses pemisahan yang

dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanik yang telah dirancang sedemikian rupa yang
digunakan
kan untuk proses kerja sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip dasar dari deaerasi dengan
sistem
tem pemanasan adalah apabila temperatur dinaikkan pada air maka kelarutan dari gas-gas
gas
akan
berkurang atau turun. Jadi syarat
syarat-syarat
syarat terjadinya deaerasi secara maksimal itu sangat
sa
tergantung
pada temperatur. Jika temperatur tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka deaerasi tersebut tidak
berjalan baik.
Deaerator adalah suatu komponen dalam Sistem Tenaga Uap yang berfungsi untuk mereduksi
oksigen atau gas-gas
gas terlarut lainnya pada feed water sebelum masuk kedalam Boiler. Berfungsi
juga sebagai tempat penyimpanan air yang menyuplai air ke dalam Boiler.. Oksigen
Ok
dan gas-gas
terlarut lain dalam feedwater perlu dihilangkan karena dapat menyebabkan korosi pada pipa logam
dan peralatan logam lainnya dengan membentuk senyawa oksida (karat). Air apabila bereaksi
dengan karbon dioksida terlarut juga akan membentuk senyawa asam karbonat yang dapat
menyebabkan korosi lebih lanjut. Proses deaerasi dilakukan dengan memanfaatkan sebagian uap
sebelum masuk steam turbine untuk dipakai sebagai pemanas air yang masuk ke dalam deaerator.
Bahan kimia yang bisa mengurangi ka
kadar
dar oksigen sangat sering ditambahkan kedalam
feedwater yang telah dideaerasi untuk mengurangi kadar oksigen yang tidak dapat dibuang oleh
deaerator. Zat pelarut oksigen yang biasa digunakan adalah Natrium Sulfit (Na2SO3). Hal ini sangat
efektif dan cepat bereaksi dengan sisa
sisa-sisa
sisa oksigen untuk membentuk Natrium Sulfat (Na2SO4).
Selain Natrium Sulfit zat pelarut oksigen yang juga sering digunakan adalah Hidrazin (N2H4). Zat
pelarut lain yang juga digunakan adalah 1,3 -diaminourea
diaminourea (juga dikenal sebagai carbohydrazide),
diethylhidroxylamine (DEHA), asam nitrioacetic (NTA), hydroquinon dan juga asam
ethylendiaminetetraacetic (EDTA).

Turbin

67

Gambar 22.28. Deaerator pada PT PJB UP Gresik

Gambar 2.29. Skema Deaerator

Turbin

68

Deaerator terdiri dari dua drum dimana drum yang lebih kecil merupakan tempat pemanasan
pendahuluan dan pembuangan gas
gas-gas dari bahan air boiler. Sedangkan drum yang lebih besar adalah
merupakan tempat penampungan bahan air boiler yang jatuh dari drum di atasnya.
Pada drum yang lebih kecil terdapat spray nozzle yang berfungsi untuk menyemprot bahan air
kondensat menjadi butiran-butiran
butiran air halus (droplet) agar proses pemanasan dan pembuangan gas-gas
gas
dari bahan air ketel lebih mudah dan lebih sempurna. Pada drum yang lebih kecil disediakan satu
saluran vent agar gas-gas
gas dapat terbuang (bersama steam)) ke atmosfer. Unsur utama dalam menentukan
keberhasilan dari proses ini adalah kontak fisik antara bahan air boiler dengan panas yang diberikan
oleh uap.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses deaerator adalah :


1)

Jumlah aliran air kondensat.

2)

Jumlah aliran bahan air untuk boiler.

3)

Tekanan dalam deaerator.

4)

Level air dalam deaerator.

Jika deaerator tidak dapat bekerja dengan baik dapat berpengaruh buruk terhadap sistem feed water,
sistem kondensat dan juga menaikkan pemakaian bahan kimia yang lebih tinggi. Untuk mencapai
efisiensi yang optimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1) Pertahankan suhu dan tekanan yang sesuai dengan rancanganny


rancangannya.
2) Pastikan steam outlet (uap keluar) yang keluar dari deaerator hanya oksigen dan gas-gas
gas
yang tidak terkondensasi ikut keluar.
3) Lakukan inspeksi bagian dalam deaerator untuk memastikan semua komponen tidak
mengalami kerusakan.


Bagian-Bagian
Bagian Utama Deaera
Deaerator
Untuk menunjang kerja deaerator, maka pada deaerator tersebut perlu dilengkapi dengan
instrumen pengkuran, yang berguna untuk me
me-monitoring operasi atau kerja dari deaerator itu
sendiri. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Bagian-bagian utama dari deaerator
dan beberapa instrumen pengukuran yang melengkapinya.

