Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KUNJUNGAN

PT. AWECO INDOSTEEL PERKASA

OLEH :

AVIF HIDAYAT (PDN IIIC/161450009)

IRIENE GIAS PRASTIWI(PDN IIIC/161450031)

ULFA AFIYATUN NISA (PDN IIIC/161450066)

VIRGY ANDYKA PUTRI (PDN IIIB/161450068)

POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

PEM AKAMIGAS

2017-2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional saat ini perlu diprioritaskan pada potensi sumber

daya manusia. Hal ini mengingat perlunya pemenuhan tenaga kerja yang

terampil dan handal dalam rangka menghadapi AFTA ( Asean Free Trade Asean),

yang arus globalisasinya memaksa manusia untuk harus siap berkompetisi

dengan bangsa asing di dunia industri.

Sebagai salah satu langkah untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan

konsep pendidikan link and match. Pendidikan didesain sebagaimana

mungkin selalu berhubungan dengan pihak industri sebagai pengguna output

pendidikan. Maka diharapkan kesenjangan antara dunia pendidikan dengan

dunia industri dapat diminimalisasi sehingga dihasilkan manusia-manusia yang

memiliki kompetensi dalam suatu bidang, terampil dan handal untuk menyiapkan

diri guna menghadapi dunia kerja.

Praktik industri merupakan suatu momen dimana mahasiswa akan dihadapkan

pada situasi dan kondisi industri yang sebenarnya. Praktik

industri juga sebagai salah satu program untuk mendekatkan dunia kampus

terhadap dunia industri. Mahasiswa selama beberapa bulan belajar dan bekerja di

industri untuk menyerap pengalaman dari situasi dan kondisi industri yang

sebenarnya guna melengkapi pengetahuannya. Jadi teori yang didapatkan di


perguruan tinggi dapat disesuaikan dengan aplikasi aktual di lapangan kerja

industri.

Prodi Logistik Migas konsentrasi Pemasaran dan Niaga (PDN) sebagai

penyelenggara program kegiatan kunjungan praktek ke industri merupakan mata

kuliah berbobot 3 SKS yang wajib ditempuh mahasiswa Teknik. Diharapkan

dengan adanya program ini akan membantu mahasiswa dalam mendapatkan

gambaran secara nyata kondisi dan situasi di industri sekaligus sebagai media

pembelajaran guna mencetak tenaga kerja yang terampil, handal serta mempunyai

kompetensi sebagailangkah awal dalam memasuki dunia kerja

sesungguhnya. PT. Aweco Indosteel Perkasa merupakan perusahaan yang tepat

untuk dijadikan mitra, guna menimba pengalaman secara nyata di lapangan.

Dalam hal ini tentu saja PT. Aweco Indosteel Perkasa memiliki keterkaitan yang

erat dengan jurusan yang ditempuh oleh pemohon sekarang ini yaitu teknik mesin.

PT. Aweco Indosteel Perkasa dalam menjalankan proses produksinya tidak lepas

dari adanya proses perancangan, pemesinan, fabrikasi, serta pada bagian

maintenance. Untuk pertimbangan itulah maka PT. Aweco Indosteel Perkasa

dijadikan pilihan dalam melaksanakan praktik industri.


B. Tujuan Praktek Industri

Tujuan yang ingin dicapai setelah mahasiswa melaksanakan praktik industri

adalah :

1. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan teknik, serta

2. teknologi baru yang diperoleh dalam industri yang belum pernah didapatkan

sebelumnya di lembaga pendidikan.

3. Mempelajari manajemen, struktur organisasi serta proses produksi di

4. perusahaan.

5. Membantu melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan proses produksi di dalam

industri.

6. Mengamati dan menganalisa suatu kasus yang ditemukan dalam perusahaan

serta berusaha memecahkan masalah (problem solving) tersebut.

pelapisan logam, kerja pemeriksaan (inspeksi) hasil produk dan

maintenance.

1. Konsentrasi mesin produksi mempelajari gambar kerja, pekerjaan dengan

mesin (bor, frais, serap, bubut, slot, gerinda) pekerjaan perakitan (assembly),

kerja dengan mesin berbasis komputer, pemeriksaan hasil produksi dan

maintenance.

2. Konsentrasi perencanaan merencanaan dan membuat kerja suatu sub unit dan

unit suatu mesin, menggambar dengan komputer, pembacaan gambar,

menyimpan / mengarsipkan gambar kerja serta pekerjaan pengukuran.


C. Manfaat Praktik Industri

Manfaat yang ingin dicapai setelah melaksanakan praktik industri di PT. Aweco

Indosteel Perkasa adalah:

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tentang manajemen

2. perusahaan terutama mengenai struktur organisasi, data – data produksi,

deskripsi tugas staf teknik, kompetensi tenaga kerja lulusan Sarjana

Pendidikan Teknik yang berkualitas.

3. Mahasiswa dapat mempelajari berbagai jenis bahan atau alat yang dikerjakan

dalam perusahaan, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, hasil

produksi serta pengendalian mutu perbaikan.

4. Mahasiswa dapat mengganti objek yang bisa digunakan sebagai bahan

5. masukan dalam pembuatan tugas akhir berupa karya teknologi.

6. Mahasiswa dapat secara langsung melengkapi ilmu yang didapat pada masa

kuliah di dunia industri.


BAB II

PROFILE INDUSTRI

Manajemen Industri 1. Sekilas Perusahaan

PT . Aweco Indosteel Perkasa (Engineering and Manufacturing of

Processing Equipment) adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang

pembentukan logam (metal forming) dan didirikan pada tahun 2001

dengan membangun workshop pada land area 21.500 m² dan

gedung kantor pada lahan seluas 1.000 m². sedangkan dari sisi fasilitas, PT.

