Disusun oleh:
Ismail Savik
NIM 21050115120071
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
SEMARANG
FEBRUARI 2019
Laporan Kerja Praktik
PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik
Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktik yang dilaksanakan pada
tanggal 4 Januari sampai dengan 4 Februari 2019 dengan judul:
Menyetujui Mengesahkan
Koordinator Kerja Praktik Dosen Pembimbing Kerja Praktik
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik
Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktik yang dilaksanakan pada
tanggal 4 Januari sampai dengan 4 Februari 2019 dengan judul:
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik
Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktik yang dilaksanakan pada
tanggal 4 Januari sampai dengan 4 Februari 2019 dengan judul:
Mengetahui,
HCM DAN CM
Drs.Poendjoel Karjono
NIP.105923422
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Kerja Praktik ini Serta tak lupa Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Departemen
Teknik Mesin, terutama kepada Ketua Jurusan Teknik Mesin, Dosen
Pembimbing Kerka Praktik, dan Bapak Wahyu Jaya,S.T selaku Pembimbing
Lapangan Selama penyusunan laporan ini, penyusun mendapatkan banyak
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada:
1 Orang tua yang telah mendukung penuh dari pelaksaan kerja praktik
ini terutama dari kebutuhan dana untuk kerja praktik ini.
2 Bapak Joga Dharma Setiawan,B.Sc.,M.Sc,.Ph.D selaku Dosen
Pembimbing Kerja Praktik pada pelaksanaan ini
3 Bapak Dr. Rifky Ismail, ST., MT. Selaku Koordinator Kerja Praktik
yang telah memberi arahan pada pelaksanaan Kerja Praktik ini
4 Bapak Wahyu Jaya S.T Selaku Pembimbing Lapangan di Bengkel
Plat Tipis Divisi Kapal Niaga yang selalu memberikan arahan positif
dalam pengetahuan seputar bidang pengelasan dan fabrikasi outfiting
di PT.PAL INDONESIA (PERSERO)
5 Kawan-kawan dari Teknik Perkapalan dan Teknik Mesin yang saling
berbagi cerita dan pengalaman selama melakukan Kerja Praktik ini
6 Para karyawan di Divisi Kapal Niaga PT. PAL INDONESIA
(PERSERO)
Penyusun
Semarang, 2 Juli 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Kerja Praktik ........................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.4 Tujuan Kerja Praktik ............................................................................ 2
1.5 Metode Kerja Praktik............................................................................ 2
6.1 Kesimpulan........................................................................................... 69
6.2 Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo PT.PAL INDONESIA (PERSERO) 4
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT.PAL INDONESIA (PERSERO) 8
Gambar 2.3 Struktur Organisasi DKN PT.PAL INDONESIA (PERSERO) 15
Gambar 2.4. Goliath Crane 300 Ton 25
Gambar 2.5 Dok Semarang Divisi Kapal Niaga 25
Gambar 2.6 Alur Proses Produksi Pada Kapal Niaga 26
Gambar 2.7 Flow of Production di PT.PAL INDONESIA (PERSERO) 28
Gambar 2.8 Gudang Plat 29
Gambar 2.9 Mesin Blasting 29
Gambar 2.10 Block Blasting Pada Kapal 31
Gambar 2.11 Erection Process 31
Gambar 3.1 Proses Perakitan Kapal Secara Umum 35
Gambar 3.2 Fabrication Drawing Outfiting Kapal 36
Gambar 3.3 Cara Kerja Pengelasan FCAW 38
Gambar 3.4 Cara Kerja Pengelasan SMAW 39
Gambar 3.5 Cara Kerja Pengelasan SAW 40
Gambar 3.6 Klasifikasi Proses Pengelasan 41
Gambar 3.7 Faktor Kecepatan Las pada Pengelasan SMAW 42
Gambar 3.8 Posisi Las 1G 43
Gambar 3.9 Posisi Las 2G 44
Gambar 3.10 Posisi Las 3G 44
Gambar 3.11 Posisi Las 4G 45
Gambar 3.12 Gambar Fabrikasi Pembuatan Deck Kapal 46
Gambar 3.13 WPS No 98 di PT.PAL INDONESIA (PERSERO) 47
Gambar 3.14 Mesin Las FCAW di DKN Bengkel Plat Tipis 48
Gambar 3.15 Mesin Las SMAW di DKN Bengkel Plat Tipis 48
Gambar 3.16 Overhead Crane di DKN Bengkel Plat Tipis 49
Gambar 3.17 Plat di DKN Bengkel Plat Tipis 49
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang sebagian besar wilayah merupakan
Negara yang terdiri dari pulau-pulau yang dipisahkan oleh beragam laut dari yang
berdekatan hingga yang berjauhan. hal ini menjadi yang beragam, dari yang
berdekatan hingga yang berjauhan dan hal ini menjadi terkendala mengingat adanya
peningkatan kebutuhan manusia di segala bidang yang dimana kendala meningkat
sehingga adanya peningkatan kebutuhan manusia di segala bidang yang semakin
bertambah seiring bertambah seiring perkembangan zaman yang dipengaruhi arus
informasi dan teknologi, tentu saja semua kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi
sendiri dan teknologi, tentu saja semua kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi
sendiri oleh setiap daerah maupun Negara, salah satu jenis transportasi yang sangat
efektif dan efisien bagi kegiatan perdagangan adalah dengan menggunakan bagi
kegiatan perdagangan adalah dengan menggunakan transportasi laut karena
perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka transportasi laut juga dituntut
untuk dapat memenuhi standar dan kualitas yang diinginkan dari segi keselamatan,
hal itu sangat disadari oleh masyarakat dan galangan kapal sebagai keselamatan dan
itu sangat disadari oleh tempat industri yang memproduksi kapal.