Turbin

69

Gambar 2.30 Bagian Utama Deaerator




Jenis-Jenis Deaerator
Adapun jenis-jenis
jenis deaerator yang sering dijumpai adalah :
1) Deaerator type Spray . Deaerator ini digunakan apabila air umpan perlu dipanaskan
lebih dahulu dengan mempergunakan uap sebagai pemanas. Seperti dibawah ini, uap
yang masuk kedalam deaerator aliran memecahkan air menjadi serpihan-serpihan
serpihan
kecil yang mengakibatkan gas
gas-gas
gas yang larut dalam air dipaksa keluar sehingga
sehingg
konsentrasi oksigen dalam air turun.
2) Deaerator Vakum. Mekanisme kerja deaerator vakum adalah gas-gas
gas
yang larut
dalam air dihilangkan dengan mempergunakan ejector uap atau atau dengan pompa
vakum. Untuk memperoleh vakum yang diperlukan, mekanisme deaerator vakum
dapat dilihat pada gambar di bawah. Besarnya vakum tergantung pada suhu air, akan
tetapi biasanya 730 mmHg

Turbin

70

Gambar 2.31 Deaerator Tipe Spray

Gambar 2.32 Deaerator Vakum


3) Deaerator type Tray
Tray. Pada deaerator tipe tray seperti yang terlihat pada gambar di
bawah, memaksimalkan sekat
sekat-sekat (Tray) sebagai media untuk memperbesar ruang
jatuh dari pada air sehingga molekul
molekul-molekul
molekul air akan saling terpisah satu dengan
yang lainnya, jadi tray pada deaerator jenis ini adalah untuk memaksa molekul air
untuk menyebar sehingga mempermudah pelepasan udara

Turbin

71

Gambar 2.33 Deaerator Type Tray


e.

Condenser
Condenser merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mengkondensasikan uap yang

diekspansikan dari steam turbine . Proses kondensasi ini menggunakan fluida pendingin. Air laut
biasanya dipilih sebagai fluida pendingin. Hal ini dikarenakan air laut ada dalam jumlah besar.
Agar condenser yang digunakan lebih efisien, maka tekanan di condenser harus dibuat vacum
agar uap yang telah diekspansikan dari steam turbine dapat dengan
gan mudah mengalir ke condenser .
Air hasil kondensasi dari turbine dinamakan air condensate. Air condensate masih mengandung
sedikit O2. Air ditampung di hotwell kemudian dialirkan kembali ke siklusnya.
snya. Udara dan gas-gas
gas
yang tidak terkondensasi dikeluarkan oleh Steam Jet Air Ejector agar tidak ada udara yang terbawa
saat air condensate ini dialirkan ke feed water pump.
Gambar 2.33 menjelaskan contoh dari salah satu condenser . Bagian utama dari condenser
adalah : 1). Water bos, 2). Tube sheet, 3). Hotwell dan 4). Cooling tube.

Turbin

72

Gambar 2.33. Skema Sistem Condenser

Turbin

73

Gambar 2.34. Konstruksi Condenser

2.5. SISTEM-SISTEM
SISTEM TERKAIT STEAM TURBINE
2.5.1. Feed Water System
Feed Water System merupakan suatu rangkaian dari komponen
komponen-komponen
komponen yang berfungsi untuk
memanaskan air kondensat dari condenser (sisi hotwell). Panas di dapat dari turbine sebelum uap
diekspansikan ke stage berikutnya. Dalam sistem ini, terdapat beberapa komp
komponen
onen yang dilalui
dila air
kondensat sebelum air dimasukan dalam Boiler (economizer).
a.

Boiler Feed Pump (BFP)


BFP merupakan pompa yang berfungsi sebagai penyalur air kondensat dari deaerator ke High

Pressure Heater.. Air yang masuk pada BFP merupakan air yang berasal dari hotwell condenser .
Kemudian dipompakan ke Low Pressure Heater dengan menggunakan condensate pump.
pump Di dalam
Low Pressure Heater, air kondensat dipanaskan dengan menggunakan ekstraksi uap panas yang
diambil dari LP Turbine.. Air pada Low Pressure Heater dipanaskan namun tidak sampai merubah
wujud air menjadi uap. Dengan kata lain, pada Low Pressure Heater,, air hanya dihangatkan saja.

Turbin

74

b.

High Pressure Heater (HPH)


Pada dasarnya, fungsi dari HPH adalah sama dengan Low Pressure Heater.
Heater Namun, uap panas

bearasal dariuap ekstraksi

High Pressure Turbine.. Air yang masuk ke HPH merupakan air

kondensat yang telah mengalami proses mulai dari Hotwell, condensate pump,
pump Low Preesure
Heater, deaerator dan dipompakan dengan menggunakan Boiler Feed Pump// BFP. Dari HPH air
yang sudah sedikit panas ini dimasukkan ke dalam economizer untuk mengalami proses
pembangkitan uap.

menuju
economizer

HP Turbine

air dari
boiler feed
pump
Gambar 2.3
2.36 Sistem High Pressure Heater

2.5.2. Condensate Pump


Condensate pump merupakan pompa yang berfungsi untuk mengalirkan air kondensat dari
condenser

menuju ke Low Pressure Heater


Heater.. Air kondensat didapat dari ekspansi uap dari high

pressure steam turbine yang dikendensasikan oleh condenser menjadi air kondensat. Air kondensat ini
kemudian ditampung pada hotwell
hotwell.