Aweco Indosteel Perkasa mampu menampung kapasitas bongkar

atau muat mulai dari 2x5.000 kg, 1x20.000 kg dan 1x30.000 kg . Pada awalnya,

perusahaan ini diprakarsai oleh beberapa insinyur namun sekarang banyak

karyawan dari konsentrasi ilmu lain ada di PT. Aweco Indosteel Perkasa. Awal

spesifikasi proyek yang dikerjakan PT. Aweco Indosteel Perkasa pada umumnya

dalam bidang heavy steel construction,

namun pada perkembangannya, perusahaan inipun melayani light steel

construction dan pembuatan komponen.

Visi dari PT. Aweco Indosteel Perkasa adalah menjadi perusahaan rancang

bangun kelas dunia dan terdepan di bidang manufaktur.

Misi dari PT. Aweco Indoseel Perkasa adalah menjadi perusahaan rancang

bangun terkemuka dimasa mendatang, menghasilkan produk kompetitif tanpa

cacat dan pengiriman tepat waktu, memenuhi standar internasional dengan

memperhatikan keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja.


Nilai bersama dari PT. Aweco Indosteel Perkasa terdapat lima poin penting yaitu

komitmen, kejujuran, integritas, profesionalisme dan keikhlasan.

Kebijakan bersama perusahaan sebagai suatu pedoman yang harus dihormati dan

dijalankan bersama. Adapun kebijakan bersama tersebut adalah perusahaan

berkomitmen untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui peningkatan

berkelanjutan dalam penyediaan produk dengan harga, mutu dan pengiriman yang

bersaing sesuai dengan standar kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang

diakui secara internasional dengan mencapai semua harapan yang berkepentingan.

PT. Aweco Indosteel Perkasa selama ini telah aktif dalam industri manufaktur

baik dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup internasional. Hanya dalam

waktu 8 tahun setelah beroperasi, PT. Aweco Indosteel Perkasa sudah dikenal

dikalangan bisnis fabrikasi, konstruksi atau manufaktur di Indonesia dan kalangan

perusahaan migas internasional akan kemampuannya dalam bidang teknologi dan

manajemen dalam menyelesaikan berbagai macam proyek. Adapun beberapa

proyek yang selama ini telah dibangun oleh PT. Aweco Indosteel Perkasa antara

lain:

1. LPG Tank

PT. Aweco Indosteel Perkasa merupakan perusahaan nasional pertama di

Indonesia yang mampu membangun LPG Storage Tank dan LPG Tranportation

Tank dengan bentuk kepala setengah bola. Kepala setengah bola memiliki

kekuatan lebih tinggi daripada bentuk kepala elips atau flat. Bentuk kepala

setengah bola akan membuat tekanan yang ada dalam tank merata di seluruh

permukaan kepala. Kapasitas LPG Storage Tank antara 2.000 kg sampai

dengan 400.000 kg. Kapasitas ini juga sebenarnya bervariasi perusahaan membuat
sesuai dengan pesanan, tetapi perusahaan juga mempunyai acuan kapasitas untuk

pembuatan LPG Storage Tank.

2. Piping Instrument Panel

Dalam pembuatan alat ini, PT. Aweco Indosteel Perkasa juga merupakan

perusahaan nasional pertama yang mampu merancang pemanasannya dengan uap

panas, sehingga pemanasannya merata

dan stabil.

3. Mixer dan Drum Dryer

PT. Aweco Indosteel Perkasa telah melakukan beberapa inovasi produk pada

produk semacam ini, Adapun produk tersebut antara lain:

1) Rotary Drum Dryer.

2) Heater Rotary Dryer.

3) Ploughshare Mixer dengan pengaduk berbentuk blade.

4) Mixer Jacketed Tank dengan pengaduk berbentuk helix atau

5) gate.
Struktur Organisasi

Gambaran struktur organisasi PT. Aweco Indosteel Perkasa dapat dilihat pada

gambar berikut ini:


GB. STRUKTUR ORGANISASI
Kebijakan Mutu

Adapun kebijakan mutu PT. Aweco Indosteel Perkasa guna memenuhi standar

mutu yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

1) Semua produk dikerjakan sesuai dengan permintaan klien dalam

2) kontrak, spesifikasi, standard an peraturan yang berlaku.

3) Mutu dibuat melalui kesempurnaan pekerjaan engineers dan construction

dengan cara membuat perencanaan yang baik, memakai sumber daya manusia

(SDM) yang terampil, melakukan pendidikan atau pelatihan dan

menyelesaikan semua masalah dengan tuntas.

4) Managing director dan quality manager melaksanakan pengawasan

5) dan pengendalian segala kegiatan yang berkaitan dengan fungsi mutu,

melaksanakan audit secara independen, dan mengarahkan solusi perbaikan.

6) Pencapaian mutu adalah tanggung jawab semua individu perusahaan

7) yang mendukung penuh sistem mutu yang telah ditentukan dalam manual

mutu.

B. Kegiatan Quality Product

Dalam PT. Aweco Indosteel Perkasa, ada beberapa departemen yang

sifatnya independen, dimana semua bertanggung jawab langsung pada directors .

Dalam pembuatan laporan ini pembahasan tentang jenis pekerjaan yang sesuai

dengan bidang gerak industri hanya akan dilakukan pada kegiatan quality product

yang dilakukan pada departemen quality control.