Indonesia memiliki salah satu tempat industri yang memproduksi kapal.
Indonesia memiliki salah satu perusahaan galangan galangan kapal terbesar dan
dan tercanggih tercanggi tingkat tingkat dunia, yaitu yaitu PT. PAL INDONESIA
(PERSERO). dengan teknologi yang sesuai dengan standar Internasional PT. PAL
INDONESIA (PERSERO) memiliki Brand Product seperti LPD (Landing Plat
Form Dock) dan SSV (Strategic Sift Vessel) galangan dapat menjalankan peran dan
fungsinya dengan baik diperlukan SDM yang baik, oleh karenanya diperlukan
Kerja Praktek di galangan PT. PAL INDONESIA (PERSERO).
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
telah diakui dunia dan kapal-kapal produksi PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
telah mendunia.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
“ Menjadi perusahaan perkapalan dan rekayasa berkelas dunia yang
dihormati”, berkelas dunia yaitu dalam lingkup kualitas SDM, produk dan
pelayanan, budaya, organisasi, dan metodenya. Sedangkan dihormati dalam
arti bersungguh-sungguh memberikan nilai tambah pada produk dan
pelayanan untuk mencapai antusiasme pelanggan dan bersungguh-sungguh
Misi:
- Meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui pemuasan pelanggan dan
insan PT. PAL INDONESIA (PERSERO): para Pemegang Saham, Dewan
Komisaris, para Karyawan, dan Rekan Kerja.
- Menjadi bagian penting dalam mendukung pertahanan dan keamanan
Nasional
2.3 Tugas Utama PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
•Melaksanakan rancang bangun kapal maupun non kapal.Yaitu,dengan
merancang kapal baik berupa kapal perang, kapal pesiar, kapal niaga dan lain.
Selain merancang kapal juga merancang produk yang bukan kapal misalnya
mesin turbin, alat penghancur sampah, offshore kilang minyak tengah laut dan
sebagainya.
•Memproduksi kapal-kapal jenis niaga maupun perang. Berbagai jenis kapal
niapga sudah diproduksi. Sudah ratusan lebih kapal telah terjual mulai dari perahu
layar sampai kapal pesiar, kapal Tanker 17.500 DWT, Container Vessel Palwo
Buwono 1600 TEUS, telah memproduksi kapal BSBC ( Box Shaped Bulk Carrier )
50.000 DWT, begitu juga dengan kapal perang. Pemesan kapal bukan saja dari
dalam negeri bahkan sampai luar negeri.
2.4 Produk dan Jasa PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
a. Produk
1. Naval Ship Building Developmment
• Strategic Sift Vessel (SSV)
• Landing Plat Form Dock (LPD)
• Kapal Cepat Rudal
• Kapal Patroli Cepat 57 Meter (KCP 57 )
• Kapal Patroli Cepat 28 Meter (KCP 28)
• Kapal Patroli Cepat 14 Meter (KCP 14)
2. Merchant Ship Building
• Tanker 6500
• Container Vessel 3500 DWT
• Cargo Vessel 3500 DWT
3 General Engineering
• Steam Power Plant
• Stator Frame 1
• Combined Cycle
4 Offshore
• Turbine Compressor Module
• Monopod Well Head Platform
b.Jasa
Jasa yang ditawarkan oleh PT.PAL berupa jasa peraikan dan pemeliharaan
2.5 Struktur Organisasi PT. PAL INDONESIA (PERSERO)
Struktur organisasi PT. PAL INDONESIA (PERSERO) terdiri dari Direktorat
Utama dan 4 (lima) Direktorat, 16 (empat belas) Divisi, dan 4 (empat) Unit lain.