Pada hotwell air kemudian dialirkan dengan menggunakan

condenstae pump. Condensate pump merupakan jenis pompa sentrifugal.. Condensate pump

Turbin

75

mengalirkan air kondensat menuju Low Pressure Heater


Heater. Pada Low Pressure Heater,
Heater air mendapatkan
transfer energi berupa energi panas yang berasal dari ekstraksi uap low pressure turbine.
Air kondensat yang sudah mendapatkan energi panas ddari proses pada Low Pressure Heater
dialirkan menuju deaerator. Di dalam deaerator air kondensat yang masih mengandung gas-gas
gas
seperti
oksigen, direduksi dengan cara melewatkan air pada semacam nozzle sehingga air
ir kondensat menjadi
butiran-butiran air haluss (droplet). Dengan menghembuskan uap yang diambil dari low pressure
Turbine maka di dalam deaerator akan terjadi proses pemanasan yang berguna untuk mengeluarkan
udara yang terkandung dalam droplet. Uap sisa beserta gas
gas-gas
gas yang direduksi dikeluarkan melalui
mela
suatu valve.. Sedangkan air yang sudah mengalami proses reduksi gas O2 dan gas yang lainnya dialirkan
ke High Pressure Heater dengan menggunakan boiler feed pump.

Gambar 2.37 Sistem Boiler Feed Pump

a. Sistem Condenser (sisi kondensat)


Telah dijelaskan bahwa condenser

merupakan alat pada PLTU yang digunakan untuk

mengkondensasikan uap dari Low Pressure Turbine. Condenser

sendiri terdiri dari beberapa

komponen. Perubahan wujud dari uap menjadi air terjadi karena terajadi pertukaran panas antara

Turbin

76

uap panas dengaan fluida pendingin ((sea water/air


/air laut). Adanya perbedaan temperatur dan tekanan
yang cukup besar mengakibatkan ua
uap dari LP Turbine berubah wujud menjadi air.
Sebelum masuk kedalam condenser
condenser,, air laut biasanya melewati debris filter/screener
filter
yang
berfungsi untuk menyaring kotoran
kotoran-kotoran
kotoran ataupun lumpur yang terbawa air laut. Uap yang
berasal dari exhaust turbine dapat mengalir menuju condenser
ondenser karena adanya kondisi vakum pada
condenser.. Dengan tekanan yang lebih rendah di condenser , maka uap akan bisa bergerak dengan
mudah menuju condenser.. Vakum harus selalu dijaga, karena jika terlalu rendah maka akan terjadi
back pressure pada turbine yang nantinya bisa menyebabkan turbine mengalami trip/rusak. Vakum
minimal yang diperkenankan sekitar 500 mmHg.
Sebenarnya vakum pada condenser tidak boleh terlalu tinggi. Karena jika tekanan udara terlalu
rendah, maka proses pengembunan
engembunan uap tidak akan terjadi dengan sempurna
sempurna.. Hal ini terjadi karena
pada tekanan rendah, titik didih air juga akan turun. Tapi pengalaman pada di UP Muara Karang,
Vakum condenser tidak pernah bisa mencapai nilai 760 mmHg. Maksimal yang bisa dicapai
berada di kisaran 710 mmHg. Biasanya nilai optimal vakum untuk condenser sekitar 710mmHg
720 mmHg.
Jika vakum condenser

sudah terlalu rendah, maka tube-tube condenser

perlu untuk

dibersihkan. Kegiatan pemeliharaan condenser bermacam-macam.


macam. Ada yang namanya
nam
back wash
atau melakukan aliran balik flow air laut yang masuk condenser . Ada juga ball taprogoue system,
yakni memasukkan bola-bola
bola kecil yang kenyal dan berukuran sedikit lebih besar dari tube
condenser pada tube condenser
nser . Bola-bola
bola ini nantinya akan membersihkan kotoran dan Lumpur
yang menempel pada tube-tube condenser . Sedangkan cara yang lain adalah cuci condenser.
Air kondensat ditampung pada hotwell.. Air kondensat masih mengandung sedikit O2. Artinya
tidak semua uap dapat terkondensasi dengan sempurna. Oleh karena itu pada condenser selalu
diberi tambahan air untuk menggantikan sedikit uap yang tidak terkondensasi. Tambahan air
tersebut dinamakan Make Up Water
Water.

b. Sistem Condensate Pump


Condensate Pump adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan air kondensat menuju Low
Pressure Heater.. Pompa yang digunakan pada ccondensate pump biasanya digunakan jenis pompa
sentrifugal. Air yang dialirkan oleh condensate pump merupakan air yang dihisap dari hotwell

Turbin

77

menuju
enuju ke LPH kemudian ditampung di deaerator untuk menghilangkan gas-gas
gas
yang tidak
diperlukan.
ekspansi uap LP trubine
uap ekstraksi
LP Turbine

condensate
pump

Low Pressure Heater

menuju deaerator
Gambar 2.
2.38. Sistem LPH dan Condensate Pump

c. Sistem Low Preassure Heater


Low Pressure Heater merupakan salah satu Feed water heater dengan fluida pemanas berasal
dari LP Turbine.. LPH berisi air kondensat dari condensate pump. Kemudian LPH mendapatkan
panas dari LP Turbine.. Setelah air di dalam LPH dipanaskan, air kondensat di bawa ke deaerator
untuk ditampung dan mereduksi gas
gas-gas
gas yang ikut terlarut bersama air kondensat.