Departemen quality control bagi PT. Aweco Indosteel Perkasa merupakan suatu

departemen yang sangat fital dalam kelangsungan produksi. Dimana dalam upaya
pencapaian misi yang telah dijunjung penuh oleh perusahaan mengenai hasil

produk tanpa cacat, departemen ini merupakan ujung tombak yang sangat

mempengaruhi hasil akhir dari proses. Departemen ini bertugas untuk mengecek

dan menjaga kualitas mulai dari bahan baku, proses hingga produk jadi tentunya

dengan standar yang telah ditetapkan oleh

klien dan disetujui oleh perusahaan. Untuk menjaga dan memastikan tidak

terjadinya kesalahan atau ketidaksesuaian antara spesifikasi yang telah ditetapkan

dengan hasil produksi, maka departemen quality control terlibat langsung mulai

dari inspeksi awal sampai akhir produksi. Pada awalnya, departemen quality

control menyiapkan prosedur kerja yang mengacu pada proyek spesifikasi dan

kontrak, diantaranya menyiapkan Inspektion Test Plan (ITP) sebagai referensi

selama proses pembentukan suatu produk.

Secara garis besar departemen ini memiliki 3 bagian yang berada dibagian

manajemen yaitu QC Manager, QC Project Manager, dan QC

Engineering, serta beberapa inspeksi yang bertugas langsung di lapangan,

diantaranya adalah material inspection, structural inspection, piping inspection,

welding inspection, blasting and painting inspection, dan NDE inspection.

Adapun penjabaran mengenai tugas, wewenang dan tanggung

jawab masing-masing adalah sebagai berikut:

1. QC Manager

a. Kewenangan

QC Manager bertanggung jawab kepada directors dan membantu dalam

mengembangkan sistem quality control.


b. Tanggung Jawab

1) Mengkoordinasikan persiapan prosedur dan rencana mutu proyek dengan

operation’s group.

2) Memantau dan mengukur pelaksanaan standar mutu. 3) Mengkoordinasikan

semua aktivitas project quality.

3) Mempersiapkan inspection dan test plan.

4) Mencari solusi masalah dengan mengkoordinasikan dengan

mengkoordinasikan section atau departemen yang terkait.

5) Melakukan internal meeting secara rutin untuk mengevaluasi program dan

aktifitas yang sedang berlangsung.

6) Menghadiri meeting secara regular dengan bagian yang lain atau klien.

2. Project Quality Control Manager

a. Kewenangan

Project QC Manager yang ditunjuk dan didedikasikan untuk

mengkoordinasikan segala aktivitas yang bertujuan untuk menjaga

mutu produk sesuai dengan permintaan klien.

b. Tanggung Jawab

Dalam koordinasi dengan project manager, menentukan persyaratan tingkatan

mutu yang sesuai dengan persyaratan pelanggan.


3. QC Engineer

Tugas dan tanggung jawab QC Engineer

1) Mempersiapkan dan merevisi prosedur atau instruksi kerja yang diperlukan

bila terdapat perubahan spesifikasi dan gambar kerja.

2) Menyiapkan inspection dan test plan.

3) Mengeluarkan dan me-maintenance calibration log.

4) Menyiapkan pendistribusian list dan laporan mingguan QC

Progress.

5) Memeriksa mill certificate (eksternal) berdasarkan spesifikasi, standar dan

kode untuk dipakai material inspector dalam melakukan verifikasi.

Sebagai pelaksana langsung di lapangan, departemen quality control

menempatkan inspector untuk melakukan pengamatan langsung di lapangan guna

menjaga kualitas proses sehingga produk dapat sesuai dengan spesifikasi yang

telah ditentukan. Adapun QC inspector yang ada pada departemen QC beserta

tugas dan wewenangnya adalah sebagai berikut :

1. Material Inspector

a. Tanggung jawab

1) Menerima semua report atau kontrak-kontrak yang lainnya.

2) Melaksanakan verifikasi material dan membuat report yang diperlukan.

3) Mengeluarkan pernyataan penerimaan dan memberi informasi kepada

inspector yang ditugaskan, fabrikasi dari status material apakah diterima atau

ditahan (hold).

4) Mengumpulkan file dan menyimpan master document.

5) Melakukan inspeksi material.


b. Tugas

Melaksanakan inspeksi semua material yang datang.

c. Wewenang

Berhubungan dengan departemen lainnya dalam kewajibannya melaksanakan

inspeksi material.

D. Peralatan yang Digunakan

PT. Aweco Indosteel Perkasa merupakan perusahaan manufaktur yang

sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan adalah pembentukan dan

pengelasan (welding) namun, di perusahaan ini juga ada proses pemesinan

(machining) tetapi skalanya lebih sedikit. Fabrikasi meliputi proses pemotongan

(cutting), pengerolan (rolling), flanging, pengepresan (pressing) dan penekukan

(bending). Pengelasan meliputi pengelasan SMAW, pengelasan SAW,

pengelasan FCAW, pengelasan GMAW dan pengelasan GTAW. Pemesinan

meliputi proses bubut, proses frais, proses skrap dan proses drilling. Adapun

penjelasan dari masing-masing pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan

Proses pembentukan yang dilakukan diantaranya adalah:

a. Proses pemotongan (cutting)

Proses pemotongan merupakan proses pemisahan dua buah bagian atau

lebih. Mesin potong seperti yang merupakan mesin potong yang digunakan untuk

memotong logam baik itu berupa silindris maupun bullet. Mesin potong diatas

mengunakan alat potong berupa gergaji besi yang digerakkan secara horisontal

sehingga memotong posisi benda kerja dengan gergaji.


b. Proses pengerolan (rolling)

Proses pengerolan plat juga sangat banyak digunakan untuk

pembuatan-pembuatan pipa, tangki-tangki, bejana bertekanan seperti ketel atau

boiler dan lain-lain. Produk pengerolan ini juga dapat

dilakukan secara manual maupun dengan motor control. Penggerak dengan motor

kontrol ini memudahkan dalam proses pengerolan, khususnya pengerolan plat plat

tebal dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

c. Flanging

Proses flanging merupakan proses pembentukan bentuk cekung maupun

cembung yang dipakai untuk plat ketebalan 4-7 mm.