Gambar Struktur organisasi PT. PAL INDONESIA (PERSERO) secara umum dan
penjelasan dari tugas masing-masing divisi dapat dilihat dibawah ini.
• Merinci IPP Instruksi Pelaksanaan Proyek yang telah dibuat oleh Direktorat
Pembangunan Kapal menjadi jadwal pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek
yang terperinci.
• Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien
sesuai aspek QCD.
• Mengendalikan dan mengawasi pelaksaan pembangunan proyek-proyek agar
mendapatkan hasil yang memenuhi standar kualitas dengan penggunaan biaya,
tenga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin.
2.5.5.3 Divisi Penjualan dan Rekumhar
2.5.5.4 Divisi Jaminan Kualitas
Memiliki tugas antara lain:
• Melaksanakan perencanaan pemeriksaan dan pengujian proyek-proyek.
• Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian guna pengendalian dan jaminan
mutu seluruh hasil produksi perusahaan.
• Mengkoordinir kegiatan purna jual hasil produksi perusahaan selama masa
garansi.
• Menganalisis dan mengevaluasi hasil pencapaian mutu produksi
perusahaan.
• Melaksanakan pengujian baik merusak maupun tidak merusak untuk
material dari hasil produksi.
2.5.5.5 Divisi Supply Chain
2.5.6.DIREKTORAT KEUANGAN
2.5.6.1 Divisi Perbendaharaan
Memiliki tugas antara lain:
• Melaksanakan kebijakan pendanaan perusahaan sesuai dengan prinsip
pengelolaan pendanaan dan perbankan yang berlaku.
• Melaksanakan strategi optimalisasi return kinerja keuamgan dan likuiditas
perusahaan.
Departemen PPC memiliki 5 biro dimana setiap biro memiliki tugas yang berbeda,
yaitu:
Bertugas mengolah data & gambar dari divisi teknologi dan divisi desain
menjadi gambar lebih detail seperti Block Division, Sequence Block Production,
Margin Plate, serta merencanakan dan menyusun prosedur produksi yang optimal.
• Biro Keuangan
• Biro Sekretariat
•Bengkel Fabrikasi
• Bengkel Sub-Assembly
• Bengkel Assembly
• Bengkel Erection I
• Bengkel Erection II
• Bengkel Las I
• Bengkel Las I
test berdasarkan gambar produksi yang diterima dan disesuaikan dengan budget,
sarana, fasilitas, SDM, dan jadwal produksi yang telah ditetapkan.
• Bengkel Perpipaan
• Bengkel Permesinan
• Bengkel Joiner
• Bengkel Cat HO
•Bengkel Cat AO
• Bengkel Welding HO
Bertanggung jawab dalam semua kegiatan yang behubungan dengan SDM dan
K3LH antara lain: perencanaan dan pengelolaan kebutuhan SDM termasuk
pengembangannya, proses administrasi SDM, optimalisasi SDM, memastikan
penerapan standar K3LH, perencanaan, pengendalian, beserta pendistribusian APD
(Alat Pelindung Diri), pemantauan terhadap penyakit akibat kondisi dan lingkungan
kerja, melakukan pencegahan dan investigasi atas kecelakaan.
Fasilitas yang ada pada PT. PAL INDONESIA (PERSERO) di Divisi Kapal
Niaga untuk mendukung proses kerja pembangunan kapal baru dan reparasi kapal
antara lain.
- Pada dok Semarang ini dilengkapi dengan 4 crane pendukung LLC ( Level
Loufting Crane) kapasitas angkut 40 ton dan sebuah crane besar yang berkapasitas
angkut hingga 300 Ton yang diberi nama Goliath.
- Dok Semarang didukung oleh 2 crane untuk reparasi maupun bangunan baru.
Proses produksi dimulai dari perencanaan desain oleh Divisi Teknologi yang
meliputi jenis materialserta proses pengerjaannya, kemudian gambar kerja tersebut
diserahkan pada Divisi Kapal Niaga untuk melakukan analisa terhadap kebutuhan
material serta biaya produksi, selanjutnya Divisi Kapal Niaga mengajukan
pengadaan material pada Divisi Pengadaan dan pengajuan keuangan untuk biaya
produksi pada Divisi Perbendaharaan.