d. Sistem Deaerator
Deaerator merupakan peralatan yang berfungsi untuk mereduksi O2 dan gas-gas
gas
lain agar tidak
ikut dihisap oleh Boiler feed pump
pump.. Dari deaerator, air yang sudah cukup panas ini dibawa ke HPH

Turbin

78

untuk dipanaskan lagi. Dari HPH kemudian air kondensat yang sudah semakin panas tadi dibawa
ke Boiler (tepatnya economizer).
).
ekstraksi uap
LP Turbine
low pressure
heater

Boiler Feed
Pump

Gambar 2.
2.39. Sistem pada Deaerator
2.5.2 Cooling Water System (Sea Water)
Cooling water system merupakan komponen-komponen
komponen pada PLTU yang digunakan untuk suplai
fluida pendingin pada condenser .
a. Condenser (sisi air laut)
Pada condenser dengan air laut sebagai fluida pendingin, harus diperhatikan masalah water
treatment pada air laut. Karena air laut mengandung kadar garam yang cukup tinggi, maka air laut
merupakan fluida yang korosif. Apabila tidak dilakukan
kan pemurnian, maka akan menyebabkan
korosi pada logam.
Air laut yang digunakan sebagai fluida pendingin untuk condenser,
condenser dialirkan dengan
menggunakan circulating water pump
pump. Untuk menyaring kotoran-kotoran
kotoran pada air laut, sebelum
masuk ke dalam condenser air laut disaring dengan menggunakan screnner.
.
Meskipun air laut sudah disaring, pada kenyataannya masih terdapat beberapa hewan laut yang
masuk ke dalam. Untuk mengusir
mengusir hewan laut tersebut, pada air laut diberi hipokhlorit dengan
konsentrasi 3 ppb (part per billion). Air laut masuk condenser dengan temperatur 28oC.
Air laut keluar dari condenser dengan temperatur 34oC. Kenaikan temperatur dari air laut ini
dikarenakan
ikarenakan air laut telah mending
mendinginkan uap panas dari ekspansi low pressure turbine.
turbine Saat air laut
dikembalikan lagi ke laut, selisih antara air laut yang telah mengalami proses dalam condenser

Turbin

79

dengan air laut pada lingkungan tidak boleh lebih dari 5oC. Hal ini dilakukan agar air sisa
condenser tidak merusak biota laut.
b. Circulate Water Pump (CWP)
Circulate water pump berfungsi untuk mengalirkan air laut yang sudah diberi hipoklorit
menuju ke condenser. CWP adalah bagian pertama dari ssistem
stem pendingin. Pompa ini yang
bertugas untuk mengambil air pendingin dari laut. Pompa ini biasanya terletak
terleta pada areal Water
Intake.. Pada PLTU Muara Karang terdapat 9 buah pompa CWP. Pompa ini bentuknya vertical
dengan suctionnya berada pada kedalaman laut yang agak dalam, sehingga bisa dihasilkan air
pendingin yang maksimal. Dari CWP, air dipompakan menuju duaa alat pendingin lainnya yakni
condenser dan Heat Exchanger.
LP Turbine

circulating
water pump

sea water

Gambar 2.
2.40. Sistem pada Circulating Water Pump
2.6. OPERASI STEAM TURBINE
2.6.1. Cold Start Up ( Start Dingin ).
Cold statr up adalah suatu proses pengoperasian dimana untuk temperatur inner metal pada
cold start up ini adalah 0~100 oC. Untuk periode waktu shutdown boiler adalah 48 jam. (Grafik
cold start up tiap unit dapat dilihat dilampiran).

Turbin

80

Standar operational untuk cold start up.


1. Unit walk down: Pada unit walk down ini dibutuhkan pengecekan peralatan dari masing
masing unit.












Persiapkan drum level pada kondisi normal.


Persiapkan HSD oil.
Persiapkan air Preheater pada kondisi normal.
Persiapkan. Force draft fan pada kondisi normal.
Persiapkan seal air booster fan start pada kondisi nomal.
Persiapkan FD cooling fan start pada kondisi normal.
Persiapkan furnace purge.
purge..
Persiapkan sootblowers.
Persiapkan air heater Emergency air drive.
Persiapkan auxlilary sistem.

2. Proses starting air heater.






Air heater harus posisi start.


Start shootblower pada air heater
heater.
Shootblower dijaga kontinyu untuk proses start up.

3. Pembukaan inlet damper FD fan





Pembukaan inlet damper FD fan 5 % - 10 % ( agar tidak terjadi back pressure pada sudu
turbin)
Pembukaan inlet damper FD fan untuk kondisi normal 30 %.( kondisi uap kering )

4. Proses Boiler purge.






Turbin

Secondary air dan flue gas damper harus pada posisi open.
FGD inlet outlet damper harus pada posisi close,, tujuannya agar rmemperoleh flow aliran
yang stabil.
Total boiler air flow > 30 %.

81

Inlet Damper
air heater pada
posisi close

FDF
Control
Drive

Air Heater A

FDF A
SCAH
Outlet Damper

Outlet Air Damper

FDF
Inlet Damper
By Pass Damper

To
Furnace
Boiler

Wind
Box

To Inlet Seal Air


Booster Fan
FDF
Control
Drive

By Pass Damper

FDF B

Air Heater B
SCAH
Outlet Damper
FDF

Outlet Air Damper

Inlet Damper

Inlet Damper
air heater pada
posisi close

Gambar 2.41
2.41. Inlet damper heater pada posisi close.
5. Igniter Burner


Penyalaan Igniter burner..

