Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN KERJA PRAKTEK

EVALUASI KINERJA KONDENSOR PASCA TUBES


PLUGGING DI PT. INDONESIA POWER PLTU JAWA
TENGAH 2 ADIPALA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan


Mata Kuliah Kerja Praktek

Oleh :
Ibnu Maahira Mutafaa’ila
I0416039

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Kerja Praktek ini dalam keadaan sehat wal afia’d, serta diberikan
kemudahan dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini yang berjudul “Evaluasi
Peforma Kondensor Pasca Tubes Plugging Di PT.Indonesia Power UJP PLTU
Jawa Tengah 2 Adipala” sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Kerja Praktek yang dilaksanakan penulis merupakan salah satu syarat
dalam kurikulum pendidikan S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret, yang nantinya akan menghasilkan Laporan Kerja Praktek yang
digunakan sebagai syarat kelulusan mata kuliah kerja praktek pada semester 6.
Kerja Praktek yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui penerapan teori yang
diperoleh dari bangku perkuliahan ke dalam dunia industri dan mendapatkan
gambaran mengenai iklim dan suasana kerja di lingkungan industri.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam terrealisasinya Kerja Praktek ini serta dalam menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek ini :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah meberikan berkat, rahmat, dan anugerah-
Nya dalam menyelesaikan Kerja Praktek ini.
2. Kedua orang tua yang telah senantiasa memberikan dukungan berupa doa,
moral, materiil, dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini kepada
penulis.
3. Bapak Dr. Eng. Syamsul Hadi, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi S1
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak Agung Tri Wijayanta, M.Eng., Ph.D. selaku Koordinator Kerja
Praktek S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak Wibowo, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik.

iv
6. Bapak Agus Aopik selaku Ahli Madya (AMA) Turbine PLTU Jawa Tengah 2
Adipala dan juga selaku pembimbing lapang yang telah berkenan
membimbing dan membantu penulis selama proses Praktek Kerja Lapangan
berlangsung.
7. Seluruh Staff dan Karyawan departemen pemeliharaan di PT. Indonesia
Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala yang telah menerima dan
membimbing penulis serta memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis
selama Kerja Praktek.
8. Seluruh Staff dan Karyawan di PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah
2 Adipala.
9. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan laporan Kerja Praktek.
10. Semua pihak yang telah membantu membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan Laporan Kerja Praktek ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
Laporan Kerja Praktek ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya.

Surakarta, 13 Maret 2019

Penulis

v
RINGKASAN

“EVALUASI KINERJA KONDENSOR PASCA TUBES PLUGGING DI PT.


INDONESIA POWER PLTU JAWA TENGAH 2 ADIPALA”

Ibnu Maahira Mutafaa’ila

Pada proses pembangkitan energi listrik di PLTU, salah satu bagian yang paling
penting adalah Kondensor, Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan
pipa dan digunakan untuk mengubah uap menjadi zat cair. Dalam penggunaanya
kondensor diletakkan diluar ruangan yang sedang didinginkan supaya panas yang
keluar saat pengoprasiannya dapat dibuang keluar sehingga tidak mengganggu
proses pendinginan. Dalam tulisan ini, dijelaskan evaluasi kinerja kondensor
sesudah pemberian plug pada tube kondensor. Pembangkit yang digunakan
sebagai objek penelitian adalah pembangkit listrik PT. Indonesia Power UJP
Jawa Tengah 2 Adipala. Pembangkit memiliki kapasitas 1x660MW. Pada UJP
PLTU Jawa Tengah 2 Adipala jenis kondensor yang dipakai adalah surface
condenser, dimana uap dan air pendingin terpisah. Itu efisiensi kondensor
dipengaruhi oleh nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh, perbedaan suhu
rata-rata logaritmik(LMTD), dan faktor kebersihan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah operasi data pada Oktober 2017, November 2018, dan
Februari 2019. Setelah pemberian plug kedua, dari analisis diperoleh hasil bahwa
terjadi kenaikan nilai LMTD (16% kondensorA;27% kondensor B)dan kenaikan
Temperature Rise(53% kondensor A dan 33% kondensor B).Pemberian plug
ketiga dari analisis diperoleh hasil bahwa Terjadi penurunan nilai LMTD(11%
kondensor A; 7% kondensor B), penurunan niai Temperature Rise(1,2%
kondensor A; 4,1% kondensor B), dan kenaikan nilai koefisien perpindahan panas
menyeluruh(76% kondensor A; 63,3% kondensor B) Dari hasil ini menunjukkan
bahwa pemberian plug pada tube dapat mengurangi kinerja dari kondensor.
Kata kunci: Kondensor, Tubes Plugging, Kinerja Kondensor , PLTU.

vi
In electrical energy generation process in PLTU, one of the most important parts
is condenser, condenser is a tool consisting of pipelines and used to turn steam
into liquid substances. In this paper, described the evaluation of the condenser
performance after the introduction of the condenser tube plug. The plant used as a
research object is the power plant of PT. Indonesia Power UJP Jawa Tengah 2
Adipala. The generator has a capacity of 1x660MW. In the Central Java PLTU 2
Adipala type of condenser used is surface condensers, where steam and cooling
water is separate. That condenser efficiency is influenced by the value of a
thorough heat transfer coefficient, the average temperature difference of
logarithmic (LMTD), and the hygiene factor. The data used in this study were
operations of data on October 2017, November 2018, and February 2019. After
administration of the second plug, from the analysis obtained the result that there
was an increase in the value of LMTD (16% Condensora; 27% condenser B) and
increased Temperature Rise (53% condenser A and 33% condenser B). The
introduction of third plug of the analysis obtained the result that A decrease in the
value of LMTD (11% condenser A; 7% condenser B), decreased Niai
Temperature Rise (1, 2% condenser A; 4.1% condenser B), and the increase in the
value of heat transfer coefficient (76% A Condenser; 63.3% Condenser B) From
this result shows that the tube plug-in can reduce the performance of the
condenser.
Keywords: Condenser, Tubes Plugging, Condenser Performance, Steam Power
Plant

DAFTAR ISI

vii
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
RINGKASAN.........................................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup permasalahan...............................................................2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek.....................................3
1.4 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Kerja Praktek..................................3
1.4.1 Tujuan diadakannya Kerja Praktekini.............................................3
1.4.2 Manfaat dari Kerja Praktek.............................................................3
1.5 Sistematika Penulisan Laporan..............................................................4
1.6 Metode Pengumpulan Data....................................................................5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN....................................................6
2.1 Sejarah Singkat PT. Indonesia Power....................................................6
2.2 Visi, Misi, Motto, Kompetensi Inti, Paradigma, dan Tujuan
PT. Indonesia Power..............................................................................8
2.2.1 Visi PT. Indonesia Power ................................................................8
2.2.2 Misi PT. Indonesia Power ...............................................................9
2.2.3 Motto PT. Indonesia Power..............................................................9
2.2.4 Kompetensi Inti................................................................................9
2.2.5 Paradigma PT. Indonesia Power.......................................................9
2.2.6 Tujuan PT. Indonesia Power............................................................9
2.3 Logo Instansi PT. Indonesia Power.....................................................10
2.4 Budaya Perusahaan PT. Indonesia Power............................................12
2.5 Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi PT. Indonesia Power....14
2.6 Profil PT.Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala...........15
2.7 Lokasi PT.Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.........16

viii
2.8 Struktur Organisasi..............................................................................18
2.9 Jam Kerja.............................................................................................22
2.10 Dampak Lingkungan...........................................................................23
2.11 Kebijakan LK3 (Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja)...........23
2.12 Data Teknik Komponen Utama PLTU Jawa Tengah 2 Adipala..........25
BAB III LANDASAN TEORI...................................................................................
3.1 Siklus Umum Pembangkitan Energi Listrik pada PLTU
Jawa Tengah
2 Adipala...........................................................................................29
3.2 Peralatan Utama pada PLTU Jawa Tengah 2 Adipala........31
3.3 Siklus Air Dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa
Tengah 2 Adipala............................................................................37
3.3.1 Sistem Air kondensat......................................................................37
3.3.2 Sistem Air Umpan..........................................................................39
3.4 Siklus Uap Dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa
Tengah 2 Adipala............................................................................41
3.4.1 Sistem Uap Penggerak Turbine......................................................41
3.4.2 Sistem Uap Ekstraksi Turbine..............................................42
3.4.3 Sistem Bypass Turbine...........................................................45
3.5 Siklus Air Pendingin Closed Cycle Cooling Water System
(CCCW).........................................................................................................46
3.6 Maintenance (Pemeliharaan).....................................................63
3.6.1 Metode Maintenance.................................................................63
3.6.2 Jenis-Jenis Maintenance pada Pompa...............................64
3.6.3 Condition Based Maintenance.......................................................65
3.7 Condenser.........................................................................................51
3.9.1 Pengertian Kondensor....................................................................51
3.9.2 Klasifikasi Kondensor....................................................................53
3.9.3 Alat Bantu Vakum..........................................................................54
3.9.4 Sistem Pemeliharaan Kondensor....................................................56
3.9.5 Penurunan Tingkat Kinerja Kondensor..........................................59
3.8 Tubes Plugging Pada Kondensor................................................66
3.9 Tekanan Vakum................................................................................67

ix
3.10 Kinerja Kondensor Pada Kondensor..............................................68
3.10.1 Log Mean Temperature Difference.................................................68
3.10.2 Temperature Rise............................................................................68
3.10.2 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh(U)...............................69
3.11 Meningkatkan Kinerja Kondensor...........................................69
3.11.1 Kebersihan Permukaan Tube Sisi Air Pendingin............................69
3.10.2 Retubing..........................................................................................69
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................71
4.1 Spesifikasi Kondensor.........................................................................71
4.2 Historical Data Kondensor ..................................................................72
4.2.1 Plugging Pada Kondensor................................................................72
4.2.2 Parameter Operasi Pada DCS...........................................................73
4.3 Metode dan Hasil Perhitungan.............................................................77
4.3.1 Log Mean Temperature Difference(LMTD).....................................77
4.3.2 Temperature Rise..............................................................................77
4.3.3 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh.......................................77
4.4 Analisis Data Hasil Perhitungan..........................................................78
4.4.1 Log Mean Temperature Difference(LMTD).....................................78
4.4.2 Temperature Rise(TR)......................................................................80
4.4.3 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh(U).................................81
4.5 Analisis Keseluruhan...........................................................................82
BAB V PENUTUP.................................................................................................84
5.1 Kesimpulan..........................................................................................84
4.1 Saran....................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................86
LAMPIRAN...........................................................................................................87

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Instansi......................................................................................10


Gambar 2.2 Budaya Perusahaan............................................................................12
Gambar 2.3 PLTU Jawa Tengah 2 Adipala............................................................15
Gambar 2.4 Lokasi PLTU Jawa Tengah 2 Adipala................................................17
Gambar 2.5 Overview PLTU Jateng 2 Adipala Tampak Atas................................17
Gambar 2.6 Struktur Manajer Operasi...................................................................18
Gambar 2.7 Struktur Manajer Pemeliharaan..........................................................19
Gambar 2.8 Struktur Manajer Enjinering..............................................................20
Gambar 2.9 Struktur Manajer Administrasi...........................................................20
Gambar 2.10 Struktur Manajer Pengelolaan Energi Primer..................................21
Gambar 3.1 Siklus Umum PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.........................31
Gambar 3.2 Boiler PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.................................................32
Gambar 3.3 Steam Turbine PLTU Jawa Tengah 2 Adipala......................33
Gambar 3.4 Generator.......................................................................................34
Gambar 3.9 Generator Transformator..........................................................35
Gambar 3.10 Condenser........................................................................................36
Gambar 3.11 Diagram Alir Sistem Air kondensat.......................................38
Gambar 3.12 Diagram Alir Sistem Air Umpan.........................................40
Gambar 3.13 Sistem Uap Penggerak Turbine..........................................42
Gambar 3.14 Diagram Alir Sistem Uap Ekstraksi HP & IP Turbine...43
Gambar 3.15 Diagram Alir Sistem Uap Ekstraksi LP Turbine.............44
Gambar 3.16 Flash Tank...................................................................................44
Gambar 3.17 HP Bypass...................................................................................45
Gambar 3.18 LP Bypass...................................................................................45
Gambar 3.19 Diagram Alir Sistem Bypass Turbine....................................46
Gambar 3.20 Diagram Alir Closed Cycle Cooling Water System......47
Gambar 3.21 Struktur Kondensor..........................................................................52
Gambar 3.22 Direct contact Kondensor................................................................53
Gambar 3.20 Liquid Ring Vacuum Pump...............................................................54
Gambar 3.21 Steam Jet Ejector..............................................................................55

xi
Gambar 3.22 Ball Cleaning Condenser.................................................................57
Gambar 3.23 Checking Air Leakage......................................................................58
Gambar 3.24 Anode Pada Kondensor....................................................................59
Gambar 3.25 Fouling Pada Kondensor..................................................................60
Gambar 3.26 Grafik Cooling Water Flow..............................................................62
Gambar 3.27 Seveere Corrosion Tube...................................................................63
Gambar 3.28 Grafik Temperature Cooling Water..................................................64
Gambar 3.29 Air Leakage Kondensor ...................................................................65
Gambar 3.30 Tube Plugging Pada Kondensor.......................................................66
Gambar 3.31 Perbandingan Tekanan.....................................................................67
Gambar 3.32 Retubing in Condenser.....................................................................70
Gambar 4.1 Historical Plugging............................................................................72
Gambar 4.2 Parameter Operasi 29 Oktober 2017..................................................73
Gambar 4.3 Parameter Operasi 29 Oktober 2017..................................................74
Gambar 4.4 Parameter Operasi 02 November 2018..............................................74
Gambar 4.5 Parameter Operasi 02 November 2018..............................................75
Gambar 4.6 Parameter Operasi 09 Februari 2019..................................................75
Gambar 4.7 Parameter Operasi 09 Februari 2019..................................................76
Gambar 4.8 Grafik Nilai LMTD Pasca Tubes Plugging........................................79
Gambar 4.9 Grafik Nilai TR Pasca Tubes Plugging..............................................80
Gambar 4.10 Grafik Nilai U Pasca Tubes Plugging..............................................81

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Main Technical Parameter.....................................................................71


Tabel 4.2 Mainly Material.....................................................................................72
Tabel 4.3 Data Parameter Operasi Adipala............................................................76
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan LMTD.......................................................................77
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan TR.............................................................................77
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Luasan Perpindahan Panas.......................................78
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Beban Panas Kondensor...........................................78
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan U...............................................................................78
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Secara Keseluruhan..................................................82

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah perguruan tinggi yang
bertujuan agar mahasiswa mampu belajar dan mengetahui suatu lingkungan
kerja sehingga diharapkan menjadi lebih terampil saat memasuki dunia kerja.
Dengan adanya kerja praktek ini mahasiswa dituntut untuk dapat
menerapakan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan untuk dapat
memecahkan masalah-masalah dan menemukan solusi yang timbul di dalam
dunia industri sehingga mahasiswa dapat menjadi lebih kreatif dan inovatif
serta lebih siap menghadapi tantangan di dunia industri.
Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret merupakan calon-calon sarjana yang diharapkan memiliki
kompetensi unggul yang mampu bersaing dengan sarjana dari perguruan
tinggi lain, serta mampu menciptakan etos kerja yang tinggi dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam kerja praktek ini diharapkan
mampu menjadi sarana pembelajaran, pemahaman, dan pengaplikasian ilmu
mahasiswa di dunia kerja khususnya kebutuhan di dunia industri, sehingga
terdapat hubungan timbal balik antara lingkungan pendidikan dan dunia
industri yang dapat membantu membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Kerja praktek kali ini dilaksanakan di PT. Indonesia Power UJP Jawa
Tengah 2 Adipala. PLTU Jawa Tengah 2 Adipala merupakan pembangkit
listrik yang menggunakan supercritical boiler dengan bahan bakar utama
adalah batubara low rank coal. Terdiri dari satu unit dengan kapasitas
produksi listrik 660 MW, PLTU Jawa Tengah 2 Adipala merupakan salah satu
penyuplai kelistrikan sistem Interkoneksi 500 kV Jawa, Madura, Bali
(JAMALI).
Pada PLTU terdapat beberapa komponen utama, kompenen alat bantu,
dan alat pendukung. Salah satu komponen utama pada PLTU Adipala yaitu
Boiler. Turbin, Condensor dan Pompa. Dalam siklus sistem air kondensat
diperlukan kondensator untuk mengkondensasikan uap agar menjadi air, air

1
tersebut yang nantinya akan digunakan kembali untuk siklus PLTU. Namun
karena beroperasi terus menerus. Kondensator dapat mengalami kerusakan.
Dimana kerusakan tersebut salah satunya yaitu kebocoran yang terjadi pada
tube kondensor, jika kebocoran ini terjadi maka air pendingin yang berasal
dari air laut dapat menyebabkan korosi pada peralatan unit yang lain, maka
dari itu kebocoran ini harus diatasi, salah satu caranya adalah tubes plugging
yaitu menyumbat tubes yang bocor dengan plug.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis pada kesempatan ini
bermaksud untuk mengangkat judul tentang “EVALUASI KINERJA
KONDENSOR PASCA TUBES PLUGGING DI PT. INDONESIA POWER
UJP PLTU JAWA TENGAH 2 ADIPALA”.