Pembentukan plat dengan alat ini mencapai diameter plat 3 m.

d. Pengepresan (pressing)

Proses press ini dilakukan dengan menggunakan tenaga hidrolik dengan

menggunakan cetakan dengan penekan. Proses ini dapat dilakukan dalam keadaan

dingin, khususnya untuk pengerjaan pembentukan plat-plat tipis. Hasil dari

produk press ini dapat membentuk profil-profil yang sulit, dengan bentuk yang

dihasilkan tanpa cacat. Proses tekanan (press) hidrolik ini digunakan untuk

pembentukan segmen ballfront . Plat-plat lembaran yang mengalami

pekerjaan pembentukan ini seperti tekan menghasilkan plat menjadi lebih kaku

(rigid ).
e. Penekukan (bending)

Proses pembengkokan plat ini juga menggunakan tenaga hidrolik yang

berfungsi menekan dies pembengkok. Plat diletakkan di atas landasan sesuai

dengan posisi bagian plat yang akan dibengkokan.

f. Pengelasan (welding)

Proses pengelasan merupakan suatu proses penyambungan benda padat

seperti logam dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.

Proses pengelasan yang dilakukan diantaranya adalah:

a. Pengelasan SMAW

Pengelasan Shield Metal Are Welding (SMAW) adalah proses pengelasan dengan

menggunakan elektroda terbungkus sebagai bahan isi yang mana elektoda tersebut

akan mencair mengisi logam las- lasan. Pada proses penyambungan / pengelasan

harus diperhatikan elektroda yang digunakan harus sesuai dengan base metal yaitu

keduanya harus mempunyai sifat yang sama, apabila jenis logam tersebut berbeda

maka tidak dapat dilakukan proses pengelasan. Selain jenis logam dan elektroda

maka harus diperhatikan juga besar arus yang digunakan.

b. Pengelasan SAW

Submerged Arch Welding (SAW) atau las busur rendam adalah suatu cara

mengelas dimana logam cair ditutup kawat pejal diumpankan secara terus

menerus. Karena dalam pengelasan ini busur listriknya tidak kelihatan, maka

sangat sulit untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Disamping itu karena

mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang
alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut

maka pengelasan selalu dilaksanakan secara penuh.

c. Pengelasan GMAW

Gas Metal Arch Welding (GMAW) meliputi Metal Inert Gas (MIG) dan

Metal Active Gas (MAG) adalah pengelasan dengan gas nyala yang

dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal

yang dilas dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas

pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan untuk

mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan

Karbondioksida (CO2).

d. Pengelasan GTAW

Gas Tungsten Arch Welding (GTAW) atau Tungsten Inert Gas (TIG) adalah

pengelasan dengan memakai busur nyala dengan tungsten /elektroda yang terbuat

dari wolfram, sedangkan bahan penambah yang digunakan sama atau sejenis

dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99

% Argon (Ar) murni.

e. Pengelasan FCAW

Flux Cored Arch Welding (FCAW) pada hakikatnya hampir sama dengan

proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan

karbondioksida (CO2). Pengelasan jenis ini biasanya menggunakan flux

dibungkus dan digulung dengan plat tipis yang terbuat dari baja lunak.
2. Pemesinan

Proses pemesinan yang dilakukan diantaranya :

a. Proses bubut

Proses bubut merupakan proses pembuatan semua bentuk silindris,

penguliran, alur silindris dan pembuatan tirus dengan menggunakan mesin

bubut.

b. Proses frais

Proses frais merupakan proses pembentukan benda kerja dengan

pembentukan permukaan datar, roda gigi, alur datar dan lain- lain menggunakan

mesin frais dengan pisau frais.

c. Proses skrap

Mesin skrap atau shaping machine adalah suatu mesin perkakas yang

digunakan untuk mengubah permukaan benda kerja menjadi permukaan rata baik

bertingkat, menyudut, dan alur sesuai dengan bentuk dan ukuran yang

dikehendaki.

d. Proses drilling

Proses drilling merupakan proses pembuatan lubang pada benda kerja

datar atau bulat menggunakan mesin bor.

Kegiatan Industri

PT. Aweco Indosteel Perkasa merupakan perusahaan manufaktur yang

sebagian besar bergerak dibidang pembentuk logam dan pelat. Produksi utama

perusahaan ini adalah pembuatan storage tank untuk berbagai kapasitas.

Kapasitas yang digunakan salah satu diantara adalah storage tank capacity 50 ton.

Kapasitas pembuatan storage tank ini juga tergantung pada


permintaan pelanggan/klien. Dalam pembuatan storage tank ada beberapa

kegiatan yang dilakukan, diantaranya adalah proses pemesinan, pembentukan dan

pengelasan. Ketiga kegiatan ini merupakan kegiatan yang utama pada perusahaan

ini. Proses pemesinan meliputi pembubutan, kerja mesin skrap, kerja mesin frais

dan kerja mesin drilling. Proses pembentukan meliputi penekukan, pengerolan,

pengepresan, pemotongan. Proses pengelasan meliputi pengelasan SMAW,

pengelasan FCAW, pengelasan SAW dan pemotongan busur udara carbon

(air carbon arc cutting / AAC).