2.6 Flow of Production PT. PAL INDONESIA (PERSERO Alur proses produksi
di PT PAL INDONESIA sudah dapat di gambar Namun disini akan di jelaskan dari
Setelah beberapa plat yang dipesan dating untuk proses pembangunan awal kapal,
maka proses pengerjaan sudah dapat dilakukan,plat – plat yang baru datang dan.
Untuk proses yang pertama adalah blasting dan proses yang terjadi di bengkel
fabrikasi ini adalah blasting, marking, cutting, welding, dan fitting.
• Blasting
Penngeluasan penyemprotan material besi ada bodi lambung kapal yang kotor
drngan tujuan memperpanjang usia korosi pada lambung kapal
• Marking
Marking adalah penandaan pada bagian yang akan dilakukan proses cutting dan
forming.
•Cutting
Cutting adalah proses pemotongan plat menggunaan mesin NC cutting atau dengan
menggunakan mesin potong dengan kode pemotongan yang telah di tentukan
Fitting adalah proses penyambungan komponen pipa pada instalasi perpipaan pada
kapal yang dilanjutkan proses pengelasan.
• Welding
Proses penyambungan antara erakitan blok-blok oada kapal yang mengacu pada
FOBS (Full Outfiting Block System).
Pada proses erection ini blok-blok yang sudah di cat akan di tempatkan di ruang
terbuka di luar bengkel grand assembly dan telah siap untuk proses erection.
Pada pembangunan kapal jenis SSV dan LPD yang di buat di PT. PAL
INDONESIA (PERSERO) yang menggunakan sistem FOBS, dalam proses
produksi pada pembuatan kapal yang dilakukan padaaarea galangan kapal baik
docking kering ataupun docking basah pada proses pembuatan serta perancangan
kapal serta dalam penyambungan pada antar blok kapal dengan metode jenis FOBS
lebih efektif pada pembuatan di PT. PAL INDONESIA (PERSERO) pada industri
galangan kapal pada umumnya hanya dengan menggunakan metode yang lebih
efisien terhadap waktu biaya proses produksi pada pembuatan kapal .
2.7 Metode Full Outfiting Block System Pada Pembangunan Kapal di Divisi
Kapal Niaga PT. PAL INDONESIA
proses pengerjaan outfiting yang komplek Bagaimanapun juga, proses akhir dari
pekerjaan outfitting tersebut biasanya..
2.8 Komparasi metode tahapan desain dengan Full Outfiting Block System
Implementasi metode Full Outfitting Block System (FOBS) di PT. PAL
Indonesia Untuk mengkaji implementasi metode Full Outfitting Block System
(FOBS) pada pembangunan kapal
Functional Design Key plans dan Material Key plans dan Material
List by system (MLS) List by system (MLS)
BAB III
DASAR TEORI
Selain itu peran dari Ship Outfitting memiliki peran yang penting Ship Outfitting
adalah bagian kapal selain dari pada badan kapal itu sendiri dan dapat
dikelompokkan menjadi: Hull Outfitting, Machinery Outfitting dan Electrical
Outfitting. Ship Outfitting mempunyai peran penting, antara lain:
1. Memberi kapal kemampuan untuk bergerak dan bekerja
2. Menyediakan akomodasi untuk crew dan penumpang
3. Menyediakan ruang penempatan untuk muatan
4. Menjaga fungsi-fungsi tersebut dalam jangka waktu yang lama
Dalam kerja praktik kali ini perencanaan lebih ditekankan pada fabrikasi outfiting
perlengkapan kapal.
3.4 Pentingnya Desain Outfiting Pada Kapal
Desain outfitting dinyatakan sebagai penetapan sistem kapasitas dan dimensi
dari instalasi yang bermacam-macam dan direpresentasikan dalam gambar berdasar
ukuran, daerah navigasi/pelayaran dll. Proses desainnya sebagai berikut: Pertama
masing-masing divisi outfitting dengan sistem yang sesuai dengan kapasitas,
dimensi dll, dipelajari dan ditetapkan untuk memenuhi ketentuan yang diminta.