1.2 Ruang Lingkup Permasalahan


Ruang lingkup utama yang ingin dikaji dalam pelaksanaan kerja praktek
lapangan ini adalah mengenai proses pembangkitan energi listrik di PT.
Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala. Mengingat luasnya
kondisi pekerjaan yang ada pada PLTU Jawa Tengah 2 Adipala, maka dalam
laporan ini penulis akan menyajikan laporan pertanggungjawaban dalam
ruang lingkup lebih spesifik mengenai Evaluasi Peforma Kondensor Pasca
Tubes Plugging di PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


Kerja Praktek dilaksanakan selama satu bulan mulai tanggal 13 Januari
2019 hingga 14 Maret 2019 di PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah
2 Adipala, yang beralamat di Jl. Laut, Desa Bunton, Kecamatan Adipala,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat dari Pelaksanaan Kerja Praktek


1.4.1 Tujuan diadakannya Kerja Praktek ini
 Menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di Program
Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
dan mendapat pengalaman kerja lapangan.

2
 Mengenal dunia kerja secara umum dan memperkenalkan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret ke masyarakat
luas.
 Memperoleh kesempatan untuk mengenali, mempelajari, dan
mencari solusi berbagai permasalahan dalam dunia kerja.
 Melengkapi mata kuliah KP pada Satuan Kredit Semester (SKS)
semester VI Program Studi S-1 Teknik Mesin,Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
 Mengasah keterampilan problem solving dalam dunia kerja.
 Melatih komunikasi dan kerja sama tim di dunia kerja.
 Melatih keterampilan dalam mempresentasikan hasil pelaksanaan
kegiatan kerja praktek.

1.4.2 Manfaat dari Kerja Praktek ini


1. Bagi Mahasiswa
 Sebagai aplikasi pengetahuan atas teori yang telah diperoleh dari
bangku kuliah serta menjadi langkah awal dalam penyusunan
Tugas Akhir.
 Sebagai persiapan dini untuk memasuki dunia kerja.
 Merupakan kesempatan untuk memperkaya ilmu dan memahami
suatu profesi dalam dunia kerja dengan terjun langsung ke dalam
sebuah perusahaan.
 Mengenali, mempelajari dan mencari solusi tentang berbagai hal
permasalahan yang sering terjadi di lapangan dunia kerja dengan
bimbingan secara langsung dari pihak perusahaan khususnya oleh
tenaga-tenaga ahli dibidangnya.
2. Bagi Perguruan Tinggi
 Dapat menguji sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
mengaplikasi teori dengan kenyataan di lapangan.
 Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kurikulum masa
mendatang.
 Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan perusahaan.

3
3. Bagi Perusahaan
 Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih
mengenal tentang perusahannya.
 Sebagai sumbangsih perusahaan dalam ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa.
 Menjalin hubungan kerja sama dalam penyaluran lulusan
perguruan tinggi sebagai tenaga kerja perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan


Di dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini, sistematika
penyusunan yang digunakan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, ruang lingkup permasalahan,
waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, tujuan dan manfaat dari
pelaksanaan kerja praktek, sistematika penulisan laporan, dan metode
pengumpulan data.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Membahas tentang profil, paradigma, visi, misi, motto, tujuan,
filosofi, budaya, letak geografis, struktur organisasi, jam kerja,
kebijakan LK3 (Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja), serta
mencakup sekilas sejarah perkembangan dan data teknik komponen
utama PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori–teori secara umum yang
digunakan pada pembangkit PLTU Jawa Tengah 2 Adipala, condenser,
maintenance, kinerja kondensor dan cara meningkatkan kinerja
kondensor.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini adalah inti dari topik yang telah dipilih oleh penulis yaitu
tentang evaluasi kinerja kondensor pasca tubes plugging yang
dilakukan di PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.

4
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran terhadap evaluasi kinerja kondensor
pasca tubes plugging yang dilakukan di PT. Indonesia Power UJP
PLTU Jawa Tengah 2 Adipala serta pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan.

1.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah suatu cara penulisan yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap, tepat, jelas yang
berhubungan dengan kegiatan Praktek Kerja Lapangan. Metode dalam
pengumpulan data dan informasi dalam pembuatan laporan Praktek Kerja
Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati secara langsung ke
lapangan mengenai objek Praktek Kerja Lapangan, agar mendapat
gambaran secara riil tentang proses yang terjadi dan mendapatkan data-
data secara akurat.
2. Metode Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung
dengan pembimbing atau teknisi yang bersangkutan agar mendapatkan
gambaran yang lebih jelas dan spesifik tentang materi yang akan
dipelajari.
3. Metode Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari
semua literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan
dibahas.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA POWER UJP PLTU JAWA
TENGAH 2 ADIPALA

2.1 Sejarah Singkat PT. Indonesia Power


PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) adalah anak perusahaan PT PLN
(Persero) yang didirikan pada 3 Oktober 1995. Produk utama PJB adalah
operasi unit pembangkit listrik dengan mekanisme penyampaian yang dikirim
langsung pada pelanggan. Hal tersebut dinyatakan dengan EAF (Equivalent
Availability Factor) Declare. EAF Declare berisi bahwa energi listrik dikirim
langsung kepada pelanggan melalui saluran transmisi tenaga listrik
berdasarkan kontrak jual beli, dan jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit
melalui layanan pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit berdasarkan
kontrak O&M (Operation and Maintenance).
Pada awal tahun 1990-an, Pemerintah Indonesia mempertimbangkan
perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah kearah deregulasi
tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I yang dipertegaskan
dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 tahun 1992 tentang
pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik
swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Mentri Pertambangan dan Energi (MPE)
menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sarana dan kebijakan pembangunan
sub-sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang
restruktuasi sektor ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada
tahun 1994 PLN diubah statusnya dari perum menjadi Persero.
Setahun kemudian tepatnya tanggal 3 Oktober 1995. PT. PLN (Persero)
membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk memisahkan misi
sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT.
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa - Bali I, atau lebih dikena dengan PT PLN
PJB I. Anak perusahaan ini ditunjukan untuk menjalankan usaha komersial
pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

6
Pada tanggal 3 Okrober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang
kelima, Manajemen Perusahaan mengumumkan secara resmi perubahan
nama PLN PJB I menjadi PT. Indonesia Power. Perubahan nama ini
merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam
bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan
yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Walaupun sebagai perusahaan komersial dibidang pembangkitan baru
didirikan pada pertengahan tahun 1990-an, Indonesia Power mewarisi
berbagai sejumlah aset berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukung
lainnya. Pembangkitan-pembangkitan tersebut memanfaatkan teknogi
modern berbasis computer dengan menggunakan berbagai energi primer
seperti: air, batubara, panas bumi, dan sebagainya. PLTA Plengan, PLTA
Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada
tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat
dipandang bahwa secara kesejarahan pada dasarnya usia PT. Indonesia Power
sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangkit yang
dimiliki oleh PT. Indonesia Power dikeola dan dioperasikan oleh 5 Unit
Pembangkitan, seperti : Suralaya, Saguling, Mrica, Semarang, dan Bali.
Secara keseluruhan, PT. Indonesia Power memiliki kapasitas sebesar
15.595 MW per tahun 2019. Kapasitas ini merupakan kapasitas terpasang
terbesar yang dimiiki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia, PT.
Indonesia Power memiliki 5 Unit Pembangkitan (UP), 3 Unit Pembangkitan
dan Jasa Pembangkitan (UPJP), 12 Unit Jasa Pembangkitan (UJP), dan 1 Unit
Bisnis Jasa Pemeliharaan (UJH).
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pembangkitan tenaga listrik
serta jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit, PT. Indonesia Power
memegang peranan penting dalam kelistrikan di Indonesia sejak dibentuknya
pada tanggal 3 Oktober 1995. Dengan berawal dari pengelolaan pembangkit
listrik JAMALI (Jawa-Madura-Bali), saat ini Indonesia Power telah
melakukan pengembangan bisnis jasa operasi dan pemeliharaan di seluruh
Indonesia baik melalui anak perusahaan, maupun melapui usaha patungan.
PT. Indonesia Power mengelola 5 Unit Pembangkitan (UP), yaitu UP

7
Suralaya, UP Semarang, UP Bali, UP Saguling dan UP Mrica, 1 Unit Jasa
Pemeliharaan (UJH), 12 Unit Jasa Pembangkitan (UJP), yaitu UJP Banten 1
Suralaya, UJP Banten 2 Labuan, UJP Banten 3 Lontar, UJP Jawa Barat 2
Pelabuhan Ratu, UJP Jawa Tengah 2 Adipala, UJP PLTGU Cilegon, UJP
PLTU Barru, UJP PLTU Jeranjang, UJP PLTU Sanggau, UJP PLTU
Houltecamp, UJP Sintang, dan UJP Pangkalan Susu, serta Unit Pembangkitan
(UPJP), yaitu UPJP Priok, UPJP Perak dan Grati, dan UPJP Kamojang.

2.2 Visi, Misi, Motto, Kompetensi Inti, Paradigma, dan Tujuan PT.
Indonesia Power
Sebagai perusahaan pembangkit listrik tenaga uap di Indonesia dan
dalam rangka menyongsong era persaingan global maka PT. Indonesia Power
mempunyai visi yaitu Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh
berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini PT. Indonesia Power telah
melakukan langkah-langkah antara lain melakukan usaha dalam bidang
ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan,
berdasarkan kaidah industri dan niaga sehat, guna menjamin keberadaan dan
pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Kiprah PT Indonesia Power dalam pengembangan usaha penunjang di
bidang pembangkit tenaga listrik, PT. Indonesia Power telah membentuk anak
perusahaan PT. Cogindo Daya Bersama dengan saham 99,9% yang bergerak
dalam bidang jasa pelayanan dan manajemen energi dengan penerapan
konsep cogeneration, energy outsourching, energy efficiency assesment
package, dan distributed generation. Sedangkan PT. Indonesia Power
mempunyai saham 60% di PT. Arada Daya Coalindo yang bergerak dalam
bidang usaha perdagangan batubara. Aktivitas kedua anak perusahaan ini
diharapkan dapat lebih menunjang peningkatan pendapatan perusahaan di
masa yang akan datang.
2.2.1 Visi PT. Indonesia Power
“Menjadi Perusahaan Energi Tepercaya yang Tumbuh Berkelanjutan”.

8
2.2.2 Misi PT. Indonesia Power
“Menyelenggarakan Bisnis Pembangkitan Tenaga Listrik dan Jasa
Terkait yang Bersahabat dengan Lingkungan”.
2.2.3 Motto PT. Indonesia Power
“Trust us for power excellence”
2.2.4 Kompetensi Inti
“Operasi Pemeliharaan Pembangkit dan Pengembangan Pembangkit”
2.2.5 Paradigma PT. Indonsia Power
“Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari
ini”.
2.2.6 Tujuan PT. Indonesia Power
 Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-
menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
 Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara
berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan
tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada
permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
 Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh
pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
 Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta
mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan,
efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
 Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling
menghargai antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong
terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.

9
2.3 Logo Instansi PT. Indonesia Power

Gambar 2.1 Logo Instansi


(Sumber : https://indonesiapower.co.id)

Logo instansi tersebut mempunyai makna sebagai berikut :


a) Bentuk lambang, warna, dan makna lambang perusahaan umum listrik
negara. (SK Direksi PLN No. 031/DIR/76 tanggal 1 Juni 1976)
 Bidang Persegi Panjang Vertikal Menjadi bidang dasar bagi
elemen-elemen lambang lainnya. Melambangkanbahwa PT. PLN
merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan
sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan
seperti yang diharapkan PT. PLN bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki setiap
insan yang berkarya di perusahaan ini.
 Petir atau Kilat Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di
dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh
perusahaan. Selain itu petir juga mengartikan kerja cepat dan tepat
para insan dalam memberikan 10 solusi terbaik bagi para
pelanggannya. Warna merah berarti melambangkan kedewasaan
PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan
kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan

10
serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan
zaman.
 Tiga Gelombang Memiliki arti sebagai gaya rambat energi listrik
yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti
perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi yang
seiring sejalan dengan kerja keras para insan perusahaan guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru
untuk menampilkan kesan konstan seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu, biru juga
melambangkan keandalan yang dimiliki insaninsan perusahaan
dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
b) Bentuk tulisan, warna, dan makna tulisan “INDONESIA POWER”
 Karena nama yang kuat INDONESIA dan POWER ditampilkan
dengan menggunakan jenis huruf (font) yang tegas dan kuat, yaitu
futura book/regular dan futura bold.
 Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan tenaga
listrik yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
 Titik atau bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan
simbol perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT
PLN PJB I. Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian
besar materi komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini
diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
 Warna merah diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan
identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk
memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia, dan
juga di luar negeri.
 Warna Biru diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna
biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana. Dengan aplikasi
pada kata power, maka warna ini menunjukkan produksi tenaga
listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri:
o Berteknologi tinggi
o Efisien

11
o Aman
o Ramah lingkungan

2.4 Budaya Perusahaan PT. Indonesia Power


Untuk mewujudkan visi perusahaan dan mencapai target Rencana
Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maka PT Indonesia Power memetakan
keunggulan-keunggulan yang dimilikinya yang dirumuskan menjadi suatu
budaya perusahaan yang disebut Indonesia Power Way.
Dengan melaksanakan Indonesia Power Way, maka kami yakin bahwa
Indonesia Power dapat mewujudkan keunggulannya dan menjadi long run
sustainable company.
Indonesia Power Way yang diluncurkan didasari dengan IP Aksi.
Semua hal ini akan membentuk keunggulan Indonesia Power, yaitu terdepan
dalam penyediaan energi listrik berbagai jenis pembangkit dengan kinerja
excellent melalui proses prima oleh SDM profesional yang menjamin
terwujudnya long run sustainable company. Sebagai kelengkapan Indonesia
Power Way, untuk memudahkan dalam implementasinya maka Indonesia
Power Way juga diturunkan dalam arahan-arahan yang lebih rinci
menyangkut suatu hal yang lebih spesifik, misalnya peraturan, manual, SOP,
instruksi kerja, peraturan-peraturan kepegawaian, dan sebagainya.

12
Gambar 2.2 Budaya Perusahaan
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)
1. Integritas
Insan IP senantiasa bertindak sesuai etika perusahaan serta
memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Dengan kata kunci: demi
perusahaan.
Contoh perilaku :
 Pegawai menunjukkan kesesuaian antara kata dan perbuatan
berdasarkan etika perusahaan.
 Rekan kerja mendapatkan hasil kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Perusahaan akan mendapatkan citra perusahaan yang bersih.
 Stakeholder mendapatkan keyakinan perusahan dikelola dengan
prinsip bisnis yang bersih (apa yang dihasilkan selalu bersih, tidak
ada konsekuensi moral, hukum, dsb).
2. Profesional
Insan IP senantiasa menguasai pengetahuan, keterampilan dan kode
etik bidang pekerjaan serta melaksanakannya secara akurat dan
konsisten. Dengan kata kunci: tahu, mampu dan mau, serta menyenangi
pekerjaan.
Contoh perilaku :
 Pegawai mempunyai kompetensi dan menunjukkan kinerja secara
akurat sesuai kode etik profesi.
 Rekan kerja memperoleh manfaat sesuai profesi yang bersangkutan.
 Perusahaan akan mendapatkan kepercayaan dari stakeholder dengan
meningkatnya pangsa pasar.
 Stakeholder memperoleh jasa atau produk yang dihasilkan dengan
kualitas unggul.
3. Proaktif
Insan IP senantiasa peduli dan cepat tanggap melakukan
peningkatan kinerja untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder.
Dengan kata kunci: peduli, cepat tanggap, peningkatan kinerja.

13
Contoh perilaku :
 Pegawai menunjukkan perilaku peduli, cepat, tanggap, mencari tahu
dan memenuhi kebutuhan.
 Stakeholder, memiliki pemikiran lebih jauh, menghasilkan output
yang melebihi harapan.
 Rekan kerja selalu mendapatkan apa yang dibutuhkan.
 Perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
kebutuhan stakeholder melebihi harapan.
 Stakeholder mendapatkan layanan melebihi harapan.
4. Sinergi
Insan IP senantiasa membangun hubungan kerja sama yang
produktif atas dasar saling percaya untuk menghasilkan karya unggul.
Dengan kata kunci: saling percaya, kerja sama, karya unggul
Contoh perilaku :
 Pegawai berkontribusi secara aktif sesuai perannya dan mendukung
kepentingan bersama, demi efektivitas perusahaan.
 Rekan kerja mendapatkan kemudahan dalam pekerjaannya.
 Perusahaan akan menghasilkan kinerja unggul melebihi harapan.
 Stakeholder memperoleh hasil yang terintegrasi

2.5 Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi PT. Indonesia Power
Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan rencana penjualan
dengan biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan
pasokan. Untuk mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah sebagai berikut
:
1. Melakukan optimalisasi kemampuan produksi terutama pembangkit
beban dasar dengan biaya murah.
2. Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik biaya bahan maupun
biaya pemeliharaan.
3. Meningkatkan optimalisasí pola operasi pembangkit.
4. Meningkatkan kehandalan pola pembangkit.

14
5. Meningkatkan keandalan dengan meningkatkan availability, menekan
gangguan dan memperpendek waktu pemeliharaan.
Adapun program kerja di bidang produksi :
a. Mengoptimalkan kemampuan produksi.
b. Meningkatkan efisiensi operasi dan pemeliharaan pembangkit :
1. Efisiensi thermal.
2. Efisiensi pemeliharaan.
3. Pengawasan volume dan mutu bahan bakar
4. Melakukan optimasi biaya bahan bakar.
c. Meningkatkan keandalan pembangkit.
d. Meningkatkan waktu operasi pemeliharan.

2.6 Profil PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala

Gambar 2.3 PLTU Jawa Tengah 2 Adipala


(Sumber : Dokumen Pribadi)

 Nama Perusahaan : PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2


Adipala
 Tahun Beroperasi : 2016
 Pemilik : PT. Indonesia Power (IP)
 Luas Pabrik : ± 52 Ha
 Jenis Produk : Listrik

15
 Alamat Perusahaan : Jl. Laut, Desa Bunton, Kecamatan Adipala,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
 No Telp. Perusahaan : 0282-5259647
 Daya Output : 1 x 660 MW
 Transmisi : JAMALI (Jawa-Madura-Bali)
 Bahan Bakar Utama : Batu Bara

PLTU Jawa Tengah 2 Adipala merupakan pembangkit listrik PPDE 1


yang terakhir dibangun di pulau Jawa dikelola (O&M) oleh PT. Indonesia
Power melalui Unit Jasa Pembangkit (UJP) Jawa Tengah 2 Adipala. Berbeda
dengan pembangkit PPDE lainnya, pembangkit ini menggunakan
Supercritical Boiler dengan tekanan uap mencapai 25,4 MPa. PLTU Jawa
Tengah 2 Adipala dibangun untuk mendukung suplai sistem kelistrikan Jawa
Madura Bali dengan terhubung pada jaringan interkoneksi 500 KV melalui
Gardu Induk Kesugihan Cilacap.
Sama halnya dengan pembangkit PPDE lainnya, PLTU Jawa Tengah 2
Adipala akan menggunakan bahan bakar batubara kerkualitas rendah (Low
Rank Coal) dengan nilai kalori sekitar 4200 kCal/kg. Pemanfaatan batubara
jenis ini merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah karena jumlahnya
yang sangat melimpah ditanah air. Selain itu, Pemilihan bahan bakar ini
untuk mengurangi pernggunaan bahan bakar minyak yang biaya produksinya
jauh lebih mahal. Jadi, selain pembangkit ini bisa mendukung kelistrikan
JAMALI (Jawa-Madura-Bali) tetapi juga bisa lebih efisien dibandingkan
menggunakan pembangkit berbahan bakar minyak.

2.7 Lokasi PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala
Lokasi PT. Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala berjarak
sekitar 169 km dari Yogyakarta kearah barat dan menghadap ke Utara
Samudra Hindia. Berdasarkan kajian kelayakan PT. Indonesia Power UJP
PLTU Jawa Tengah 2 Adipala dibangun di JL. Laut, Desa Bunton, Kec.
Adipala, Kab. Cilacap, Jawa Tengah.

16
Gambar 2.4 Lokasi PLTU Jawa Tengah 2 Adipala
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)
Gambar 2.5 Overview PLTU Jateng 2 Adipala Tampak atas
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)
2.8 Struktur Organisasi
PT Indonesia Power Jawa Tengah 2 Adipala dipimpin oleh seorang
general manager (pimpinan tertinggi) dengan empat manager yang

17
memimpin divisinya yaitu manajer operasi, manajer pemeliharaan, manajer
enjiniring, manajer administrasi, dan manajer pengelolaan energi primer.
1. Pimpinan Tertinggi (General Manager)
Pimpinan tertinggi memiliki tugas utama mengelola pembangkit
tenaga listrik, dengan rincian tugas sebagai berikut:
 Menjabarkan tugas pokok, target tahunan, target kinerja.
 Mengimplementasikan dan mengevaluasi kebijakan,
program, proses, dan prosedur.
 Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan jasa O&M.
 Meningkatkan kesiapan SDM.
 Memberikan rekomendasi kepada Direksi dan Manajemen
PLN untuk meningkatkan kinerja PLTU Jawa Tengah 2
Adipala.
 Membuat laporan secara berkala yang mencakup progres,
pencapaian target, keberhasilan dan kendala kendala
pengelolaan O&M sebagai bahan masukan dan pengambilan
keputusan lebih lanjut.
2. Manajer Operasi

Gambar 2.6 Struktur Manajer Operasi


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)
Manajer operasi memiliki tugas mengelola kebijakan operasi yang
meliputi:

18
 Kinerja operasi.
 Pengoperasian pembangkit.
 Penjualan energi, manajemen bahan bakar.
 Melakukan inovasi untuk memastikan agar produksi tenaga
listrik mencapai sasaran kontrak kinerja operasi yang
ditetapkan.
3. Manajer Pemeliharaan

Gambar 2.7 Struktur Manajer Pemeliharaan


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

Tugas manajer pemeliharaan adalah merencanakan, memonitor dan


mengendalikan rencana anggaran dan pelaksanaan pemeliharaan rutin
dan non rutin untuk memastikan kesiapan dan keandalan unit.

4. Manajer Enjiniring

19
Gambar 2.8 Struktur Manajer Enjinering
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

Manajer enjiniring memiliki kewenangan sebagai berikut :


 Melakukan evaluasi, analisis dan perbaikan penyelenggaraan
pembangkitan listrik meliputi sistem dan prosedur, resources
dan SDM untuk memastikan produksi listrik yang efisien.
 Melaksanakan program Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3), Sistem Manajemen Lingkungan
(SML), sistem manajemen mutu dan manajemen resiko.
5. Manajer Administrasi

20
Gambar 2.9 Struktur Manajer Administrasi
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

Manajer administrasi memiliki tugas memastikan pelaksanaan


fungsi administrasi Unit Bisnis Jasa O&M PLTU Jawa Tengah 2 Adipala
agar berjalan dengan baik, efektif dan efisien guna mendukung
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran Unit Bisnis
Jasa O&M PLTU Jawa Tengah 2 Adipala yang telah ditetapkan sesuai
dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh direksi.
6. Manajer Pengelolaan Energi Primer

Gambar 2.10 Struktur Manajer Pengelolaan Energi Primer


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

Bagian Pengelolaan Energi Primer merupakan bagian yang


mengatur, memelihara sumber energi pada PLTU Jawa Tengah 2
Adipala, dimana sumber energi atau bahan bakar pada boiler
menggunakan batubara untuk energi atau bahan bakar utamanya. Dalam
kinerjanya tersusun suatu struktur organisasi yang memiliki tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing.

2.9 Jam Kerja

21
Setiap perusahaan memiliki batas jam kerja bagi seluruh karyawannya.
Jam kerja pada PT.Indonesia Power UJP PLTU Jawa Tengah 2 Adipala yang
diberlakukan untuk karyawan adalah sebagai berikut.
 Senin-Kamis : 07.30 WIB – 16.00 WIB
Jam Istirahat 12.00 WIB – 13.00 WIB
 Jumat : 07.30 WIB – 16.00 WIB
Jam Istirahat : 11.30 WIB – 13.00 WIB

2.10 Dampak Lingkungan


Dampak negatif terhadap lingkungan dapat dilakukan pengendalian dan
pemantauan terus-menerus agar persyaratan yang ditentukan oleh Pemerintah
dalam hal ini Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no.02 /
MENLH / 1988 tanggal 19-01-1988 tentang Nilai Ambang Batas dan no.13 /
MENLH3 / 1995 tanggal 07-03-1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak. Untuk itu PL.TU Jateng 2 Adipala dilengkapi peralatan
antara lain:
a. Elektrostatic Precipitator, yaitu alat penangkap abu hasil sisa
pembakaran dengan effisiensi 99,5%.
b. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan oleh suara mesin produksi
glass wool pada cladding.
c. Waste Water Treatment Plant, yaitu Pengolahan limbah cair agar air
buangan tidak mencemari lingkungan.
d. Cerobong asap setinggi 275 m, agar kandungan debu dan gas sisa
pembakaran sampai ground level masih dibawah ambang batas.
e. Sumur pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU
Adipala.
f. CW Discharge Cannel Sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.
g. Penggunaan Low NOx Burners.
h. Pemasangan Continuous Emissions Monitoring System pada Stack.

2.11 Kebijakan LK3 ( Lingkungan Keselamatan Kesehatan Kerja )

22
1. Komitmen Perusahaan
 Meminimalisasi bahaya Kesehatan & Keselamatan Kerja dan
dampak Lingkungan dan terus menerus memperbaiki efektivitas
sistem kerja.
 Membuat program yang bertujuan untuk pembuangan limbah yang
aman dan mengurangi limbah.
 Meminimalisasi penggunaan energi dengan program energi yang
efektif.
 Menciptakan lingkungan kerja yang berlandaskan kelompok kerja
dan meningkatkan kesadaran terhadap sistem kepada seluruh
karyawan.
 Mentaati semua perundangan dan peraturan yang berlaku.
2. Target Perusahaan
 Zero Accident
 Green & Clean Power Plant
3. Persyaratan LK3
a) Safety Induction
 Semua orang (pekerja) yang akan bekerja di lapangan harus
mendapatkan pelatihan perkenalan.
b) Keamanan
 Tamu yang masuk dan keluar lokasi PLTU Jawa Tengah 2
Adipala harus tercatat.
 Tamu hanya boleh masuk lokasi PLTU Jawa Tengah 2 Adipala
selama jam kerja.
 Semua Tamu dan Pekerja harus memakai Tanda pengenal (ID
Card) sebelum memasuki lokasi PLTU Jawa Tengah 2 Adipala.
c) Untuk Kendaraan yang masuk dan keluar lokasi PLTU Jawa Tengah
2 Adipala harus dilakukan :
 Pemeriksaan apakah barang yang dibawa dan dikeluarkan sesuai
dengan surat jalan yang dibawa.
 Pencatatan masuk dan keluar kendaraan tersebut dan diyakinkan
kondisi kendaraan tidak akan menyebabkan adanya tumpahan.

23
 Dalam kegiatan bongkar muat pastikan mesin kendaraan dalam
keadaan mati, dan pastikan kegiatan loading unloading tidak
menimbulkan potensi bahaya baru di tempat kerja (penempatan
material tidak menghalangi akses jalan).
d) Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
APD Standar yang harus dipakai oleh setiap pekerja saat
memasuki unit PLTU Jawa Tengah 2 Adipala adalah : Safety Shoes,
Safety Helmet dan baju kerja.

2.12 Data Teknik Komponen Utama PLTU Adipala


1. Boiler
Manufactur : Babcock & Wilcock, Beijing
Tipe : Supercritical Separator Wall Firing
Kapasitas : 2069 ton/jam
Tekanan uap superheater : 25.4 Mpa
Temperatur uap superheater : 571 oC
Tekanan uap reheated : 4.51 Mpa
Temperatur uap reheated : 569 oC
Bahan bakar utama : Batubara
Bahan bakar penyalaan awal : Minyak solar (HSD)
2. Turbin
Manufactur : Shanghai Electric, China
Tipe : N660-24.2/566/566
Kapasitas : 660 MW
Tekanan uap masuk HP Turbin : 24.2 Mpa
Temperatur uap masuk HP Turbin : 566oC
Tekanan uap reheat IP Turbin : 4.15 Mpa
Temperatur uap reheat IP Turbin : 566oC
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah tingkat : 3 tingkat
 Turbin tekanan tinggi : 12 sudu
 Turbin tekanan menengah : 8 sudu

24
 Turbin tekanan rendah 1 : 2 x 7 sudu
 Turbin tekanan rendah 2 : 2 x 7 sudu
3. Generator
Manufactur : Shanghai Electric, China
Kecepatan putaran : 3.000 rpm
Tegangan : 22 kV
Arus : 20.377 A
KVA keluaran : 776,5 MVA
Factor daya : 0,85 Lagging
Media Pendingin : Gas Hidrogen
Tekanan gas pendingin : 0,45 Mpa
Kumparan :Y
4. Pulverizer (Penggiling Batubara)
Manufactur : Beijing Power Equipment Group
Tipe : YMKQ630-6-6.3
Kapasitas : 73.800 kg/jam
Kelembaban batubara : 23,6 %
Ukuran batubara : 200 Mesh
Kecepatan putar : 28,6 Rpm
Motor penggerak : 900 kW/6 kV/100 A/50 Hz
5. Pompa Pengisi Boiler (Boiler Feedwater Pump Turbine)
a. Data Pompa Penggerak
Manufacture : Shanghai Power Equipment, China
Model : HPT300-340IIM-6S
Tipe : Multistage Centrifugal Flow
Daya : 13,5 MW
Head : 3206.98 m
NPSHr ` : 68,48 m
Kecepatan : 5804 Rpm
Debit aliran : 1232,72 m3/s
Efisiensi : 82.82%
b. Data Turbin Penggerak

25
Manufacture : Shanghai Turbine Co.Ltd
Model : ND(Z)84/79/07
Daya : 13,5 MW
Kecepatan putar : 2800-6000 Rpm
Tekanan uap LP turbin : 1,154 Mpa
Temperatur uap LP turbin : 390,9 ℃
Tekanan uap HP turbin : 4,904 Mpa
Temperatur uap HP turbin : 353,7 ℃
Tekanan uap keluar : 6,84 kPa
6. Force Draft Fan
Manufacture : Chengdu KK&K Power Fan Co.Ltd
Tipe : GU15038-02
Flow Volume : 217,4 m3/s
Pressure : 5318 Pa
Daya : 3150 kW
Frekuensi : 50 Hz
Standard : IP55
Putaran : 990 rpm
Berat : 21000 kg
7. Primary Air Fan
Manufacture : Chengdu KK&K Power Fan Co.Ltd
Tipe : GU24034-12
Daya : 1400 kW
Flow Volume : 163,9 m3/s
Putaran : 1490 rpm
Berat : 2200 kg

8. Induce Draft Fan


Manufacture : Chengdu KK&K Power Fan Co.Ltd
Type : YA17436-8Z
Volume aliran : 598.5 m3/s

26
Tekanan : 4540 Pa
Putaran : 595 rpm
Daya : 3600 kW
9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator)
Manufacture : Zhijiang Jiahuan Electronic Co.Ltd
Temperatur gas : 133 oC
Tegangan elektroda : 72 kV DC
Arus : 3A
Efisiensi : 99.5%
10. Cerobong (Stack)
Tinggi : 275 m
Diameter luar bagian bawah : 30 m
Diameter luar bagian atas : 14 m
Pipa saluran gas buang : 5.5 m
Temperatur gas masuk : 150oC
Kecepatan aliran : 2 m/detik
Material : Beton dengan 2 pipa saluran gas
11. Pompa Air Pendingin (Circulating Water Pump)
Manufacture : China Hunan Xeme Changsa
Model : 90LKXA-20.5
Discharge Head : 20,5 m
NPSHr ` : 8,41 m
Tekanan : 0,5 Mpa
Motor penggerak : 12430 kW/6 kV/ 50 Hz/3 fasa
12. Transformator
Pabrik pembuat : Boading Tianwei Baobian Electric
Co.Ltd
Tipe : Step-Up Transformer at On-Load
Voltage Regulation with 3-Phase,
Oil Immersed and Double-Coil
Copper Winding door
Rated Power : 800/800 MVA

27
Rated Voltage : 500±8 x 1.2596 / 22 KV
Arus Primer : 802,8/21073 A
Frekuensi/Jumlah Fasa : 50 Hz / 3
13. Boiler Feedwater Booster Pump (BFBP)
a. Data Pompa Penggerak
Manufacture : Shanghai Power Equipment, China
Tipe : Single stage Centrifugal Flow
Daya : 462,94 kW
Head : 142,5 m
NPSHr ` : 5,25 m
Kecepatan : 1490 rpm
Flow : 1137,98 t/h
Efisiensi : 83.44%
b. Data Motor Penggerak
Manufacture : Shanghai Turbine Co.Ltd
Model : YKK450-4
Daya : 590 kW
Kecepatan putar : 1490 rpm
Tegangan : 6300 V
14. Condensate Extraction Pump (CEP)
Manufacture : Shanghai Power Equipment, China
Tipe : Multi stage Centrifugal Flow
Daya : 1922 kW
NPSHr ` : 4,4 m
Kecepatan : 1460 rpm
Flow : 1823 t/h

BAB III

28
LANDASAN TEORI

3.1 Siklus Umum Pembangkitan Energi Listrik pada PLTU Jawa Tengah 2
Adipala
PLTU Jateng 2 Adipala dirancang menggunakan bahan bakar utama
batubara berkalori rendah dengan bantuan High Speed Diesel (HSD) sebagai
bahan bakar start up dengan bantuan udara panas dari force Draft Fan (FDF).
Batu bara diperoleh dari Sumatera dan Kalimantan dari jenis low rank coal
dengan nilai kalor 3900-4500 kkal / kg. Batubara yang dibongkar dari kapal
di Coal Jetty dengan menggunakan Ship Unloader atau dengan peralatan
pembongkaran kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper dan selanjutnya
diangkut dengan conveyor menuju penyimpanan sementara (temporary stock)
dengan menggunakan Stacker/Reclaimer atau langsung batubara yang
ditransfer malalui Transfer House ke Coal Bunker, seterusnya ke Coal Feeder
yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke Pulverizer dimana batubara
digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang halus.
Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan
dan dibawa ke Coal Burner yang meniupkan Batubara yang berukuran 200
mesh ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran untuk mengubah air
menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruang bakar dipasok
dari Forced Draft Fan (FDF) yang mengalirkan udara untuk pembakaran
melalui Air Preheater dengan memanfaatkan panas dari flue gas. Hasil proses
pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu. Abu yang jatuh ke
bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim ke Ash Valley.
Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induce Draft Fan (IDF)
dan dilewatkan melalui Elektrostatic Precipitator yang menyerap abu terbang
dan debu dengan sistem elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui
cerobong/Stack. Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan
alat Pneumatic Gravity Conveyor yang digunakan sebagai material pembuat
jalan, semen dan bahan bangunan.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa-
pipa penguat (Spiral Water Walls) menjadi uap basah (ketika beban masih di

29
bawah 30%) kemudian uap basah tersebut dipisahkan kandungan airnya oleh
Separator. Air yang telah dipisahkan mengalir menuju Water Collecting Tank
(WCT), sedangkan uap yang telah dipanaskan menuju ke Superheater (SH)
untuk dipanaskan kembali menjadi uap kering. Kemudian uap tersebut
dialirkan ke High Pressure Turbine (HP), di mana uap tersebut diekspansikan
melalui Nozzles ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap kering mendorong
sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah melalui HP Turbine,
uap dikembalikan ke dalam boiler untuk dipanaskan ulang di Reheater guna
menambah kualitas uap panas sebelum uap tersebut digunakan kembali di
Intermediate Pressure (IP) dan Low Pressure Turbine (LP).
Sementara itu, uap bekas pakai memutar Low Pressure Turbine
dikembalikan menjadi air di Condenser dan ditampung di hotwell dengan
media pendinginan dari air laut yang dipompa oleh Circulating Water Pump.
Air kondensasi akan digunakan kembali sebagai air pengisi Boiler. Air
kondensasi dipompakan dari hotwell dengan menggunakan Condensate
Extration Pump menuju Condensate Polishing Unit , mulai dipanaskan
melalui Gland Steam dan Low Pressure Heater dinaikkan ke Deaerator
untuk menghilangkan gas-gas yang terkandung di dalam air. Air tersebut
kemudian dipompakan oleh Boiler Feed Pump Turbine (keadaan normal)
dengan bantuan Booster Pump melalui High Pressure Heater, dimana air
tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk ke dalam Boiler pada
Economizer, kemudian dialirkan air menuju wall tube pada dinding dinding
furnace. Siklus air dan uap berulang secara terus menerus selama unit
beroperasi. Poros turbin dikopel dengan Rotor Generator, sehingga kedua
poros memiliki jumlah putaran yang sama.
Ketika telah mencapai putaran nominal 3.000 rpm, pada Rotor
Generator dibuatlah magnetasi dengan Exitation System dengan demikian
Stator Generator akan membangkitkan tenaga listrik dengan tegangan 22
KV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke Generator Transformer
untuk dinaikan tegangannya menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik tersebut
disalurkan kesistem jaringan terpadu (interkoneksi) sistem Jawa-Madura-Bali
melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 kV melalui Saluran Udara

30
Ekstra Tinggi (SUTET) ke Gardu Induk Kesugihan/New Rawalo dengan
jaringan transmisi sebanyak 35 tower dan dengan panjang +13,8 km .

Gambar 3.1 Siklus Umum PLTU Jawa Tengah 2 Adipala

(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

3.2 Peralatan Utama


1. Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi
untuk merubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap
terjadi dengan memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan
panas hasil pembakaran bahan bakar di furnace sehingga menjadi uap
basah. Uap basah yang dihasilkan akan mengalami pemanasan lanjut
sehingga menjadi fasa superheated (uap kering). Fasa superheated
tersebut yang digunakan untuk memutar turbin. Boiler yang digunakan

31
di PLTU Jawa Tengah 2 Adipala 1x660 MW adalah supercritical
separator tipe wall firing produksi Babcock & Wilcock, Beijing. Boiler
ini berjenis water in tube (air dalam pipa) dan memiliki 12 lantai,
dengan kapasitas uap yang dihasilkan maksimal 2069 ton/jam dengan
tekanan uap 25.4 Mpa dan temperatur uap 571 oC.
Proses pembakaran adalah reaksi kimia yang terjadi antara bahan
bakar dengan oksigen pada volume dan temperatur tertentu.
Pembakaran akan terjadi jika terjadi reaksi antara 3 sumber yaitu
bahan bakar, oksigen dan sumber panas. Ketiga unsur ini biasa disebut
dengan segitiga api.
Bahan bakar utama yang digunakan boiler adalah batubara,
sedangkan HSD/solar hanya digunakan untuk pembakaran awal ketika
start up dan apabila telah memenuhi temperatur yang dikehendaki
maka diganti dengan batubara. Sedangkan udara pembakaran
diberikan oleh Primary Air Fan (PA Fan) dan Force Draft Fan (FD
Fan) setelah sebelumnya dipanaskan di Air Preheater.

Gambar 3.2 Boiler PLTU Jawa Tengah 2 Adipala


(Sumber : Dokumen Pribadi)
2. Steam Turbine&Auxiliary Equipment
Turbin uap adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi
thermal menjadi energi mekanik, tetapi sebelummnya energi tersebut

32
di ubah terlebih dahulu menjadi energi kinetik dengan alat nozzle. Uap
dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan menggunakan noozle
untuk mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros
sehingga poros turbin berputar. Setelah melakukan kerja di HP turbin,
tekanan uap dan temperatur uap dari turbin turun untuk memutar IP
Turbin maka perlu di reheater di dalam boiler untuk menaikkan
temperatur dan tekanan uap. Setelah memutar IP Turbin selanjutnya
masuk ke LP Turbine hasil dari memutar LP Turbin menjadi uap
basah, uap ini di alirkan ke condenser, sedangkan tenaga putar poros
yang dihasilkan di gunakan untuk memutar generator.
Turbin pada PLTU Jawa Tengah 2 Adipala memiliki spesifikasi
produk dari Shanghai Turbine Co.Ltd (STC) dengan Tipe
Supercritical, Reheat, Three casing, Four flow, Condensing. Speed
3000 rpm, Main steam pressure 24.20 MPa (at rating), Main steam
temperature 566 ℃ (at rating), dan Exhaust steam pressure 7,85 kPa
(at rating).

Gambar 3.3 Steam Turbine PLTU Jawa Tengah 2 Adipala


(Sumber : Dokumen Pribadi)

3. Condenser

33
Condensor adalah alat yang berfungsi untuk mengkondensasikan
uap basah dari turbin menjadi air kondensat di hotwell untuk dapat
disirkulasikan kembali. Hal ini dilaksanakan melalui proses pendinginan
uap oleh air pendingin air yang mengalir di bagian dalam pipa-pipa
condenser. Condenser yang digunakan di PLTU Jawa Tengah 2 Adipala
terdapat dua unit dengan masing masing unit memiliki saluran inlet dan
outlet.

Gambar 3.4 Condenser


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik berupa
putaran poros menjadi energi listrik. Generator yang digunakan di
PLTU Jawa Tengah 2 Adipala adalah generator 3 Phase dengan
kapasitas 660MW dan 22kV.

34
Gambar 3.5 Generator
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Komponen utama generator adalah sebagai berikut :
1. Rotor
Rotor merupakan bagian bergerak pada generator yang
berfungsi untuk membangkitkan medan magnet, sehingga
menghasilkan tegangan untuk diinduksikan ke stator dan sebagai
tempat belitan medan (eksitasi) yang akan membentuk kutub-
kutub magnet utara dan selatan pada inti rotor saat dialirkan arus
searah (DC).
2. Stator
Stator merupakan bagian diam (statis) dari generator, berupa
gulungan kawat penghantar yang terletak pada inti besi dan
disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada alur-alur inti besi
yang disebut dengan belitan jangkar. Penghantar tersebut
merupakan tempat terbentuknya GGL induksi yang diakibatkan
oleh medan magnet putar dari rotor yang memotong kumparan
penghantar stator.

35
5. Generator Transformer/Transformator
Generator transformer adalah suatu peralatan tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi
ke tegangan rendah atau sebaliknya. Generator transformer pada
PLTU Jawa Tengah 2 Adipala merupakan trafo type (HV/LV) sebesar
923,76 A/20994,56 A, serta memiliki berat total 546 ton.

Gambar 3.6 Generator Transformer


(Dokumentasi Pribadi)
Komponen utama Transformator :
1. Inti Besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan.
2. Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang disolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap
antar kumparan dengan isolasi padat seperti kertas, karton, pertinak
dan lain- lain.
3. Minyak transformator
Berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.

36
4. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah
bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator,
yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor
tersebut dengan tangki trafo.
5. Tangki Konservator
Berfungsi untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator

3.3 Siklus Air


Siklus air pada sistem operasi PL.TU Jawa Tengah 2 Adipala terdiri
dari dua sistem utama yaitu sistem air kondensat dan sistem air umpan.
 Sistem Air kondensat
Sistem air kondensat merupakan pemasok utama air yang
digunakan untuk pengisi boiler. Air kondensat berasal dari
pendinginan atau kondensasi uap yang telah digunakan untuk memutar
turbin. Proses kondensasi terjadi pada condenser, kondensasi terjadi
karena adanya perpindahan panas dari uap yang memutar turbin
terhadap media pendingin yaitu air laut. Air hasil kondensasi tersebut
ditampung dalam hotwell. Apabila hotwell dalam level yang kurang,
maka dilakukan make up water yang didapat dari condensate storoge
tank. Kemudian air kondensat dipompakan oleh condensate water
pump kemudian masuk ke hotwell. Dari hotwell kemudian dipompa
oleh condensate extraction pump (CEP) menuju condensate polishing
plant (CPP) yang berfungsi sebagai perbaikan/pemurnian kualitas air
dan pH air kondensat yang menggunakan teknologi penukar ion
dengan jenis mixed bed. Dari proses ini, perbaikan kualitas air
dilakukan dengan penghilangan kandungan SiO2, Na, Fe, dan oksigen
terlarut. Dari CPP air kondensat menuju gland steam condenser, untuk
meningkatkan temperatur air. Tetapi fungsi utama dari gland steam
condenser adalah mengkondensasi uap perapat poros turbin dengan air
kondensat. Selanjutnya air kondensat menuju low pressure heater

37
(LPH) untuk proses pemanasan air, dengan urutan LPH 1, LPH 2, LPH
3, dan LPH 4. Sumber panas yang digunakan pada LPH didapatkan
dari ekstraksi uap pada low pressure turbme (LP Turbine), Dari LPH,
air kondensat menuju deaerator yang berfungsi sebagai penghilang
kandungan gas-gas yang terlarut dalam air pengisi dengan
menggunakan larutan hydrazine. Air produk deaerator dari disebut
sebagai feedwater yang selanjutnya disimpan dalam feedwater storage
di dalam deaerator .

Gambar 3.7 Diagram Alir Sistem Air kondensat


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

Adapun fungsi dari alat bantu yang dilewati oleh air kondensat ini
adalah :
 Gland Steam Exauster Fan : berfungsi untuk membuat dan
mempertahankan tekanan gland
steam condenser sisi uap sedikit
vakum.
 Saluran Resirkulasi : berfungsi mengalirkan kembali
sebagian air kondensat kembali
ke hotwell agar mencegah

38
rendahnya aliran pada CEP
yang dapat menyebabkan
kavitasi.
 Pengontrol Level Deaerator : berfungsi sebagai katup
pengontrol level deaerator.

 Sistem Air Umpan


Sistem air umpan merupakan suatu sistem yang menyuplai air dari
deaerator menuju ke boiler (economizer). Air ini adalah air yang
nantinya dipanaskan dan diubah menjadi uap kering/uap superheated
didalam boiler. Air umpan yang disimpan dalam feedwater storage
yang ada didalam deaerator dipompakan menuju high pressure heater
(HPH) menggunakan motor-driven boiler feed pump (MBFP) atau
dapat juga menggunakan boiler feed pump turbme (BFPT) dengan
masing-masing dibantu oleh booster pump untuk menambah pressure
pada MBFP/BFPT dalam men-transfer ke HPH. Dalam HPH, terjadi
peningkatan temperatur sebelum air dialirkan menuju economizer.
Terdapat tiga HPH yang dilalui air dari deaerator, yaitu HPH 6, HPH
7, dan HPH 8. Pada HPH ini, sumber panas yang digunakan berasal
dari ekstraksi uap high pressure hurbine (HP Turbine) dan intermediet
pressure turbine (IP Turbine) Air yang telah mendapat pemanasan
awal pada HPH menuju economizer dengan temperatur sekitar 275 ℃.
Tujuan adanya pemanasan terlebih dahulu pada HPH adalah sebagai
efisiensi peralatan agar economizer tidak bekerja terlalu berat. Selain
itu pemanasan awal juga dapat membantu kerja boiler agar beban
pembakaran tidak terlalu tinggi akibat temperatur air yang masih
rendah. Air dari economizer selanjutnya dialirkan menuju spiral tube
pada boiler. Setelah proses melewati spiral tube, produk yang
dihasilkan masih berupa uap basah. Dimana pada keadaan ini, uap
masih memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan
pemisahan uap dan air pada separator. Di dalam separator pada saat
start up, maka air belum menjadi uap semuanya sehingga air akan

39
keluar dari boiler dan dipompa dengan boiler circulating pump untuk
masuk ke economizer untuk dipanasin kembali. Pada sistem air
umpan, terdapat dua jenis pompa yang digunakan yaitu MBFP dan
BFPT. Penggunaan kedua jenis pompa ini berbeda, tergantung pada
beban pembangkit saat itu . Saat start up sampai beban 30 % dan
shutdown MBFP yang digunakan untuk memompakan air. Sedangkan
pada beban normal air dipompakan menggunakan BFPT. Hal ini
disebabkan karena daya yang digunakan untuk memutar MBFP adalah
motor yang menggunakan listrik. Sedangkan daya yang digunakan
BFPT adalah dari ekstraksi uap IP Turbine, LP Turbine, dan Auxiliry
steam untuk memutar turbin kecil yang dapat membangkitkan daya
untuk konsumsi BFPT itu sendiri. Sehingga setelah beban telah
mencapai 30 % atau saat uap terproduksi, maka MBFP akan otomatis
tidak digunakan, hal ini bertujuan untuk efisiensi sistem pembangkit.

Gambar 3.8 Diagram Alir Sistem Air Umpan


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

40
3.4 Siklus Uap
 Sistem Uap Penggerak Turbine
Uap basah yang melewati separator memiliki temperatur sebesar
400℃ pada beban normal semuanya akan langsung menuju
superheater yang terdiri dari low superheater (LSH), kemudian masuk
ke Platen Superheater (PSH), Middle Superheater (MSH), dan Final
Superheater (FSH). Dengan sedikit perlakuan oleh desuperheater
supaya uap kering hasil dari superheater sesuai spesifikasi untuk
masuk ke dalam HP Turbine dengan cara menurunkan temperatur
main steam dengan cara menyemprotkan air demin dari hasil
condensate polishing unit ke dalam pipa-pipa superheater. Di dalam
HP turbine, uap tersebut kemudian masuk melewati main stop valve
(MSV) kemudian uap diatur oleh Governoor Valve (GV) untuk masuk
ke HP Turbine dengan putaran 3.000 Rpm, kemudian uap kering
masuk melewati sudu diam (Nozzle) dengan menggubah energi panas
menjadi energi kinetik. Setelah terjadi perubahan energi panas menjadi
energi kinetik kemudian digunakan untuk memutar sudu jalan turbine
menjadi energi mekanik. Uap bekas memutar HP Turbine kemudian
mengalir menuju IP Turbine dengan melewati reheater horizontal dan
vertical yang ada di dalam boiler untuk menaikkan temperatur kerja
uap sebelum masuk ke IP Turbine. Di dalam reheater, ekstrak uap dari
HP Turbine dipanaskan kembali karena temperatur dan tekanan
ekstrak uap tersebut menurun kemudian masuk melewati reheater stop
valve (RSV) kemudian uap diatur oleh Governoor Valve (GV) untuk
masuk ke dalam IP Turbine. Di dalam IP Turbine, uap tersebut
menggerakkan sudu-sudu IP Turbine dan menggerakkan IP Turbine.
Sisa uap kemudian mengalir menuju LP Turbine. Di dalam LP
Turbine, uap tersebut menggerakkan sudu-sudu LP Turbine dan
menggerakkan LP Turbine sehingga rotor turbine berputar. Perputaran
rotor turbine yang di kopel dengan generator diubah menjadi energi
listrik oleh generator. Saat putaran telah mencapai 3000 Rpm akan
terjadi eksitasi pada generator, sehingga stator generator

41
membangkitkan tenaga listrik dengan tegangan sebesar 22 kV,
sedangkan sisa uapnya mengalir menuju ke condenser. Di dalam
condenser, uap tersebut didinginkan dalam kondisi udara vacum
dengan menggunakan air laut sehingga terjadi proses perubahan fase
dari uap menjadi air (proses kondensasi), yang mana air tersebut
kemudian di tampung di dalam hotwell.

Gambar 3.9 Sistem Uap Penggerak Turbine


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

 Sistem Uap Ekstraksi Turbine


Sistem uap ekstraksi turbine merupakan suatu sistem penyaluran
uap yang sengaja diekstraksi dari turbine. Uap tersebut berfungsi
sebagai pemanas heater, penggerak BFPT (boiler feedwater pump
turbine) dan pemanas deaerator.
Adapun hasil ekstraksi steam pada HP Turbine, IP Turbine, dan
LP Turbine adalah sebagai berikut :
1. Uap Ekstraksi High Pressure (HP) Turbine
Uap yang diekstrak dari high pressure turbine dimanfaatkan
sebagai pemanas high pressure heater 8.
2. Uap Ekstraksi Intermediate Pressure (IP) Turbine

42
Komponen-komponen yang memanfaatkan uap ekstraksi
intermediate pressure tubine adalah sebagai berikut :
 High Pressure Heater 6 dan 7
 Deaerator
 Turbine BFPT
Uap ekstraksi dari IP Turbine akan menggerakan Turbine BFPT
yang otomatis akan menjalankan BFPT untuk memompa air
umpan untuk dapat masuk ke economizer melalui heater 6,7,
dan 8.

Gambar 3.10 Diagram Alir Sistem Uap Ekstraksi HP & IP


Turbine
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

3. Uap Ekstraksi Low Pressure (LP) Turbine


Uap yang diekstrak dari low pressure turbine dimanfaatkan
sebagai pemanas low pressure heater 1,2, 3, dan 4.
Gambar 3.11 Diagram Alir Sistem Uap Ekstraksi LP Turbine

43
(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

Setelah uap ekstraksi terpakai, tekanannya akan menurun dan


masuk kedalam flash tank. Di dalam flash tank, uap ekstraksi akan di-
spray dengan air yang berasal dari CEP (condensate extraction pump)
untuk menurunkan tekanan dan menjaga kevakuman kondensor. Uap
tersebut akan berubah menjadi air kondensat dan mengalir ke hotwell.

Gambar 3.12 Hotwell


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

 Sistem Uap Pengaman Turbine

44
Sistem bypass turbine berfungsi untuk mengalirkan uap pada saat
keadan dimana uap tidak memungkinkan untuk memasuki turbine.
Jenis sistem bypass pada turbin uap PLTU Adipala adalah hydrolic
dengan dua tingkat tekanan yaitu HP (high pressure) bypass dan LP
(low pressure) bypass.
a) HP Bypass
HP bypass terhubung dengan cold reheat steam line dan main
steam line.

Gambar 3.13 HP Bypass


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)
b) LP Bypass
LP bypass terhubung dengan hot reheat steam line dan condenser.

Gambar 3.14 LP Bypass


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

45
Pada saat turbine trip, main steam dari outlet secondary
superheater mengalir ke HP bypass. Lalu main steam akan di spray
menggunakan air yang berasal dari discharge BFPT dan MBFP dengan
menggunakan nozzle dari control valve, untuk menurunkan temperatur
main steam agar sesuai dengan temperatur inlet reheater. Setelah itu,
main steam akan masuk ke reheater untuk dipanaskan kembali.
Kemudian hot reheat steam akan mengalir melalui LP bypass yang
selanjutnya steam tersebut di spray menggunakan air yang berasal dari
discharge CEP untuk menurunkan temperatur agar sesuai dengan
temperatur inlet kondensor. Dan pada akhirnya steam tersebut masuk
ke condenser.

Gambar 3.15 Diagram Alir Sistem Uap Pengaman Turbine


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

3.5 Siklus Air Pendingin


Sistem air pendingin adalah sistem pendinginan yang memanfaatkan
air laut untuk mendinginkan peralatan-peralatan pada unit pembangkitan.
Terdapat dua sistem pendingin yang digunakan pada PLTU Jawa Tengah 2
Adipala diantaranya sistem air pendingin utama dan sistem air pendingin
bantu.

46
 Open Cycle Cooling System
Open cycle cooling water system adalah sistem pendingin utama
pada PLTU Jawa Tengah 2 Adipala. Air pendingin yang digunakan
pada sistem ini adalah air laut. Prinsip kerja dari sistem ini adalah air
laut digunakan untuk pendingin utama pada condenser, dan pendingin
bantu (heat exchanger, CCCW sistem). Air pendingin yang telah
digunakan untuk mengkondensasi uap dari low pressure turbine,
selanjutnya akan dibuang ke outfall. Proses dari sistem pendingin
utama ini adalah melalui circulating water pump (CWP) menuju
debris filter untuk menyaring kotoran yang terbawa air laut. Kemudian
air dialirkan menuju condenser. Setelah kondensasi selesai, air laut
akan ditampung dalam ship on well dan baru dibuang melalui outfall.

Gambar 3.16 Diagram Alir Open Cycle Cooling System


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

 Closed Cycle Cooling System (CCCW)


Closed cycle cooling system (CCCW). Sistem ini adalah sistem
pendingin tertutup yang menggunakan air demineralisasi sebagai
pendingin. Dikatakan sebagai sistem tertutup karena air yang telah
digunakan sebagai media pendingin diproses agar dapat digunakan

47
kembali. CCCW berfungsi untuk mendinginkan peralatan peralatan
atau komponen-komponen utama yang ada di PLTU Jawa Tengah 2
Adipala. Dalam sistem ini, air dipompakan oleh CCCW pump dari
expansion tank menuju CCCW heat exchanger. Dalam heat
exchanger, air didinginkan menggunakan air laut. Kemudian air di
distribusikan menuju perlatan-peralatan yang membutuhkan
pendingin. Pendinginan yang dilakukan adalah terhadap fluida kerja
peralatan. Setelah proses pendinginan, air dikembalikan menuju
expansion tank. Sebelum dilakukan pengoperasian PLTU Jawa Tengah
2 Adipala, CCCW harus dioperasikan terlebih dahulu untuk menyuplai
pendingin peralatan. Beberapa peralatan yang didinginkan
menggunakan air pendingin bantu adalah :
1. Pelumas turbine
2. CWP cooler
3. Air compressor
4. Generator stator cooler
5. Pelumas MBFP
6. Bearing CEP
7. Pelumas BFPT, dsb

Gambar 3.17 Diagram Alir Closed Cycle Cooling System


(Sumber : PLTU Jateng 2 Adipala)

48
3.6 Maintenance (Pemeliharaan)
3.6.1 Pengertian Maintenance
Britsish Glossary of Terms mendefinisikan maintenance adalah “The
combination of all technical and administrative actions, including
supervision actions, intended to retain an item in, or restore it to, a state in
which it can perform a required function”. Juga didefinisikan sebagai “a set
of organised activities that are carried out in order to keep an item in its
best operational condition with minimum cost acquired".
Jadi maintenance adalah suatu tindakan yang teknis yang terorganisir,
yang bertujuan untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi
peralatan secara optimal dengan biaya yang seminimal mungkin.

3.6.2 Tujuan Maintenance


Menurut Abed Schock (2010) tujuan maintenance adalah sebagai berikut :
1. Memaksimalkan produksi
Dengan adanya maintenance maka kemungkinan terjadinya gangguan dapat
ditekan. Minimnya gangguan peralatan otomatis membuat kesempatan
berproduksi akan semakin banyak. Sehingga produksi dapat menjadi
maksimal.
2. Meningkatkan efisiensi peralatan
Pemeliharaan juga membuat peralatan lebih efisien dalam mengkonsumsi
energi. Sehingga efisiensi peralatan menjadi baik.
3. Menurunkan breakdown
Breakdown yang dimaksud adalah suatu sistem peralatan berhenti total dan
tidak dapat beroperasi sama sekali. Perilaku recovery yang diterapkan saat
breakdown memerlukan penanganan yang serius. Maka diharapkan dengan
adanya maintenance dapat menurunkan breakdown.
4. Meminimalkan penggunaan energi
Dengan pemeliharaan yang optimal, peralatan akan beroperasi efisien
sehingga penggunaan energi dapat ditekan.
5. Menguragi downtime

49
Downtime adalah berhentinya peralatan yang menyebabkan berhentinya
proses produksi. Biasanya durasi downtime relatif lebih singkat dan dapat
mudah dipulihkan.
6. Mengoptimalkan umur peralatan
Dengan terjaminnya kualitas pemeliharaan, umur peralatan akan lebih
panjang seperti telah dijelaskan sebelumnya.
7. Memberikan manfaat pengendalian anggaran
Pemeliharaan yang lebih terencana membuat manajemen lebih mudah
membuat anggaran perusahaan. Di sisi lain, pengalokasian anggaran secara
mendadak untuk keperluan emergency bisa ditekan.
8. Meningkatkan pengendalian persediaan (inventory control)
Pemeliharaan yang baik juga mendukung pembuatan perencanaan material,
dimana pengadaan dan pemakaian material bisa terencana secara baik.
9. Mengoptimalkan utilisasi resources
Penggunaan resources (tenaga kerja) saat ini semakin mahal dan berharga.
Pemeliharaan yang baik akan menyebabkan resources terutilisasi maksimal.
10. Implementasi penurunan biaya
Muara dari semua tujuan pemeliharaan adalah penurunan biaya. Hal ini
sinergi dengan tujuan perusahaan yang harusnya berwawasan bisnis.

3.6.3 Types of Maintenance


Berikut ini adalah types of maintenance berdasarkan British Standard
Glossary of Terms (3811:1993) :
 Run to Failure Maintenance (RTF)
Run to Failure Maintenance (RTF) adalah jenis pemeliharaan
tertua, meliputi aktivitas perbaikan, penggantian, atau pengembalian
performa mesin atau fasilitas setelah kerusakan terjadi, yang bertujuan
untuk membawanya kembali ke kondisi minimalnya.
 Preventive Maintenance (PM)
Preventive Maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan pada peralatan, mesin dan system secara terjadwal dan
terencana secara berkala. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah

50
gangguan-gangguan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
komponen atau alat serta menjaga peralatan tetap bekerja secara
optimal selama produksi.
 Corrective Maintenance (CM)
Corrective Maintenance (CM) adalah pemeliharaan yang
dilaksanakan setelah kerusakan diketahui dan dimaksudkan untuk
membawa peralatan ke keadaan dimana dia dapat menjalankan fungsi
yang diinginkan.
 Improvement Maintenance (IM)
Improvement Maintenance (IM) bertujuan untuk mengurangi atau
mengeliminasi seluruh kegiatan pemeliharaan.
 Predictive Maintenance (PDM)
Predictive maintenance (PDM) adalah bentuk ativitas dalam
mendeteksi perubahan fisik dari peralatan (gejala kerusakan) untuk
menentukan pemeliharaan yang tepat sehingga dapat memaksimalkan
waktu operasi peralatan tanpa meningkatkan risiko kerusakan.
Kesuksesan PDM sangat ditentukan kelengkapan ketepatan
interpretasi data.

3.6 Condenser (Kondensor)


3.6.1 Pengertian Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi
untukmengkondensasikan uap keluaran turbin. Uap setelah memutar turbin
langsung mengalir menuju kondensor untuk diubah menjadi air
(dikondensasikan), hal ini terjadi karena uap bersentuhan langsung dengan
pipa-pipa (tubes) yang didalamnya dialiri oleh air pendingin. Oleh karena
kondensor merupakan salah satu komponen utama yang sangat penting,
maka kemampuan kondensor dalam mengkondensasikan uap keluaran turbin
harus benar – benar diperhatikan, sehingga perpindahan panas antara fluida
pendingin dengan uap keluaran turbin dapat maksimal dan pengkondensasian
terjadi dengan baik. Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang.
Padatube-tube inilah air pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap

51
mengalir dari atas menuju ke bawah agar mengalami kondensasi atau
pengembunan. Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut biasanya
melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran
ataupun lumpur yang terbawa air laut. Agar uap dapat bergerak turun dengan
lancar dari sudu terakhir turbin, maka vakum kondensor harus dijaga, karena
dengan ada vakum pada kondensor akan membuat tekanan udara pada
kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih rendah di kondensor,
maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin
menjadi air kondensat melalui pipa-pipa pendingin agar dapat disirkulasikan
kembali. Akibat kondensasi ini sisi uap kondensor termasuk hotwell berada
pada kondisi vacuum. Prinsip kerjanya, air laut sebagai media pendingin
masuk ke water box condensor didistribusikan ke pipa-pipa kecil (tube
condenser ) untuk menyerap panas yang diterimatube dari extraction steam
LP-turbine. Selain itu kondensor juga berfungsi untuk menciptakan back
pressure yg rendah atau vacuum pada exhaust turbin. Dengan adanya
vakum yang rendah, maka bisa meningkatkan efisiensi turbin dan siklus
kerja turbin lebih meningkat karena tidak terjadi back pressure dan juga
menurunkan vibrasi pada bearing turbin. Karena sangat berpengaruh terhadap
efisiensi dan keandalan turbin maka perawatan kondensor harus selalu terjaga
dan juga kebersihanya.harus terhindar dari sampah dan biota laut sangat
mengganggu unjuk kerja kondensor.

Gambar 3.18 Struktur Kondensor

52
3.6.2 Klasifikasi Kondensor
 Direct Kontak Kondensor
Direct kontak kondensor yaitu jenis kondensor yang
mengkondensasikan steam dengan mencampur langsung dengan air
pendingin. Direct kontak atau disebut juga Open Kondensor
menggunakan cooling tower, seperti ini banyak digunakan pada
geoathermal power plant atau panas bumi. Keunggulan jenis Direct
contak condensor adalah : 1.Bila terjadi kebocoran tube condensor tidak
sampai merusak kwalitas air kondensate karena air yang digunakan
sebagai pendingin kwalitasnya sama, 2.Tidak terlalu banyak proteksi
3.Perawatan mudah, 4.Lingkungan bersih.

Gambar 3.19 Direct Condenser


 Surface Kondensor
Kondensor jenis ini paling banyak digunakan pada power plant
atau PLTU, karena jenis ini dipandang lebih praktis, ekonomis, dan
efisien baik tempat maupun pemeliharaanya. Terutama untuk power plant
/ pembangkit yang berskala besar.Type ini merupakan Heat exchanger
tipe shell and tube dimana mekanisme perpindahan panas utama adalah
condensasi saturated steam pada sisi luar tube dan pemanasan secara
konveksi paksa dari sirkulating waternya ada didalam tube kondensor.
Kelemahan jenis Surfase condensor adalah : 1.Bila mana terjadi

53
kebocoran tube condensor seluruh air condensate akan terkontaminasi
air pendingin (sea water), 2.Membutuh protecsi yang banyak, 3.Water
box dan Tube cepat kotor, 4.Lingkungan sekitar korosif dan kotor
Keunggulan jenis Surfase condensor adalah : 1.Tidak terlalu banyak
makan tempat, 2.Air pendingin didapat dengan mudah dan murah,
3.Lingkungan bersih.

3.6.3 Alat Bantu Vakum


Fungsi alat bantu vakum adalah sebagai berikut :
1. Mengekstrak atau membuang udara atau gas-gas lainnya di dalam
kondensor dan membuangnya ke atmosfer ( menjaga vakum ).
2.Pembuat vakum saat start unit turbin uap. Setelah normal operasi dan
terdapat steam yang masuk ke turbin maka proses vakum kondensor
diambil alih oleh proses kondensasi steam menjadi air ( air kondensat ).
 Liqud Ring Vacuum Pump

Gambar 3.20 Liqud Ring Vacuum Pump

Pompa vakum adalah sebuah alat untuk mengeluarkan molekul-


molekul gas dari dalam sebuah ruangan tertutup untuk mencapai tekanan
vakum. Pompa vakum menjadi salah satu komponen penting di beberapa
industri besar seperti PLTU, pabrik lampu,vacuum coating pada kaca,
pabrik komponen-komponen elektronik, pemurnian oli, bahkan hingga

54
alat-alat kesehatan seperti radiotherapy, radiosurgery, dan
radiopharmacy.
Prinsip dari pompa ini adalah dengan jalan mengekspansi volume
ruang oleh pompa sehingga terjadi penurunan tekanan vakum parsial.
Sistem sealing mencegah gas masuk ke dalam ruang tersebut.
Selanjutnya pompa melakukan gerakan buang, dan kembali
mengekspansi ruang tersebut. Jika dilakukan secara siklis dan berkali-
kali, maka vakum akan terbentuk di ruangan tersebut.

 Steam Jet Ejector


Steam jet ejector merupakan alat pembangkit vakum dengan
menggunakan steam sebagai media pendorong. Suatu pancaran cairan,
gas atau uap (steam) keluar dari nozzle dengan kecepatan tinggi sehingga
dihasilkan tekanan rendah di titik nozzle tersebut. Dengan demikian, gas
yang harus diangkut akan terhisap, terbawa dan mengalami
percepatan.Steam jet ejector berfungsi untuk mengeluarkan gas atau uap
dari suatu ruangan dan mempertahankan kevakuman yang tercapai.Steam
jet ejector merupakan pompa yang tidak mempunyai bagian-bagian yang
bergerak. Oleh karena itu, pompa ini sangat sederhana dan tidak
memerlukan perawatan yang rumit.

Gambar 3.21 Steam Jet Ejector

Dalam steam jet ejector , uap yang telah dipakai dikondensasi


dengan mencampurkannya dengan air. Daya hisap dan vakum akhir yang

55
tercapai seringkali tergantung pada tekanan awal pancaran, tekanan uap
kondensat dan konstruksi pompa (jumlah langkah kerjanya). Dengan
steam jet ejector satu langkah hanya bisa dicapai vakum sebesar 130
mbar ( perbandingan kompresi sekitar 1:8)

3.6.4 Sistem Pemeliharaan Kondensor


 Backwash Condenser
Backwash kondensor merupakan salah satu usaha untuk menjaga
performa kondensor dengan cara membalik arah aliran kondensor.
Fungsinya yaitu untuk membersihkan kondensor dari kotoran yang
menyumbat dan mengganggu proses aliran cooling water dengan cara
membalik arah alirannya, bahasa mudahnya untuk flushing kotoran -
kotoran yang mengganggu aliran air laut ke kondensor khususnya yang
berada diinlet tube kondesor. Kondensor di-design dengan dua sisi yang
arah alirannya berlawanan.
Tujuan dari backwash kondensor ini dimaksudkan agar aliran
cooling water lebih baik, lebih lancar sehingga proses perpindahan panas
anatara steam dan air laut (proses kondensasi) berjalan lebih baik dan
lebih cepat. Hasilnya yaitu peningkatan vakum kondensor sehingga
efisiensi unit kembali bertambah. selain itu dengan adanya backwash
kondensor ini differential pressure inlet dan outlet kondensor akan lebih
rendah.
Dalam penentuan kapan proses backwash kondensor itu
dilaksanakan sebenarnya lebih dominan dilihat dari Differential Pressure
antara Inlet dan Outlet pressure kondensor atau pressure drop sea water
inlet dan outlet kondensor. Hal ini karena tujuan kita melakukan back
wash kondensor yaitu membuang kotoran, sampah, yang menghalangi
aliran sea water (plugging) tube kondensor. Efek dari plugging tube ini
akan meyebabkan aliran sea water terhalang dan jumlah flow rate sea
water yang masuk ketube-tube kondensor akan berkurang (ibaratnya
mampet), sehingga inlet pressure akan tinggi dan outlet pressure akan
rendah.

56
 Cleaning Tubes Condenser

Tube-tube kondensor sangat mungkin terjadi endapan di


permukaannya, sehingga perlu dilakuka cleaning. Cleaning kondensor
ini dapat dilakukan dalam dua metode, yaitu secara online dimana
dilakukan ketika unit turbin uap dalam keadaan normal operasi dan
offline ketika turbin uap dalam keadaan stand by. Untuk cleaning tube
dalam keadaan online ini sebenarnya sangat penting karena dengan hal
ini performa kondensor akan tetap selalu terjaga..Cleaning tube secara
online dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan bola Tapproge
yang di PLTU sering disebut Ball Cleaning Kondensor.
.Dalam system Ball Cleaning ini, fungsinya adalah untuk
membersihkan permukaan tube-tube kondensor. Sistem Ball Cleaning
menggunakan Bola (Tapproge) sebagai alat untuk membersihkan tube
kondensor. Bola ini akan diikutkan aliran pada kondensor, masuk di
water box inlet kondensor ikut aliran kondensor dan keluar di water box
outlet kondensor kemudian bola-bola tersebut ditangkap oleh Catcher
dan diarahkan ke ball collector.

Gambar 3.22 Ball cleaning condenser

 Checking Air Leakage in Condenser

57
Air leakage test pada kondensor bisa dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya yaitu pengujian dengan gas tracer seperti dengan
menggunakan gas helium atau halogen. Selain itu juga bisa dilakukan air
leakage test secara ultrasonic ataupun secara thermograph, selain itu
tesleak dengan air merupakan salah satu yang paling murah dan banyak
dilakukan. Perlu diketahui juga bahwasanya pada PLTU biasanya
memiliki peralatan khusus untuk tesleak pada tube baik itu kondensor
maupun heat transfer equipment lainnya
Metode maintenance ini sudah banyak digunakan pada berbagai
pembangkit di Indonesia. Selain lebih praktis dan efisien, metode
checking air leakage juga termasuk dalam metode maintenance yang
tergolong murah dalam segi ekonomis. Saat ini banyak dikembangkan
untuk menambah daya bangkitan kondensor dan menaikkan efisieni
termal dari sebuah PLTU.

Gambar 3.23 Checking air leakage

 Cathodic Protection di Kondensor

Penggunaan air laut sebagai pendingin pada kondensor sangat


berbahaya bagi peralatan terutama metal, hal ini karena air laut dapat
menyebabkan korosi pada peraltan. Untuk mencengah hal ini maka perlu
ditambahkan sistem proteksi untuk mencegah terjadinya korosi.

58
Pengendalian korosi atau pencegahan korosi terhadap logam dapat
dilakukan dengan mengubah potensial antar muka logam dan
lingkungannya. Secara elektrokimia, proteksi korosi dapat
dikelompokkan menjadi proteksi katodik dan anodik. Pengendalian
korosi metide proteksi katodik dapat dilakukakn dengan merubah
potensial antar muka logam dengan ionnya ke daerah immune dengan
memberikan arus katodik. Penurunan potensial antar muka kearah
immune atau ke daerah lebih katodik dapat dilakukan dengan
menghubungkan benda kerja dengan anoda korban, atau Sacrificial
Anode atau dengan memberikan arus yang dipaksakan, atau impressed
current biasanya menggunakan logam yang beda potensialnya lebih
rendah(Al, Zn, atau Mg).

Gambar 3.24 Anode pada Kondensor

3.6.5 Penurunan Tingkat Kinerja Kondensor


 Terjadi Fouling Pada Kondensor
Adanya fouling ataupun endapan yang mengotoritube-tube
kondensor sangat mungkin terjadi. Hal ini karena cooling water
condenser, sebagaimana di sebagian besar PLTU sumber air-nya adalah
berasal dari air laut, sehingga akan banyak terdapat endapan dan kotoran-
kotoran yang ikut masuk dan sebagian mengendap pada permukaan tube-
tube dan pada bagian kondensor lainnya. Fouling yang terjadi pada
kondensor dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe. Fouling karena
Microbiologi, scale, deposit, korosi dan kotoran yang menyumbat tube
kondensor.

59
Gambar 3.25 Fouling pada kondensor

Fouling yang terjadi pada kondensor ini akan menyebabkan


penurunan kinerja kondensor. Laju perpindahan panas yang terjadi pada
kondensor akan berkurang sehingga laju proses kondensasi uap menjadi
condensate water pun akan turun. Pencegahan fouling kondensor
sangatlah penting karena secara natural kondensor akan memiliki
kecenderungan terjadi fouling , hal ini karena cooling water yang
digunakan yaitu air laut yang banyak terdapat endapan dan kotoran-
kotoran lainnya

 Cooling water flow rate

Sebagai dasar pembahasan kita lihat prinsip perpindahan panas,


dimana terdapat persamaan energy balance. Hal ini karena pada
kondensor terjadi perpindahan panas antara steam dan air sehingga
menyebabkan steam mengalami perubahan fase. Adapun persamaan
tersebut adalah

Dimana MCW adalah jumlah cooling water flow rate yang masuk
ke kondensor. Dengan asumsi Cp air laut tetap maka ΔT akan berubah

60
mengikuti perubahan perubahan flow rate sea water ( cooling water ).
Ketika flow cooling water rate besar ( MCW ) maka akan menyebabkan
penurunan selisih temperature cooling water inlet dan outlet kondensor
(ΔT). Semakin tinggi temperature outlet cooling water maka vakum
kondensor akan semakin rendah. Dalam pengaturan flow cooling water
kondensor ini, pengaturan dilakukan dengan mengatur pembukaan motor
valve outlet kondensor. Pengaturan ini akan berdampak pada perubahan
pressure inlet dan outlet kondensor, kecepatan aliran cooling water pada
tube kondensor, dan cooling water flow rate ke kondensor. Berikut kami
sajikan grafik perbandingan cooling water flow rate dan pressure
kondensor.

Gambar 3.26 Grafik Cooling water flow


(International Journal Of Engineering Research & Technology)

Terlihat pada grafik perbandingan cooling water flow rate dan


pressure kondensor, terlihat bahwa semakin besar flow rate cooling water
menyebabkan pressure kondensor semakin rendah ( kondensor semakin
vakum ), hal ini dikarenakan proses kondensasi akan berlangsung lebih
cepat.

 Kerusakan Pada Tube Kondensor

61
Pada beberapa pembangkit banyak material yang digunakan
sebagai bahan untuk Tube pada kondensor bergantung pada air
pendinginannya. Di antaranya adalah aluminuim, tembaga, nikel, baja,
titianium, dan lain sebagainya. Air pendinginya bisa berupa air segar, air
laut, dan air bor. Dari situ tube banyak mengalami kegagalan material
seperti korosi dan erosi.

Gambar 3.27 Severe corrosion of tube-tube plate pada kondensor

Korosi ini disebabkan karena adanya zat dari lingkungan, dalam


hal ini adalah air pendingin. Zat garam yang dibawa air laut misalnya
dapat berinteraksi dengan logam pada bahan materialtubedan nantinya
menjadi kerak yang lama - kelamaan dibiarkan akan menjadi karat
(korosi). Sedangkan erosi pada tube disebabkan karena terkikisnya
material tube yang semakin hari akan menimbilkan penipisan pada tube
dan dapat berakibat kebocor pada tube kondensor tersebut. Kebocoran
tersebut akan berpengaruh besar dalam kinerja kondensor yang mana
juga akan berakibat pada penurunan efisiensi termal yang dibangkitkan
pada sebuah pembangkit.

 Temperatur Cooling Water diatas Normal

62
Temperatur cooling water (sea water ) juga akan mempengaruhi
pressure kondensor (vakum kondensor). Akan tetapi temperatur cooling
water ini kita tidak memiliki kemampuan untuk mengaturnya.
Temperatur cooling water ini akan berubah tergantung iklim dan lokasi
dimana sebuah pembangkit itu berada. Temperatur cooling water juga
sangat berpengaruh terhadap pressure atau vakum kondensor, dan
pengaruhnya ini sangat signifikan. Sebagaimana flow cooling water ,
temperatur cooling water ini akan berpengaruh pada kecepatan suatu
steam berkondensasi. Semakin rendah temperatur, steam exhaust LP
Turbine akan lebih cepat terkondesasi sehingga pressure kondensor akan
rendah (vakum tinggi).

Gambar 3.28 Grafik Temperature of Cooling Water


(Combine Cycle Gas and Steam Power Plant; Rohf Kehlhofer)

 Kemampuan Komponen Vakum Menurun

Komponen Vakum seperti halnya vacuum pump dan water jet


ejector mempunyai peran yang besar dalam proses pembuatan vakum
pada kondensor. Kemampuan pompa vakum danwater jet ejector akan

63
menurun karena kerusakan mekanis yang disebabkan oleh zat kimia
terkandung pada fluida yang menyebabkan korosi, terjadi aus pada
pompa karena kura pelumasan (oli), dan bisa juga disebabkan karena
terjadi kavitasi pada komponen tersebut. Hal– hal tersebut mempengaruhi
unjuk kerja yang akan dihasilkan alat bantu vakum, maka dari itu alat
bantu vakum juga memerlukan pemeliharaan.

 Non-Condensable Gasses

Adanya Non-Condensable Gasses(gas-gas yang tidak dapat


terkondensasi) dapat menyebabkan penurunan tingkat kevakuman.Non
Condensable gasses ini bisa merupakan gas dari luar yang masuk ke
kondensor (air leakage), hal ini karena kondesor didesain memiliki
tekanan di bawah atmosfer makaakan mungkin ada udara dari luar akan
masuk ke kondensor. Selain itu penyebab dari non-condensable gasses
ini juga berasal dari gas-gas yang mengalami leakage pada sistem PLTU
yang terbawa oleh steam ke kondensor (air in steam) atau juga dari
penguraian air menjadi gas oksigen dan gas hidrogen. Sehingga gas-gas
yang tidak dapat terkondensasi tersebut harus dikeluarkan dari
kondensor. Gas-gas yang tidak dapat terkondensasi tersebut harus
dikeluarkan atau dibuang dari kondensor karena menyebabkan kenaikan
pressure kondensor, dan kenaikan pressure ini akan menyebabkan
penurunan daya mampu yang dihasilkan oleh turbin uap dan
menurunakan efiensi pengoperasian turbin uap. Adapun beberapa tempat
yang dapat menjadi sumber gas leakage sebagian seperti pada gambar di
bawah.

64
Gambar 3.29 Air leakage points pada kondensor

Gas-gas tersebut akan menyelimuti permukaan luar tube-tube


kondensor, hal ini akan menyebabkan berkurangnya kecepatan transfer
panas antara uap ( steam) dengan cooling water ( sea water) Sehingga
ketika kecepatan transfer panas berkurang hal ini akan menyebabkan
peningkatan pressure kondensor

 Debris Filter Condenser Tidak Optimal

Debris kondensor berfungsi untuk menyaring kotoran (sampah)


yang terkandung dalam air yang akan masuk ke kondensor. Apabila
terjadi kerusakan pada debris seperti rusaknya motor pada debris dan
kerusakan mekanis pada filter (lubang) akan mengakibatkan kotoran
dapat lolos dan masuk ke kondensor, akibatnya tube–tube akan
mengalami plugging (penyumbatan) dan bisa menyebabkan gangguan
perpindahan panas yang secara langsung juga berkibat pada buruknya
kevakuman pada kondesor. Begitu juga dengan penggunaan debris yang
masih konvensional (hanya filter) tanpa memakai motor juga
berpengaruh pada performa efektivitas dari saringan yang dihasilkan,
karena pada dasarnya pemberian motor gerak pada debris tersebut adalah
untuk membantu proses filterisasi.

65
3.7 Tubes Plugging Pada Kondensor
Plugging adalah salah satu cara mengatasi kebocoran yang
menguntungkan terutama dari segi ekonomis dalam perawatan kondensor
pada sebuah steam power plant. Namun plugging technique akan
menurunkan kinerja kondensor.
Metode ini dilakukan dengan cara menutup tube-tube pada kondensor
yang bocor, tube yang bocor perlu di plug agar air pendingin yang berasal
dari air laut tidak masuk kedalam hotwell dan tercampur dengan air
kondensat, karena jika air pendingin yang berasal dari air masuk kedalam
hotwell dan tercampur dengan air kondensat dapat menyebabkan korosi
yang berbahaya pada pipe-pipe dan peralatan-peralatan yang berada pada
unit. Air laut berbahaya karena mengandung elektrolit (garam) merupakan
media yang baik untuk terjadinya transfer muatan. Hal ini mengakibatkan
elektron lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di udara.

Gambar 3.30 Tubes Plugging


Selain ekonomis plugging juga merupakan metode yang sederhana
dan efisien dalam segi pemasangan nya, akan tetapi plugging dapat
menyebabkan menurunnya kinerja kondensor apabila jumlah tubes yang di
plug sudah melebihi batas(10% dari jumlah total tube). Kinerja kondensor

66
dapat menurun dikarenakan luasan(A) perpindahan panas yang digunakan
untuk mengkondensasikan uap berkurang.

3.8 Tekanan Vakum


Tekanan vakum adalah tekanan dalam tangki, maksudnya adalah
tekanan kurangnya dari tekanan udara luar atau atmosfir . Tekanan di
bawah tekanan atmosfer disebut tekanan vakum (vacuum pressure) dan
diukur dengan pengukur vakum yang menunjukkan perbedaan antara
tekanan atmosfer dan tekanan absolut.

Gambar 3.31 Perbandingan Tekanan

Tekanan gas di dalam tangki dapat dianggap seragam karena berat


gas terlalu kecil dan tidak mengakibatkan pengaruh yang berarti. Skala
tekanan vakum mempunyai titik nol pada tekanan atmosfir dan yang paling
tinggi sama dengan zero absolute. Pengukuran tekanan absolut sangat
penting dalam menentukan skala tekanan gage dan skala vakum untuk
mengukur tekanan, baik tekanan gage, absolut, vakum ataupun beda tekanan
(differential pressure).

3.9 Kinerja Kondensor

67
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondensor,
diantaranya adalah Material pipa, diameter pipa, ketebalan dinding pipa,
panjang pipa, serta pengaturannya, kebersihan pipa, keberadaan non-
condensable gas di sisi uap, level air kondensat uap, temperatur awal,
tekanan awal, dan laju alir air pendingin, tekanan dan temperatur awal uap,
entalpi dan laju aliran drain uap . Seperti alat penukar kalor pada umumnya,
kondensor dapat diukur kinerjanya dengan berbagai indikator. Indikator
yang dipakai adalah terminal temperature difference (TTD), log mean
temperature difference (LMTD), temperature rise (TR), efisiensi (η), dan
koefisien perpindahan panas menyeluruh (U). Untuk bisa menentukan nilai
dari tiap indikator ini diperlukan data mengenai berbagai parameter, seperti
spesifikasi kondensor, tekanan, suhu, dan laju aliran.

3.9.1 Log Mean Temperature Difference (LMTD)


LMTD adalah rata-rata logaritmik dari perbedaan temperature antara
aliran panas dan dingin di setiap akhir exchanger. Semakin besar LMTD,
semakin banyak panas yang ditransfer. Penggunaan LMTD muncul lugas
dari analisis penukar panas (heat exchangers) dengan laju alir konstan dan
sifat termal fluida. Menghitung LMTD, dapat dihitung dengan rumus :

CWi (1)
T Si −T ¿
¿
CWo
T Si−¿T ¿

¿
¿
ln ⁡¿
(T −T )
LMTD= CWo ¿ CWi

3.9.2 Temperature Rise (TR)


Temperature rise adalah perbedaan suhu antara suhu air pendingin
saat masuk dan suhu air pendingin saat keluar. Menghitung Temperature
Rise, dapat dihitung dengan rumus :
TR=T CWo −T CWi (2)

68
3.9.3 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)
Besarnya perpindahan panas yang dibuang oleh kondensor
dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas menyeluruh, luas permukaan
perpindahan panas dan beda temperature rata-rata logaritmik antara
temperature uap dan temperature air. Besarnya koefisien perpindahan panas
menyeluruh U dihitung dengan rumus :

Q (3)
U=
A . LMTD

Dimana U adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh,


(kW/m2.°C) atau (Kcal/m2.h.°C) Q yakni beban panas kondensor, (kW), A
luas total permukaan luar pipa, (m2) dan LMTD beda temperature rata-rata
logaritmik, (°C).
 Dengan Q adalah beban panas kondensor, dapat dicari dengan
rumus:

Q=W . C p .(T CWo −T CWi ) (4


)
 Dengan A adalah luasan perpindahan panas (sisi luar tubes),
dapat dicari dengan rumus:

A=N . π . D . L (5)

Keterangan : N = Jumlah total tubes pada kondensor


D = Diameter luar tubes
L = Panjang Tubes pada kondensor

3.10 Meningkatkan Kinerja Kondensor


3.10.1 Kebersihan permukaan tube sisi air pendingin
Kotoran-kotoran yang terbawa oleh air pendingin dari laut, sungai
atau cooling tower akan menempel dipermukaan dalam tube, water box,
pipa dan sebagainya. Kotoran ini akan menghambat transfer panas dari uap
ke air pendingin dan akhirnya tekanan kondensasi menjadi tinggi,
disamping itu kotoran ini juga dapat menghambat atau memperkecil flow

69
air pendingin. Maka dari itu semakin bersihnya air pendingin maka kinerja
kondensor akan meningkat juga dikarenakan flow dari air pendingin lancar
tanpa adanya hambatan, sehingga kemampuan kondesor untuk melepas
panas uap menjadi lebih maksimal.
3.10.2 Retubing
Retubing pada kondensor adalah mengganti tube-tube kondensor
yang bocor dengan tube yang baru, cara ini adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi tube kondensor yang bocor tanpa mengurangi kinerja
kondensor. Akan tetapi retubing membutuhkan biaya yang mahal
dikarenakan tube-tube ini terbuat dari titanium. Retubing biasanya
dilakukan apabila jumlah tube yang di plug pada kondensor sudah
melebihi batas maksimal.

Gambar 3.32 Retubing in condenser


Retubing selain mahal juga memerlukan waktu yang relatif lama,
dikarenakan harus membongkar kondensor secara menyeluruh.
Keuntungan dari retubing adalah cara ini tidak mengurangi kinerja
kondensor dikarenakan luasan (A) perpindahan panas yang digunakan
untuk mengkondensasikan uap tidak berkurang dan otomatis kinerja
kondensor akan meningkat karena tube tube yang baru masih bersih dari
fouling(pengotoran).

70
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Kondensor


Kondensor yang dipakai pada PT. Indonesia Power PLTU Jawa
Tengah 2 Adipala adalah kondensor jenis steam surface shell and tubes yang
mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 4.1 Main Technical Parameters


Type N-36000
Form 36000 m 2
Condenser A effective Surface 18000 m 2
Condenser B effective Surface 18000 m 2
Tubes Diameter 32.2 mm
Number of Tubes 7752x4
Tubes Length 11316 mm
Design Inlet Temperature of
30 ℃
Circulating water
Circulating Water Flow 103300 m3 /h
Mean Flow Rate of Circulating
24522 m/s
Water Inside Tubes
Cleanliness Factor 0.85
Temperature-rise of Circulating
≥ 7 ℃
Water
Hydraulic Loss ≥ 70kPa
Average Back Pressure of Condenser 7.85kPa
Design Pressure in Tube Side 0.4MPa
Design Pressure in Shell Side 0.098MPa

Tabel 4.2 Mainly Material


Item Material
Neck Q235-A
Shell Q235-A
Water Box Q235-A
Flash Tanks Q245R
Exhaust Expansion Joint STAINLESS STEEL

71
Tubes SB388Gr2
Tubesheet SB265Gr1+SA516Gr70

4.2 Historical Data Kondensor


4.2.1 Plugging Pada Kondensor
Kondensor pada PLTU Adipala pernah mengalami beberapa kali
kebocoran. Kebocoran pertama terjadi sebelum First Inspection yaitu pada
bulan Maret sampai bulan Juli 2018.

Gambar 4.1 Historical Plugging

Pada kebocoran yang pertama didapati ada 2 tube bocor pada inlet
kondensor A, 6 tube bocor pada outlet kondensor A, 7 tube bocor pada inlet
kondensor B, dan 2 tube bocor pada outlet kondensor B. Kebocoran ini
ditangani dengan pemberian plug pada tiap tube-tube yang bocor. Kemudian
pada bulan Oktober 2018 kandungan Na pada hotwell di kondensor naik
sehingga dilakukan pengecekan, setelah dilakukan pengecekan didapati
kembali ada kebocoran pada inlet kondensor A sebanyak 9 tube. Kebocoran
ini juga ditangani dengan pemberian plug. Selanjutnya pada maintenance
outage pada bulan Februari 2019 kadar Na pada hotwell kembali naik,
sehingga dilakukan pengecekan pada kondensor, setelah dilakukan
pengecekan didapati kembali banyak kebocoran pada tube kondensor. Pada

72
inlet kondensor A didapati 110 tube bocor, pada outlet kondensor A didapat
ada 75 tube bocor, pada inlet kondensor B didapati 88 tube bocor, dan pada
outlet kondensor B didapati 109 tube bocor. Kebocoran ini juga ditangani
dengan pemberian plug pada tube yang bocor.

4.2.2 Parameter Operasi Kondensor Pada Distributed Control System(DCS)


A. Setelah Plugging Pertama
Parameter yang diambil pada tanggal 29 Oktober 2017.

Gambar 4.2 Parameter Operasi 29 Oktober 2017

73
Gambar 4.3 Parameter Operasi 29 Oktober 2017

B. Setelah Plugging Kedua

Parameter yang diambil pada tanggal 02 November 2018

74
Gambar 4.4 Parameter Operasi 02 November 2018

Gambar 4.5 Parameter Operasi 02 November 2018

C. Setelah Plugging Ketiga

Parameter yang diambil pada tanggal 09 Februari 2019

75
Gambar 4.6 Parameter Operasi 09 Februari 2019

Gambar 4.7 Parameter Operasi 09 Februari 2019

Parameter yang didapat di atas bisa dirangkum dalam tabel dibawah:

76
Tabel 4.3 Parameter Operasi Kondensor Adipala

Parameter 29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019

Tsteam A (℃) 39,885 43,387 43,092

Tsteam B (℃) 39,81 43,216 42,998


Tcondensate
39,419 42,964 43,091
(℃)
Tcwin A (℃) 28,934 29,06 29,691

Tcwin B (℃) 28,934 29,06 29,817

Tcwout A (℃) 35,449 39,04 39,546

Tcwout B (℃) 35,752 38,154 38,407

Beban (MW) 645,538 641,342 641,113


Flow rate CW
644270,313 152429,453 238165,469
(Ton/hour)

4.3 Metode dan Hasil Perhitungan


4.3.1 Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Log mean temperature difference dapat dihitung menggunakan
rumus (2), dengan memasukkan parameter operasi pada tabel 4.3 didapatkan
hasil perhitungan LMTD sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil perhitungan LMTD

LMTD (℃) LMTD (℃) LMTD (℃)


29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019

7,209428706 8,367850599 7,412510247

6,915731139 8,84306133 8,144661835

77
4.3.2 Temperature Rise (TR)
Temperature rise dapat dihitung menggunakan rumus (3), dengan
memasukkan parameter operasi pada tabel 4.3 didapatkan hasil
perhitungan TR sebagai berikut:
Tabel 4.5 hasil perhitungan TR
TR (℃) TR (℃) TR (℃)
29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019
6,515 9,98 9,855

6,818 9,094 8,716

4.3.3 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)


Koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat dihitung
menggunakan rumus (4), (5), dan (6). Pertama yang dibutuhkan adalah
mencari luasan perpindahan panas pada tube kondensor dengan rumus (6)
dengan memasukkan parameter design dari tabel 4.1. Didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.6 hasil perhitungan luasan perpindahan panas
A ( mm2 ) A ( mm2 ) A ( mm2 )
29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019
5646358099 5643078722 5578584312

5645993724 5645993724 5574211810

Setelah didapat luasan perpindahan panasnya, kemudian yang


dibutuhkan adalah menghitung beban panas kondensor dengan rumus (5)
dengan memasukkan parameter operasi pada tabel 4.3. Didapatkan hasil
sebagai berikut:

78
Tabel 4.7 hasil perhitungan beban panas kondensor
Q(kJ/s) Q(kJ/s) Q(kJ/s)
29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019
2210554,67 801157,7 1236101

2313363,28 730032,8 1077434

Dengan memasukkan parameter operasi pada tabel 4.3 didapatkan


hasil perhitungan koefisien perpindahan panas menyeluruh sebagai
berikut:
Tabel 4.8 hasil perhitungan U
U (kW/m2.°C) U (kW/m2.°C) U (kW/m2.°C)
29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019

54,3040213 16,9663322 29,89267595

59,24686097 14,62175064 23,73198761

4.4 Analisis Data Hasil Perhitungan


4.4.1 Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.5, berikut dibawah ini
disajikan grafik data hasil perhitungan Log Mean Temperature Difference
(LMTD).

Log Mean Temperature Difference


10.000
8.843
9.000 8.368 8.145
8.000 7.2096.916 7.413
7.000
6.000 Condenser A
Condenser B
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
LMTD 1 LMTD 2 LMTD 3

Gambar 4.8 Grafik nilai LMTD kondensor pasca tubes plugging.

79
Analisis perhitungan nilai LMTD pada kondensor pasca tubes
plugging. Perbedaan temperatur rata-rata logaritmik antara temperatur
saturasi dengan temperatur air pendingin pada kondensor A pasca tubes
plugging sebesar 7,209°C, 8,836°C, dan 7,413°C. Sedangkan perbedaan
temperatur rata-rata logaritmik antara temperatur saturasi dengan
temperatur air pendingin pada kondensor B pasca tubes plugging sebesar
6,916°C, 8,843°C, dan 8,145°C. Dapat dilihat adanya kenaikan nilai
LMTD sebesar 16% (kondensor A) ;27% (kondensor B) pada saat
pemberian plug kedua, ini berarti adanya kenaikan besar perpindahan
panas yang terjadi pada kondensor. Kemudian setelah pemberian plug
ketiga terjadi penurunan besar nilai LMTD sebesar 11% (kondensor A) ;
7% (kondensor B) yang berarti terjadi penurunan besar perpindahan panas
yang terjadi pada kondensor.
Secara teori perlakuan pemberian plug pada kondensor dapat
menurunkan besar perpindahan panas yang terjadi pada kondensor
dikarenakan luasan yang perpindahan panas yang digunakan untuk
mengkondensasikan uap berkurang, hal ini bertentangan dengan hasil
perhitungan pada saat pemberian plug kedua. Hal ini bisa terjadi karena
faktor besarnya perpindahan panas tidak hanya bergantung pada luasan
perpindahan panasnya, akan tetapi masih ada faktor lain seperti terjadinya
pengotoran pada tube-tube kondensor(fouling), besar temperature uap
saturasi yang masuk kondensor, temperature air laut, dan flow rate air
laut.
4.4.2 Temperature Rise (TR)

Berdasarkan pada tabel 4.6, berikut dibawah ini disajikan grafik data
hasil perhitungan Temperature Difference (TR).

80
Temperature Rise
12
9.98 9.86
10 9.09 8.72
8
6.52 6.82
6 Condenser A
Condenser B
4

0
TR 1 TR 2 TR 3

Gambar 4.9 Grafik nilai TR kondensor pasca tubes plugging


Analisis perhitungan nilai TR pada kondensor pasca tubes plugging.
Untuk kenaikan temperatur air pendingin pasca tubes plugging pada
kondensor A sebesar 6,515°C, 9,98°C, dan 9,855°C. Sedangkan untuk
kenaikan temperatur air pendingin pasca tubes plugging pada kondensor B
sebesar 6,818°C, 9,094°C, dan 8,716. Dapat dilihat adanya kenaikan nilai
TR sebesar 53%(kondensor A); 33% (kondensor B) pada saat pemberian
plug kedua, ini berarti adanya kenaikan besar panas yang diserap oleh
kondensor. Kemudian setelah pemberian plug ketiga terjadi penurunan
nilai TR sebesar 1,2% (kondensor A); 4,1% (kondensor B) yang berarti
adanya penurunan besar panas yang diserap oleh kondensor.
Secara teori pemberian plug pada tube kondensor dapat mengurangi
besar penyerapan panas yang terjadi di kondensor, hal ini bertentangan
dengan hasil perhitungan TR setelah pemberian plug kedua. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan faktor yang berpengaruh terhadap besar penyerapan
panas tidak hanya bergantung pada luasan perpindahan panas, akan tetapi
masih ada faktor lain seperti terjadinya pengotoran pada tube-tube
kondensor(fouling), besar temperature uap saturasi yang masuk kondensor,
temperature air laut, dan flow rate air laut.

4.4.3 Koefisian Perpindahan Panas Menyeluruh (U)

81
Berdasar pada tabel 4.7, berikut dibawah ini disajikan data hasil
perhitungan koefisien perpindahan panas menyeluruh (U).

Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh


70.000
59.247
60.000 54.304
50.000
Condenser A
40.000 Condenser B
29.893
30.000
23.732
20.000 16.966
14.622
10.000

0.000
U1 U2 U3
Gambar 4.10 Grafik nilai U kondensor pasca tubes plugging

Analisis perhitungan nilai U pada kondensor pasca tubes plugging.


Untuk nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh pasca tubes plugging
966 dan 29,893(kW/m2.°C). Sedangkan untuk nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruh pasca tubes plugging pada kondensor B sebesar
59,247(kW/m2.°C), 14,622(kW/m2.°C), dan 23,732(kW/m2.°C). Dapat
dilihat adanya penurunan yang sangat drastis pada saat setelah pemberian
plug kedua, hal ini dikarenakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur flowrate pada saat 29 Oktober 2017 sedang mengalami
kerusakan(error) oleh karena itu hasil yang ditunjukkan oleh DCS tidak
wajar(bad). Maka dari itu data hasil perhitungan pada saat setelah
pemberian plug pertama tidak bisa digunakan acuan untuk menganalisa,
untuk itu akan digunakan data pada saat setelah pemberian plug kedua dan
ketiga.

Berdasarkan data hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa setelah


pemberian plug kedua Koefisien perpindahan panas menyeluruhnya
mengalami kenaikan sebesar 76% (kondensor A); 62,3% (kondensor B).
Hal ini dikarenakan flowrate yang digunakan pada saat kondensor
beroperasi berbeda sebesar 85736,016 ton/jam, dikarenakan juga luasan

82
perpindahan panas dan LMTD pada saat setelah pemberian plug ketiga
mengalami pengurangan. Kondisi ini berarti kondensor membutuhkan
flow air pendingin yang lebih banyak untuk mengkondensasikan uap pada
beban yang sama, bisa dikatakan kondensor mengalami penurunan kinerja.

4.5 Analisis Keseluruhan


Berikut disajikan data hasil perhitungan seluruh indikator pada
kinerja kondensor:
Tabel 4.9 Hasil perhitungan secara keseluruhan
Indikator 29/10/2017 02/11/2018 09/02/2019
LMTD A (℃) 7,209428706 8,367850599 7,412510247
LMTD B (℃) 6,915731139 8,84306133 8,144661835
TR A (℃) 6,515 9,98 9,855
TR B (℃) 6,818 9,094 8,716
UA
54,304 16,966 29,893
(kW/m2.°C)
UB
59,247 14,622 23,732
(kW/m2.°C)
Dapat dilihat dari ketiga indikator diatas bahwa setelah pemberian
plug kedua besar LMTD dan TR mengalami kenaikan hal ini
bertetentangan dengan teori, seharusnya setelah dilakukan pemberian plug
besar perpindahan panas dan penyerapan panas yang terjadi di kondensor
mengalami penurunan dikarenakan luasan yang digunakan untuk
mengkondensasikan uap berkurang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
faktor yang mempengaruhi besar penyerapan dan perpindahan panas
kondensor tidak hanya luasan dari perpindahan panas, masih ada faktor
lain yaitu terjadinya pengotoran pada tube-tube kondensor(fouling), besar
temperature uap saturasi yang masuk kondensor, temperature air laut,
tingkat kevakuman dan flow rate air laut.
Setelah pemberian plug ketiga LMTD dan TR mengalami
penurunan, salah satu alasan hal ini dapat terjadi dikarenakan pengaruh
pemberian plug yang berjumlah 194(kondensor A); 206(kondensor B)
sudah mulai berpengaruh terhadap perpindahan dan penyerapan panas
pada kondensor, semakin banyak tube yang diberi plug semakin berkurang

83
juga luasan perpindahan panas untuk mengkondensasikan uap pada
kondensor. Kemudian setelah pemberian plug ketiga Koefisien
perpindahan panas menyeluruh mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan
flowrate dari air pendingin yang meningkat sebesar 85736,016 ton/jam,
juga pengaruh penurunan besar nilai LMTD dan luasan perpindahan panas
yang berkurang dikarenakan pemberian plug pada tube kondensor.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan perhitungan, setelah pemberian plug kedua pada tube


kondensor nilai LMTD mengalami kenaikan sebesar 16% (kondensor

84
A);27% (kondensor B) dan setelah pemberian plug ketiga nilai LMTD
mengalami penurunan sebesar 11% (kondensor A); 7% (kondensor B).
2. Berdasarkan perhitungan, setelah pemberian plug kedua pada tube
kondensor nilai TR mengalami kenaikan sebesar 53%(kondensor A); 33%
(kondensor B) dan setelah pemberian plug ketiga nilai TR mengalami
penurunan sebesar 1,2%(kondensor A); 4,1%(kondensor B).
3. Berdasarkan perhitungan, setelah pemberian plug ketiga nilai koefisien
transfer panas menyeluruh mengalami kenaikan sebesar 76% (kondensor
A); 63,3% (kondensor B)
4. Berdasarkan ketiga indikator yang digunakan kinerja kondensor
mengalami kenaikan setelah pemberian plug kedua dan mengalami
penurunan kinerja setelah pemberian plug ketiga.
5. Pemberian plug pada tube kondensor menyebabkan penurunan terhadap
kinerja kondensor.
5.2 Saran
1. Mengingat faktor kebersihan tube berpengaruh terhadap proses
perpindahan panas yang akhirnya mempengaruhi kinerja kondensor, maka
hendaknya dilakukan secara rutin pemeriksaan terhadap temperature air
yang masuk, keluar dan didalam kondensor dikarenakan cepat atau
lambatnya pengotoran didalam tube dipengaruhi dari kondisi air laut
tersebut. Apabila pada beban yang sama dan kondisi temperature inlet air
pendingin sama tetapi pada temperature outlet air pendingin menurun
maka perlu diperhatikan, mungkin saja telah terjadi pengotoran didalam
permukaan tube, dan segera lakukan proses pembersihan tube dengan
cleaning ball system.
2. Menjaga tingkat kevakuman pada kondensor agar proses kondensasi pada
kondensor berjalan secara optimal, dan berakibat pada kinerja kondensor
yang semakin baik.

85
DAFTAR PUSTAKA

ASME PTC 12.2 (Revision of ANSI/ASME PTC 12.2-1983) Steam Surface


Condensers,2010

Cengel Y.A, and Boles M.A., Thermodynamics An Engineering Approach, Mc


Graw Hill International Edition, Fifth Edition. 2012

86
Prayudi, Sudirmanto, Dimas Indra Wijaya. Analisis Kierja Kondensor Sebelum
dan Sesudah Overhoul,PT. Indonesia Power UJP PLTU Lontar Banten
Unit 3.2016

Kisman H. Mahmud, Pengaruh Variasi Temperature Kondensor Terhadap


Tekanan Pada Beban Tetap.2016

Shanghai Electric Power Generation Equipment Co.Ltd, Condenser Description


PLTU 2 Jateng 1x660MW Adipala, Cilacap.2011

Ahmad Abdul Qodir, Vakum Pada Kondensor Rendah, PLTU Grati.2014

PLTU Jawa Tengah 2 Adipala. 2016. Database equipment PLTU Jawa Tengah 2
Adipala.

Indonesia Power. 2017 Sekilas Indonesia Power. Diambil dari :


http://www.indonesiapower.co.id/id/profil/pages/Sekilas-indonesia-
power.

Indonsesia Power. 2017. Unit Jasa Pembangkitan Jawa Tengah 2. Diambil dari :
http://www.indonesiapower.co.id/id/produk/pages/unit-jasa-
pembangkitan-jawatengah-2.

Kuswantoro, Andreas Hendy. 2015. Modul pengoperasian closed cycle cooling


water system PLTU Jawa Tengah 2 Adipala

87
LAMPIRAN
c

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Anda mungkin juga menyukai