A. Produksi Storage Tank

Dalam pembuatan storage tank capacity 50 ton, PT. Aweco Indosteel Perkasa

menggunakan material pelat baja karbon SA-516 Gr.70 dengan tebal 22 mm.

Proses pembuatan storage tank capacity 50 ton ini melalui beberapa perlakuan

diantaranya pemotongan (cutting), pengerolan (rolling), pengelasan (welding),

perakitan (assembly), dan pengujian (Testing). Tahapan-tahapan ini merupakan

perlakuan secara garis besar yang secara umum akan dilakukan.

Pada tahap pemotongan (cutting), material akan dipotong apabila terdapat dimensi

yang lebih baik itu dari panjang atau lebarnya. Pada tahap ini juga terdapat proses

pembuatan sudut bevel dengan sudut 60° serta pembersihan material dari korosi.

Pada tahap pengerolan (rolling), material akan dirol dengan radius 1650 mm.

Setelah mencapai radius tersebut, material langsung di-tackweld

menggunakan las SMAW.

Pada tahap pengelasan (welding), material akan mengalami proses pengelasan

menggunakan pengelasan SAW. Pengelasan yang digunakan full automatic dan


semi automatic. Dalam satu shell dilakukan sampai terbentuk 3-5 layer. Istilah

untuk sambungan satu shell ini disebut longsime welding line (LWL).

Pada tahap perakitan (assembly), material akan dirakit sesuai dengan

joint yang telah ditentukan. Sambungan antar shell oleh perusahaan disebut

circum welding line (CWL) dan sambungan sheel pada daerah ballfront disebut

right head welding line (RHWL) dan left head welding line (LHWL).

Pada tahap pengujian (testing), material akan dites secara visual dan

menggunakan non destructive examination (NDE), dengan jenis pengujian

penetrant test (PT), radiography test (RT), dan magnetic test (MT), serta

pressure test menggunakan hydro pressure test.

B. Proses Quality Product pada Storage Tank

Proses quality product dari storage tank tidak lepas dari peranan

departemen quality control perusahaan. Untuk menjaga dan memastikan tidak

terjadinya kesalahan atau ketidaksesuaian antara spesifikasi yang telah ditetapkan

dengan hasil produksi, maka departemen quality control terlibat langsung mulai

dari inspeksi awal sampai akhir produksi. Pada awalnya, departemen quality

control menyiapkan prosedur kerja yang mengacu pada proyek spesifikasi dan

kontrak, diantaranya menyiapkan Inspektion Test Plan (ITP) sebagai referensi

selama proses pembentukan suatu produk. Dalam hal ini menggunakan flow

sheet yang telah disepakati bersama dari pihak perusahaan dan pelanggan.

Proses quality product dari storage tank yang dilakukan oleh departemen quality

control hanya akan dilaksanakan pada inspeksi yang bertugas langsung di


lapangan saja, diantaranya adalah material inspection, structural inspection, piping

inspection, welding inspection, blasting and

painting inspection, dan NDE inspection.

Adapun penjelasan dari masing-masing inspeksi sebagai berikut :

1. Material Inspection

Ketika material datang, maka QC menverifikasi material tersebut apakah

sesuai atau tidak dan dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang lengkap. Proses

ini dilakukan oleh material inspector. Inspeksi yang dilakukan adalah dimensional

check visual, mengecek spesifikasi, standar dan kode. Hasil pemeriksaan akan

dilaporkan dalam material verification report (MVR). Beberapa ketidaksesuaian

dari hasil pemeriksaan akan dibuat non conformance report. Material inspector

akan membuat file dan menyimpan seluruh laporan.

2. Structural Inspection

Proses ini dilakukan oleh structural inspector dengan melakukan inspeksi pada

aktivitas marking, cutting, cutting profile dan assembling. Inspeksi pada saat

marking yaitu :

a. Dimensional cek masing-masing bagian.

b. Memeriksa kesesuaian heat number antara material dengan mill

certificate.

Sedangkan inspeksi yang dilakukan pada cutting adalah :

1) Pemeriksaan kesesuaian dimensional dengan cutting plan.

2) Permukaan bevel.

3) Kelurusan dari pemotongan material.

4) Sudut bevel.
Hal ini dilaksanakan supaya tidak terjadi repair yang menyangkut dimensional

apabila pengelasan penuh telah selesai.

3. Piping Inspection

Piping inspector bertugas melakukan inspeksi terhadap seluruh aktivitas

yang berhubungan dengan material pipa atau bentuk silindris lainnya dalam hal

ini storage tank dan memastikan segala sesuatunya sesuai dengan spesifikasi

untuk menghindari terjadinya kerusakan pada material tersebut. Pengecekan

meliputi :

a. Pemeriksaan material

Piping inspector bertanggung jawab memeriksa material yang akan dibuat

silindris dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan baik oleh klien

maupun oleh perusahaan. Material akan mengalami beberapa tahap pengecekan

yaitu dengan uji visual dan dimensional check. Segala bentuk hasil pemeriksaan

yang dilakukan harus tercantum dalam material verification report (MVR),

sedangkan untuk jenis ketidaksesuaian yang ditemukan harus dicantumkan dalam

non conformity report (NCR).

b. Pembersihan sebelum pengelasan

Pembersihan sebelum pengelasan ini menjadi sangat penting dilakukan

pada material storage tank. Pembersihan ini bertujuan untuk membersihkan

material supaya material tersebut tidak teroksidasi dan mengandung unsur

kimia seperti oli, gemuk, debu, cat dan campuran yang dapat

mengakibatkan hasil pengelasan gagal atau cacat. Material SA-516 Gr.70 harus
diperlakukan khusus dari persiapan pengelasan sampai akhir pengelasan,

mengingat bahan ini mudah teroksidasi.

c. Desain joint (fit up)

Pada pengelasan circum welding line (CWL) dan longsime welding line

(LWL) untuk storage tank harus dibuat full penetrasi, penyetelan gap harus

diperhatikan, pada waktu menggerinda harus dijaga, terutama pada bagian sudut

bevel pengelasan sehingga tidak cacat.

