Anda di halaman 1dari 37

PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI

BENGKEL AUTO 2000 BODY PAINT CIBIRU

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan untuk sebagai syarat penulisan skripsi pendidikan

Oleh
Moh Samsudin
NIM. 1506347

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
MOH SAMSUDIN
NIM. 1506347

PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI


BENGKEL AUTO 2000 BODY PAINT CIBIRU

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing Proposal Skripsi

Drs. Tatang Permana, M.Pd.


NIP. 19651110 199203 1 007

Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Mesin

Dr. H. Mumu Komaro, MT.


NIP. 19660503 199202 1 001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. tuhan yang menciptakan
manusia dan membekalinya dengan berbagai potensi untuk berpikir serta
meberikan rahmat dan karunia-nya, shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Rasulullah Saw.
Alhamdulillah, dengan segala kemudahan yang selalu menyertai usaha
penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S1 Otomotif
Departemen Pendidikan Teknik Mesin di Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia. Proposal skripsi ini membahas tentang
“PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI
BENGKEL AUTO 2000 BODY PAINT CIBIRU”.
Penulisan proposal skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi hasil yang
lebih baik dalam perbaikan dan penulisan selanjutnya. Penulis berharap laporan ini
dapat menjadi salah satu referensi bagi para pembaca.

Bandung, Juli 2019


Penulis,

Moh Samsudin
NIM. 1506347

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.5 Struktur Organisasi Penelitian.............................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) .............................................. 5
2.1.1 Pengertian K3 ....................................................................................... 5
2.1.2 Tujuan K3 ............................................................................................. 6
2.1.3 Faktor-faktor K3 ................................................................................... 7
2.2 Kecelakaan Kerja ................................................................................. 8
2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja .................................................................... 8
2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ................................................................. 9
2.2.3 Akibat/Dampak Kecelakaan Kerja ....................................................... 9
2.2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................................ 10
2.3 Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................. 10
2.3.1. Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................. 10
2.3.2. Lingkungan Kerja ............................................................................... 14
2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 18
2.5 Penelitian Yang Relevan .................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 24
3.1. Desain Penelitian ................................................................................ 24
3.2. Partisipan ............................................................................................ 24
3.3. Populasi dan Sampel .......................................................................... 24
3.3.1. Populasi............................................................................................... 24
3.3.2. Sampel ................................................................................................ 25

ii
3.4. Instrumen Penelitian ........................................................................... 25
3.5. Prosedur Penelitian ............................................................................. 27
3.6. Analisis Data ...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) .................................. 14


Tabel 2.2 Persediaan Kotak P3K di Setiap Unit Kerja ......................................... 17
Tabel 2.3 Isi Kotak P3K ........................................................................................ 17

v
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Bagian penting dalam suatu pekerjaan di bengkel, laboratorium, maupun
perusahaan adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dampak kecelakaan
dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga menyebabkan
kerugian pada perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Resiko
kegagalan akan selalu ada pada suatu pekerjaan baik karena perencanaan yang
kurang sempurna, pelaksanaan yang kurang cermat, maupun akibat dari hal yang
tidak disengaja. “Yang dimaksud keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara
melakukan pekerjaan.” (Daryanto, 2007, hlm. 21). Sementara dalam peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.03/Men/1996 kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak terduga
dan tidak diharapkan. Oleh karena itu, dampak yang diberikan dari kecelakaan kerja
dapat berkurang jika dilakukan pencegahan atau penanganan yang baik.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 mengatakan bahwa:
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas Nasional.
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja terjamin pula
keselamatannya.
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
4. Berhubungan dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja.
5. Pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam undang-undang yang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai
dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

1
2

Di Indonesia sendiri tingkat kecelakaan kerja masih tinggi, hal ini menjadi
salahsatu fokus utama tentang kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia. Data
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan mencatat bahwa
sepanjang tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan mencapai 123.041
kasus, sementara sepanjang tahun 2018 mencapai 173.105 kasus kecelakaan kerja,
dari kasus-kasus ringan sampai dengan kasus-kasus yang berdampak fatal. Diantara
semua kasus kecelakaan kerja, masih di dominasi oleh kasus-kasus kecelakaan
kerja ringan di lingkungan pekerjaan. Menurut data kemenakertrans ditinjau dari
sumber kecelakaan, penyebab terbesar adalah mesin, pesawat angkut dan perkakas
kerja tangan. Sementara berdasarkan tipe kecelakaan, yang terbanyak adalah akibat
terbentur, bersinggunan dengan benda tajam yang mengakibatkan tergores,
terpotong, tertusuk dan terpukul akibat terjatuh. Hal tersebut akan berkurang
bahkan tidak akan terjadi bila jika pekerja tertib menggunakan alat pelindung diri
atau APD.
Auto 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan
penyediaan suku cadang Toyota yang berdiri sejak tahun 1975 dengan nama Astra
Motor Sales, dan baru pada tahun 1989 berubah nama menjadi Auto 2000 dengan
manajemen yang sudah ditangani sepenuhnya oleh PT. Astra Internasional Tbk.
Saat ini Auto 2000 adalah retailer Toyota terbesar di Indonesia yang menguasai
sekitar 42% dari total penjualan Toyota. Auto 2000 berhubungan langsung dengan
PT. Toyota Astra Motor sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM), yang
menjadikan Auto 2000 menjadi salah satu dealer resmi Toyota. AUTO 2000
memiliki cabang yang tesebar di seluruh Indonesia yang salah satunya AUTO 2000
Body Paint Cibiru, Bandung.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas penulis memandang
penting untuk meneliti bagaimana ketersediaan dan keterlaksanaan K3 di Industri
dengan membuat judul skripsi “PELAKSANAAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) DI BENGKEL AUTO 2000 BODY PAINT
CIBIRU”.
3