6. Pelaksanaan pemanasan Boiler ( boiler firing )








Tekanan oil burner untuk kondisi operasi boiler,dimana


,dimana temperature drum untuk 100 o C :
28o C/h atau pada temperature diatas 100 o C : 55o C/h.
Panas di absorbtion secara seimbang didalam furnace.
Termo-probe insert ke furnace
furnace.
Jika metal temperature drum saat pemanasan 100
100o C, maka kenaikan pemanasannya dari 45o
45
C/h sampai 55o C/h.
Saat temperature metal drum 120oC atau dengan tekanan 2 kg/cm2,, maka tutup vent valve
drum dan superheater.

Turbin

82












7.

Buka valve main steam pipa.


Check furnace temperature dengan termo probe.
Monitor dream level,, temperature metal drum dan kenaikan tekanan pada boiler.
Start Boiler feed Pump,, dengan mengecek boiler drum level.( bila diperlukan ).
Konfirmasi untuk level deaerator sesuai kondisi normal.
Condensate pump siap untuk pengoperasian.
pengoperasian..
Pesiapkan BFP auxiliary oil pump
pump.
Konfirmasi kontrol switch pada auto position.
Proses start boiler feedwater pump ( BFP ).
Check BFP motor ampere, valve flow pada kondisi open, discharge valve pada kondisi
open,auxiliary pump pada posisi stop.
Level deaerator pada kondisi normal.

Mengoperasikan Turbin ( turbin starting )








Konfirmasi untuk steam kondisi pada HP auxiliary steam dengan tekanan 14 kg/cm2 g.
Start auxiliary oil pump ( AOP ).
Tekanan oli hydrolic 14 kg/cm2g.
Stop oil pump turning gear (TGOP ) dan control switch pada posisi auto.
Check tekanan oli bearing
bearing, biasanya tekanan oli bearing 12 kg/cm2 g.
Buka beberapa valve yang meliputi turbin casing drain,MSV seat drain atas, MSV seat
drain bawah.

8. Persiapan start up generator

 Reset lockout relay (86G), check white lamp pada posisi ON.
 Menempatkan AVR transfer switch pada posisi MAN .

 Check cicuit breaker ( 41G ) posisi open, nyala lampu


pu pada posisi ON .
 Check earthing ( 64G ) pada posisi open.

9. Gland steam seal system untuk membentuk kondisi vakum pada kondensor.





Turbin

Operasikan boiler.
Operasikan control switch gland steam exhaust blower pada kondisi AUTO .
Buka valve inlet steam regulator dengan tekanan 0,07 kg/cm2 g.
Lakukan keseimbangan tekanan gland steam dengan pemberian exhaust spray.
spray
83




Control switch exhaust pada kondisi AUTO .


Konfirmasi tekanan kondnsor pada 680 mm Hg.

10. Starting turbin











Eccentricity poros turbin 110 % pada kondisi normal.


Batas ekspansi turbin 6,67 mm ~ 18,33 mm.
Standart firing rate tekanan boiler 60 kg/cm2g.
Control switch untuk initial pressure regulator pada posisi OUT THE SERVICE .
Set governor pada posisi high speed stop.
Control switch govermor pada kondisi RAISE .
Check control valve turbin fully open dengan melihat pada indicator posisi.
Buka valve MSV bypass.

11. Pengecekan operational turbin.




Lakukan pemeriksaan mungkin ada suara yang mencurigakan ((Rub.Check


Rub.Check)

12. Operational turbin




Operasikan Turbin dengan memutar Hand Wheel MSV sampai putaran 200
2 RPM dan sesaat
MSV ditutup kembali untuk pemeriksaan. Kemudian MSV dibuka
uka pelan-pelan
pelan
sampai




putaran Turbin 800 RPM ditahan selama 330 menit.


Naikkan putaran turbin ke 300 rpm sambil mengamati critical speed untuk turbin dan
generator.
Setelah putaran turbin steady pada 3000 rpm tunggu berapa saat untuk masuk jaringan.

2.6.2. Warm II Start Up ( Start Hangat ).


Warm start up adalah suatru proses dimana untuk temperature inner metal pada warm II start
up ini adalah 100 ~ 200 oC. Untuk periode waktu shutdown boiler adalah 48 jam.
Seperti halnya pada urutan proses cold start up, proses warm start ini memiliki kesaman proses
awalnya, tetapi perbedaannya terjadi pada interval waktu yang dibutuhkan untuk pembukaan inlet
valve damper.
Yakinkan bukaan inlet damper air heater pada kondisi open pada saat kondisi ini.
( Grafik warm II start up dapat dilihat di lampiran).
Standart Operational procedure warm II start up.