4. Welding Inspection

Pengelasan adalah proses penyambungan dua material dengan menggunakan enrgi

panas. Pengelasan dilakukan oleh welder yang telah memenuhi syarat dan

mengacu pada WPS yang disetujui. Welding inspector melakukan pengawasan

terhadap hasil pengelasan dari fabrikasi. Sebelum melakukan inspeksi, seorang

inspektor harus memiliki diantaranya:

1) Welding Map dan NDE Plan

2) Welder Qualification Summary List

3) Welding Prosedure Spesification (WPS)

Hasil inspeksi akan dilaporkan dalam welding dan visual weld record. Salinan

WPS yang disetujui harus dilakukan didekat area kerja dan dipahami oleh

welder, foreman, supervisor welding.

Adapun inspeksi yang dilakukan mulai tahap persiapan pengelasan, pelaksanaan

pengelasan dan hasil pengelasan diantaranya adalah:


1. Sebelum pengelasan

Sebelum pengelasan QC dimensi harus memastikan bahwa

joint tersebut sudah sesuai dengan drawing yang telah direncanakan, disamping

itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu inspeksi, diantaranya:

1) Pastikan tackweld yang dibuat kecil dan ganjal harus berbentuk sirip.

2) Sebelum di fit up sudut bevel harus di- penetrant test agar material

dipastikan tidak ada cacat.

3) Cek gap pengelasan.

4) Kontrol kawat las yang dipakai.

5) Kontrol parameter pengelasan dan cek kembali kawat yang akan dipakai.

6) Memastikan welder pada saat mengelas dalam keadaan aman.

2. Selama Pengelasan

Pada waktu mengelas dibutuhkan welder dengan skill tinggi karena

pembuatan storage tank mengacu pada pembuatan bejana tekan dan material ini

akan menerima tekanan (pressure), harus diperhatikan pada proses pengelasannya

sehingga cacat las yang mengakibatkan failure product dapat dihindari. Hal yang

harus diperhatikan adalah:

1) Cek posisi pengelasan apakah sudah benar dan sesuai WPS.

2) Mengontrol penetrasi root sebelum dilas full welding.

3) Perhatikan setiap pembuatan layer dalam pengelasan, hindari terak

terjabak diantara layer yang dibuat.

4) Pengawasan terhadap proses penggerindaan per layer agar dijaga

kebersihannya dari flux pada saat proses pengelasan SAW.


5) Pastikan welder mengelas dalam keadaan aman.

6) Pengelasan sampai sepertiga dari ketebalan harus berhenti untuk

dilakukan penetrant test dan radiography test.

3. Setelah Pengelasan

Ada beberapa inspeksi yang dilakukan setelah proses pengelasan selesai

dilakukan, diantaranya:

1) Setelah melakukan caping, dan digerinda, QC melakukan visual

2) welding.

3) Melakukan inspeksi penetrant test.

4) Membuat request radiography test dan menulis nomer joint

5) Mengecek dimensional setelah pengelasan apakah, apakah masih sampai

batas toleransi yang diijinkan.

6) Membuat report visual welding yang disaksikan dari pihak klien.

7) Mengontrol prosedur hydrotest.

8) Sedangkan jika terjadi kecacatan, maka hasil pengelasan akan mengalami

dua kemungkinan perlakuan. Pertama, jika kecacatan tidak bisa diperbaiki,

maka hasil pengelasan akan dipotong kemudian pengelasan akan diulang

dari awal, tetapi pemotongan tidak diijinkan lebih dari dua kali, karena

material akan cacat atau rusak. Tetapi jika cacat masih bisa diperbaiki,

maka hasil kecacatan akan diperbaiki.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam repair,

diantaranya:

1) Prosedur penggalian atau pembersihan las dari cacat (persetujuan dan

pelaksanaan). Persetujuan prosedur-prosedur

NDT (untuk pemeriksaan pembuangan cacat secara lengkap dan sempurna) harus

di-report secara detail.

2) Prosedur perbaikan (persetujuan prosedur-prosedur pengelasan

ulang) sesuai ketentuan dari WPS tentang repair.

3) Pelaksanaan prosedur pengelasan ulang yang telah disetujui (memenuhi

prosedur perbaikan).

4) Pemeriksaan ulang pada daerah perbaikan dengan pemeriksaan visual

dan metode NDT yang telah disetujui.

Sesuai dengan tugasnya, maka ada beberapa alat yang akan digunakan oleh

seorang welding inspector pada inspeksinya. Adapun alat bantu yang digunakan

antara lain sebagai berikut:

1) Rolmeter

Alat ini bertujuan untuk mengukur panjang pengelasan yang bertujuan untuk

menghitung travel speed.

2) Stopwatch

Alat ini berfungsi mengukur waktu yang dibutuhkan setiap pengelasan.

3) Amperemeter dan voltmeter

Alat ini dipakai untuk mengukur besar arus listrik beserta tegangan listrik yang

digunakan pada saat proses pengelasan. Pengukuran dilakukan sekitar 1,5 meter
dari stang las untuk arus listrik. Sedangkan untuk tegangan listrik, pengukuran

dilakukan pada kabel dekat dengan mesin las.