Tetapi sistem ini terkait oleh satu sama lain dan oleh karena itu tidak dapat
ditentukan secara independent bahwa kondisi ini telah ditetapkan oleh berbagai
peraturan yang macamnya berupa ketetapan terendah atau minimum, seperti
kemampuan kapal bergerak dan beroperasi harus dipertimbangkan pengurangan
berat, pengurangan biaya dan penyederhanaan kerja juga harus diperhatikan, dan
hal ini dilakukan studi sehingga tenaga listrik, output of engine harus ekonomis dan
selayak mungkin. Untuk mencapai hasil tersebut, perhitungan desain membutuhkan
pemeriksaan berulang-ulang (metode trial and error). Selanjutnya karena instalasi
ini terkait satu sama lain, maka posisi peralatan pada badan kapal, kemudian urutan
pengerjaan, waktu pengerjaan dll, harus diteliti pada gambarnya, sehinga dalam
pelaksannaanya menggunakan teknologi pengelasan agar komponen outfitting bisa
saling terhubungkan.
3.5 Welding
Welding atau pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. [Wiryosumarto, 1996].
pengelasan dapat diartikan dengan proses penyambungan dua buah logam sampai
titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah dan
menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas,pengelasan juga dapat
diartikan sebagai ikatan tetap dari benda atau logam yang dipanaskan.mengelas
bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai mencair dan membiarkan
membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh dengan cara sedangkan
pengelasan yang digunakan di PT.PAL INDONESIA (PERSERO) menggunakan 3
jenis pengelasan antara lain FCAW, SMAW dan SAW.
SMAW adalah las busur terlindung dengan menggunakan las busur nyala api
serta penggunaan bias dengan polarisasi AC dan DC Tegangan yang dipakai hanya
23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan
dibutuhkan arus hingga 500 Ampere, namun secara umum yang dipakai berkisar 80
– 200 Ampere serta perlu ketekunan dalam penggunan las jenis ini dengan Cycle
Operation sebesar 25%.
• Flexsibel
• Efektif dan efisien
• Semua jenis ketebalan baja bias digunakan
• Hemat biaya
Serta kendala dari las jenis SMAW pula antara lain
• Saat mencapai pendek tertentu 45 mm dari keadaan semula pengelasan
sementara diberhentikan
• menyebabkan seorang juru las dengan skill welding yang baik dan benar
Pengelasan jenis ini menggunakan las busur rendam dengan isian berupa busur
(Arc) serta memberikan isian berupa logam lasan yang telah terlindungi
sebelumnya flux tersebut akan membentuk terak las (slag) yang cukup kuat untuk
melindungi logam lasan.
Keuntungan yang diperoleh antara lain pada proses pengelasan jenis SAW antara
lain
Pengelasan
( Welding )
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa proses pengelasan dapat dibagi dalam tiga
bagian utama yaitu pengelasan mencair (fusion welding), pengelasan tidak mencair
(solid state welding), dan soldering/brazing. Peralatan pencair atau pemanas logam
dapat didasarkan pada penggunaan energi listrik, energi gas, atau energi mekanik.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, pengelasan cair yang paling banyak digunakan
dalam praktik di dunia industri. Salah satu metode pengelasan,sehingga dalam
penggunanya bias digunakan dengan cara yang lebih teliti.
Pada Panjang busur (Arc Length) akan dianggap baik jika diameter busur maksimal
sama dengan diameter elektroda yang digunakan diameter elektroda yang dipakai,
namun dalam pengelasan posisi setiap diameter elektroda tidaklah sama sebagai
contoh diameter elektroda pada saat pengelasan posisi datar membutuhkan harga
diameter sebesar 3-6 mmdan voltasi sebesar 20-30 volt,akan tetapi pada saat posisinya
diatas kepala maka tegangan itu bisa dikurangi sebesar kurang lebih 2-5 volt dari harga
voltase posisi datar.
2.Arus yang digunakan
Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan, di mana besarnya arus listrik pada
pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan, geometri sambungan pengelasan,
macam elektroda dan diameter inti elektroda, untuk pengelasan pada daerah las yang
mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar
dan mungkin juga diperlukan tambahan panas, sedangkan untuk pengelasan baja
paduan, yang daerah HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang
terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas yang
tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang besar.
pada yang digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh amperemeter
yang terletak pada mesin las, pada masing-masing mesin las, arus minimum dan arus
maksimum yang dapat dicapai berbeda-beda, umumnya berkisar antara 100 Ampere
sampai 500 Ampere.
3.Kecepatan Pengelasan
Faktor kecepatan pengelasan juga berpengaruh terhadap kualitas hasil lasan yang
bisa mengakibatkan kegagalan pada material dan defect yang terjadi pada permukaan
logam dasar dan berpengaruh terhadap kemampu lasan atau weldability.