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di bengkel Auto 2000 Body Paint Cibiru?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian dari rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan tingkat pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
bengkel Auto 2000 Body Paint Cibiru

1.4 Manfaat Penelitian


hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat-manfaat tersebut
adalah:
1. Bagi Industri, diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan dalam upaya
meningkatkan kualitas mekanik dalam pelaksanaan K3 dan dapat mengurangi
kecelakaan kerja di Industri.
2. Bagi Mahasiswa, diharapkan dapat mengetahui tingkat keterlaksanaan K3 di
Industri.

1.5 Struktur Organisasi Penelitian


Struktur organisasi berperan sebagai pedoman penyusunan penulisan agar
susunannya menjadi sistematis dan terstruktur. Struktur organisasi pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi penjelasan mengenai teori-teori pendukung dari berbagai
sumber-sumber rujukan yang dikumpulkan untuk menunjang proses pembuatan
skripsi. Teori pendukung berkaitan dengan judul pada penelitian. Pada bab ini pula
penelitian terdahulu yang relevan disajikan untuk memperkuat penelitian, selain itu
anggapan dan hipotesis ditentukan dalam penelitian bab ini.
4

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini membahas tentang desain penelitian, prosedur penelitian, subjek
penelitian, intrumen penelitian, tenik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temual penelitian
berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dengan berbagai kemungkinan
bentuknya sesuai dengan urutan rumusan masalah penelitian, dan (2) pembahasan
temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis yang telah dilakukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


2.1.1 Pengertian K3
Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak atau dapat
berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk
pekerja kontrak dan personil kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).
Keselamatan kerja tidak hanya untuk dipelajari, tetapi harus dihayati dan
dilaksanakan, karena K3 merupakan bagian yang sangat penting dalam bekerja di
industri, bengkel, dan laboratorium.
Menurut Kuswana, W.S. (2014, hlm. 22) menyatakan bahwa “Secara hakiki
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan pemikiran serta penerapannya yang
ditunjukan untuk menjamin kautuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.”
Menurut Daryanto. (2007, hlm. 20) menyatakan bahwa keselematan kerja
tidak hanya berhubungan dengan manusia saja tetapi berhungungan juga dengan
alat, tempat dan lingkungan kerja. Dia mengatakan bahwa:
Yang dimaksud keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Sekarang ini teknologi sudah lebih maju maka keselamatan kerja
menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya
dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang
yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.

Pemaparan dari beberapa ahli diatas tentang definisi dari K3 dapat


disimpulkan yakni, K3 merupakan ilmu yang diterapkan sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada manusia, peralatan kerja, tempat kerja,
serta pada lingkungan kerja.

5
6

2.1.2 Tujuan K3
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/Men/1996 pasal 2,
dijelaskan bahwa:
Tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.

Penjelasan lain juga terdapat dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Kep. 463/MEN/1993, bahwa:
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan
masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga
akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman
dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas
kecelakaan.

Menurut Kuswana, Wowo, S. (2014), tujuan utama kesehatan dan


keselamatan kerja adalah:
1. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
sampai dengan output. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa kegiatan
produksi di dalam industry maupun di luar industry seperti sekolah
2. Penerapan program keselamatan kerja diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan (well-being).

Menurut Daryanto (2007), tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:


1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan
pekerjaan.
2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas tujuan utama K3 adalah untuk melindungi tenaga


kerja dari kecelakaan kerja agar ketika sedang melaksanakan proses kerja dapat
muwujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas kecelakaan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan.
7

2.1.3 Faktor-faktor K3
Dalam undang-undang tentang keselamatan kerja No. 1 tahun 1970 pasal 2,
memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi dari semua
aspek pekerjaan yang berbahaya, dari semua tempat kerja, baik darat, di dalam
tanah, permukaan air, dalam air maupun udara yang berada diwilayah kekuasaan
hukun Republik Indonesia. Berikut ini ada beberapa sebab yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan antara lain:
1. Keadaan tempat lingkungan kerja
2. Pengaturan udara
3. Pengaturan penerangan pemakaian peralatan kerja
4. Kondisi fisik dan mental
2.1.4 Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Berdasarkan ruang yang lingkup yang telah ditetapkan pada pasal 3 Undang
– undang No.01 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja yang ditunjukan untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakarn.
3. Mencegah dan mengurangi peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
dan kejadian-kejadian lain berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin cuaca, sinar dan
radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerapan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembapan yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik.
12. Memelihara kesehatan dan ketertiban.
8

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan
penyimpangan barang.
17. Mencegah terkena alira listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan menyempurnakan pengamannan pada pekerja yang bahaya
kecelakaan menjadi bertambah tinggi.
Uraian tersebut menerangkan bahwa sasaran dari syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) yang harus dipenuhi saat berkerja adalah keselamatan dan
kesehatan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang merupakan suatu kegiatan
untuk mencegah kecelakaan, cacat, kematian, dan kerugian sebagai akibat dari
kecelakaan kerja.