4) Thermometer digital

Digunakan untuk mengukur suhu material sebelum pengelasan berlangsung.

5) Marking crayon atau paint stick

Lilin penanda atau pena cat untuk memberikan tanda pada material yang sudah

dilas.

4. Non Destructive Examination (NDE) Inspection

PT. Aweco Indosteel Perkasa memiliki beberapa metode pengujian

terhadap hasil pengelasan. Hal ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu

destructive test (DE) dan non destructive test (NDE). Pada proses pembuatan

storage tank, PT Aweco Indosteel Perkasa hanya melakukan non destructive test

atau yang lebih dikenal dengan NDE dalam mengecek kualitas hasil pengelasan.

NDE adalah suatu pengecekan terhadap hasil las yang tidak merusak material.

Sedangkan fungsi NDE adalah:

a. Memeriksa hasil pengelasan yang telah dilakukan dan mengetahui

kecacatan yang terjadi.

b. Memeriksa setiap material yang belum memiliki sertifikat lolos NDE

inspection, sedangkan hal ini merupakan syarat wajib.

Metode NDE yang digunakan pada proses pembuatan storage tank

adalah sebagai berikut:

a. Penetrant Test (PT)

Test ini digunakan untuk mengetahui cacat permukaan, cacat yang tidak terlalu

dalam, atau cacat berlubang. Tes ini menggunakan tiga zat kimia dengan
cleaner , penetrant (warna merah), dan developer (warna putih). Apabila

terjadi cacat maka pada material akan terdapat bintik-bintik merah.

b. Radiography Test (RT)

Radiography test digunakan untuk mengetahui cacat yang lebih dalam dan tidak

dapat dilihat secara visual. Tes dengan metode ini menggunakan sinar gamma

sebagai sumber radiasi dengan irredium. Tes ini dilakukan pada malam hari saat

semua pekerja sudah tidak ada lagi di tempatnya, dikarenakan adanya efek yang

cukup berbahaya bagi orang disekitar area tempat berlangsungnya tes. Mengingat

cukup berbahayanya tes ini, maka orang yang bertindak sebagai operator harus

mempunyai sertifikat NDE.

c. Magnetic Test (MT)

Pengujian ini didasarkan atas terjadinya arus eddy yang dihubungkan melalui

yoke pada logam yang diuji. Besarnya cacat dihubungkan dengan besarnya arus

eddy yang terjadi. Karena arus eddy hanya terjadi pada permukaan saja, maka

cacat yang dalam letaknya hampir tidak dapat ditentukan dengan cara ini.

d. Hydro Pressure Test

Suatu pengujian yang dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada material

yang telah berbentuk dengan bantuan air. Tekanan yang diberikan pada storage

tank capacity 50 ton adalah 23,5 Kgf/cm²G. Jika hasil pengelasan tidak mampu

menahan tekanan, maka akan terjadi retakan atau bahkan kebocoran. Dalam

aplikasinya storage tank capacity 50 ton hanya akan menerima tekanan 17,5

Kgf/cm²G.
Dengan NDE yang dilakukan pada hasil pengelasan, maka akan ditemukan

kualitas pengelasan termasuk didalamnya kecacatan- kecacatan yang terjadi.

Adapun kecacatan yang dapat terjadi pada proses pengelasan adalah sebagai

berikut:

a. Lack of fusion

Cacat berupa ketidakrataan pada permukaan sambungan las. Cacat jenis ini bisa

disebabkan karena panas yang dipakai terlalu kecil atau gerakan welding yang

terlalu cepat.

b. Lack of penetration

Cacat berupa material lastidak dapat masuk ke gap las secara menyeluruh.

Penyebab kecacatan ini adalah sebagai berikut:

1) Persiapan bahan tidak baik.

2) Gap (root opening) terlalu kecil.

3) Arus listrik terlalu rendah.

4) Sudut pengelasan yang tidak tepat. 5) Root face terlalu tebal.

Adapun pencegahannya adalah sebagai berikut:

1) Persiapan bahan sebaik mungkin, terutama pada root face

jangan terlalu tebal.

2) Sesuaikan gap dengan diameter elektroda. 3) Naikkan arus listrik.

4) Bersihkan lintasan pada pengelasan SAW, supaya laju pengelasan stabil.


c. Porosity

Cacat ini timbul karena adanya gas yang terperangkap dalam logam las.

Adapun penyebab terjadi kecacatan jenis ini adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya flux yang tersebar dan menutupi filler cair.

2) Ada hembusan angin, sehingga flux yang melindungi filler cair terbuka.

3) Arus pengelasan terlalu tinggi. 4) Stick out (jarak filler) terlalu jauh. 5)

Laju pengelasan terlalu cepat.

6) Permukaan material kotor.

Adapun pencegahannya adalah sebagai berikut: 1) Penyetelan aliran flux

disesuaikan.

2) Pakai penghalang angin.

3) Arus pengelasan diturunkan. 4) Stick out diperpendek.

5) Laju pengelasan disesuaikan.

6) Sebelum pengelasan dimulai bersihkan benda kerja yang akan disambung

dan kawatnya dari kotoran.

d. Slag inclusion

Cacat yang disebabkan adanya slag atau kotoran yang

terperangkap dalam sambungan las. Hal ini disebabkan permukaan

base metal yang kotor, pembersihan slag yang kurang sempurna pada proses

multipass weld. Adapun cara penanggulangan sebagai berikut:

1) Sebelum mengelas bersihkan dahulu permukaan benda kerja.

2) Pada proses pengelasan yang multi pass (ganda) weld, setiap melangkah

pada pengelasan berikutnya usahakan digerinda dahulu dan disikat.


e. Undercut

Cacat berupa lubang pada base metal yang diakibatkan proses pengelasan.

Kecacatan undercut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) Arus listrik terlalu

tinggi.

2) Sudut pengelasan tidak tepat.

3) Laju pengelasan tidak teratur.

Pencegahannya adalah: 1) Turunkan arus listrik.

2) Sudut pengelasan harus tepat.

3) Laju pengelasan usahakan dengan teratur, sesuaikan laju mesin las SAW

serta bersihkan lintasannya.

f. Misalignment

Cacat pada sambungan las yang menyebabkan dua base metal yang dilas

tidak dalam posisi sejajar. Hal ini disebabkan karena dua hal, yaitu:

1) Letak bahan yang tidak sama rata.

2) Tebal atau ukuran bahan yang berbeda.

Pencegahannnya adalah sebagai berikut:

1) Pastikan letak bahan sama rata dan ditumpu pada permukaan yang rata.

2) Pastikan pula tebal atau ukuran bahan sama tebal.


g. Alur las terlalu lebar

Cacat pada sambungan sambung an las yang menyebabkan alur las terlalu

lebar. Jika dibanding dengan tebal pelat, alur las terlalu lebar. Hal ini disebabkan

oleh kecepatan mengelas terlalu lambat. Pencegahan untuk jenis kecacatan ini

adalah sesuaikan kecepatan mengelas, sehingga diharapkan alur yang terbentuk

serasi dengan tebal pelat.

h. Weld spatter

Cacat berupa alur las kasar dan penuh dengan percikan slag / las. Adapun

penyebab terjadi kecacatan jenis ini adalah sebagai berikut:

1) Arus terlalu besar.

2) Kualitas filler metal yang jelek.

3) Pengumpan filler metal terlalu tinggi.

Pencegahannya adalah sebagai berikut:

1) Sesuaikan arus yang digunakan.

2) Pakailah filler metal yang mempunyai kualitas baik.

3) Sesuaikan jarak filler metal.


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari laporan yang dibuat di PT. Aweco Indosteel Perkasa dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. Aweco Indosteel Perkasa selama ini telah aktif dalam industri

2. manufaktur baik dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup

internasional.

3. Dalam PT. Aweco Indosteel Perkasa, ada beberapa departemen yang

4. sifatnya independen, dimana semua bertanggung jawab langsung pada

5. directors .

6. Secara garis besar departemen ini memiliki 3 bagian yang berada

dibagian manajemen yaitu QC Manager, QC Project Manager, dan

QC

7. Engineering, serta beberapa inspeksi yang bertugas langsung di lapangan,

diantaranya adalah material inspection, structural inspection, piping

inspection, welding inspection, blasting and painting inspection, dan NDE

inspection.

8. Pada pembuatan storage tank, kegiatan pengelasan pada longsime welding

line (LWL), circum welding line (CWL) menggunakan

pengelasan Submerged Arch Welding (SAW), karena pengelasan

jenis ini menghasilkan rigi las yang cukup sempurna, cairan tertutup oleh

flux maka kualitas daerah las sangat baik.

9. Pada tahap pengujian (testing), material akan dites secara visual dan
10. menggunakan non destructive examination (NDE), dengan jenis pengujian

penetrant test (PT), radiography test (RT), dan magnetic test (MT), serta

pressure test menggunakan hydro pressure test.

11. Jika terjadi kecacatan, maka hasil pengelasan akan mengalami dua

12. kemungkinan perlakuan. Pertama, jika kecacatan tidak bisa diperbaiki,

maka hasil pengelasan akan dipotong kemudian pengelasan akan diulang

dari awal, tetapi pemotongan tidak diijinkan lebih dari dua kali,

karenamaterial akan cacat atau rusak. Tetapi jika cacat masih bisa

diperbaiki, maka hasil kecacatan akan diperbaiki.

B. SARAN

1. Untuk Pelaksanaan Pekerjaan

Didalam kegiatan quality product perusahaan, dilakukan inspeksi

secara berkala, karena sering ditemui staff quality control yang

melakukan inspeksi kurang berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Untuk Industri

Didalam rangka ikut berpartisipasi untuk meningkatkan kemampuan lulusan dan

perguruan tinggi yang lebih profesional, maka pihak industri diharapkan dapat

memberikan kesempatan dan fasilitas dengan menyediakan tempat bagi

Mahasiswa yang akan melaksanakan praktik industri. Selain itu industri dapat

lebih meningkatkan peran sertanya dengan memberikan bimbingan secara serius

kepada Mahasiswa, sehingga Mahasiswa benar-benar dapat menyerap

pengalaman didunia kerja.


3. Untuk Prodi Logistik Migas

Untuk mempertahankan lulusan yang berkualitas, hendaknya tetap

menyelenggarakan mata kuliah praktik industri. Dengan adanya mata kuliah ini,

maka Mahasiswa memiliki nilai tambah dan wawasan yang luas tentang dunia

kerja atau industri yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk memasuki dunia

kerja.

4. Untuk mahasiswa

Mahasiswa yang akan melaksanakan praktik industri hendaknya sudah

mengetahui atau mempunyai gambaran apa yang akan dilakukan dan apa yang

akan ditanyakan kepada pihak industri. Sehingga didalam pelaksanaan praktik

tidak bingung dan bisa lebih menggunakan waktunya yang singkat untuk

mendapatkan ilmu yang belum didapatkan di kampus. Mahasiswa praktikan juga

diharapkan berperan secara aktif dan mempelajari dengan serius apa yang didapat

di industri lewat pembimbing industrinya

Anda mungkin juga menyukai