Turbin

84

1. Start boiler














Start FD Fan.
Start seal air booster fan.
Start boiler feed pump.
Start HSD oil pump.
Start furnace purge.
Light off warm up burner.
Insert furnace gas thermo probe
Auxiliary steam pada kondisi siap beroperasi.
Penarikan termo probe pada furnace gas untuk mengetahui temperature pada furnace.
RH gas damper pada posisi auto.
Penyalaan HSD oil.
Start pembebanan untuk load 15 -20 %
Start BFP.

2. Start Turbine














Turbin

Start condensate pump.


Start TGOP dan oil cooler
cooler.
Start turbin turning.
Start gland seal system
Turbin reset
Select computer pada CCR pada kondisi ON
Deaerator aux steam pada kondisi siap beroperasi.
Start condenser vacuum up
up.
Start AOP dan TGOP pada kondisi auto
Turbin siap beropearsi.
Lakukan RIB check kondisi.
Start rolling turbin.
Synchronizing generator
generator.

85

Inlet Damper
air heater pada
posisi open
FDF
Control
Drive

Air Heater A

FDF A
SCAH
Outlet Damper

Outlet Air Damper

FDF
Inlet Damper
By Pass Damper

To
Furnace
Boiler

Wind
Box

To Inlet Seal Air


Booster Fan
FDF
Control
Drive

By Pass Damper

FDF B

Air Heater B
SCAH
Outlet Air Damper

Outlet Damper
FDF
Inlet Damper

Inlet Damper
air heater pada
posisi open

Gambar 2.42.
2. Inlet Damper Air Heater harus pada Posisi Open.
Open
2.6.3. Warm I Start Up
Warm I start up adalah suatu pro
proses dimana untuk temperature inner metal pada cold start up
ini adalah 200 ~ 300 oC. Untuk periode waktu shutdown boiler adalah 24 jam. Yakinkan bukaan inlet
damper air heater pada kondisi open pada saat kondisi ini.
Standart Operational Procedure (SOP) warm II start up.
1.

Start boiler







Turbin

Start FD Fan.
Start seal air booster fan.
Start boiler feed pump.
Start HSD oil pump.
Start furnace purge.
86









2.

Light off warm up burner.


Insert furnace gas thermo probe
Auxiliary steam pada kondisi siap beroperasi.
Penarikan termo probe pada furnace gas untuk mengetahui temperature pada furnace.
RH gas damper pada posisi auto.
Penyalaan HSD oil
Start pembebanan untuk load 15 -20 %
Start BFP

Start turbin


















Turbin

Start condensate pump.


Start TGOP dan oil cooler
cooler.
Start turbin turning.
Turbin reset.
Select computer start up pada kondisi ON.
Start gland seal system
Deaerator aux steam pada kondisi siap beroperasi.
Start condenser vacuum up
up.
Start AOP dan TGOP pada kondisi auto
Turbin siap beropearsi.
Lakukan RIB check kondisi.
Start rolling turbin.
Synchronizing generator.
Putaran turbin dinaikan sampai RPM tertentu.
Stop AOP
Confirmasi
firmasi valve turbin pada kondisi tertutup.
Ext .Steam pada kondisi siap beroperasi.

87

2.6.4. Hot Start Up


Hot start up adalah suatu proes dimana untuk temperature inner metal pada cold start up ini
adalah 300 ~ 400 oC. Untuk periode waktu shutdown boiler adalah 8 jam. Yakinkan bukaan inlet
damper air heater pada kondisi open pada saat kondisi ini.
( Grafik hot start up dapat dilihat dilampiran).
Standart Operational Procedure
rocedure hot start up
up.
1.

Start boiler












2.

Start FD Fan
Start seal air booster fan.
Start boiler feed pump.
Start furnace purge.
Light off warm up burner.
HP by pass control beroperasi manual.
Buka valve damper reheat gas
gas( manual ).
Auxiliary steam pada kondisi siap beroperasi.
Penyalaan HSD oil
Reheat gas damper pada kondisi AUTO
Start BFP.

Start turbin












Turbin

Start AOP dam TGOP pada kondisi AUTO


Condensate pump dalam keadaan siap beroperasi.
Start gland steam condenser
condenser.
Deaerator Aux. Steam pada kondisi siap beroperasi.
Turbin reset.
Select computer start up pada kondisi ON
Start condenser vacuum up
up.
LP Bypass control beroperasi pada kondisi AUTO
Start turbin rolling.
Turbin turning siap beroperasi.
88









Lakukan RIB check.


Stop AOP.
Konfirmasi LP bypass control
control.
Synchronizing generator
generator.
Tahan pembebanan ( hold initial load ).
Confirmasi turbin drain pada kondisi closed.
Ext. steam to FW heater siap beroperasi.

2.6.5. Very Hot Start Up


Very hot start up adalah suatu pro
proses dimana untuk temperature inner metal pada hot start up
ini adalah 400 ~ 500 oC. Untuk periode waktu shutdown boiler adalah 2 jam. Yakinkan bukaan inlet
damper air heater pada kondisi open pada saat kondisi ini.
( Grafik very hot start up dapat dilihat dilampiran).
Standart Operational Procedure
rocedure very hot start up
1.

Start Boiler.












2.

Start FD Fan
Start seal air booster fan.
Start HSD oil pump.
Boiler feed pump kondisi siap beroperasi.
Start furnace purge.
Light off main burners.
HP by pass control beroperasi manual.
Buka valve damper reheat gas
gas.
Auxiliary steam pada kondisi siap beroperasi
Reset gas damper pada kondisi auto
Check silica drum press
press.