2.2 Kecelakaan Kerja


2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja
“Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak tak terduga dan tidak diharapkan,
karena dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan” (Daryanto, 2007, hlm. 23). Berdasarkan peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 “kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda.”
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang terjadi dan mengakibatkan
kerugian fisik maupun mental. Kecelakaan kerja dalam artian ini berbeda dengan
penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja dengan penyakit kerja terletak perbedaan
utamanya pada waktu terjadinya kerugian akibat kerja. “kecelakaan kerja adalah
‘kejadian diskrit dalam program kerja’ yang mengarah ke kerusakan fisik atau
mental”. (Kuswana W.S. 2014 hlm 65).
Berdasarkan uraian diatas kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
terencana yang dapat menyeabkan korban manusia atau harta benda dan juga dapat
mengakibatkan kerusakan fisik atau mental.
9

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja


Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya
dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
1. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan,ketrampilan, dan
sikap.
2. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
3. Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi
misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap
kerja yang tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu
keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau peralatan,
lingkungan, proses, sifat pekerjaan
4. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

2.2.3 Akibat/Dampak Kecelakaan Kerja


Akibat/dampak kecelakaan kerja mengakibatkan beberapa kerugian bagi
beberapa pihak, kerugian tersebut adalah:
1. Kerugian bagi instansi
a. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit.
b. Biaya pengobatan, penguburan jika korban meninggal dunia.
c. Hilangnya waktu kerja korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga
menghambat kelancaran program.
d. Mencari pengganti atau melatih tenaga baru.
e. Mangganti/memperbaiki mesin yang rusak.
f. Kemunduran mental para pekerja.
2. Kerugian bagi korban
Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai
mengakibatkan cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari nafkah
bagi keluarga.
3. Kerugian bagi masyarakat dan negara
Akibat kecelakaan maka beban biaya ditanggung sebagai biaya produksi yang
mengakibatkan naiknya harga produksi perusahaan tersebut dan merupakan
pengaruh terhadap harga di pasaran.
10

2.2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah dengan 12 hal berikut:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-
tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise medis, P3K, dan pemeriksaan
kesehatan.
2. Standarisasi yang diterapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat
pelindung diri (APD).
3. Pengawasan, dengan tujuan agar ketentuan UU wajib dipatuhi.
4. Penelitian bersifat teknik misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar
pengaman, pengujian APD, pencegahan peralatan lainnya.
5. Riset medis, terutama meliputi efek psikologis dan patologis, faktor lingkungan
dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang
mangakibatkan kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi.
8. Pendidikan.
9. Latihan-latihan.
10. Penggairahan, pendekatan agar bersikap yang selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

2.3 Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2.3.1. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Definisi
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan yang melindungi pengguna
terhadap risiko K3 di tempat kerja. “Alat Pelindung Diri adalah peralatan yang
dipakai untuk meminimalkan paparan kecelakaan serius dan mencegah penyakit
akibat kerja.” (Kusmana, W.S. 2015, hlm. 1). Sesuai dengan peraturan menteri
11

tenaga kerja dan transmigrasi Republik Indonesia No.08/MEN/VII/2010 Pasal 1


yang bertuliskan “Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja”.
“Alat perlindungan diri bisa meliputi barang-barang seperti sarung tangan,
kacamata keselamatan dan sepatu, penutup telinga atau sarung tangan, pelindung
kepala, respirator, rompi, dan jas tubuh penuh. APD harus digunakan sebagai upaya
pencegahan dini, di setiap tempat ada resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja.”
(Kusmana, W.S. 2015, hlm. 1)

2. Tujuan APD
Kuswana (2015, hlm. 3) tujuan dari penggunaan APD “untuk mengurangi
kejadian cedera dan penyakit dikalangan pekerja industri dan konstruksi”. Tujuan
APD mengurangi terjadinya kontak langsung tubuh terhadap kondisi bahaya, dan
mengurangi resiko kecelakaan.
APD berperan sebagai pembatas antara pengguna dengan lingkungan kerja.
Hal itu, sering dirasakan adanya suatu beban tambahan pada pemakainya yang
mengganggu kenyamanan mereka untuk melaksanakan pekerjaan dan ketidak
nyamanan. Desain ergonomis yang baik dapat membantu untuk meminimalkan
hambatan-hambatan dan dapat membantu untuk memastikan kondisi kerja yang
aman dan sehat melalui penggunaan yang benar dari APD.