4.Polaritas
Pemilihan polaritas ini tergantung dari bahan pembungkus elektroda, kondisi
thermal dan bahan induk kapasitas.sambungan las ang digunakan antara lain ada 2
macam yaitu
- Polaritas yang terbalik (divers polarity) adalah kutub negative dihubungkan
dengan benda kerja dan positifnya pada elektroda.
- Polaritas yang langsung (slight polarity), merupakan cara kerja yang
berlawan dengan polaritas terbalik.
5. Besarnya penembusan dan penetrasi
Untuk mendapatkan sambungan las yang tinggi dapat diperhatikan penetrasi dan
penembusan yang cukup pada dasarnya.makin besar arus las makin besar pula
daya tembusnya, adapun gerak mengelas yang baik adalah:
- Menarik busur dimana elektroda diletakan, benda kerja kemudian ditarik..
- Dengan gerak mengarah, kerja pada pengelasan jika sambungan las ini
lebih.
3.7 Posisi Dalam Pengelasan
posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah gerakan arah dari elektroda las yang
mngitari dari pososo yang diinginkan antara lain:
Posisi 1G adalah posisi yang dimana terjadi sebuah pengelasan dengan logam
dasar berada di bawah tangan solusi dari maslah ini yaitu dengan las alur bulan sabit
atau weavy yang bila mana misal saja terjadi pada pipa yang pipa cukup diputar
saja atau pada plat yang memiliki ketebalan tertentu.
maupun luarnya. hasil pengelasan yang baik tidak didapat dari kombinasi dari
persiapan pinggiran dengan alur luar dan alur dalam pengelasan.
3.9 WPS yang digunakan pada PT. PAL INDONESIA (PERSERO) No.98
Dalam pembangunan dan perakitan pada assembly emmbutuhkan
penyambungan atau joining yang dengan menggunakan perintah yang pada gambar
3.12 dibawah halaman selanjutnya dengan menggunakan jenis las yang telah
ditetapkan oleh pihak perusahaan
Sehingga dalam proses pengelasan pada fabrikasi outfitting yang dilaksanakan
pada pengelasan di PT. PAL INDONESIA (PERSERO) pada fabrikasi seperti
deck,man hole serta pada perlengkapan kapal lainnya, yang digunakan pada
perlengkapan kapal lainnya,serta kualifikasi juru las yang akan di tentukan akan
memengaruhi besarnya anggaran.
Pada saat yang bersamaan, galangan kapal diminta untuk memberikan Welding
Procedural Specification(WPS) untuk persetujuan. Tes WPQ & WQT diberikan
kepada surveyor sebelum dimulainya pekerjaan pembangunan dan surveyor berhak
untuk menilai & menyetujui WPS.
Sebelum membangun kapal, Welding Procedure Qualification Test dan harus
diberikan kepada surveyor untuk diperiksa dan dipelajari. Tidak lupa pula surveyor
juga harus memeriksa Welding Procedure Specification,dalam hal ini ada beberapa
aspek misal pada gambar fabrikasi pembuatan deck kapal dll.
BAB IV
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Pada pelaksanaan kerja praktik ini dilakukan berbagai metode pemecahan
yang digunakan oleh penyusun di PT. PAL INDONESIA,(PERSERO) ,antara lain
sebagai berikut:
MULAI
ANALISA PROSES
IDENTIFIKASI
MASALAH
PEMILIHAN TOPIK
PENGUMPULAN DATA
- WPS No 98 PT.PAL
- Gambar Fabrikasi
- Fasilitas Peralatan
ESTIMASI BIAYA
PENGELASAN
PERHITUNGAN BIAYA
KESELURUHAN PADA
FABRIKASI DI BENGKEL
PLAT TIPIS
YA
SELESAI
penelitian ini setelah melakukan studi literatur didapat permasalahan di PT. PAL
INDONESIA (PERSERO) yaitu perhitungan biaya pada pengelasan plat di bengkel
outfiting, apabila biaya yang diberikan terlalu besar maka akan mengakibatkan
kerugian karena hal tersebut akan menyebabkan tidak efisien pada proses
pengerjaan yang dilaksanakan.
4.2.2 Penentuan Topik
Penyusun memilih objek penelitian melalui daftar estimasi perkiraan biaya
pengelasan outfitting di bengkel plat tipis di PT. PAL INDONESIA (PERSERO),
melalui data estimasi yang bisa diperkirakan pada proses produksi di DKN, pada
tahap ini penulis menentukan topik berdasarkan proses produksi pengelasan di
DKN, dengan judul Estimasi Biaya Pengelasan SMAW Pada Fabrikasi outfiting di
Divisi Kapal Niaga PT. PAL INDONESIA (PERSERO) Yang Mengacu Standar
WPS (Welding Procedure Specifation) No 98.