Start tubin




Turbin

Start AOP dam TGOP pada kondisi AUTO


Start gland steam condenser
condenser.
Start condensste pump.
89
















Deaerator Aux. steam pada kondisi siap beroperasi.


Turbin reset.
Select computer start up pada kondisi ON
Start condenser vacuum up
up.
LP Bypass control beroperasi pada kondisi AUTO
Start urbin rolling.
Turbin turning dalam keadaan siap beroperasi.
Lakukan RIB check.
Stop AOP.
Confirmasi LP bypass con
control pada kondisi finished.
Synchronizing generator
generator.
Tahan pembebanan ( hold initial load ).
Confirmasi turbin drain pada kondisi closed.
Ext. steam to FW heater siap beroperasi.

2.7. GANGGUAN-GANGGUAN
GANGGUAN PADA STEAM TURBINE
Dalam pengoperasiannya, steam turbine

terdapat kerugian-kerugian (losses


losses) transformasi

energi. Kerugian ini secara langsung menyebabkan berkurangnya energi bangkitan dari turbine tersebut
karena sebagian energi uap tidak terkonversi menjadi energi mekanik. Apabila kerugian-kerugian
kerugian
ini
cukup besar nilainya maka operasi turbine menjadi kurang efisien. Pada dasarnya losses memang tidak
bisa dihindari, namun dapat diminimalkan. Kerugian
Kerugian-kerugian
kerugian tersebut anatara lain:
a. Kerugian karena throtling uap masuk ((h) terutama ketika operasi start turbine dan beban
rendah
b. Kerugian karena gesekan uap pada nozzle dan sudu (Fix Blades dan Moving Blades)
c. Kerugian pada kebocoran perapatan antar tingkat sudu (labirint)
d. Kerugian akibat uap basah terutama pada sudu akhir LP Turbine.
e. Kerugian kecepatan ke atas (leaving loss)
f. Kavitasi
Kavitasi pada steam turbine terjadi uap yang masuk k dalam turbine tidak sepenuhnya
berwujud uap. Mungkin masih berwujud campuran (mixture) yang masih masih mengandung

Turbin

90

unsur air. Hal ini diakibatkan oleh


olehbeberapa faktor diantaranya pressure
ssure drop,
drop pembakaran pada
Boiler yang tidak sempurna. Timbulnya pressure drop bisa diakibatkan oleh head loss yang
terlalu besar, leakage/kebocoran,
/kebocoran, dll.

2.8. EFISIENSI STEAM TURBINE


Salah satu parameter yang digunakan untuk menetukan apakah kondisi turbin masih layak pakai
atau tidak adalah dari efisiensi turbin tersebut. Efisiensi turbine dapat ditentukan dengan menggunakan
Enthalpy Drop Methode sesuai dengan ASME Power Test Code Report PTC-6S, Simplified Procedures
for Routine Performance Test of Steam Turbine. Untuk menentukan efisiensi turbine digunakan
persamaan seperti berikut:

dimana:

EHP= efisiensi HP Turbine


h SHP= isentropic Enthalpy drop HP Turbine
h AHP = actual Enthalpy drop HP Turbine

dimana:

EIP= Efisiensi IP Turbine


hSHP= isentropic Enthalpy drop IP Turbine

hAIP= actual Enthalpy drop IP Turbine

Untuk menentukan besarnya actual Enthalpy drop digunakan persamaan sebagai berikut:
hAHP = hMS - hCR

hAIP = hHR - hEX


dimana:

hMS = Enthalpy dari Main Steam


hCR = Enthalpy dari cold reheat steam
hHR = Enthalpy dari hot reheat steam
hEX = Enthalpy dari IP Exhaust steam

Enthalpy dihitung dari ASME steam table dengan parameter Tekanan (P) dan Temperatur (T)

Turbin

91

hMS : f ((PMS + PATM), TMS)


hCR : f ((PCR + PATM), TCR)
hHR : f ((PHR + PATM), THR)
hEX : f (PEX, TEX)
Perhitungan isentropic enthalpy drop adalah sebagai berikut:
hSHP = hMS hSHP
hSIP = hHR - hSIP
dimana :

hSHP = enthalpy dari uap yang berekspansi pada kondisi exhaust dari HP Turbine
hSIP = enthalpy dari uap yang berekspansi pada kondisi exhaust dari IP Turbine

Enthalpy dihitung dari ASME steam table dengan parameter tekanan (P) dan Entropy (s) sebagai
berikut:
hSP :

f((PCR = PATM), SMS)

hSIP :

f(PEX, SHR)

entropy dihitung dari steam table menggunakan tekanan (P) dan Temperatur (T) sebagai berikut :
SMS : f((PMS = PATM), SMS)
SHR : f((PHR = PATM), THR)

kondisi mixture/campuran
kondisi sub-cold

entalpi

entropi

kondisi uap jenuh

Turbin

92

Contoh Tabel Properties H2O pada tabel Termodinamika

Gambar 2.47. Contoh


ontoh Diagram Mollier yang Dinyatakan dalam Entalpi-Entropi
Entalpi
(h-s Diagram)

2.9. MAINTENANCE / PERAWATAN STEAM TURBINE


Maintenance/ perawatan Steam Turbine diklasifikasikan berdasar pada beberapa tahap. Secara
umum, perawatan pada steam Turbine diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu Rutin/Prevetive,
Rutin/
Predictive, corective maintenance.
2.9.1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan atas dasar interval waktu
tertentu (hari, minggu,, bulan, jam operasi atau kali operasi) yang telah ditetapkan terlebih dulu atau
kriteria tertentu lainnya serta dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan dari suatu item peralatan
mengalami kondisi yang tak diinginkan.