3. Jenis APD secara Umum


Alat perlindungan diri beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan pengguna
dan kondisi dimana pengguna berada. Alat Pelindung Diri (APD) atau personal
protective equipment (PPE) secara umum adalah peralatan yang melindungi
pengguna terhadap risiko kesehatan atau keselamatan di tempat kerja.
Mengacu pada peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik
Indonesia No.08/MEN/VII/2010 Pasal 2, alat perlindungan diri secara umum
dikategorikan sesuai dengan bagian tubuh, jenis bahaya serta aksesori yang
dibutuhkan, sebagai berikut:
1) Alat pelindung mata dan muka
a) Bahaya: Kimia atau percikan logam, debu, proyektil, gas dan uap, radiasi.
12

b) Pilihan: Kacamata keselamatan, kacamata, wajah - perisai, visor.


c) Catatan: Pastikan pelindung mata memiliki kombinasi yang tepat dari
dampak/debu/splash/logam pelindung mata cair untuk tugas dan cocok
pengguna benar.
2) Alat pelindung kepala
a) Bahaya: Dampak dari benda jatuh atau benda terbang, risiko menabrak
kepala, belitan rambut.
b) Pilihan: Berbagai helm, topi keras dan topi.
c) Catatan: Beberapa helm pengaman menggabungkan atau dapat dilengkapi
dengan bukan mata yang dirancang khusus untuk penglihatan atau
perlindungan pendengaran. Jangan lupa perlindungan leher, misalnya syal
untuk digunakan selama pengelasan. Jangan gunakan pelindung kepala jika
sudah rusak, sebaiknya mengganti perlengkapan tersebut.
3) Alat pelindung pernafasan
a) Bahaya: Debu, uap, gas, kekurangan oksigen atmosfer.
b) Pilihan: Disposable filtering face -piece atau respirator, setengah atau full-
face respirator, helm airfed, masker pernapasan.
c) Catatan: Respirator filter harus digunakan karena sesuai dengan jenisnya.
Setiap respirator memiliki tingkatan kadar zat yang dapat disaring. Tempat
yang kadar oksigenya sangat minim akan menimbulkan kehilangan
kesadaran karena paparan tingkat tinggi asap yang berbahaya, sehingga
harus menggunakan alat bantu pernafasan yang tidak menggunakan
penyaringan (filter).
Filter memiliki daur penggunaan yang terbatas. Ketika mengganti
bagian lain respirator, periksa dengan petunjuk produsen dan memastikan
bagian pengganti yang digunakan dengan benar. Jika anda menggunakan
alat pelindung pernafasan, maka gunakan peralatan pelindung pernafasan
HSE di tempat kerja.
4) Alat pelindung telinga
a) Bahaya: Gemuruh dan letupan-letupan mesin yang sangat bising.
b) Pilihan: Jenis yang dimasukkan kedalam lubang telinga (Single Use
earplugs), jenis yang menutup seluruh telinga.
13

c) Catatan: Alat pelindung telinga, Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya


mesin yang sangat bising juga penahan bising dari letupan-letupan sehingga
tidak terjadi kerusakan pada gendang telinga. Alat pelindung telinga
digunakan pada kondisi lingkungan yang sangat berisik.
5) Alat Pelindung Tangan
a) Bahaya: Memperkuat pegangan supaya tidak meleset, melindungi tangan
terhadap bahaya panas, melindungi tangan dari benda tajam saat
mengangkat barang, mencegah tangan dari bahaya pembakaran asam atau
cairan.
b) Pilihan: Sarung tangan kain, Sarung tangan asbes, Sarung tangan kulit,
Sarung tangan karet.
c) Catatan: Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan
kebutuhannya, antara lain:
(1) Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya
tidak meleset.
(2) Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungin tangan
terhadap bahaya panas.
(3) Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda
tajam pada saat mengangkat barang.
(4) Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan
logam, seperti vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah
tangan dari bahaya pembakaran asam atau kepedasan cairan.
6) Pelindung Kaki
a) Bahaya: Tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia.
b) Pilihan: Sepatu pengaman (safety shoes) atau sepatu karet.
c) Catatan: Sepatu pengaman (safety shoes) yang bentuknya seperti halnya
sepatu biasa hanya dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet
digunakan untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak
terpeleset dan jatuh.
7) Pelindung Tubuh
a) Bahaya: Suhu ekstrem, cuaca buruk, bahan kimia atau percikan logam,
semprotan dari tekanan atau kebocoran senjata semprot, dampak atau
14

penetrasi, debu yang terkontaminasi, pakaian yang berlebihan atau belitan


pakaian sendiri.
b) Pilihan: Konvensional atau pakai overall, jas boiler, pakaian pelindung
khusus, misalnya celemek chain -mail, pakaian visibilitas tinggi.
c) Catatan: Pilihan bahan termasuk tahan api, anti – statis, kimia kedap air, dan
visibilitas tinggi. Perlindungan lain, seperti pemanfaatan alat pengaman atau
jaket.

2.3.2. Lingkungan Kerja


1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah perangkat pemadam api skala
kecil. APAR harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dilihat dan
dicapai serta tidak terhalang. Semua jenis APAR yang biasanya dikemas dalam
bentuk tabung harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Tabung harus dalam keadaan baik.
2) Etiket/tabel mudah dibaca dengan jelas dan dapat dimengerti.
3) Sebelum digunakan, segel harus dalam keadaan baik (tidak rusak).
4) Selang harus tahan terhadap tekanan tinggi.
5) Bahan baku pemadam selalu dalam keadaan baik.
6) Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang disyaratkan.
7) Penggunaannya belum kadaluarsa.
8) Warna tabung harus mudah dilihat (merah, hijau, biru, atau kuning).
APAR digolongkan atas klasifikasi khusus yang dapat berupa: serbuk kimia
kering, busa, karbon dioksida (CO2), air dan halon.
Tabel 2. 1 Klasifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Golongan Zat/bahan pemadam Mamadamkan Tanda pengenal
A Air bertekanan, zat-zat kimia Bahan padat Huruf ‘A’ pada
larut, asam soda, busa, Mono- bukan logam, dasar berbentuk
amonium fosfat, diamonium kayu, kertas, segitiga warna
fosfat, tekstil, dll. plastik, karpet. hijau.
B Zat asam arang (CO2), zat Bahan cair, Huruf ‘B’ pada
kimia kering dengan natrium bensin, minyak dasar berbentuk
dan kalium bikarbonat, tanah, elpiji, segi empat
bromiumtiflouromethan karbon solar, dll. warna merah.
tetra klorida, khlorobromethan.
15