4.2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data didapatkan dengan beberapa cara, yaitu:
b. Observasi
Tahap observasi yaitu melakukan survey lapangan dengan melakukan
beberapa pengamatan untuk memperoleh data yang dibutuhkan seperti pelaksanaan
kerja operator sesuai dengan Standart operasional Prosedur yang sudah ditentukan,
kemudian mengamati langkah-langkah proses produksi pada divisi yang
bersangkutan.
Setelah melakukan tahap observasi lapangan, apabila dirasa kurang cukup
data maka dilakukan tahap pengumpulan data dengan meminta data-data dari
perusahaan yang kemudian disesuaikan dengan apa yang dilakukan dilapangan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
maka ada flow chart material yang digunakan pada perancangan pengelasan ini
yang dimana sebagai berikut yang dimana pada proses.
Dalam proses pembangunan galangan kapal pada umumnya dan pada fabrikasi
outfitting pada khususnya perencanaan pengelasan merupakan hal yang mendasar
antara lain Pengambilan keputusan pemilihan mesin serta jumlahnya harus
berdasarkan pada pertimbangan kelayakan pemenuhan kapasitas produksi. Selain
itu pemilihan mesin atau peralatan produksi yang tepat juga akan menghasilkan tata
letak galangan kapal yang baik. Dalam proses penentuan jumlah mesin yang
dibutuhkan ada beberapa variabel yang harus diperhatikan, yaitu:
- Volume produksi yang harus tercapai Merupakan beban kerja yang harus
dilaksanakan oleh galangan kapal sesuai dengan total berat kebutuhan material baja
untuk proses produksi pengelasan sebagaimana pada table 5.1
- Waktu kerja standard untuk proses operasi yang berlangsung dalam
perencanaan mesin dibutuhkan variabel jam operasi kerja mesin. Berikut jam kerja
mesin yang ditetapkan seperti pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Jumlah Hari Kerja Dalam 1 Tahun
- Faktor Efisiensi jam kerja Harga umum yang diambil untuk Efisiensi jam kerja
berkisar antara 0.8 - 0.9 (Sumber: Wignjosoebroto, Sritomo)
Dengan mengetahui beban kerja dan durasi pengerjaan pengelasan pada
tiap bengkel tersebut, kebutuhan akan Welder dalam bengkel dapat dihitung dengan
membagi beban kerja terhadap produktifitas dapat dihitung.
5.5.1 Estimasi Jumlah Welder yang Dibutuhkan dan Material
Untuk anggaran pada pembayaran pada tiap operator mesin las dan juga
kebutuhan elektroda dapat dihitung berdsarkan data dari WPS no 98 serta
penggunaan data dan spesifikasi dari mesin las jenis SMAW akan lebih mudah
untuk merencanakan dengan matang dan strategik agar fabrikasi pengelasan yang
sedang berlangsung di DKN bengkel plat tipis dapat terlaksana dengan baik dan
benar serta dalam waktu yang sesuai dengan tempo yang ditetapkan.
𝐷𝑇+𝑆𝑇
E=1-
𝐷
Keterangan :
E = Faktor efisiensi sebuah mesin
DT = Down time mesin setiap harinya (menit)
ST = Set Up time untuk setiap proses reparasi (menit)
D = Jam operasi kerja mesin (menit)
Pada penggunan las jenis SMAW di bengkel plat tipis di Divisi Kapal Niaga
didapatkan data bahwa Down Time mesin las adalah 60 menit serta Set Up time
18 Menit dan jam operasi kerja 6 jam maka
Dengan menggunakan rumus diatas maka didapatkan faktor efisiensi dari mesin
tersebut yaitu:
60 (𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡)+18 (𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡)
E=1-
6•60 (𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡)
E = 0.789 dibulatkan menjadi E = 0.8 serta dengan efisiensi kerja mesin sebesar
0,783, maka jumlah plate strightrnig machine yang dibutuhkan untuk operasi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑇 𝑃
N=
60 𝐷•𝐸
Keterangan :
N = Jumlah mesin yang dibutuhkan
P= jumlah beban kerja mesin perhari (Kg/hari)
T = Total waktu yang dibutuhkan mesin untuk beroperasi (Menit/Kg)
D = Jam operasi kerja mesin (Jam)
E = Faktor efisiensi kerja mesin ambil 0.8
- Dengan berat 411 Kg merupakan berat dari 6 lembar pelat ukuran 8000mm x 6000
mm tebal 13 mm.