Turbin

93

Namun demikian, ruang lingkup pekerjaan Preventive Maintenance tidak termasuk bongkar
pasang peralatan atau overhaul peralatan. Dengan demikian, temuan-temuan
temuan kerusakan serta
penanganan tindak lanjutnya tidak lagi termasuk Preventive Maintenance,, namun sudah masuk pada
kriteria Corrective Maintenance, Overhaul atau Proactive. Pelaksanaan Preventive Maintenance
dilakukan tanpa harus melakukan shutdown unit pembangkit.
Tindakan-tindakan
tindakan yang perlu dilakukan dalam perawatan ini dikenal sebagai TLC (Tight, Lube,
Clean// pengencangan, pelumasan, dan pembersihan). Perawatan pada preventive ini hanya melakukan
tindakan-tindakan
tindakan semacam pengencangan baut dan ko
komponen-komponen
komponen lain yang perlu dikencangan
dan pengcekan pelumas.
Dalam preventive maintenance terdapat tindakan-tindakan
tindakan inspeksi. Tindakan inspeksi
dibeedakan menjadi 3, yaitu:
a. Simple Inspection (SI)
Scope kerja dari pemeliharaan ini adalah pemeriksaan pada pemeriksaan Main Stop Valve
(MSV) dan Control Valve (CV
(CV).
). Pemeriksaan dilakukan hanya pada sebatas pemeriksaan
kondisi dari MSV dan CV apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Tanpa melakukan
pelepasan.
b. Mean Inspection (ME)
Tindakan yang dilakukan dilakukan pada bearing.. Data yang didapatkan dari mean
inspection akan digunakan sebagai data pada serious inspection. Mean inspection dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan level dan kondisi pelumas pada ra
radial
dial dan axial bearing.
c. Serious Inspection (SE)
Pada serious inspection tindakan yang dilakukan berdasarkan pada data dari mean
inspection. Pada serious inspection apabila dirasa part/komponen dari steam turbine sudah
tidak layak pakai, maka dilakukan pergantian part/komponen tersebut.

2.9.2. Predictive Maintenance


Predictive maintenance pada steam Turbine merupakan perawatan yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi berdasarkan vibrasi, temperatur, dan pelumas pada saat itu. Pengecekan yang perlu
dilakukan adalah pengecekan vibrasi/getaran, temperatur dari peralatan, dan properties pelumas yang
telah diambil samplenya secara rutin.

Turbin

94

Pemeliharaan ini ditujukan


kan untuk melihat tren dari kondisi vibrasi, temperatur dan pelumas.
Apabila ditemukan adanya anomaly dari level normal, maka frekuensi pengambilan data semakin
diperpendek.
Pemeliharaan yang dilakukan dengan melakukan kegiatan Condition Monitoring dan diagnosis
gejala kerusakan suatu peralatan serta melakukan kajian Failure Analysis secara dini sehingga tindakan
pemeliharaan selanjutnya dapat dilakukan tepat sebelum terjadinya kerusakan/kegagalan. Pelaksanaan
Predictive Maintenance dilakukan tanpa harus melakuka
melakukan shutdown unit pembangkit, namun
dimungkinkan bila hanya membutuhkan shutdown peralatan. Dengan demikian, pekerjaan Predictive
Maintenance dalam pelaksanaanya merupakan kegiatan monitoring secara berkala atas dasar interval
waktu, interval operasi atau kriteria
iteria tertentu lainnya yang ditetapkan lebih dulu. Tindak lanjut terencana
dari kegiatan Predictive Maintenance seperti perbaikan atau penggantian part dari suatu peralatan.
peralatan

2.9.3. Corrective Maintenance


Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan atau perbaikan peralatan yang tidak
terjadwal atau suatu pemeliharaan yang dilakukan untuk mengembalikan (termasuk memperbaiki dan
adjusment) peralatan yang tidak bekerja supaya berfungsi sebagaimana mestinya. Corrective
Maintenance dapat dilakukan saat pperalatan sedang beroperasi maupun stand by ataupun peralatan
sedang tidak beroperasi.

2.9.4. Proactive Maintenance


Suatu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mengatasi akar penyebab kegagalan suatu
peralatan, dengan melakukan tindakan berupa modifikasi atau penggantian peralatan yang bersifat
untuk mengembalikan atau menambah kemampuan dan keandalan peralatan atau unit pembangkit.
Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan ini bisa bersifat menambah asset dan bisa juga hanya
menyempurnakan kinerja peralatan aatau unit.. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari problem
solving yang direkomendasikan oleh Bidang Engineering.

Turbin

95

Anda mungkin juga menyukai