Golongan Zat/bahan pemadam Mamadamkan Tanda pengenal


C Zat yang tidak menghantarkan Peralatan listrik Huruf ‘C’ pada
listrik, zat asam arang (CO2), zat bertegangan, dasar berbentuk
kimia kering dengan natrium transformator, lingkaran warna
dan kalium bikarbonat, instalasi listrik, biru.
bromiumtiflouromethan karbon dll.
tetra klorida, khlorobromethan.
D Bubuk kering, senyawa
Bahan logam,
mengandung garam dapur, magnesium,
grafit, grafit – fosfor. lithium, senyawa
natrium-kalium,
dll.
Serbuk kimia yang digunakan adalah NH4H2PO4 (‘amonium hidrofosfat’),
2NaHCO3 (Natrium bikarbonat), 2 CaHCO3 (kalsium bikarbonat) dan CO2 (karbon
dioksida).
(Sumber: Daryanto, 2007)

Penggunaan APAR disesuaikan dengan kemungkinan bahan yang bisa


terbakar pada lokasi kerja. Kesesuaian antara bahan yang terbakar dengan bahan
APAR diharapkan ketika terjadi kebakaran api mudah dipadamkan dengan APAR
yang ada ketika kejadian.

Tabel 2. 2 Jangkauan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Jenis Bangunan Berat Minimum Luas Jangkauan Jarak Maksimum

Industri 2kg 150 m2 15 m

Umum 2kg 100 m2 20 m

Perumahan 2kg 250 m2 25 m

Campuran 2kg 100 m2 20 m

Parkir 2kg 135 m2 25 m

Bangunan Tinggi 2kg 100 m2 20 m


(sumber: Juwana, S.J, 2005, hlm. 156)

Bangunan industri membutuhkan APAR sebesar 2kg dengan luas jangkauan


150 m2 dengan jarak antar APAR adalah sejauh 15 m. APAR ditempatkan di tempat
yang strategis dan tepat diharapkan ketika terjadi kebakaran akan mudah
dipadamkan dengan APAR yang tersedia.
16

2. Ruang P3K
Peraturan Permenakertrans No.PER.15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan
pertama pada kecelakaan ditempat kerja, Bab III pasal 8, menegaskan bahwa salah
satu fasilitas P3K adalah ruang P3K. Persyaratan ruang P3K pada ayat (1), meliputi:
a) Lokasi ruang P3K:
b) Mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur
pasien dan masih terdapat ruang gerak bagi para petugas P3K serta
penempatan fasilitas P3K lainnya;
c) Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup
lebar untuk memindahkan korban;
d) Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
e) Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan:
(1) Wastafel dengan air mengalir;
(2) Kertas tissue/lap;
(3) Usungan/tandu;
(4) Bidai/spalk;
(5) Kotak P3K da nisi;
(6) Tempat tidur dengan bantal dan selimut;
(7) Tempat untuk menyiapkan alat-alat, seperti: tandu dan/atau kursi
roda;
(8) Sabun dan sikat;
(9) Pakaian bersih untuk penolong;
(10) Tempat sampah;
(11) Kursi tunggu bila diperlukan.

3. Kotak P3K
Pertolongan pertama pada kecelakaan, adalah pemberian pertolongan kepada
penderita sakit/cedera/kecelakaan yang membutuhkan penanganan medis dasar.
Kotak P3K di tempat kerja, khusus digunakan untuk perusahaan sesuai dengan
Peraturan Permenakertrans No.PER.15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan
pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Terdapat 3 (tiga) jenis kotak P3K, yaitu
kotak P3K jenis A, B, dan C. Penggunaan jenis kotak P3K disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja seperti table 2.2.
17

Tabel 2.3 Persediaan Kotak P3K di Setiap Unit Kerja


Jumlah Kotak P3K
Jumlah Pekerja Jenis Kotak P3K
Tiap Satu Unit Kerja
<26 A 1 kotak A
26 – 50 B/A 1 kotak B atau
2 kotak A
51 – 100 C/B/A 1 kotak C
2 kotak B
4 kotak A
1 kotak B dan 2 kotak A
Setiap 100 Pekerja C/B/A 1 kotak C
2 kotak B
4 kotak A
1 kotak B dan 2 kotak A
(Sumber: Kuswana, 2015)

Peralatan dan daftar obat untuk kotak P3K, dapat membantu melakukan
pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan dari penderita yang sakit sebelum
dibawa ke rumah sakit atau dokter. Sebagai tambahan mengenai apa saja yang harus
ada dalam kotak P3K, menjadi referensi sederhana untuk mengisi kotak P3K yang
ada di tempet kerja seperti pada table 2.3.
Tabel 2.4 Isi Kotak P3K
Kotak Kotak Kotak
No. Isi
A B C
1 Kasa steril bungkus 20 40 40
2 Perban (lebar 5cm) 2 4 6
3 Perban (lebar 10cm) 2 4 6
4 Perban (lebar 1,25cm) 2 4 6
5 Plaster cepat 10 15 20
6 Kapas (25gram) 1 2 3
7 Kain segita/mittela 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali pakai 2 3 4
11 Masker 1 1 1
12 Pinset 1 1 1
13 Lampu senter 1 1 1
14 Gelas untuk cuci mata 1 2 3
15 Kantong plastik bersih 1 1 1
16 Aquade (100ml lar.saline) 1 1 1
17 Povidon lodim (60ml) 1 1 1
18 Alkohol 70% 1 1 1
19 Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
20 Buku catatan: daftar isi kotak 1 1 1
(Sumber: Kuswana, 2015)
18

2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


2.4.1 Pengertian SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman
(PERMENAKER NO: PER. 05/MEN/1996).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam peraturan
pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. dikatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

2.4.2 Tujuan dan Sasaran SMK3


Sistem manajemen K3 dalam penerapannya sebagaimana yang dimaksud
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.5 tahun 1996 pasal 3 mengenai sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan wajib melaksanakan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap sistem manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan
kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem manajemen
K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja
19

keselamatan dan kesehatan kerja. Menetapkan kebijakan keselmatan dan


kesehatan kerja serta menjamin komtimen terhadap penerapan Sistem
manajemen K3.
Sistem manajemen K3 tentu ada pembuktian dalam penerapannya,
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4, perusahaan dapat melakukan audit
melalui audit yang ditunjuk oleh Menteri. Audit sistem manajemen K3
sebagaimana dimaksud meliputi unsur-unsur berikut:
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen.
2. Strategi pendokumentasian.
3. Peninjauan ulang desain kontrak.
4. Pengendalian dokumen.
5. Pembelian.
6. Keamanan bekerja berdasarkan Sistem manajemen K3.
7. Standar pemantauan.
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan.
9. Pengumpulan dan penggunaan data.
10. Pengembangan keterampilan dan kemampuan.

Pedoman Penerapan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja,


sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
1) Kepemimpinan dan Komiten
Pengurus harus menunjukan kepemimpianan dan komitmen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan sumberdaya yang
memadai. Pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukan komitmen
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yag diwujudkan dalam:
a) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi
yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
b) Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana
lain yang diperlukan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
c) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan
kewajian yang kelas dalam penanganan keselmatan dan kesehatan kerja.
d) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi.
20

e) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan


dan kesehatan kerja.
Komitmen dan kebijakan tersebut pada butir a) sampai dengan e)
diadakan peninjauan ulang secara teratur. Setiap tingkat pimpinan dalam
perusahaan harus menujukan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga penerapan sistem manajemen K3 berhasil diterapkan dan
dikembangkan. Tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja harus
berperan srta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja.
2) Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peninjauan awal kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan saat
ini dilakukan dengan:
a) Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini.
b) Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
c) Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan
standar keselamatan dan kesehatan kerja.
d) Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.
e) Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayaan, kompensasi dan
gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
f) Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.
Hasil peninjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bahan
masukan dalam perencanaan dan pengembangan sistem manajemen K3.
3) Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan
tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat
keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja. Kerangka dan program kerja yang mencakup
kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau
operasional.
21

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat melalui proses


konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus
dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan
pelanggan. Kebijakan keselamtan dan kesehatan kerja bersifat dinamik dan
selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Perencanaan.
Perencanaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan Sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja
yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian
dan pengendalian risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku
serta hasil pelaksanan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
1) Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari
kegiatan produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat
merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2) Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk
inventarisasi, identifikasi, dan pemahaman peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengurus
harus menjelaskan perturan perudangan dan persayaratan lainnya kepada
setiap tenaga kerja.
3) Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan
oleh perusahaan sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi.
a) Dapat diukur.
b) Satuan/indikator pengukuran.
c) Sasaran pencapaian.
d) Jangka waktu pencapaian.
4) Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang
dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan
22

kerja yang seklaigus merupakan informasi mengenai keberhasilan


pencapaian Sistem manajemen K3.
5) Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung.
3. Penerapan.
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pencapaiannya perusahaan harus
menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesu dengan sistem yang
diterapkan.
4. Pengukuran dan Evaluasi.
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja sistem manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisis guna
menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.
5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen.
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang sistem
manajemen K3 secara berkala untuk menjamin keseuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja. Ruang lingkup tinjauan ulang sistem manajemen K3 harus dapat
mengatasi implikasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh kegiatan,
produk barang, dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan

2.5 Penelitian Yang Relevan


Dibawah ini merupakan penelitian yang relevan mengenai K3.
1. Taufik Rochmanu (2016) dengan judul “Studi Eksplorasi Lingkungan Kerja
serta Alat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di SMKN 6 Bandung” hasil
penelitian menunjukan: 1) alat K3 untuk alat pelindung diri (APD) umum
yang tersedia di SMK Negeri 6 Bandung adalah pelindung kepala, pelindung
mata, pelindung tangan, pelindung kaki, serta pelindung tubuh (pakaian
praktik). Alat K3 untuk lingkungan kerja yang tersedia di bengkel kerja siswa
TKR SMK Negeri 6 Bandung berupa alat pemadam api ringan (APAR), kotak
P3K serta ruang P3K/UKS. 2) alat K3 personal berupa alat pelindung diri
(APD) umum yang tersedia di bengkel kerja siswa TKR SMK Negeri 6
Bandung pada angka 22,31 % berada dalam kriteria berbahaya. 3) alat K3
lingkungan kerja berupa APAR, Ruang P3K/UKS dan kotak P3K tersedia di
bengkel kerja siswa TKR SMK Negeri 6 Bandung pada angka 48 % berada
23

dalam kriteria cukup aman. 4) kondisi lingkungan kerja di bengkel kerja


sebesar 90,38% berada pada kriteria sangat aman.
2. Dani Permana (2018) dengan judul “Studi Penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Uji Kompetensi Paket 1 di SMKN 6 Bandung”
hasil penelitian menunjukan: 1) lebih dari setengahnya peserta didik telah
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja dalam penggunaan alat
pelindung diri pada saat melakukan servis mobil bensin 40.000 km dengan
persentase 63.7%, 2) lebih dari setengahnya peserta didik telah menerapkan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam pengunaan alat servis mobil bensin
40.000 km dengan persentase 72.9%, 3) lebih dari setengahnya peserta didik
telah menerapkan kesehatan dan keselamatan kerjadalam penggunaan alat
pelindung diri pada saat melakukan overhaul transmisi manual dengan
persentase 70%, 4) sebagian besar peserta didik telah menerapkan kesehatan
dan keselamatan kerja dalam penggunaan alat pada saat melakukan overhaul
transmisi manual dengan presentasi 91.9%, 5) lebih dari setengahnya peserta
didik telah menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja dalam penggunaan
alat pelindung diri pada saat melakukan perbaikan sistem starter dengan
persentase 68.7%, 6) lebih dari setengahnya peserta didik telah menerapkan
kesehatan dan keselamatan kerjadalam penggunaan alat pada saat melakukan
perbaikan sistem starter dengan presentase 66.7%.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian yang tepat akan sangat berpengaruh dalam pelaksaan
penelitian. Desain penelitian digunakan sebagai pedoman dalam penelitian, dengan
menggunakan metode yang tepat tujuan penelitian dapat tercapai. Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. “Penelitian
kuantitatif adalah data penelitian yang dihasilkan berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.” (Sugiyono, 2013, hlm. 7). Metode penelitian digunakan
untuk menggambarkan secara faktual tingkat pelaksanaan K3 di bengkel bengkel
Auto 2000 Body Paint.

3.2. Partisipan
Tempat pelaksanan penelitian ini adalah Toyota Auto 2000 Body Paint
Cibiru. Penelitian ini berkaitan dengan bengkel kerja Auto 2000 Body Paint.
Berkaitan dengan fasilitas lingkungan bengkel kerja untuk mengantisipasi
terjadinya kecelakaan kerja dan alat-alat pelindung diri (APD) sebagai pelindung
diri dalam kegiatan praktik di bengkel Auto 2000 Body Paint.
Seluruh bagian dalam struktur kepengurusan bengkel kerja Auto 2000 Body
Paint merupakan partisipan dalam penelitian ini. Penelitian ini sangat berkaitan
dengan kepengurusan bengkel kerja Auto 2000 Body Paint, guna mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di bengkel kerja Auto 2000 Body Paint.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” (Sugiyono, 2016, hlm. 117).
Populasi pada penelitian ini yaitu berupa alat-alat kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) di Auto 2000 Body Paint.

24
25

3.3.2. Sampel
“sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila jumlah populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.”
(Sugiono, 2016, hlm. 118).
Sampel dalam penelitian ini yaitu Alat Pelindung Diri (APD) yang ada
bengkel kerja yang berupa pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung
telinga, pelindung pernafasan, pelindung tangan, pelindung kaki dan pelindung
tubuh (pakaian kerja). lingkungan kerja bengkel berupa Aat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan Kotak P3K.

3.4. Instrumen Penelitian


“intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah.”
(Arikunto, S. 2006, hlm. 160). Sedangkan menurut Sugiyono (2016, hlm. 148)
mengemukakan “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen penelitian
merupakan alat bantu yang digunakan peneliti saat pengumpulan data dan disusun
berdasarkan kisi-kisi penelitian.
Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini adalah observasi
(pengamatan) dalam bentuk check-list, yaitu penulis memberi tanda check atau
menuliskan angka yang menunjukan jumlah atau nilai nilai pada setiap pemunculan
data pada daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Skala pengukuran yang
akan digunakan adalah skala presentase.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan eksplorasi dengan metode
survei dan studi kasus. Validasi data yang diproleh dari penelitian akan
menggunakan metode dokumentasi. Menurut Arikunto, S. (2006, hlm. 231)
mengemukakan “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.
26