- Waktu aktif per hari adalah 6 jam dengan efisiensi 80% atau sama dengan 288
menit.
- Duty Cycle dari mesin las adalah 80% dari total waktu efektif atau sama dengan
230,4 menit.
- Waktu pengerjaan tiap meter adalah 1,2 menit maka untuk pelat panjang 6 meter
butuh waktu 7,2 menit.
- Kebutuhan mesin waktu pengerjaan 62 lembar pelat dibagi waktu duty cycle
mesin las.
Didapatkan bahwa untuk mendapatkan berat logam isisan las adalah sebagai berikut
Dengan ketebalan plat sebesar 20 mm maka kita dapat menghitung volume tersebut
dan dikali dengan masa jenis logam ABS Grade A sebedar 7,8 gr/cm3 akan
dihasilkan berat total kawat las yang dibutuhkan.
= 3 mm x 2 mm
=6 mm2
• Perhitungan Panjang X
Diketahui sisa tebal material yang akan dilas daerah ini saja setelah dikurangi dari
root face maka
20 mm-2 mm = 18 mm
𝑋
Tan 30o =
18
= 18 mm x 10.39 mm
= 187,02 mm2
• Total Area
Maka didapatkan volume total dari logam lasan dari spesifikasi pengelasan
logam dari WPS No 98 yaitu sebagai berikut
Volume = Luas area total x Panjang Lasan
= 193,02 mm2 x 1500 mm2
= 289,530 mm3
Konversikan ke cm3 maka didapatkan
5.5.3 Perhitugan Biaya Welder dan Elektroda serta Material yang digunakan
= Rp 125.000,00/Hari
= Rp 260.000,00/Hari
= Rp 800.800,00/Hari
Sehingga estimasi biaya kebutuhan elektroda serat material dan welder selama satu
hari adalah sebagai berikut
Sehingga dalam hal ini ada beberapa hal yang masih menjadi dasar dari, WPS No
98 serta daftar harga plat baja dari Steel Bench Marker.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktik di PT.PAL
INDONESIA (PERSERO) adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan mesin las jenis SMAW memiliki deposit efisiensi sebesar 62 %
untuk dihitung sebagai konsumsi elektroda terhadap kebutuhan material jenis
ABS Grade A pada fabrikasi outfiting di Divisi Kapal Niaga.
2. Dalam proses fabrikasi pengelasan outfiting yang berupa deck, serta manhole
diperkirakan membutuhkan 3 orang Welder yang dimana biaya overhead
setiap welder sebesar Rp 125.000,00 dengan ketentuan upah welder Rp
50.000,00/Hari dan laju deposit material sebesar 1,2 Kg/Jam serta operating
factor sebesar 30 % laju alir material dengan beban material dari ketiga
welder tersebut sebesar 26 Kg/Hari.
3. Total Biaya kebutuhan elektroda/hari jenis Kobe Steel LB 2 adalah Rp
800.800,00/Hari.
4. Harga Total material jenis ABS Grade A/hari adalah Rp 260.000,00 dengan
harga estimasi sebesar Rp 10.000,00/Kg.
5. Total Waktu kerja welder dari masing masing welder adalah 2 Jam 24 menit
dari 8 Jam Kerja Operasional Perusahaan sehingga didapatkan Operating
Factor sebesar 30 %.
6. Total Biaya estimasi perhari untuk fabrikasi komponen outfitting pada saat
Kerja Praktik sebesar Rp 1.185.800,00.
7. Dengan konsusmsi Elektroda /Hari sebesar 18,2 Kg Elektroda/Hari.
8. Hasil estimasi pada saat kerja praktik untuk pembuatan komponen outfiting
berdasaran WPS No.98.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari kerja praktik di PT. PAL
INDONESIA (PERSERO) adalah sebagai berikut.
1. Perlunya memberikan data yang baik bagi mahasiswa saat dibutuhkan dalam
estimasi perencanaan dalam pembuatan komponen outfitting yang mengacu
pada WPS No.98.
2. Penggunaan mesin Las SMAW yang bias digunakan untuk memenuhi
kebutuhan indutri serta mesin-mesin yang membutuhkan kebutuhan operator
serta pada mesin las FCAW dan SMAW seperti kurang diperhatikan.
3. Pengembangan teknologi yang lebih baik lagi sehingga para welder dapat
bekerja dengan baik lagi terutama fasilitas-fasilitas untuk pengelasan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN