Anda di halaman 1dari 50

ANALISA PREVENTIVE MAINTENANCE PADA KONDENSOR TIPE

SHELL AND TUBE GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJA


MESIN KONDENSOR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Teknik

ERIK MAYER MANIHURUK


NIM. 180401119

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan Sarjana Teknik di
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul
skripsi ini adalah” Analisa Preventive Maintenance Pada Kondensor Tipe Shell And
Tube Guna Meningkatkan Efektivitas Kerja Mesin Kondensor”.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini penulis ingin berterima kasih
banyak kepada :

1. Bapak Dr.Ir. M. Sabri. M.T., IPM. Asean Eng, Selaku Ketua Departemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Suprianto, S.T., M.T., Ph.D. Selaku Sekertaris Departemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Ir. Farida Ariani M.T. Selaku Dosen Pembimbing saya yang senantiasa
sabar dan memberikan arahan, bimbingan, motivasi, nasihat dan meluangkan
waktu kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dian Morfi S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing kedua saya yang
senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan meluangkan waktu kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberi segala dukungan tak terkiranya baik
moril maupun materil.
6. Teman – teman seperjuangan Teknik Mesin terkhususnya stambuk 2018 yang
sering memberi dukungan dan sharing ilmu kepada penulis.
7. Teman-teman dan sahabat yang berada di tanah rantau yang selalu memberikan
saran, solusi, dan perhatian kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan iini masih belum sempurna dan


terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
ii

pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya. Atas


kerjasamanya saya ucap terimakasih.

Medan, 09 Januari 2022


Penulis,

Erik Mayer Manihuruk

180401119
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR RUMUS vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Batasan Masalah Penelitian 2
1.5 Sistematika Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Kondensor dan Kondensasi 4
2.1.1 Kondensor kontak langsung 4
2.1.2 Kondensor Tidak Kontak Langsung 4
2.2 Kondenser 5
2.2.1 Prinsip Kerja condenser 8
2.2.2 KomponenUtama Dan Alat Bantu Condenser 8
2.2.3 Penyebab Penurunan Vacum Condenser 9
2.2.4 Siklus Rankine 9
2.3 Klasifikasi Kondensor 10
2.3.1 Direct kontak kondensor 13
2.3.2 Surface Kondensor 13
2.4 Penurunan Tingkat Kevakuman Kondensor 14
2.4.1 Terjadi Fouling pada Kondensor 14
2.4.2 Kerusakan pada Tube Kondensor 15
2.4.3 Level Cooling Water Air Laut Surut 16
2.4.4 Temperatur Cooling Water di atas Normal 17
2.4.5 Gland Steam Exhaust Pressure Low/Control Valve Close 18
2.4.6 Kemampuan Komponen Vakum Menurun 19
2.4.7 Non-Condensable Gasses 19
2.5 Efektivitas Kerja Kondenser 20
iv

2.6 Maintenance 21
2.6.1 Pengertian Maintenance 21
2.6.2 Jenis Jenis Maintenance 22
2.6.3 Tujuan Maintenance 24
2.6.4 Fungsi Maintenance 24
2.7 Bagian bagian dari Pemeliharaan 25
2.7.1 Produksi 25
2.7.2 Teknikal 26
2.7.3 Keselamatan Kerja 27
2.8 Preventive Maintenance 27
2.9 Sistem Pemeliharaan pada Kondensor 28
2.9.1 Backwash Condenser 28
2.9.2 Cleaning Tubes Condenser 29
2.9.3. Checking Air Leakage in Condenser 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31
3.1 Waktu dan Tempat Penilitian 31
3.1.1 Waktu penelitian 31
3.1.2 Tempat penelitian 31
3.2 Objek Penelitian 32
3.3 Jenis Maintenance Yang Digunakan 33
3.4 Rancangan Penelitian 34
3. 5 Pelaksanaan Penelitian 34
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Rankine 10


Gambar 2. 2 Air Cooled Condenser 11
Gambar 2. 3 Shell and Tube ondenser 11
Gambar 2. 4 Shell and Coil Condenser 12
Gambar 2. 5 Fouling Pada Condenser 14
Gambar 2. 6 Kerusakan Tube Condenser 15
Gambar 2. 7 Cooling Water Menurun 17
Gambar 2. 8 Cooling Water di Atas Normal 18
Gambar 2. 9 Cleaing Tube Condenser 29
Gambar 2. 10 Checking Air Leakage in Condenser 30
Gambar 3. 1 PLTU Pangkalan Susu 32
Gambar 3. 2 Kondenser 33
Gambar 3.3 Flow chart metodologi penelitian 36
vi

DAFTAR RUMUS

Rumus 2.1 20
Rumus 2.2 20
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PLTU adalah pembangkit listrik yang mengolah air menjadi uap yang akan
memutar turbin dan generator dengan putaran tertentu. Air yang dimasak dan
dipanaskan dalam tungku pemanas biasanya menggunakan batubara sebagai bahan
bakarnya [1].

Cara PLTU bekerja yaitu menggunakan siklus rankine yang merupakan sistem
tertutup. Air dipanaskan didalam furnace hingga berubah menjadi uap kering. Setelah
itu uap kering akan ke turbin untuk memutarnya dengan generator yang seporos,
sehingga generator akan ikut berputar dan menghasilkan listrik [2].

Energi listrik di Indonesia menjadi faktor penunjang untuk meningkatkan


kegiatan industri. Salah satu pembangkit yang sering digunakan adalah Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada proses pembangkit tenaga listrik terjadi proses
pembakaran terhadap air untuk menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian dialirkan ke
turbin untuk memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik .

Pada pembangkit listrik tenaga uap biasanya memiliki sistem pendingin.


Kelangsungan pengoperasian turbin uap sangat dipengaruhi oleh kelangsungan pasok
air pendingin. Apabila aliran air pendingin terganggu atau hilang, maka operasi turbin
uap harus dihentikan, karena turbin uap tidak dapat beroperasi tanpa aliran air
pendingin ke kondensor . Dengan vakum kondensor yang bagus, maka efisiensi turbin
bagus. Jika tidak berarti ada masalah pada pipa aliran air pendingin pada kondensor
seperti menumpuknya kotoran yang diakibatkan adanya biota laut antara lain teritip,
kerang, ganggang, tiram dan jenis tumbuhan lainnya. Maka perlu adanya penyaring
seperti debris filter.

Salah satu komponen utama dari PLTU yaitu kondensor merupakan tempat
terjadinya proses kondensasi uap, dimana uap berubah fase menjadi cair. Uap
tersebut, sebelumnya dimanfaatkan untuk memutar turbin. Hal ini bertujuan untuk
menghemat.
2

penggunaan air karena air terus tersikulasi, serta dapat menjaga kemurnian air
yang digunakan dalam sistem boiler. Pendinginan di kondensor menggunakan media
air laut yang dialirkan didalam tube condenser.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu :
Analisa Preventive Maintenance Pada Kondensor Tipe Shell And Tube Guna
Meningkatkan Efektivitas Kerja Mesin Kondensor.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh masalah pada kondenser


2. Untuk menjadikan condenser lebih awet digunakan untuk jangka panjang.
3. Untuk mengidentifikasi kendala yang sering terjadi pada condenser

1.4 Batasan Masalah Penelitian

1. Data perawatan yang digunakan 1 bulan


2. Tidak membahas data biaya produksi atau biaya perawatan
3. Penelitian difokuskan pada perawatan condenser
4. Condenser yang diteliti adalah surface condenser

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dengan garis besar tiap bab adalah
sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, tujuan penelitian, batasan
masalah penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
3

BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan yaitu
mengenai alat kompenen stasiun sterilizer, prinsip kerja dan teori dasar mengenai
stasiun sterilizer.

BAB III Metodologi Penelitian, pada bab ini akan dibahas mengenai metode
yang akan digunakan untuk menyelesaikan penulisan skripsi. Pada bab ini juga akan
dibahas mengenai langkah-langkah penelitian, pengolahan dan analisa data yang akan
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dari topic yang di pakai.

BAB IV Hasil dan Analisa Penelitian Bab ini membahas tentang hasil data
yang diperoleh dari setiap penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini sebagai penutup berisikan kesimpulan
dan saran yang mendukung.

DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka berisikan literatur yang digunakan untuk


menyusun laporan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondensor dan Kondensasi


Kondensor merupakan salah satu alat penukar kalor (heat exchanger) yang
digunakan untuk mengkondensasikan uap atau merubah fase uap menjadi cair. Dalam
proses kondensasi terdapat dua teknik yaitu menggunakan kondensor kontak langsung
dan kondensor tidak kontak langsung.

2.1.1 Kondensor kontak langsung


Direct contact condenser melakukan proses kondensasi dengan cara
mencampurkan uap dan air pendingin. Salah satu contohnya adalah spray condenser
dimana air pendingin disemprotkan dan bercampur dengan uap air dalam suatu tabung
sehingga terbentuk air kondensat.

2.1.2 Kondensor Tidak Kontak Langsung


Pada Surface Condenser air pendingin dan uap yang didinginkan tidak
bercampur. Salah satu dari surface condenser adalah shell and Tube condenser, air
pendingin berada dalam pipa-pipa (tubes) pendingin sedangkan uap yang
terkondensasi didalam cangkang (shell). Heat exchanger tipe shell and tube terbagi
atas dua jenis berdasarkan bentuk tube-nya yaitu :

a. Single pass

Air pendingin pada kompresor jenis single pass ini hanya digunakan sekali
siklus pendingin. Uap masuk kedalam steam inlet connection, kemudian uap akan
bersentuhan dengan permukaan tube yang berisi air pendingin dengan temperature
yang lebih rendah.

b. Two Pass

Kondensor jenis Two pass memiliki prinsip kerja yang sama dengan kondensor
jenis single pass, letak perbedaannya terdapat pada aliran air pendingin yang dua kali
digunakan dalam satu kali proses pendinginan. Condenser Berdasarkan alirannya
surface condenser terbagi atas parallel flow dan counter flow.
5

Pada parallel flow arah aliran masuk dan keluar antara uap dan air pendingin
searah, berbeda dengan counter flow yang alirannya berbeda. Sedangkan proses
kondensasi merupakan suatu proses yang terjadi ketika temperature uap berada
dibawah temperature jenuhnya, akibat dari uap jenuh bersentuhan dengan media yang
memiliki temperature lebih rendah. Dalam proses kondensasi idealnya, kalor yang
dilepas oleh uap tidak membuat temperaturnya berubah, tetapi terjadi perubahan fase
(kalor laten). Sedangkan kalor yang diterima oleh air pendingin mengalami perubahan
temperature tanpa terjadi perubahan fase (kalor sensible). Pada proses kondensasi
tekanan dalam kondensor di design memiliki tekanan vacuum dengan menurunkan
tekanan dalam kondensor menggunakan air ejector. Kondisi vakum terjadi karena
nozzle pada air ejector, dimana steam dari Auxiliary Steam HP Turbine dilewatkan
percabangan LP Turbine dari kondensor. Pada kondisi ini steam dari LP Turbine
tertarik dengan lebih cepat dengan tingkat kondensasi yang lebih rendah.

Steam dari pencampuran Auxiliary Steam Turbine dan LP Turbine didalam air
ejector kemudian mengalami kondensasi karena kontak dengan air kondensat dari
Condensate Expansion Pump (CEP) dan dialirkan kembali ke hotwell. Air kondensat
yang naik temperaturnya kemudian dialirkan menuju Gland Steam Condenser (GSC)
yang kemudian akan dialirkan ke Low Pressure Heater sedangkan air kondensat dalam
GSC yang memiliki tekanan rendah akan dialirkan kembali ke hotwell untuk dinaikkan
tekanannya dengan CEP.

2.2 Kondenser

Kondensor adalah alat yang berfungsi untuk mengembunkan uap yang telah
memutar turbin untuk dijadikan air yang akan digunakan untuk siklus selanjutnya.
Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang
berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran ataupun Lumpur yang terbawa air laut.
Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir LP Turbin, maka
Vakum kondensor harus dijaga

Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk


mengkondensasikan uap keluaran turbin. Uap setelah memutar turbin langsung
6

mengalir menuju kondensor untuk diubah menjadi air (dikondensasikan), hal ini terjadi
karena uap bersentuhan langsung dengan pipa-pipa (tubes) yang didalamnya dialiri
oleh air pendingin. Oleh karena kondensor merupakan salah satu komponen utama
yang sangat penting, maka kemampuan kondensor dalam mengkondensasikan uap
keluaran turbin harus benar–benar diperhatikan, sehingga perpindahan panas antara
fluida pendingin dengan uap keluaran turbin dapat maksimal dan pengkondensasian
terjadi dengan baik. Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-
tube inilah air pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju
ke bawah agar mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam
kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring
kotoran-kotoran ataupun lumpur yang terbawa air laut.

Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari sudu terakhir turbin, maka
vakum kondensor harus dijaga, karena dengan ada vakum pada kondensor akan
membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih
rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.
Fungsi kondensor adalah mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air
kondensat melalui pipa-pipa pendingin agar dapat disirkulasikan kembali. Akibat
kondensasi ini sisi uap kondensor termasuk hotwell berada pada kondisi vacuum.
Prinsip kerjanya, air laut sebagai media pendingin masuk ke water box condensor
didistribusikan ke pipa-pipa kecil (tube condenser) untuk menyerap panas yang
diterima tube dari extraction steam LP-turbine. Selain itu kondensor juga berfungsi
untuk menciptakan back pressure yg rendah atau vacuum pada exhaust turbin. Dengan
adanya vakum yang rendah, maka bisa meningkatkan efisiensi turbin dan siklus kerja
turbin lebih meningkat karena tidak terjadi back pressure dan juga menurunkan vibrasi
pada bearing turbin. Karena sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan keandalan
turbin maka perawatan kondensor harus selalu terjaga dan juga kebersihanya.harus
terhindar dari sampah dan biota laut sangat mengganggu unjuk kerja kondensor

Peralatan peralatan bantu yang terkait kerja kondensor dan mendukung


perawatan lainnya, yaitu :

1. Circulating Water Pump

2. Condensate Pump
7

3. Cathodic Protection

4. Ferros Pump

5. Ball Taproge Pump

6. Conductivity Meter

7. PH Meter

8. Primiing Vacum Pump

9. Injektion Cholopac

10. Back Wash

11. Cond Leak Detector

Masalah sering mempengarui unjuk kerja pada kondensor :

1. Kebocoran tube kondensor

2. Vakum pada kondensor turun

3. Air kondensat terkontaminasi

4. Level sea water

5. Sampah ikut terbawa air pendingin

6. Korosi pada dinding kondensor

Kondensor dan peralatan bantu / Auxiliari harus dijaga kondisinya dala satu
tahun sekali harus selalu diadakan pengecekan dan perawatan baik yg ada didalam
maupun luar. Faktor kebersihan tube mempunyai pengaruh terhadap Efisiensi unit oleh
karena kebersihan terutama pada saat laut surut pengaturan outlet valve kondensor
harus disesuaikan dengan keadaan unit.

Jatuhnya vakum kenaikan perbedaan suhu antara uap dan air pendingin karena
kontaminasi, sesuai dengan property of scale dan kondisi permukaan bagian dalam
tube, metode bagian dalam tube, antara lain :

1. Metode pembersihan tube dengan sikat nyla


8

2. Metode pembersihan tube dengan bola karet

3. Metode pembersihan tube dengan water jet

2.2.1 Prinsip Kerja condenser

Prinsip kerja kondensor adalah mengubah uap sisa keluaran low pressure turbin
menjadi air kembali, proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke
dalam ruangan yang berisi pipa-pipa. Kemudian pipa-pipa ini akan dialirkan air
pendingin dari cooling tower. Lalu, uap akan mengalir dari atas menuju ke bawah agar
mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam kondensor, air
pendingin biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-
kotoran ataupun lumpur yang terbawa dari air sungai.
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mengubah uap tekanan
rendah yang telah digunakan pada turbin menjadi air. Perubahan fasa ini berlangsung
karena pada kondensor terdapat fluida pendingin yang dialirkan di dalam pipa dan
permukaannya bersentuhan langsung dengan uap, sehingga terjadi proses kondensasi
dan akan ditampung pada hotwell (penampung sementara). Oleh karena itu kondensor
merupakan salah satu komponen utama yang sangat penting, maka kemampuan
kondensor dalam mengkondensasikan uap keluaran turbin harus benar–benar
diperhatikan

2.2.2 KomponenUtama Dan Alat Bantu Condenser

Condenser sebagai peralatan pendingin utama terdiri dari beberapa komponen


penyususn utama yaitu antara lain:

1. Pipa saluran Masuk

2. Waterbox condenser

3. Pipadalam condenser (Tube)

4. Hotwell

5. Pipasalurankeluar

Adapun alat-alat pendukung condenser antara lain:

1. Debris filter sebagai saringan air laut sebelum masuk condenser


9

2. Vacuum primming unit yaitu untuk mengeluarkan udara yang terbawa


masuk air laut.

3. Ball cleaning system yaitu untuk membersihkan tube condenser dengan


menginjeksikan bola karet.

4. Vacuum pump yaitu untuk membuang non condensable gasses

2.2.3 Penyebab Penurunan Vacum Condenser

Penurunan tekanan vacum di condensor dapat disebabkan oleh berbagai faktor


factor yaitu antara lain:
1. Tube condenser kotor.
2. Saringan debris filter kotor.
3. Tekanan gland seal terlalu rendah.
4. Vacuum breaker valve tidak menutup rapat.
5. Membran turbin mengalami keretakan.
6. Kemampuan vacum pump turun.
7. Water separator vacum pump terlalu rendah.
8. Kebocoran pada ruang condenser sehingga udara luar ada yang masuk.
9. Temperatur air pendingin dan kecepatan laju aliran air pendingin.

2.2.4 Siklus Rankine

Siklus Rankine Dengan Proses Pemanasan Ulang Siklus Rankine sederhana


terdiri dari empat komponen utama yaitu pompa, boiler, turbin dan condenser.
Skematik siklus Rankine sederhana ditunjukkan pada Gambar .[7]. Untuk
meningkatkan efisiensi instalasi pembangkit listrik, sebelum air dipompa memasuki
ke boiler, feedwater harus dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu tertentu.
Pemanasan tersebut dilakukan dengan heater (heat exchanger), yang berlangsung
secara konduksi dengan memanfaatkan uap panas yang diambil (diekstraksi) dari
turbin. Jadi selain diteruskan ke condenser, ada sejumlah kecil uap dari turbin yang
10

diambil untuk memanaskan feedwater heater atau dengan istilahnya sejumlah uap
diekstraksi ke feedwater heater (tekanan ekstraksi)

Siklus 1-2-3-4-B-1 adalah siklus Rankine Jenuh, yang berarti uap jenuh ke

Gambar 2. 1 Siklus Rankine

dalam turbin. Siklus 1’-2’-3-4-B-1’ merupakan siklus Rankine uap super panas karena
uap super panas yang masuk turbin. Siklus tersebut melalui proses sebagai berikut: 1
– 2 atau 1’ – 2’: ekspansi adiabatic reversible dalam turbin, uap keluar pada 2 atau 2’
berada dalam daerah campuran dua fase 2 – 3 atau 2’ – 3: panas keluar pada suhu dan
tekanan konstan di kondensor 3 – 4: kompresi abiabatic

2.3 Klasifikasi Kondensor

1. Air cooled condenser

Air cooled condenser merupakan jenis kondensor yang menggunakan


udara sebagai cooling medium. Air cooled condenser mengkondensasikan
pembuangan uap dari turbin uap dan kembali kondensat (cairan yang sudah
terkondensasi) ke boiler tanpa kehilangan air
11

Gambar 2. 2 Air Cooled Condenser

2. Water cooled condenser


Water cooled condenser merupakan jenis kondensor yang menggunakan
air sebagai cooling medium. Water cooled condenser yang paling banyak
digunakan yaitu :
a. Shell and Tube Condenser

Shell and tube condenser atau kondensor tipe tabung dan pipa
digunakan pada kondensor berukuran kecil sampai besar biasa digunakan
untuk air pendingin berupa ammonia dan freon. Seperti terlihat pada
gambar didalam kondensor.

Gambar 2. 3 Shell and Tube ondenser


12

Air pendingin masuk melalui pipa bagian bawah kemudian keluar melalui pipa bagian
atas. Jumlah saluran maksimum yang dapat digunakan sebanyak 12, semakin banyak
jumlah saluran yang digunakan maka semakin besar tahanan aliran air pendingin. Pipa
pendingin ammonia biasa terbuat dari baja sedangkan untuk freon biasa terbuat dari
pipa tembaga (Candra, 2013).

b. Shell and coil condenser


Kondensor tabung dan koil banyak digunakan pada unit pendingin dengan freon
refrigerant berkapasitas lebih kecil, misalnya untuk penyegar udara, pendingin air, dan
sebagainya. Seperti gambar dibawah ini, kondensor tabung dan koil dengan tabung pipa
pendingin di dalam tabung yang dipasang pada posisi vertical. Koil pipa pendingin
tersebut biasanya dibuat dari tembaga, berbentuk tanpa sirip maupun dengan sirip. Pipa
tersebut mudah dibuat dan murah harganya. Pada kondensor tabung dan koil,, endapan
dan kerak yang terbentuk di dalam pipa harus dibersihkan menggunakan zat kimia
(detergent) (Candra, 2013)

Gambar 2. 4 Shell and Coil Condenser


13

Klasifikasi Kondensor Secara umum ada 2, yaitu :

1. Direct kontak kondensor

2. surface kontak kondensor

2.3.1 Direct kontak kondensor

Direct kontak kondensor yaitu jenis kondensor yang mengkondensasikan


steam dengan mencampur langsung dengan air pendingin. Direct kontak atau disebut
juga Open Kondensor menggunakan cooling tower, seperti ini banyak digunakan pada
geoathermal power plant atau panas bumi. Keunggulan jenis Direct contak condensor
adalah :

1. Bila terjadi kebocoran tube condensor tidak sampai merusak kwalitas air
kondensate karena air yang digunakan sebagai pendingin kwalitasnya sama

2. Tidak terlalu banyak proteksi

3. Perawatan mudah

4. Lingkungan bersih

2.3.2 Surface Kondensor

Kondensor jenis ini paling banyak digunakan pada power plant atau PLTU,
karena jenis ini dipandang lebih praktis, ekonomis, dan efisien baik tempat maupun
pemeliharaanya. Terutama untuk power plant / pembankit yang berskala besar.Type
ini merupakan Heat exchanger tipe shell and tube dimana meknisme perpindahan
panas utama adalah condensasi saturated steam pada sisi luar tube dan pemanasan
secara konveksi paksa dari sirkulating waternya ada didalam tube kondensor.

Kelemahan jenis Surfase condensor adalah :

1. Bila mana terjadi kebocoran tube condensor seluruh air condensate akan
tercontaminasi air pendingin (sea water).

2. Membutuh protecsi yang banyak

3. Water box dan Tube cepat kotor

4. Lingkungan sekitar korosif dan kotor


14

Keunggulan jenis Surfase condensor adalah :

1. Tidak terlalu banyak makan tempat

2. Air pendingin didapat dengan mudah dan murah

3. Bisa digunakan pembangkit skala besar

2.4 Penurunan Tingkat Kevakuman Kondensor

2.4.1 Terjadi Fouling pada Kondensor

Adanya fouling ataupun endapan yang mengotori tube-tube kondensor sangat


mungkin terjadi. Hal ini karena cooling water condenser, sebagaimana di sebagian
besar PLTU sumber air-nya adalah berasal dari air laut, sehingga akan banyak terdapat
endapan dan kotoran-kotoran yang ikut masuk dan sebagian mengendap pada
permukaan tube-tube dan pada bagian kondensor lainnya. Fouling yang terjadi pada
kondensor dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe. Fouling karena Microbiologi,
scale, deposit, korosi dan kotoran yang menyumbat tube kondensor.

Gambar 2. 5 Fouling Pada Condenser

kondensor akan berkurang sehingga laju proses kondensasi uap menjadi


condensate water pun akan turun. Pencegahan fouling kondensor sangatlah penting
15

karena secara natural kondensor akan memiliki kecenderungan terjadi fouling, hal ini
karena cooling water yang digunakan yaitu air laut yang banyak terdapat endapan dan
kotoran-kotoran lainnya

2.4.2 Kerusakan pada Tube Kondensor

Pada beberapa pembangkit banyak material yang digunakan sebagai bahan


untuk tube pada kondensor bergantung pada air pendinginannya. Di antaranya adalah
aluminuim, tembaga, nikel, baja, titianium, dan lain sebagainya. Air pendinginya bisa
berupa air segar, air laut, dan air bor. Dari situ tube banyak mengalami kegagalan
material seperti korosi dan erosi. Korosi ini disebabkan karena adanya zat dari
lingkungan, dalam hal ini adalah air pendingin. Zat garam yang dibawa air laut
misalnya dapat

Gambar 2. 6 Kerusakan Tube Condenser

yang semakin hari akan menimbilkan penipisan pada tube dan dapat berakibat
kebocor pada tube kondensor tersebut. Kebocoran tersebut akan berpengaruh besar
dalam kinerja kondensor yang mana juga akan berakibat pada penurunan efisiensi
termail yang dibangkitkan pada sebuah pembangkit
16

2.4.3 Level Cooling Water Air Laut Surut

Pasang surut air laut mempunyai pengaruh pada kevakuman kondensor yang
erat kaitannya dengan flow rate ketika air laut pasang dan ketika air laut surut. Sebagai
dasar pembahasan kita lihat prinsip perpindahan panas, dimana terdapat persamaan
energy balance. Hal ini karena pada kondensor terjadi perpindahan panas antara steam
dan air sehingga menyebabkan steam mengalami perubahan fase. Adapun persamaan
tersebut adalah Q = M Cp ΔT. Dimana M adalah jumlah cooling water flow rate yang
masuk ke kondensor. Dengan asumsi Cp air laut tetap maka ΔT akan berubah
mengikuti perubahan pasang surut air laut atau flow rate sea water (cooling water).
Ketika flow cooling water rate besar (M) atau ketika air laut pasang maka akan
menyebabkan penurunan selisih temperature cooling water inlet dan outlet kondensor
(ΔT). Semakin tinggi temperature outlet cooling water maka vakum kondensor akan
semakin rendah. Dalam pengaturan flow cooling water kondensor ini, pengaturan
dilakukan dengan mengatur pembukaan motor valve outlet kondensor. Pengaturan ini
akan berdampak pada perubahan pressure inlet dan outlet kondensor, kecepatan aliran
cooling water pada tube kondensor, dan cooling water flow rate ke kondensor. Berikut
kami sajikan grafik perbandingan cooling water flow rate dan pressure kondensor.

Maintainability merupakan kegiatan untuk melakukan perawatan


(pemeliharaan). Alat pengukuran dari maintainability adalah Mean Time To
Repair (MTTR). MTTR menunjukkan kemampuan teknisi mesin untuk
memperbaiki kerusakan peralatan yang terjadi. Availability merupakan
perbandingan waktu proses sebenarnya dengan waktu yang telah ditetapkan
17

Gambar 2. 7 Cooling Water Menurun

Terlihat pada grafik perbandingan cooling water flow rate dan pressure
kondensor, terlihat bahwa semakin besar flow rate cooling water
menyebabkan pressure kondensor semakin rendah (kondensor semakin
vakum), hal ini dikarenakan proses kondensasi akan berlangsung lebih
optimal. Biasanya untuk bukaan valve ketika air laut pasang adalah 65% dan
untuk air laut surut adalah 55%

2.4.4 Temperatur Cooling Water di atas Normal

Temperatur cooling water (sea water) juga akan mempengaruhi pressure


kondensor (vakum kondensor). Akan tetapi temperatur cooling water ini kita
tidak memiliki kemampuan untuk mengaturnya. Temperatur cooling water ini
akan berubah tergantung iklim dan lokasi dimana sebuah pembangkit itu
berada. Temperatur cooling water juga sangat berpengaru h terhadap pressure
atau vakum kondensor, dan pengaruhnya ini sangat signifikan. Sebagaimana
flow cooling water, temperatur cooling water i ni akan berpengaruh pada
kecepatan suatu steam berkondensasi. Semakin rendah temperatur, steam
exhaust LP Turbine akan lebih cepat terkondesasi sehingga pressure kondensor
akan rendah (vakum tinggi). Berikut grafik pengaruh temperatur cooling water
terhadap pressure kondensor.
18

Gambar 2. 8 Cooling Water di Atas Normal

Dari dapat grafik kita lihat bahwasannya perbedaan temperatur


cooling water (dengan perbandingan flow rate steam exhaust LP turbine dan
flow rate cooling water konstan) sangat signifikan terhadap perubahan vakum
kondensor (pressure kondensor).

2.4.5 Gland Steam Exhaust Pressure Low/Control Valve Close

Gland steam ini erat kaitannya dengan sistem sealing pada turbin.
Gland steam sealing ini berfungsi untuk mengurangi kebocoran uap,
khususnya pada celah shaft, mengurangi intrusi udara ke dalam turbin,
khususnya pada turbin LP , dan sebagai uap perapat poros turbin. Tekanan
seal steam di dalam saluran pipa header harus selalu dijaga stabil. Karena jika
saja tekanan tersebut hilang maka akan sangat membahayakan turbin uap.
Uap air di dalam turbin HP akan bocor keluar melalui sela -sela labyrinth seal,
dan pada sisi turbin LP udara atmosfer akan masuk. Ap abila tekanannya
rendah, maka udara atmosfer dari luar akan masuk ke turbin dan akan
bercampur dengan uap yang nantinya dibawa ke kondensor.

Adanya udara tersebut akan berpengaruh pada proses kondensasi alami


di kondensor, jika dibiarkan terus – menerus maka vakum akan drop dan unit
akan mengalami trip. Selain itu, control valve juga memiliki andil
19

dalam menjaga tekanan uap gland steam sealing tetap stabil. Control valve
akan otomatis membuka dan membuang apabila terjadi steam yang berlebihan
dan akan menutup bila steamnya sudah tepat. Jika terjadi penutupan pada
control valve maka apabila terjadi steam berlebih akan terjadi overheat pada
turbin.

2.4.6 Kemampuan Komponen Vakum Menurun

Komponen Vakum seperti halnya vacuum pump dan water jet ejector
mempunyai peran yang besar dalam proses pembuatan vakum pada
kondensor. Kemampuan pompa vakum dan water jet ejector akan menurun
karena kerusakan mekanis yang disebabkan oleh zat kimia terkandung pada
fluida yang menyebabkan korosi, terjadi aus pada pompa karena kura
pelumasan (oli), dan bisa juga disebabkan karena terjadi kavitasi pada
komponen tersebut. Hal – hal tersebut mempengaruhi unjuk kerja yang akan
dihasilkan alat bantu vakum, maka dari itu alat bantu vakum juga memerlukan
pemeliharaan.

2.4.7 Non-Condensable Gasses

Adanya Non Condensable Gasses (gas-gas yang tidak dapat


terkondensasi) dapat menyebabkan penurunan tingkat kevakuman. Non
Condensable gasses ini bisa merupakan gas dari luar yang masuk ke kondensor
(air leakage), hal ini karena kondesor didesain memiliki tekanan di bawah
atmosfer maka akan mungkin ada udara dari luar akan masuk ke kondensor.
Selain itu penyebab dari non condensable gasses ini juga berasal dari gas-
gas yang mengalami leakage pada sistem PLTU yang terbawa oleh steam ke
kondensor (air in steam) atau juga dari penguraian air menjadi gas oksigen
dan gas hidrogen. Sehingga gas-gas yang tidak dapat terkondensasi tersebut
harus dikeluarkan dari kondensor. Gas -gas yang tidak dapat terkondensasi
tersebut harus dikeluarkan atau dibuang dari kondensor karena
menyebabkan kenaikan pressure kondensor, dan kenaikan pressure ini akan
menyebabkan penurunan daya mampu yang dihasilkan oleh turbin uap dan
menurunakan efiensi pengoperasian turbin
20

uap. Adapun beberapa tempat yang dapat menjadi sumber gas leakage sebagian
seperti pada gambar di bawah. Gas-gas tersebut akan menyelimuti permukaan
luar tube-tube kondensor, hal ini akan menyebabkan berkurangnya kecepatan
transfer panas antara uap (steam) dengan cooling water (sea water). Sehingga
ketika kecepatan transfer panas berkurang hal ini akan menyebabkan
peningkatan pressure kondensor.

2.5 Efektivitas Kerja Kondenser


Konsep efektivitas perpindahan panas merupakan salah satu pendekatan yang
banyak dipergunakan dalam kegiatan analisis atau perancangan sebuah APK (alat
penukar panas), disamping metode beda temperature rata-rata logaritmik. Perancangan
sebuah APK menggunakan metode beda temperature rata-rata logaritmik
membutuhkan data tentang keempat temperature terminal dari kedua fluida yang
bekerja dalam APK (Soekardi, 2015).

Kondensor merupakan komponen yang bekerja mengubah uap menjadi air


yang digunakan kembali. Kinerja dari suatu kondensor dapat dilihat dari perhitungan
efektivitasnya. Perhitungan efektivitas kondensor memerlukan beberapa factor dari
aliran steam dan aliran cooling water. Aliran steam disini berasal dari keluaran turbin
dan air cooling berasal dari input kanal air laut.

Variabel-variabel yang perlu diperhatikan antara lain massa aliran fluida panas,
massa aliran fluida dingin, temperature fluida panas yang masuk, temperature fluida
panas yang keluar, temperature fluida dingin yang masuk, temperature fluida dingin
yang keluar, dan tekanan (Rudianto dan Zata, 2016).

Dalam proses pengubahan uap menjadi air terdapat berbagai macam parameter
yang harus dijaga, diantaranya: tingkat kevakuman dalam kendensor, temperatur dan
tekanan air pendingin, serta temperature uap yang akan dikondensasi. Parameter
tersebut sangat berpengaruh terhadap efektivitas kondensor pada khususnya dan
efisiensi pembangkit pada umumnya. Efektivitas kondensor menurun seiring dengan
penurunan vakum kondensor pada beberapa kondisi operasi (Apollo, 2014).
21

Adapun persamaa perhitungan efektivitas yaitu :

𝜀 = 1−exp [−NTU(1−C)]/1−C.exp[−NTU(1−C)] (2.1)

dimana:

ε = efektiveness heater

NTU = number of transfer unit

C = capacity ratio

Persaamaan efektivitas melibatkan besaran tak berdimensi. Besaran ini dapat


disebut number of transfer unit (NTU). Nilai NTU adalah ukuran dari luas permukaan
APK, sehingga semakin besar NTU semakin besar pula ukuran APK.

NTU = U. A/Cmin (2.2)

Dimana:

A= Luas perpindahan kalor (m2)

U=Koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/m2.°C)

Cmin= Kapasitas panas minimum

2.6 Maintenance

2.6.1 Pengertian Maintenance

Perawatan ialah kegiatan memelihara fasilitas atau mesin dengan cara


memperbaiki, pergantian spare part dengan tuj uan untuk menjaga proses
produksi berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Sayuti & Muhammad,
2013). Perawatan mempunyai tujuan untuk memaksimalkan umur mesin,
menjaga kelancaran produksi melalui penyesuain dan pengoperasian
peralatan secara tepat, dan meminmalkan frekuensi kegagalan proses
produksi (Mustafa, 1998).

Perawatan (maintenance) juga kegiatan pendukung utama yang


bertujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi.
22

mengantisipasi tingkat kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan


produksi. Banyak yang mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen
kepada produsen atau perusahaan, salah satunya adalah bagaimana tingkat
pelayanan yang diberikan perusahaan mempengaruhi kepuasan konsumen.
Hal ini merupakan tanggung jawab dari departemen produksi.

Faktor yang menyebabkan hal ini adalah ketidaklancaran proses


produksi. Yang menjadi penyebab ketidaklancaran proses produksi ini antara
lain kerusakan yang dialami mesin ketika proses produksi sedang berjalan.
Untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan tindakan perawatan
(maintenance) terhadap mesin. Dalam kegiatannya, preventive maintenance
terbagi atas routine maintenance, periodic maintenance, dan predictive
maintenance (Witonohadi & Timothy, 2011).

Routine maintenance merupakan kegiatan perawatan yang telah


dilakukan secara rutin, misalnya pembersihan peralatan, pengecekan oli.
Periodic maintenancemerupakan kegiatan yang dilakukan pada jangka waktu
tertentu dengan tujuan untuk meminimalkan kegagalan fasilitas. Predictive
maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dalam rangka meminimalkan
kegagalan mesin dengan cara memeriksa mesin sesuai dengan jadwal yang
telah dijadwalkan. Bentuk pemeliharaan bisa b erupa pergantian komponen
sesuai dengan yangtelah di tentukan ataupun melakukan pemeriksaan
menyeluruh dalam jangka waktu tertentu. Performance Maintenance
merupakan salah satu tool untuk mengetahui kinerja mesin berproduksi.
Performance Maintenance terdiri dari reliability, maintainability dan
availability. Keandalan mesin dipengaruhi periode waktu penggunaan mesin.
bila mesin terus beroperasi maka keandalannya akan menurun (Soesetyo &
Bendatu, 2014).

Pengukuran reliabilty dapat dilakukan dengan menggunakan Mean


Time Between Failure (MTBF). MTBF adalah interval waktu kerusakan dari
peralatan selesai diperbaiki sampai peralatan tersebut mengalami kerusakan
kembali.
23

2.6.2 Jenis Jenis Maintenance

Pemeliharaan Terencana Reactive maintenance dimana terdapat


beberapa jenis pemeliharaan yaitu:

• Corrective maintenance

Pemeliharaan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi kerja dari


suatu komponen akibat mengalami kegagalan.

• Breakdown Maintenance

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan sebagai tindakan lanjutan dari


corrective maintenance dengan cara menguji fungsi dari komponen yang
mengalami kegagalan.

Kategori ke 2 yaitu proactive maintance memiliki sejumlah


pemeliharaan yaitu:

• Preventive Maintenance

Pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah agar komponen tidak


mengalami kegagalan dengan cara mengganti atau pengecekan ulang.

Pemeliharaan preventif merupakan pemeliharan yang dilakukan


secara teratur untuk menghindari kerusakan tak terduga di masa depan.
Sederhananya, ini tentang memperbaiki sesuatu sebelum rusak.
Pemeliharaan preventif biasanya dilakukan inspeksi, perbaikan kecil,
pelumasan dan penyetelan, sehingga unit mesin yang beroperasi terhindar
dari kerusakan yang mengakibatkan penghentian operasi unit dan terus
meningkatkan efisiensi unit serta menjaga unit terus bekerja secara normal
tanpa ada ganguan.

• Predictive Maintenance

Pemeliharaan yang dilakukan untuk memprediksi kapan


kemungkinan suatu komponen akan mengalami kegagalan.

Kategori ke 2 dalam pemeliharaan adalah reactive maintenance


dimana terdapat beberapa jenis pemeliharaan yaitu:
24

• Corrective maintenance

Pemeliharaan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi kerja


dari suatu komponen akibat mengalami kegagalan.

Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk


membuat unit mesin beroperasi kembali atau pemeliharan perbaikan yang
biasanya mengganti suku cadang dari unit mesin yang sudah rusak.
Pemeliharan ini bertujuan untuk mengubah unit sehingga operator yang
bertugas dapat menganalisa unit dan memperkecil penghentian unit

• Breakdown Maintenance Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan


sebagai tindakan lanjutan dari corrective maintenance dengan cara menguji
fungsi dari komponen yang mengalami kegagalan.

2.6.3 Tujuan Maintenance

Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan danbagian


lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah
sedangkan perbaikan (repair) mahal. Menurut Daryus A, (2008) dalam
bukunya manajemen pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan yang utama
dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang kegunaan asset,

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang


untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang


diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,

2.6.4 Fungsi Maintenance

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah


agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan
produksi. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya
pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :
25

1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang


bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,

2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkut an


berjalan dengan lancar,

3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin


terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan
peralatan produksi selama proses produksi berjalan

4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik,


maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan
baik pula,

5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan


peralatan produksi yang digunakan,

6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka


penyerapan bahan baku dapat berjalan normal

7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan


produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi
yang ada semakin baik.

2.7 Bagian bagian dari Pemeliharaan

Adapun bagian bagian dari pemeliharaan diantaranya; bagian dari


produksi, teknikal, keselamatan kerja, pembelian dan keuangan,
penyimpanan bahan/material (Gudang).

2.7.1 Produksi

Termasuk dalam bagian produksi adalah sebagai berikut :

1. Mengawasi kondisi operasi pabrik. Menentukan dan meminta


pekerjaan pemeliharaan dengan berkonsultasi pada bahagian -bahagian lain
yang terkait.
26

2. Mensyahkan permintaan-permintaan pekerjaan-pekerjaan


pemeliharaan dan pekerjaan pengawasan.

3. Memastikan semua persiapan untuk kerja pemeliharaan semua baik


dan memberi ijin masuk pabrik, ijin masuk kedaerah berbahaya, dan
keselamatan kerja untuk kerja-kerja pemeliharaan

4. Melaksanakan semua persiapan yang diperlukan untuk merawat


seperti mengisolasi, mencuci equipment dan pipa-pipa, juga melakukan
analisa keselamatan kerja.

5. Memintakan pada bagian keselamatan kerja orang yang ahli pada


menyiapkan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang diperlukan.

6. Meneliti dan membantu para pekerja saat mereka melakukan


pekerjaan lapangan.

7. Menerima laporan pekerjaan yang sudah selesai dan melakukan


pengetesan ulang.

8. Menandatangani dan mensyahkan laporan pekerjaan yang sudah selesai.

2.7.2 Teknikal

Termasuk dalam bagian teknikal adalah sebagai berikut :

1. Menerima informasi-informasi secara periodik, pekerjaan


modifikasi

2. Mempelajari hal-hal yang dapat meningkatkan efesiensi operasi


pabrik dan dapat menurunkan waktu, biaya dari pemeliharaan.

3. Mempelajari dan menyiapkan modifikasi pabrik melalui


penyelidikan seperti yang disebutkan pada item dan dengan mengadakan
diskusi-diskusi diantara bagian-bagian yang terkait

4. Menyiapkan data-data teknik dari semua mesin-mesin pabrik


dengan baik.
27

5. Menyelidiki dan menjaga informasi-informasi terakhir dari


teknologi produksi dan pemeliharaan.

2.7.3 Keselamatan Kerja

Yang termasuk dalam bagian keselamatan kerja adalah sebagai berikut


:

1. Menjaga keselamatan kerja pada saat berada dipabrik khusunya pada


daerah daerah yang berbahaya dan mudah terbakar dan patuhi
larangan-larangan yang ada dan pastikan bekerja secara aman.

2. Menyiapkan dan memberi peringatan-peringatan keselamatan pada


masing masing equipment termasuk untuk kerja pemeriksaan
sebelum perkerjaan dimulai.

3. Mempelajari dan membuat saran untuk meningkatkan peralatan,


fasilitas, perlatan keselamatan kerja dan bahan -bahan yang baru.

4. Menhindari atau mengunjungi pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan


atau pemeriksaan jika pekerjaan tersebut berbahaya.

5. Meminta alat pemadam kebakaran tambahn untuk bagian pendukung


jika diperlukan.

2.8 Preventive Maintenance

Pemeliharaan preventif ialah pemeliharan yang dilakukan secara


teratur untuk menghindari kerusakan tak terduga di masa depan.
Sederhananya, ini tentang memperbaiki sesuatu sebelum rusak.

Pemeliharaan preventif biasanya dilakukan inspeksi, perbaikan kecil,


pelumasan dan penyetelan, sehingga unit mesin yang beroperasi terhindar
dari kerusakan yang mengakibatkan penghentian operasi unit dan terus
meningkatkan efisiensi unit serta menjaga unit terus bekerja secara normal
tanpa ada ganguan.
28

Pemeliharaan yang dilakukan aundalah tuk mengembalikan fungsi


kerja dari suatu komponen akibat mengalami kegagalan dan akan
berpengaruh kepada performa dari mesin.

2.9 Sistem Pemeliharaan pada Kondensor

2.9.1 Backwash Condenser

Backwash kondensor merupakan salah satu usaha untuk menjaga performa


kondensor dengan cara membalik arah aliran kondensor. Fungsinya yaitu untuk
membersihkan kondensor dari kotoran yang menyumbat dan mengganggu proses
aliran cooling water dengan cara membalik arah alirannya, bahasa mudahnya untuk
flushing kotoran - kotoran yang mengganggu aliran air laut ke kondensor khususnya
yang berada di inlet tube kondesor. Kondensor didesign dengan dua sisi yang arah
alirannya berlawanan. Tujuan dari backwash kondensor ini dimaksudkan agar aliran
cooling water lebih baik, lebih lancar sehingga proses perpindahan panas anatara steam
dan air laut (proses kondensasi) berjalan lebih baik dan lebih cepat. Hasilnya yaitu
peningkatan vakum kondensor sehingga efisiensi unit kembali bertambah. selain itu
dengan adanya backwash kondensor ini differential pressure inlet dan outlet kondensor
akan lebih rendah. Dalam penentuan kapan proses backwash kondensor itu
dilaksanakan sebenarnya lebih dominan dilihat dari Differential Pressure antara Inlet
dan Outlet pressure kondensor atau pressure drop sea water inlet dan outlet kondensor.
Hal ini karena tujuan kita melakukan backwash kondensor yaitu membuang kotoran,
sampah, yang menghalangi aliran sea water (plugging) tube kondensor. Efek dari
plugging tube ini akan meyebabkan aliran sea water terhalang dan jumlah flow rate sea
water yang masuk ke tube-tube kondensor akan berkurang (ibaratnya mampet),
sehingga inlet pressure akan tinggi dan outlet pressure akan rendah. Dalam penentuan
kapan proses backwash kondensor itu dilaksanakan sebenarnya lebih dominan dilihat
dari Differential Pressure antara Inlet dan Outlet pressure kondensor atau pressure drop
sea water inlet dan outlet kondensor
29

2.9.2 Cleaning Tubes Condenser

Gambar 2. 9 Cleaing Tube Condenser

Tube-tube kondensor sangat mungkin terjadi endapan di permukaannya,


sehingga perlu dilakukan cleaning. Cleaning kondensor ini dapat dilakukan dalam dua
metode, yaitu secara online dimana dilakukan ketika unit turbin uap dalam keadaan
normal operasi dan offline ketika turbin uap dalam keadaan stand by. Untuk cleaning
tube dalam keadaan online ini sebenarnya sangat penting karena dengan hal ini
performa kondensor akan tetap selalu terjaga. Cleaning tube secara online dapat
dilaksanakan dengan cara menggunakan bola Tapproge yang di PLTU sering disebut
Ball Cleaning Kondensor

Dalam system Ball Clening ini, fungsinya adalah untuk membersihkan


permukaan tube-tube kondensor. Sistem Ball Cleaning menggunakan Bola ( Tapproge
) sebagai alat untuk membersihkan tube kondensor. Bola ini akan diikutkan aliran pada
kondensor, masuk di water box inlet kondensor ikut aliran kondensor dan keluar di
water box outlet kondensor kemudian bola-bola tersebut ditangkap oleh Catcher dan
diarahkan ke ball collector

2.9.3. Checking Air Leakage in Condenser

Air leakage test pada kondensor bisa dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya yaitu pengujian dengan gas tracer seperti dengan
30

menggunakan gas helium atau halogen. Selain itu juga bisa dilakukan air
leakage test secara ultrasonic ataupun secara thermograph, selain itu tes leak
dengan air merupakan salah satu yang paling murah dan banyak dilakukan.
Perlu diketahui juga bahwasanya pada PLTU biasanya memiliki peralatan
khusus untuk tes leak pada tube baik itu kondensor maupun heat transfer
equipment lainnya.

Gambar 2. 10 Checking Air Leakage in Condenser


31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penilitian

3.1.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dari pelaksanaan kajian literature, pengujian,


pembuatan laporan, seminar hasil laporan, siding akhir. Untuk lebih rinci
bisa dilihat pada table 3.1 sebagai berikut:

Minggu
No Kegiatan Ke-
1 2 3 4 5 6

1 Kajian Literature

2 Survey Pabrik

3 Penelitian

4 Pembuatan Laporan

5 Seminar Hasil Penelitian

6 Sidang Akhir

3.1 Tabel Penelitian

3.1.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Pangkalan Susu Operation and Maintenance Services Unit (OMU), berada
di desa Tanjung Pasir Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara.
32

Gambar 3. 1 PLTU Pangkalan Susu

3.2 Pusat Listrik Tenaga Uap Pangkalan Susu


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu kapasitas
200 MW yang berlokasi di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,
Provinsi Sumatera Utara berhasil meningkatkan pelayanan pasokan listrik
pelanggan. Sejak beroperasi pada Juni 2019, pembangkit listrik yang
memasok sistem kelistrikan Sumatera Bagian Utara (SBU) tersebut mampu
beroperasi secara andal.
Daya listrik yang dihasilkan PLTU Batubara ini memperkuat sistem
SBU yang disalurkan melalui Interkoneksi Sumatera jaringan transmisi
275kV Pangkalan Susu –Binjai

3.2 Objek Penelitian

Di penelitian ini yang akan di teliti ialah maintenance mesin kondensor


di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu. Maka dari itu
tujuan penelitian ini agar menjadikan masa mesin kondensor dan
penyesuaian yang akan dilaksanakan. penting, dari perawatan kita tau
kondisi-kondisi dari kondisi kondensor tersebut.
33

Gambar 3. 2 Kondenser

3.3 Jenis Maintenance Yang Digunakan

Dalam melalakukan penelitian ini kita akan menggunakan jenis


preventivemaintenance agar mesin terawat dan bisa digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Preventive maintenance adalah sebuah tipe maintenance
yang dilakukan berdasarkan data untuk mengetahui evaluasi mesin atau
peralatan yang digunakan sehingga dapat dilakukan perbaikan sebelum
kerusakan terjadi.

Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara


terjadwal,umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan
seperti inspeksi, perbaikan, pergantian, pembersihan, pelumasan dan
penyesuaian yang akan dilaksanakan.
Adapun tujuan preventive maintenance ialah :

1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai


dengan rencanaproduksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi
34

apa yangdibutuhkan oleh produksi itu sendiri.


3. Untuk mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan selama waktu yang di tentukan.
4. Untuk mencapai tingkat biaya serendah mungkin.

5. Menghindari kegiatan yang dapat membahayakan keselamatan


parapekerja.

3.4 Rancangan Penelitian

Dalam sebuah penelitian kita harus teliti dan jelas dalam mengamati
objek yang di teliti. Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh
dari penelitian mencakup hal yang akan dilakukan penelitian mulai dari
membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada
analisa akhir, datayang selanjutnya disimpulkan dan diberikan saran.

3. 5 Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Pembangkit Listrik


Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu. Penelitian ini menentukan objek yang
diteliti untuk memecahkan masalah dalam tugas penelitian yang dimulai
sebagai berikut:

1. Menentukan masalah

Pada penelitian ini kita harus mencari masalah dalam total


productivemaintenance.
2. Study literature
Pada penelitian ini study literatur dari beberapa jurnal yang

sesuai dengan permasalahan tersebut.


3. Peninjauan lapangan (survey)

Dalam melakukan penelitian harus meninjai ke perusahaan


yang akanmenjadi tempat penelitian.
35

4. Pengumpulan data

Ada beberapa kegiatan dalam mengumpulkan data:

• Pengamatan secara langsung dilakukan di tempat perusahaan tersebut.


• Melalukan wawan cara kepada pihak yang berwenang dalam hal
perawatan di pabrik kelapa sawit tersebut.
• Mengambil kesimpulan dari data yang kita dapat dari narasumber.
5. Pengelolahan data

Data yang di dapat di rangkum dengan cara preventive maintenance

6. Analisa dan pemecahan masalah

Hasil dari pengolahan data akan di rangkum dan di selesaikan


dengandilakukan pemecahan masalah.
7. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian.
36
Mulai

Studi Pendahuluan
Observasi lapangan
Studi literatur

Identifikasi Masalah Menganalisa


preventive maintenance pada
condenser

Perumusan Masalah
daripada latar belakang
penelitian

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh masalah pada kondenser
-Untuk menjadikan condenser lebih awet digunakan
untuk jangka panjang.
Untuk mengidentifikasi kerusakan yang sering terjadi
pada condenser

Tidak
Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Berhasil

Ya
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.3 Flow chart


metodologi penelitian
37

DAFTAR PUSTAKA

Hadi Winarno, Damris Muhammad, Rayandra Ashyar, Yudha Gusti Wibowo,


(2019). Pemanfaatan Limbah Fly Ash Dan Bottom Ash Dari Pltu Sumsel-5 Sebagai
Bahan Utama Pembuatan Paving Block. Jurnal Teknika, Vol.11, No.1, hal 1067 -
1070.

Sudirmanto Alvian, Reza Effendi, (2020). Analisis Perubahan Tekanan Vakum


Kondensor Terhadap Kerja Turbin Dan Produksi Listrik PLTU Unit 1 Sebalang
Menggunakan Simulasi Cycle Tempo. Jurnal Powerplant, Vol. 8, No. 1, hal 1 - 29.

Elvionita Chalsia Topuh, Lily Setyowaty Patras, Brave Angkasa Sugiarso, (2019).
Aplikasi Pembelajaran Interaktif Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Jurnal Teknik
Informatika, Vol. 14, No. 2, hal 183 - 192.

Akhmad Syarief, Rangga Mahesa, (2021). Analisis Performa Turbine Oil Cooler Di
Pltu Asam Asam Unit 1. Jurnal Info-Teknik.

Mohamad Ridwan, Rosna Yuherlina, Dimas Andhika Putra, (2020). Analisa dan
Penanganan Terjadinya Penurunan Kevakuman pada Kondensor Utama Terhadap
Kinerja Turbin Uap Di Kapal LNG. Jurnal Prosiding Seminar Pelayaran dan Riset
Terapan, Vol. 2, No 1, hal 130 – 139

Maulana Faturrakhman, Bono, Wiwik Purwati Widyaningsih, (2014). Analisis


Kinerja Kondensor Terhadap Perubahan Tekanan Vakum Di Pt Pln (Persero) Sektor
Pembangkitan Pltgu Cilegon. Jurnal Teknik Energi, Vol. 10, No. 1, hal 29 – 34

Andri Ramadhan, (2017). Analisa Keandalan Kondensor dengan Menggunakan


Debris Filter di PLTU Belawan. Jurnal Surya Teknika, Vol. 5 No. 2, hal 18 – 24

Muhammad Arsyad, Ahmad Zubair Sultan, (2018). Manajemen perawatan. Penerbit


Deepublish. Yogyakarta.

Amrina Rosyada, Arina Rizqia Anhar, Indra Silanegara, (2017). Analisis Kinerja
Kondensor Unit Iv Sebelum Dan Sesudah Overhaul. Jurnal Poli-Teknologi
38

Harun Al Rosyid, Retno Aita Diantari, Andik Susilo, (2016). Pengaruh Perawatan
Condenser Terhadap Tekanan Condenser Di STG Blok 2 PLTGU Tambak Lorok.
Jurnal Power plant, Vol. 4, No. 1, hal 27 – 32

Feriyanto, Y.E. (2019). Best Practice Experience in Power Plant.


Surabaya

M. Suyitno. 2011. Pembangkit Energi Listrik. Rineka Cipta. Jakarta.

Instalasi Pembangkit PLTU. 2007. Sistem Air Pendingin. PT. PLN (Persero) Unit
Pendidikan dan Pelatihan Suralaya
39
40

Anda mungkin juga menyukai