Tabel 3. 1 Kisi-kisi isntrumen Penerapan K3

Variabel Indikator Sub Indikator Butir

Penerapan K3 Komitmen dan a. Kebijakan K3


Kebijakan
Perancanaan a. Perencanaan Strategis K3
Penerapan a. Penyebarluasan Informasi K3
b. Tanggungjawab dan
Wewenang
c. Keterlibatan dengan Mekanik
d. Pengadaan Barang dan Jasa
e. Pencatatan Kecelakaan Kerja
f. Pengawasan
g. Lingkungan Kerja
h. Pemeliharaan dan Perbaikan
Sarana
i. Kesiapan Keadaan Darurat
j. P3K
k. Pemantauan Kesehatan
l. Pelaporan Insiden

Pengkuran dan a. Penanganan Masalah


Evaluasi
Tinjauan Ulang a. Evaluasi Kebijakan K3

Instrument penelitian yang benar akan memudahkan peneliti dalam


meperoleh data yang valid, akurat, dan dapat dipercaya. Data penelitian merupakan
bentuk penggambaran dari variable yang diteliti. Syarat minimal yang harus
dipenuhi instrument penelitian ada dua macam yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas merupakan ukuran yang menunjukan kevalidan. Instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variable yang diteli secara tepat. Menurut Sugiyono (2017,
27

hlm. 125) valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Uji validitas instrument dilakukan dua tahap yaitu dengan validitas isi
(content validity) dan validitas konstruk (construct validity). Validitas isi untuk
instrument yang berbentk tes, sedangkan validitas konstruk untuk mengukur
pengertian-pengertian yang terkadandung dalam materi yang akan diukur.
Isntrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk non-test sehingga cukup
memenuhi validitas konstruk. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 176) menyatakan
bahwa isntrumen yang berbentuk non-test cukup memenuhi validitas konstruk.
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 177) untuk menguji validitas konstruk, dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Uji validitas dapat dilakukan
dengan mengadakan konsultasi kepada pembimbing dan para ahli (judgment
expert) tentang butir-butir isntrumen yang telah dibuat, untuk mendapatkan
penilaian apakah maksud dari kalimat dalam instrument dapat dipahami oleh
responden dan butir-butir tersebut dapat menggambarkan indikator-indikator
variable yang diteliti, sehingga instrument ini valid dan dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3.5. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Langkah-
langkah pelaksanaan penelitian dimulai dari pembuatan rancangan penelitian
hingga sampai dengan penyusunan laporan akhir.

Langkah 1 Memilih masalah

Langkah 2 Studi Pendahuluan

Langkah 3 Merumuskan masalah

Langkah 4 Menentukan Dan Menyusun


Intrumen

Langkah 5 Mengumpulkan Data


28

Langkah 6 Analisis Data

Langkah 7 Menarik Kesimpulan

Langkah 8 Menyusun Laporan

Tabel 3. 2 Alur Kegiatan Penelitian


(Sumber: adaptasi dari Arikunto, S. 2006:23)

3.6. Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif. Sugiyono (2016, hlm. 207) mengemukakan “statsistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Statistik deskriptif tidak memiliki uji signifikan dan taraf kesalahan seperti
yang diungkapkan Sugiyono (2016, hlm 209) “statistik deskriptif tidak ada uji
signifikasi dan taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat
generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi”. Analisis data yang
digunakan untuk mendapatkan hasil pada penelitian ini adalah skala presentase.
Sekala presentase yaitu perhitungan dalam analisis data yang akan menghasilkan
presentase perbandingan antara hasil penelitian dan skor ideal. “proses perhitungan
dilakukan dengan cara mengkalikan hasil bagi skor hasil penelitian dengan skor
ideal dengan seratus persen”. (Sugiyono, 2016, hlm. 246).

Rumus yang digunakan yaitu:


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑖𝑙𝑙
Pencapaian = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
x 100% (Sugiyono, 2010, hlm. 144)

Kriteria pencapainnya adalah sebagai berikut:

a) Sangat Layak = 81 % - 100 %

b) Layak = 61 % - 80 %
29

c) Kurang Layak = 41 % - 60 %

d) Tidak Layak = 21 % - 40 %

e) Sangat Tidak Layak = 0 % - 20 %

Data prosentasi penerapan K3 di AUTO 2000 Body Paint Cibiru Bandung


selanjutnya digambarkan di dalam bentuk grafik balok dan data disajikan secara
ringkas pada tabel.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta.

Kuswana, Wowo. S. (2015). Pencegahan & Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan Di Industri. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kuswana, Wowo. S. (2014). Ergonomi Dan K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja).


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05MEN1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja.

Undang-Undang Republik Indonesia (UUSPN) Nomor 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional.

Daryanto. (2007). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel - Buku Acuan untuk
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar


Sarana dan Prasarana SMK.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


OHSAS 18001 Seri Manajemen K3 01. Jakarta: Dian Rakyat.

Ismara, K.I. dkk. (2018). Prinsip-prinsp Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK. Yogyakarta: UNY Press.

Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 330/D.D5/KEP/KR/2017 tentang


Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata SMK/MAK Kompetensi
Keahlian Teknik Jaringan Akses Telekomunikasi. Jakarta: Kemendikbud.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2018). Peraturan Rektor Universitas


Pendidikan Indonesia Nomor 3260/UN40/HK/2018 Tentang Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2018. Bandung : UPI.

30

Anda mungkin juga menyukai