Anda di halaman 1dari 141

HIDROSTATIKA KAPAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapal sebelum diluncurkan dan bebas berlayar di lautan luas, mengangkut
barang, membantu manusia memperpendek jarak antar pulau, tentu saja mengalami
serangkaian proses yang sangat panjang dan rumit yang mungkin belum pernah
terbayangkan. Tentu saja, karena kapal itu sendiri tidak sefamiliar mobil ataupun
kendaraan pada umumnya.
Dalam dunia perkapalan, dunia para perancang kapal dikenal dengan istilah
“Rencana Garis Air”, yang merupakan salah satu hal mendasar dalam perancangan
kapal. Rencana Garis adalah salah satu tahap penggambaran dalam merencanakan
sebuah kapal yang sangat diperlukan untuk mengetahui bentuk dari kapal yang
sedang direncanakan, baik itu bentuk body plan, sheer plan, serta water line dari
kapal. Penggambaran Rencana Garis memerlukan besaran- besaran umum dari hasil
perhitungan Pra Rancangan seperti Lbp, Lwl, H, T, B, Cb, Cm, Cw, Cph, Cpv.
Bonjean adalah gambar lengkung yang menunjukkan luas station sebagai fungsi
dari sarat. Lengkung bonjean digunakan untuk menghitung volume displacement
tanpa kulit untuk kapal baja pada bermacam- macam keadaan sarat, baik kapal itu
dalam keadaan even keel (sarat rata) maupun kapal dalam keadaan trim. Hydrostatic
Curve adalah lengkungan yang digunakan untuk menunjukkan karakteristik (sifat-
sifat) dari badan kapal terutama dibawah garis air.
Dalam menyelesaikan perencanaan sebuah bangunan kapal dibutuhkan
perhitungan dan penggambaran perencanaan kapal tersebut diantaranya adalah lines
plan, hydrostatic and bonjean curve. Perlu diketahui bahwa lines plan adalah offset dari
seluruh aspek rancangan, keadaan kapal di atas air baik/stabilitas, gerak kapal,
konstruksi dan rencana-rencana lainnya. Tapi yang dikemukakan disini adalah kondisi
kapal di bawah permukaan garis air atau hydrostatic curve yang digambarkan dalam
suatu bentuk penggambaran yang kemudian dikenal dengan diagram carena dan
bonjean.

DWI APRILIANTO | D031191099 1


HIDROSTATIKA KAPAL

1.2 Tujuan Tugas


Tugas dalam mata kuliah “Hidrostatika Kapal” ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui dan mampu merencanakan lines plan yang mempengaruhi bentuk
kapal, stabilitas dan volume ruang muat suatu kapal. Dari lines plan dibuat garis
hidrostatik dan bonjean sebagai acuan dan pedoman dalam perancangan,
pembuatan dan operasional kapal.

1.3 Manfaat Tugas


Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar perencanaan dalam pembuatan
kapal dan mampu merencanakan lines plan suatu kapal melalui perhitungan
sistematis agar membentuk rencana garis yang baik;
Mahasiswa mampu mengetahui titik-titik penting dalam bangunan kapal agar
memperhatikannya dalam pembuatan kapal untuk mencapai stabilitas yang
baik;
Mahasiswa mampu menguasai fungsi lengkung dan hidrostatik dan kurva
bonjean.

DWI APRILIANTO | D031191099 2


HIDROSTATIKA KAPAL

BAB II
LANDASAN PUSTAKA

2.1 Geometri Kapal


Sisi luar lambung kapal berbentuk lengkung pada beberapa kasus terdapat
tekukan, penggambaran lambung kapal pada sebidang kertas gambar dinamakan
rencana garis ( lines plan/ship’s lines/lines ), bentuk lambung kapal secara umum
harus mengikuti kebutuhan daya apung, stabilitas, kecepatan, kekuatan
mesin,olah gerak dan yang penting adalah kapal bisa dibangun.

Gambar 1.1 Gambar Rencana Garis


Gambar Rencana garis (Lines Plan) terdiri dari proyeksi
ortographis/siku-siku dari interseksi/perpotongan antara permukaan/surface
lambung kapal dan tiga set bidang yang saling tegak lurus.
interseksi/perpotongan antara permukaan/surface lambung kapal dan tiga set
bidang yang saling tegak lurus.
Rencana Sheer/Profil/Sheer Plan menunjukkan interseksi/perpotongan
antara permukaan/surface lambung kapal dengan bidang tengah/centreplane –

DWI APRILIANTO | D031191099 3


HIDROSTATIKA KAPAL

sebuah bidang vertical pada garis tengah/centreline kapal – dan bidang


tegak/buttockplane yang sejajar dengannya (centreplane), Interseksi dengan
bidang tengah akan menghasilkan profil haluan/Bow dan Buritan/stern. Rencana
Sheer/Sheer Plan untuk kapal komersial digambar dengan meletakkan haluan
kapal/bow section pada sisi kanan.

Gambar 1.2 Gambar Rencana Garis (Lines Plan)


Rencana garis air/Half Breadth/Waterlines Plan menunjukkan interseksi
permukaan lambung kapal dengan bidang yang sejajar bidang dasar/baseplane
horizontal, bidang dasar/baseplane adalah bidang horizontal yang melalui garis
dasar/baseline. Interseksi dengan bidang-bidang tersebut akan menghasilkan
Rencana garis air/Waterlines plan. Body plan menunjukkan bentuk dari
station/section yang m erupakan interseksi antara permukaan lambung kapal
dengan bidang yang tegak lurus dengan bidang tegak/buttockplane dan bidang
garis air/waterline plane.
Pada umumnya penggambaran body plan dibagi 2 sisi kiri dan sisi kanan,
sisi kiri untuk setengah bagian belakang dan sisi kanan untuk setengah bagian
depan.

DWI APRILIANTO | D031191099 4


HIDROSTATIKA KAPAL

Permukaan lambung kapal yang dimaksud diatas adalah permukaan


molded/molded surface adalah permukaan yang dibentuk oleh sisi luar gading
kapal atau sisi dalam kulit, hal ini berlaku untuk kapal baja, kapal aluminium dan
kapal kayu untuk kapal fibreglass/FRP permukaan molded dibentuk oleh sisi luar
kulit (lambung kapal).
2.1.1 Konsep Geometri Kapal
Penampang utama kapal
Untuk menggambarkan penampang-penampang bentuk kapal,
lambung kapal secara imajinatif dipotong dengan pendekatan tiga
sistem penampang. Ketiga sistem penampang yang dimaksud
adalah Buttock, Waterplane, dan Section
• Buttock
Sistem penampang kapal yang pertama adalah buttock yang
diperoleh dari pemotongan pada arah vertikal memanjang kapal.
• Waterplane
Sistem penampang kapal yang kedua adalah penampang
horizontal yang lazim disebut waterplane (penampang garis
air). Waterplane tersebut diperoleh dari pemotongan secara
horizontal yang tegak lurus terhadap pemotongan yang pertama.
• Section
Sistem penampang kapal yang ketiga adalah section.
Section ini diperoleh dari pemotongan secara vertikal melintang
kapal yang tegak lurus terhadap sistem pemotongan yang
pertama dan kedua
Elemen Garis Bentuk
Pada ketiga gambar penampang kapal juga ditunjukkan elemen-
elemen bentuk-bentuk kapal. Definisi dari semua elemen bentuk
kapal tersebut adalah sebagaimana pada uraian berikut ini.

DWI APRILIANTO | D031191099 5


HIDROSTATIKA KAPAL

• Sheer
Sheer adalah kelengkungan horizontal geladak kapal, diukur
dari perbedaan tinggi berbagai posisi dan tinggi pada tengah
kapal, pada umumnya sheer bagian depan lebih tinggi dibanding
bagian belakang, desain kapal modern pada saat ini banyak kapal
yang tidak memiliki sheer
• Stern
Lengkung stern di bagian buritan dibuat sedemikian hingga
kemudi dan baling-baling kapal dapat ditempatkan dengan
sempurna.
• Stem
Bagian depan dari bidang simetri kapal yang menjadi
pertemuan antara kulit sisi kiri (port side) dan sisi kanan
(starboard side) kapal disebut stem.
• Entrance
Entrance diartikan sebagai sudut masuk air pada bagian
depan kapal. Sudut yang dimaksud adalah sudut pada ujung
depan penampang garis air, yakni sudut yang terbentuk antara
garis singgung dan sumbu simetri penampang garis air. Entrance
berefek terhadap hambatan kapal, hal mana, hambatan kapal
menjadi besar bila entrance-nya besar.
• Bottom
Bagian alas kapal disebut dengan istilah bottom. Kapal-
kapal yang berukuran besar umumnya bottom yang segaris
dengan horizontal. Bottom yang miring ke atas membentuk
sudut garis alas (base line) kapal dijumpai pada kapal-kapal yang
berukuran kecil.
• Rise of Floor

DWI APRILIANTO | D031191099 6


HIDROSTATIKA KAPAL

Elevasi atau tinggi kenaikan alas kapal disebut dengan


istilah rise of floor. Besaran rise of floor diukur di sisi bagian
tengah kapal, yakni jarak vertikal dari base line sampai pada titik
potong antara garis bottom dan garis sisi kapal.
• Radius Bilga
Garis lengkung menghubungkan alas dan sisi kapal
disebut bilga. Kapal yang mempunyai alas rata, lengkung
bilganya berupa garis seperempat lingkaran yang radiusnya
disebut dengan istilah bilge-radius.
• Sides
Bagian vertikal atau menghampiri vertikal
pada section disebut dengan istilah sides atau sisi. Kebanyakan
kapal mempunyai sisi yang tegak lurus terhadap penampang
garis airnya. Namun, beberapa kapal terutama kapal-kapal yang
berukuran kecil mempunyai sisi yang miring sehingga lebar
pada garis airnya lebih kecil dari lebar pada bagian geladaknya
• Chamber
Geladak kapal juga dibuat melengkung pada arah melintang
berupa elevasi bagian tengah geladak terhadap bagian sisinya.
Rasio antara elevasi dan lebar geladak disebut camber yang
biasanya bernilai 1/50.
• Point of Keel
Point of keel (titik lunas) yang biasanya dinyatakan dengan
simbol K adalah titik potong antara garis sumbu vertikal dan alas
pada midship section (bagian tengah kapal).
• Base Line
Base line (garis alas) adalah garis horizontal pada bidang
simetri kapal yang melalui titik lunas dan juga pada penampang

DWI APRILIANTO | D031191099 7


HIDROSTATIKA KAPAL

tengah kapal (midship section). Selain itu, garis ini digunakan


sebagai garis referensi perhitungan hidrostatik

Ukuran Utama
Panjang Kapal

Gambar 1.3 Gambar Pengukuran Panjang Kapal


➢ LOA (Lenght Over All) adalah panjang kapal yang diukur dari
ujung haluan dan ujung buritan pada sisi dalam kulit
➢ LBP (Length Between Perpendicular) adalah panjang antara
kedua garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang di ukur
pada garis air muat.
➢ LWL (Lengthof Water Line) adalah jarak mendatar antara ujung
garis muat ( garis air ) yang diukur dari titik potong dengan linggi
buritan sampai titik potongnya dengan linggi buritan dan linggi
haluan.
➢ AP (After Prependicular) adalah garis tegak buritan yang
letaknya pada linggi kemudi bagian belakang atau pada sumbu
poros kemudi.
➢ FP (Fore Prependicular) adalah garis tegak haluan yang
letaknya perpotongan antara linggi haluan dengan garis air muat.

Lebar Kapal (Breadth ) adalah jarak mendatar dari gading


tengah yang diukur pada bagian luar gading. ( tidak
termasuk tebal pelat lambung.

DWI APRILIANTO | D031191099 8


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.4 Gambar Ukuran Utama Kapal


Tinggi Kapal (Depth) adalah jarak tegak dari garis dasar
sampai garis geladak terendah, umumnya diukur di tengah-
tengah kapal.
Sarat Kapal (Draft) adalah Jarak tegak dari garis dasar sampai
pada garis air muat.
Amidship Tengah kapal adalah titik tengah antara garis tegak
haluan/FP dan garis tegak buritan/AP.
Midship section adalah station/section pada tengah
kapal/Amidship.
Lebar kapal/Breadth molded (Bmld) adalah lebar kapal m
olded yang diukur pada tengah kapal pada sisi luar gading/
sisi dalam kulit.
Tinggi molded/Depth molded (Dmld) adalah jarak vertikal
pada amidship yang diukur dari sisi atas Lunas/keel ke sisi
bawah pelat geladak pada tepi kapal.
Sarat molded/Draft molded (Tmld)adalah jarak vertical yang
diukur dari sisi atas Lunas/keel ke Garis air/WL.
Freeboard lambung bebas adalah jarak vertikal antara garis
air yang diijinkan dan sisi atas geladak pada tepi geladak
tengah kapal.

DWI APRILIANTO | D031191099 9


HIDROSTATIKA KAPAL

Koefisien Bentuk
Koefisien Blok (Cb)

Gambar 1.5 Gambar Koefisien Blok


Koefisien blok merupakan perbandingan antara isi karene
dengan isi suatu balok dengan panjang = LWL, Lebar = B dan
tinggi = T. Dari harga Cb dapat dilihat apakah badan kapal
mempunyai bentukyang gemuk atau ramping.Pada umumnya
kapal cepat mempunyai harga Cb yang kecil dansebaliknya kapal
– kapal lambat mempunyai harga Cb yang besar.

Koefisien Midship (Cm)

Gambar 1.6 Gambar Koefisien Midship


Koefisien Midship (Cm) adalah perbandingan luas
penampang gading besar yang terendam air dengan luas suatu
penampang yang berukuran B x T dimana Am adalah luas
midship, B adalah lebar kapal dan T adalah sarat kapal.

DWI APRILIANTO | D031191099 10


HIDROSTATIKA KAPAL

Koefisien Waterline (Cw)

Gambar 1.7 Gambar Koefisien Waterline


Koefisien Waterline (Cw) adalah perbandingan antara luas
bidang garis air muat (Awl)dengan luas sebuah persegi panjang
dengan panjang LWL dan lebar B.

Koefisien Prismatik Horizontal

Gambar 1.8 Gambar Koefisien Prismatik Horizontal


Koefisien prismatic memanjang dengan notasi Cp adalah
perbandingan antara volume badan kapal yang ada di
bawahpermukaan air ( Isi Karene ) dengan volume sebuah
prismadengan luas penampang midship ( Am ) dan panjang Lwl.
Jadi koefisien prismatik memanjang sama dengan koefisien
balok dibagi koefisien midship (Cb/Cm). Harga Cp pada
umumnya menunjukkan kelangsingan bentuk darikapal.Harga Cp
yang besar terutama menunjukkan adanya perubahan yang kecil
dari bentuk penampang melintang disepanjang Lwl.

DWI APRILIANTO | D031191099 11


HIDROSTATIKA KAPAL

Koefisien Prismatik Vertikal

Gambar 1.9 Gambar Koefisien Prismatik Vertikal


Koefisien Prismatik tegak dengan notasi Cpv
adalahperbandingan antara volume badan kapal yang ada
dibawahpermukaan air ( Isi Karene ) dengan volume sebuah
prismayang berpenampang Awl dengan tinggi = T.

Volume dan Displacement


Volume
Volume adalah bentuk badan kapal yang ada di bawah
permukaan air.Dengan catatan bahwa tebal kulit,tebal lunas
sayap,tebal daun kemudi,propeller dan perlengkapan lainnya kapal
yang terendam di bawah permukaan air tidak termasuk Carena.Isi
Carena adalah volume badan kapal yang ada di bawah permukaan air
(tidak termasuk kulit) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑉 = 𝐿 × 𝐵 × 𝑇 × 𝐶𝑏
Dimana :
V = Isi Karena
L = Panjang Karena
B = Lebar Karena
T = Sarat Kapal
Cb = Koefisien Blok

DWI APRILIANTO | D031191099 12


HIDROSTATIKA KAPAL

Displacement
Displacement adalah berat zat cair yang didesak atau digeser
oleh badan kapal yang beratnya sama dengan berat kapal secara
keseluruhan dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆= 𝑽 × 𝜸
∆= 𝑳 × 𝑩 × 𝑻 × 𝑪𝒃 × 𝑪 × 𝜸
Dimana :
𝛾 = massa jenis air laut (1,025)
𝐶 = koefisien berat tambahan (1,00675-1,0075)
2.1.2 Rencana Garis
Rencana garis air (lines plan) adalah gambar rencana garis dari
bentuk sebuah kapal. Dengan gambar ini kita dapat mengetahui bentuk
kapal yang direncanakan. Lines plan atau rencana garis merupakan
langkah selanjutnya dalam proses merancang suatu kapal dengan
berdasar pada data kapal yang diperoleh dari perancangan.

Sebelum mulai menggambar rencana garis harus mengetahui lebih


dahulu ukuran besar kecilnya kapal, seperti panjang, lebar maupun tinggi
badan kapal. Ukuran kapal tersebut menggunakan singkatan – singkatan
yang mempunyai arti tertentu walaupun dalam istilah bahasa inggris dan
penggunaannya sudah standart. Apabila seseorang hendak membuat
suatu kapal digalangan, maka pertama–tama yang harus dikerjakan
adalah pemindahan gambar rencana garis dari kertas gambar kelantai
(mould loft) dengan ukuran yang sebenarnya atau skala 1 : 1 karena dari
gambar rencana garis inilah kita dapat membentuk kapal yang akan
dibangun.
Dalam gambar rencana garis ini ada beberapa istilah atau pengertian
yang harus diketahui seperti yang diuraikan dibawah ini :
Garis air (Waterline)

DWI APRILIANTO | D031191099 13


HIDROSTATIKA KAPAL

Di umpamakan suatu kapal dipotong secara memanjang


(mendatar). Garis – garis potong yang mendatar ini disebut garis air
( water line ) dan mulai dari bawah diberi nama WL O,WL 1,WL
2,WL 3 dan seterusnya. Dengan adanya potongan mendatar ini
terjadilah beberapa penampang. Tiap – tiap penampang ini disebut
bidang garis air.
Garis dasar (Baseline)
Garis dasar (base line) adalah garis air yang paling bawah.
Dalam hal ini adalah garis air 0 atau WL 0. Atau kalau dilihat dari
bidang garis air, maka proyeksi base line adalah bidang garis air 0.
Garis air ini ( WL 0 ) / garis dasar ini letaknya harus selalu datar.
Pada kapal – kapal yang direncanakan dalam keadaan datar (even
keel).
Garis muat ( Load water line)
Garis muat adalah garis air yang paling atas pada waktu kapal
dimuati penuh dengan muatan.Tinggi garis muat ( T ) diukur persis
di tengah – tengah kapal ( Midship ).
Garis Geladak Tepi ( Sheer line)
Dalam gambar rencana garis, garis geladak tepi adalah garis
lengkung dari tepi geladak yang di tarik melalui ujung atas dari balok
geladak. Kalau kita melihat garis geladak tepi dari gambar diatas,
maka terlihat bahwa jalannya garis sisi tersebut adalah menanjak naik
dihaluan maupun di buritan.
Cara Menentukan Garis Geladak Tepi ( Sheer Line ) adalah
sebagai berikut.
1. Panjang pada dari AP sampai FP dibagi menjadi 6 bagian yang
sama seperti pada gambar dibawah ini:

DWI APRILIANTO | D031191099 14


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.10 Gambar Pembagian Sheer Line


2. Pembagian panjang kapal tersebut masing – masing : 1/6L
dariAP, 1/3 L dari AP, midship, 1/3 L dari FP dan 1/6 L dari FP.
3. Selanjutnya pada midship ukurkan tinggi kapal (H)
4. Kemudian pada ketinggian H ditarik garis datar sejajar
dengangaris dasar ( base line ), sedemikian rupa sehingga
memotong garis tegak yang ditarik melaluititik AP, 1/6 L dari
AP, 1/3 Ldari AP midship, 1/3 L dari FP, 1/6 L dari FP dan FP
5. Dari perpotongan antara garis datar yang ditarik sejajar dengan
base line setinggi H pada midship tadi dengan garis tegak yang
ditarik melalui titik-titik AP, diukurkan tinggi sheer standart
sebagai berikut ( dalam mm ) :
𝐿
Ap = 25 × (3 + 10)
𝐿
1/6 L dari AP = 11,1 × (3 + 10)
𝐿
1/3 L dari AP = 2,8 × (3 + 10)

Midship =0
𝐿
Fp = 5,6 × (3 + 10)
𝐿
1/6 L dari Fp = 22,2 × (3 + 10)
𝐿
1/3 L dari Fp = 50 × (3 + 10)

Midship =0

DWI APRILIANTO | D031191099 15


HIDROSTATIKA KAPAL

6. Kemudian dari titik-titik tersebut diatas dibentuk garis yang


stream line, menanjak naik kedepan dan kebelakang.
Garis Geladak tengah (Camber)
Tinggi 1/50 B dari garis geladak tepi diukur pada centre line dari
kapal disebut camber. Lengkungan dari camber kesisi kiri kanan
lambung kapal dan berhenti pada titik garis geladak tepi disebut garis
lengkung geladak.
1. Pertama – tama kita menggambar garis geladak tepi sesuai
dengan petunjuk diatas.
2. Kemudian dari masing – masing titik pada garis geladak tepi
sesuai dengan pembagian AP, 1/6 L dari AP, 1/3 L dari AP dan
seterusnya kita ukurkan keatas harga – harga dari 1/50 B ( B
=adalah lebar kapal setempat pada potongan AP, 1/6 L dari
AP,1/3 L dari AP dan seterusnya).
3. Titik tersebut kita hubungkan satu sama lain sehingga terbentuk
gambar garis geladak tengah seperti pada gambar.

Gambar 1.11 Gambar Garis Geladak Tengah

DWI APRILIANTO | D031191099 16


HIDROSTATIKA KAPAL

Tinggi 1/50 B dari garis geladak tepi diukur pada centre line dari
kapal disebut camber. Lengkungan dari camber kesisi kiri kanan
lambung kapal dan berhenti pada titik garis geladak tepi disebut garis
lengkung geladak. Dalam menentukan camber pada potongan
melntang dapat dilaksanakan dengan dua cara :
Cara 1.
Gambar diatas adalah salah satu potongan melintang kapal pada
salah satu gading :
1. Dari geladak tepi setinggi H (tinggi kapal ) ditarik garis tegak
lurus centre line, dimana garis ini adalah setengah lebar kapal (
B/2 ).
2. Selanjutnya dari titik 0 ( nol ) yaitu perpotongan antara garis
centre line dengan garis datar yang ditarik dari salah satu titik
pada garis geladak tepi dari gading yang bersangkutan kita

DWI APRILIANTO | D031191099 17


HIDROSTATIKA KAPAL

membuat setengah lingkaran dengan jari – jari h = 1/50 B ( B


adalah lebar gading yang bersangkutan ). ( lihat gambar a )
3. Pada bagian ¼ lingkaran ( busur lingkaran kita bagi menjadi 6
bagian yang sama, sehingga pada gambar kita mendapatkan titik
– titik 1,2,3 sampai 6.
4. Selanjutnya setengah lingkaran yang berimpit dengan garis datar
yang ditarik tegak lurus dengan centre line kita bagi menjadi 6
bagian yang sama juga, sehingga kita dapatkan titik – titik 1,2,3
sampai 6.
5. Kemudiankita hubungkan titik 1 pada busur lingkaran dengan
titik 1 pada garis datar, titik 2 pada busur lingkaran dengan titik
2 pada garis datar dan seterusnya. ( lihat gambar B ).Sehingga
mendapatkan panjang X1, X2 dan seterusnya.
6. Pada panjang B/2 dbagi menjadi 6 bagian dan letakkan titik –
titik 1,2,3 sampai 6
7. Melalui titik – titik tersebut tarik garis – garis tegak lurus.
8. Ukurkan panjang garis X1 pada garis tegak lurus yang ditarik
melalui titik 1, X2 pada garis tegak lurus yang ditarik melalui
titik 2 dan seterusnya sehingga mendapatkan garis tegak yang
mempunyai ketinggian yang berbeda.
9. Dari ketinggian garis tegak yang berbeda tersebut kita
hubungkan dengan garis sehingga mendapatkan lengkungan
garis tengah geladak. ( lihat gambar c ).

Waterline ( Potongan memanjang kapal secara horizontal)


Misalkan suatu kapal dipotong secara memanjang dengan arah
mendatar atau horizontal. Pada potongan ini terlihat dua dimensi
yaitu dimensi panjang (L) dan dimensi lebar (B)

DWI APRILIANTO | D031191099 18


HIDROSTATIKA KAPAL

Buttock line ( Garis tegak potongan memanjang)


Diumpamakan suatu kapal dipotong – potong tegak memanjang
kapal. Penampang kapal yang terjadi karena pemotongan ini disebut
bidang garis tegak potongan memanjang.
Penampang kapal yang terjadi karena pemotongan ini disebut
bidang garis tegak potongan memanjang.Cara menentukan garis
tegak potongan memanjang ( BL ) ini pada gambar rencana garis
adalah sebagai berikut :
Misalnya akan mengambarkan BL I yaitu bagaimana
mengetahui bentuk bidang garis tegak potongan memanjang sesuai
dengan potongan I yaitu berjarak aterhadap centre line.
1. Pertama – tama yang dikerjakan ialah memotong BL I pada
gambar bidang garis air berjarak ajuga dari centre line. Garis ini
akan memotong garis air 1, 2, 3, 4, 5, UD, FD dan bulwark pada
titik A, B, C, D, E, F, G dan H.
2. Titik – titik tersebut kita proyeksikan ke atas dimana titik A
memotong WL 1 di titik A1, titik B memotong Wl 2 di titik
B1,titik c memotong WL di titik C1 dan seterusnya. ( lihat
gambar ).
3. Selanjutnya pada gambar garis tegak potongan melintang ( pada
BODY PLAN ) dimana BL 1 tadi telah kita potong berjarak a
dari centre line , ukurkan harga – harga x1, x2, x3 dan x4 ini dari
basis ( garis dasar ) masing – masing pada station 9 ¼ ,station 9
½ , station 9 ¾ ,dan station FP.
4. Jika titik – titik A, B s/d H dan titik – titik ketinggian X1, s/d X
4 kita hubungkan maka terbentuklah garis lengkung yang laras
dan garis ini adalah garis tegak potongan memanjang I ( BL I
).Untuk BL II, BL III dan seterusnya dapat diperoleh dengan cara
yang sama. Pemberian nomor untuk BL ini dimulai dari centre

DWI APRILIANTO | D031191099 19


HIDROSTATIKA KAPAL

line, dimana centre line ini sendiri adalah garis tegak potongan
memanjang (BL 0).

Station atau ordinat (Garis tegak potongan melintang)


Garis tegak potongan melintang adalah garis kalau
diumpamakan suatu kapal dipotong-potong tegak melintang.
Penampang kapal yang terjadi karena pemotongan ini disebut bidang
garis tegak melintang.
1. Gading Ukur (Ordiat atau station)
Pada umumnya pada saat merencanakan kapal, panjang
kapal dibagi 10 atau 20 bagian yang sama dimana garis tegak
yang membatasi bagian ini disebut gading ukur atau station.
Gading ukur diberi nomor 1 sampai 10 atau 1 sampai 20 dimulai
dari kiri Gading ukur dengan nomor 0 atau AP adalah tepat pada
garis tegak belakang atau after perpendicular ( AP ) sedangkan
gading ukur dengan nomor 10 atau 20 adalah tepat pada garis
tegak haluan atau fore prependicular ( FP ). Jumlah bagian dari
gading ukur genap agar mempermudah dalam perhitungan.
Dalam proses pembuatannya pembagian 0 sampai 10 bagian ini
umumnya masing-masing bagian masih dibagi lagi menjadi
bagian kecil. Terutama hal ini dilakukan pada ujung haluan dan
bentuk belakang kapal mengingat bahwa bagian ini garis air
kapal melengkung. Sehingga untuk membuat lengkungan
tersebut cukup selaras diperlukan beberapa titik yang cukup
berdekatan.
2. Gading nyata
Gading nyata diperoleh dengan mengukur dari rencana garis
yang dibentuk melalui gading ukur. Dalam proses
pembuatannya biasanya gading nyata diukur pada gambar

DWI APRILIANTO | D031191099 20


HIDROSTATIKA KAPAL

rencana garis lalu hasilnya pengukuran digambar langsung pada


lantai gambar ( Mould loft) dengan skala satu-satu ( 1 : 1 ). Dari
gambar dengan skala 1 : 1 ini dapat dibuat mal dari masing-
masing gading untuk kemudian dengan mal tersebut dapat
membentuk gading gading nyata dari kapal digalangan. Pada
mould loft semua potongan gading harus digambarkan yaitu
sesuai dengan banyaknya gading yang akan dipasang ada kapal
tersebut. Semua dari potongan gading nyata ini harus dibuatkan
malnya untuk dikerjakan.

Diagonal Sent
Garis sent adalah garis yang ditarik pada salah satu atau beberapa
titik yang ada pada garis tengah ( centre line ) membuat sudut dengan
garis tengah. Adapun kegunaan dari garis senta dalah utuk
mengetahui kebenaran dari bentuk gading ukur yang masih kurang
baik atau kurang streamline, maka bentuk dari garissent ini juga
kurang streamline.

Cara menentukan dan membuat garis sent :


1. Pertama-tama menarik garis dari titik M yang ada pada garis
centre line dan menyudut terhadap garis tersebut, sehingga
memotong garis ukur ( Station ) 8, 8 ½, 9, 9 ¼, 9 ½, 9 ¾ dan
stasion FP dititik A, B, C, D, E, F, dan G.
2. Kemudian harga MA, MB, MC, MD, ME, MF dan MG diukur
pada pembagian gading ukur 8, 8 ½, 9, 9 ¼, 9 ½, 9 ¾, dan FP
sehingga mendapat titik A1, B1, C1, D1, E1, F1 dan G1. Titik
tersebut dihubungkan, maka akan mendapatkan garis sent yang
bentuknya harus streamline.

DWI APRILIANTO | D031191099 21


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.12 Gambar Sent Line

Sheer Plan (Pandangan Samping)


Sheer plan merupakan penampakan bentuk kapal jika kapal
dipotong kearah tegak sepanjang badan kapal. Pada kurva ini
diperlihatkan bentuk haluan dan buritan kapal, kanaikan deck dan
pagar. Garis tegak yang memotong kapal dapat diketahui apakah
garis air yang direncanakan sudah cukup baik atau tidak.

Langkah awal

1. Membuat garis dasar ( base line ) sepanjang kapal.


2. Membagi panjang kapal ( LPP ) menjadi station-station AP,
¼,½ , ¾ , 1…9 ¾, FP
3. Membuat garis air ( WL 0, WL 1, WL 3 dan seterusnya)
4. Menentukan tinggi geladak ( D )
5. Membagi panjang kapal ( LPP ) menjadi 6 bagian sama
panjang mulai dari AP Sampai FP
6. Menentukan kelengkungan sheer berdasarkan rumus sheer
standar.

DWI APRILIANTO | D031191099 22


HIDROSTATIKA KAPAL

Pada daerah haluan

1. Menentukan garis forecastle deck diatas upper side line


dengan ketinggian sesuai ukuran yang telah ditentukan.
2. Menentukan bulwark sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan.
3. Membuat kemiringan linggi haluan.
4. Menentukan garis tengah geladak ( tinggi camber )
sesuairumus yang telah ditentukan.
Pada daerah buritan

1. Menentukan poop deck side line (garis geladak timbul)


sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan.
2. Membuat bentuk linggi sesuai ukuran.
3. Menentukan garis tengah geladak (tinggi camber) pada
upperdeck dan poop deck sesuai rumus.

Buttock line ( Menggambar garis potongan memanjang)


Hal yang perlu diperhatikan saat menggambar buttock adalah
potongan buttock line dengan gading ukur ( Station ) pada body plan
dan potongan buttock line dengan waterline pada gambar pandangan
atas.

Body Plan (Pandangan depan dan belakang)


Body plan merupakan bagian dari rencana garis yang
mempelihatkan bentuk kapal jika kapal dipotong tegak melintang.
Dari gambar terlihat kelengkungan gading-gading (station-station).
Kurva ini digambar satu sisi yang biasanya sisi kiri dari kapal
tersebut. Bagian belakang dari midship digambar di sisi kiri dari
centre line, bagian depan di sebelah kanan

DWI APRILIANTO | D031191099 23


HIDROSTATIKA KAPAL

Langkah pengerjaan yaitu :

1. Gambar body plan diletakan ditengah-tengah ( Midship ).


2. Membuat garis-garis WL sesuai kebutuhan
3. Menentukan lebar kapal sesuai ukuran utama kapal
4. Menentukan rise of floor ( Kemiringan dasar kapal )
5. Membuat garis BL ( Buttock Line )
6. Menggambar bentuk gading ukur ( Station ) sesuai tabel yang
diberikan.

Half Breadth Plan ( Pandangan atas)


Half breadth plan atau rencana dari setengah lebar bagian yang
ditinjau dari kapal, ini diperoleh jika kapal dipotong kearah mendatar
sepanjang badan kapal, dan gambar ini akan memperlihatkan bentuk
garis air untuk setiap kenaikan dari dasar (terutama kenaikan setiap
sarat).

Langkah Pengerjaan :
1. Membuat garis centre line
2. Menentukan garis pembagian gading ukur ( Station )
3. Membuat buttock line dengan jarak tertentu
4. Membuat garis air ( Water Line ) di pandang dari atas dengan
cara pemindahan ukuran ukurannya dari body plan
5. Mengecek bentuk – bentuk gading ukur dengan membuat garis
sent ( garis diagonal )

Radius Bilga
Bilga adalah kelengkungan pada sisi kapal terhadap base
line.Radius bilga adalah jari-jari pada bilga. Radius bilga tanpa rise
of floor dapat dihitung dengan rumus :

DWI APRILIANTO | D031191099 24


HIDROSTATIKA KAPAL

𝐵 × 𝐶𝑘
𝑅= 𝐿
+ (4 × 𝐶𝑏 2 )
𝐵

Dimana
Ck = 0,5 – 0,6
Ck = 0,5
B = Lebar Kapal (m)
L = Panjang Kapal (m)
Cb = Koefisien Blok

2.2 Hidrostatika Kapal


2.2.1 Dasar-Dasar Hidrostatika Kapal
1. Metasentra dan titik dalam bangunan kapal
Titik Berat (Centre of Gravity)
Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik
tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik
beratnya adalah perpotongan antara garis berat segitiga
tersebut. Demikian pula dari sebuah kubus yang homogen, titik
berat kubus adalah titik potong antara dua diagonal ruang
kubus.

Gambar 1.13 Gambar Titik Berat Berbagai Benda


Kapal juga memiliki titik berat yaitu titik tangkap gaya
berat dari kapal. Titik berat kapal biasanya ditulis dengan huruf

DWI APRILIANTO | D031191099 25


HIDROSTATIKA KAPAL

G dan titik G ini merupakan gaya berat kapal W bekerja


vertikal ke bawah. Jarak vertikal terhadap titik berat G terhadap
keel (lunas) ditulis KG. Kedudukan memanjang dari titik berat
G terhadap penampang tengah kapal (midship) ditulis G.

Gambar 1.14 Titik Tangkap Gaya Berat Kapal

Di samping cara tertentu untuk menghitung letak titik G,


maka titik KG dan B dapat dihitung sebagai berikut:
∑ 𝑊ℎ
𝐾𝐺 =
∑𝑊
dimana
W = berat komponen
h = jarak vertikal atau horizontal titik berat terhadap
keel atau midship
Wh = momen komponen berat
Titik berat G sangat tergantung pada konstruksi kapal itu
sendiri. Letak titik G tetap selama tidakada penambahan,
pengurangan atau pergeseran muatan.

Titik Tekan ( Centre of Buoyancy)


Pada sebuah benda yang terapung di air, maka benda
tersebut akan mengalami gaya tekan ke atas. Demikian pada
sebuah kapal yang akan mengalami gaya tekan ke atas.
Resultan gaya tekan ke atas oleh air ke badan kapal pada bagian

DWI APRILIANTO | D031191099 26


HIDROSTATIKA KAPAL

yang terendam air akan melalui titik berat dari bagian kapal
yang masuk ke dalam air. Titik Berat dari bagian kapal yang
berada di bawah permukaan air di sebut titik tekan. Untuk
sebuah ponton, titik tekannya adalah titik berat bagian yang
tercelup ke dalam air yang merupakan perpotongan diagonal
dari bagian ponton yang tercelup.
Titik tekan ditulis dengan huruf B, titik tekan pada
kedudukan vertikal di tulis dengan KB dan pada kedudukan
memanjang terhadap midship ditulis ϕB atau LCB.
Menurut hukum Archimedes besarnya gaya tekan ke
atas adalah volume kapal yang terendam air dikalikan dengan
berat jenis zat cair.
Gaya tekan ke atas = γV
Dimana
γ = Berat jenis zat cair
V = Volume kapal yang terendam air
Pada sebuah kapal yang terapung, tiitk tekan terletak
pada satu vertikal dengan titik berat kapal dan besar gaya berat
kapal sama dengan gaya tekan. Karena letak titik tekan
tergantung dari bentuk bagian kapal yang masuk ke dalam air,
maka titik tekan kapal akan berubah letaknya kalau kapaloleh
gaya luarmengalami oleng atau trim.

DWI APRILIANTO | D031191099 27


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.15 Titik Tekan Kapal Tegak

Gambar 1.16 Titik Tekan Kapal Oleng

Dimana
B = Titik tekan
Bφ = Titik tekan setelah kapal oleng
γV = Gaya tekan keatas ( ton )
Bθ = Titik tekan setelah kapaltrim
G = Titik berat kapal
W = Gaya berat kapal ( ton )

DWI APRILIANTO | D031191099 28


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.17 Gambar Titik Tekan Kapal Tegak

Gambar 1.18 Gambar Titik Tekan Kapal Dala Kondisi Trim

Titik Berat Garis Air (Centre of Floatation)


Titik berat garis air adalah titik berat dari bidang garis air
pada sarat kapal dimana kapal sedang terapung. Kapal
mengalami trim dimana sumbunya melalui titik berat garis air.
Titik berat garis air di tulis dengan huruf F ini pada kedudukan
memanjang terhadap penampang tengah kapal (midship)
ditulis dengan ϕF.
ϕF = momen statis bidang garis air terhadap midship/ luas
garis air

Gambar 1.19 Gambar F Adalah Titik Berat Garis Air

DWI APRILIANTO | D031191099 29


HIDROSTATIKA KAPAL

Momen inersia melintang adalahmomen inersia terhadap


sumbu x. Harga I dalam m4 sedang V dalam m3 jadi satuan
untuk BM adalah meter. Karena I dan V selalu positif, maka
harga BM juga selalu positif, atau dengan perkataan lain letak
titik M selalu di atas titik tekan B. Untuk sebuah ponton yang
terbentuk kotak dengan panjang L, lebar B dan sarat T.
𝑉 =𝐿×𝐵×𝑇
Momen inersia untukgaris airberbentuk empat persegi
panjang adalah:
𝐼 = 1⁄12 × 𝐿 × 𝐵 3

(1⁄12 × 𝐿 × 𝐵 3 )
𝐵𝑀 =
𝐿×𝐵×𝑇
2
𝐵𝑀 = 𝐵 ⁄12 × 𝑇

Gambar 1.20 Gambar Momen Inersia Melintang


Jari-jari metacentra memanjang adalah jarak antara titik
tekan B pada kedudukan kapal tegak dengan metacentra
memanjang ML. Jari-jari metacentra memanjang ditulis BML.
BML = momen inersia memanjang dari garis air/
volume kapal sampai garis air tersebut
BML = IL/V
BML = jari-jari metacentra memanjang

DWI APRILIANTO | D031191099 30


HIDROSTATIKA KAPAL

IL = momen inersia memanjang, yaitu momen


inersia yang bekerja pada sumbu yang melalui
titik berat luas bidang garis air (F)
V = volume
Momen inersia memanjang adalah momen inersia
terhadap sumbu trim yang melalui titik berat luas bidang garis
air pada tengah kapal (midship). Setelah itu menghitung
momen inersia memanjang terhadap sumbu melintang yang
melalui titik berat bidang garis air yaitu momen inersia
terhadap midship dikurangi hasil perkalian antara jarak kuadrat
kedua sumbu dengan luas bidang garis air.
𝐼𝐿 = 𝐿𝑦 − (𝐹)2 𝐴
Dimana,
IL = momen inersia memanjang terhadap sumbu
melintang yang melalui titik berat bidang garis
air (F)
ϕF = jarak sumbu
Ly = momen inersia terhadap midship (sumbu y)
A = luas bidang garis air
BM dalam meter, dan titik ML selalu di atas B. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tinggi metacentra melintang (M) terhadap
B (centre of buoyancy) adalah I/V atautinggi metacentra
memanjang terhadapa B (centre of buoyancy) adalah IL/V.
Dengan demikian tinggi metacentra melintang maupun
memanjang terhadap lunas kapal (keel) dapat dihitung yaitu:
𝐾𝑀 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀
𝐾𝑀𝐿 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀𝐿
KB = tinggi centre of buoyancy terhadap lunas.

DWI APRILIANTO | D031191099 31


HIDROSTATIKA KAPAL

Dengan mengetahui tinggi KM dan KML, apabila harga


KG atau tinggi berat kapal dari lunas (keel) diketahui, maka
kita dapat menghitung harga atu tinggi metacentra melintang
maupun tinggi metacentra memanjangnya.
𝑀𝐺 = 𝐾𝑀 − 𝐾𝐺 atau 𝑀𝐺 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀 − 𝐾𝐺
𝑀𝐿𝐺 = 𝐾𝑀𝐿 − 𝐾𝐺 atau 𝑀𝐿𝐺 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀𝐿 − 𝐾𝐺
Di dunia perkapalan yang perlu mendapat perhatian adalah
harga MG yaitu nilainya harus positif, dimana M harus terletak
di atas G atau KM harus lebih besar dari KG.

Gambar 1.21 Gambar Benda yang Melayang


Untuk benda yang melayang di dalam air, maka garis air
benda tidak ada. Jadi harga I dan IL adalah nol sehingga dengan
demikianBM dan BML adalah nol.
𝐼𝐿 = 1⁄12 𝐿3 𝐵

(1⁄12 𝐿3 𝐵)
𝐵𝑀𝐿 =
𝐿×𝐵×𝑇
2
𝐵𝑀𝐿 = 𝐿 ⁄12 𝑇
Tinggi metacentra ( Metacentric Height )
Metacentra merupakan titik maya dimana seolah-olah
merupakan titik pusat ayunan pada bandul atau pendulum.
Tinggi metacentra ditulis dengan MG. Kita mengenal tinggi

DWI APRILIANTO | D031191099 32


HIDROSTATIKA KAPAL

metasentra melintang dan tinggi metasentra memanjang.


Tinggi metacentra melintang adalah jarak antara titik berat
kapal G dengan metacentra M.

Gambar 1.22 Gambar Tinggi metasentra GM

𝑀𝐺 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀 − 𝐾𝐺
𝐾𝐵 = 𝐾𝐵 + (𝐼⁄𝑉 ) − 𝐾𝐺
Dimana :
KB = tinggi titik tekan di atas lunas (keel)
KG = tinggi titik berat kapal di atas lunas (keel)
I = momen inersia melintang garis air
V = volumekapal sampai sarat tersebut
Titik metacentra positif kalau titik M di atas G
Titik metacentra negatif kalau titik M di bawah G
Titik metacentra nol kalau titik M dan G berhimpit
Tinggi metacentra memanjang adalah jarak antara titik
berat kapal G dengan titik metacentra memanjang ML.

Gambar 1.23 Gambar Tinggi metasentra GM

DWI APRILIANTO | D031191099 33


HIDROSTATIKA KAPAL

𝑀𝐺 = 𝐾𝑀𝐿 − 𝐾𝐺
𝑀𝐺 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀𝐿 − 𝐾𝐺
𝐾𝐵 = 𝐾𝐵 + (𝐼𝐿⁄𝑉 ) − 𝐾𝐺

KB = tinggi titik tekan di atas lunas (keel)


KG = tinggi titik berat kapal di atas lunas (keel)
I = momen inersia dari garis terhadap sumbu melintang
yang melalui titik berat garis air F
V = volume kapal sampai sarat tersebut
Karena harga IL besar, maka harga MLG selalu positif jadi
titik ML selalu di atas G.

2.2.2 Kurva Hidrostatik


1. Lengkung-Lengkung Hidrostatik
Sebuah kapal yang mengapung tegak, lengkungan (grafik
hidrostatik) digunakan untuk menunjukkan karakteristik (sifat-sifat)
dari badan kapal terutama di bawah garis air.
Pada gambar pertama digambarkan lengkungan hidrosatik dan
gambar kedua yaitu lengkung bonjean. Cara yang paling umum untuk
menggambar lengkung-lengkung hidrostatik adalah adalah dengan
membuat dua buah sumbu yang saling tegak lurus. Sumbu yang
mendatar dipakai sebagai garis datar sedangkan sumbu tegak
menunjukkan sarat kapal dan dipakai sebagai tititk awal pengukuran
dari lengkung-lengkung hidrostatik.
Tetapi ada beberapa lengkung dimana titik awal pengukuran
dimulai pada sumbu tegak yang ditempatkanagak disebelah kanan
gambar. Karena ukuran-ukuran kapal yang digunakan untuk
menghitung lengkung-lengkung hidrostatik diambil dari gambar

DWI APRILIANTO | D031191099 34


HIDROSTATIKA KAPAL

rencana garis, dimana pada gambar ini adalah keadaan kapal tanpa
kulit.
Maka didalam menentukan tinggi garis-garis air pada gambar
hidrostatik harus diperhitungkantebal pelat lunas (keel).Garis-garis
air di bagian bawah dibuat lebih rapat untuk mendapatkan
perhitungan yang teliti karena di bagian ini terjadi perubahan bentuk
kapal yang agak besar.Lengkung-lengkung hidrosatik ini
digambarkan sampai pada sarat air kapal dan berlaku untuk kapal
tanpa trim.

Gambar 1.24 Gambar Lengkung Hidrostatik


Lengkung Luas Garis Air
Lengkungan ini menunjukkan luas bidang garis air dalam
meter persegi untuk tiap bidang garis sejajar dengan bidang
dasar. Ditinjau dari bentuk alas dari kapal, maka kita mengenal
tiga macam kemungkinan bentuk lengkung luas garis air:
1. Bentuk lengkung Aw untuk kapal dalam keadaan even keel
dan menjumpai kenaikan alas (rise of floor) sehingga pada
garis 0, luas bidang garis air tersebut adalah nol.

DWI APRILIANTO | D031191099 35


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.25 Gambar Lengkung Luas Garis Air


dalam Keadaan Even Keel Kenaikan Alas
2. Bentuk lengkung Aw untuk kapal dalam keadaan even keel
dan dengan alas rata (flat bottom) sehingga pada garis 0,
lengkung luas garis air mempunyai harga yaitu luas bidang
alas rata tersebut.

Gambar 1.26 Gambar Lengkung Luas Garis


Dalam Keadaan Even Keel Alas Rata
3. Bentuk lengkung Aw untuk kapal dengan alas miring,
segingga pada garis air 0, lengkung lunas garis air
mempunyai besaran. Sedang tiitk awal dari lengkung garis
air dimana luas garis air adalah nol mulai dari A, titik
terdalam dari kapal.

Gambar 1.27 Gambar Lengkung Luas Garis Kapal


Dengan Alas Miring

DWI APRILIANTO | D031191099 36


HIDROSTATIKA KAPAL

Lengkung Volume Karena (V), Displacement di air tawar (Df),


dan Displacement di air laut (Ds)

Lengkungan-lengkungan ini menunjukkan volume bagian


kapal yang masuk dalam air tanpa kulit dalam m3. Displacement
kapal dengan kulit di dalam air tawar (massa jenis = 1,000)
dalam ton dan displacement kapal dengan dengan kulit di dalam
air laut (massa jenis = 1,025) dalam ton, untuk tiap-tiap sarat
kapal.

Gambar 1.28 Gambar Lengkung Volume Karene


Gambar lengkung-lengkung hidrostatik untuk lengkung V,
Df, Ds pada sumbu tegak dapat dibaca sarat kapal dalam meter
atau nomor garis air (WL). Sedang pada sumbu mendatar di
bawah menunjukkan panjang mendatar dalam centimeter
dimana kalau panjang mendatar dalamm centimeter diketahui,
kemudian dikalikan skala dari lengkung, maka dapat diketahui
nilai V, Df, Ds.
Lengkung di atas merupakan volume dari bagian bawah
kapal yang masuk ke dalam air. Untuk kapal baja adalah volume
kapal kulit yang dihitung dari gambar rencana garis. Sedangkan

DWI APRILIANTO | D031191099 37


HIDROSTATIKA KAPAL

unutk kapal kayu adalah volume dari badan kapal sampai dengan
kulit.
Lengkungan yang di tengah adalah lengkungan
displacement dalam air tawar (Df) dalam ton. Jadi kelengkungan
Df adalah hasil penjumlahan volume kapal tanpa kulit dengan
volume kulit, dikalikan dengan massa jenis air tawar (1,000).
𝐷𝑓 = (𝑉 + 𝑉𝑜𝑙. 𝐾𝑢𝑙𝑖𝑡) × 1,000

Lengkungan Ds menunjukkan displacement (ton) dalam air


laut (massa jenis air)

𝐷𝑠 = 𝐷𝑓 × 1,025

Untuk perhitungan Df dan Ds secara lebih teliti, sering


penambahan volume kulit juga ditambahkan tonjolan-tonjolan
seperti kemudi, baling-baling, penyokong baling-baling, lunas
bilga dan lain-lain.

Untuk sarat kapal yang sama displacement kapal dalam air


tawar adalah lebih kecil dari displacement kapal dalam air laut.
Untuk displacement yang sama, kapal di dalamair lautakan
mempunyai sarat yang lebih kecil daripada kapal berada di
dalam air tawar.

Lengkung-lengkung ini dapat digunakan untuk menghitung


V, Df,Ds kalau sarat kapal diketahui, atau sebaliknya untuk
menghitung sarat kapal kalau salah satu dari V, Df, dan Ds
diketahui.Untuk menghitung volume karene dapat dihitung
dengan dua cara:

DWI APRILIANTO | D031191099 38


HIDROSTATIKA KAPAL

Dengan menggunakan luas garis air; kalau lengkung luas


garis air sampai sarat tertentu misalnya T. Kita hitung luasnya,
maka hasil yang di dapat adalah volume karene sampai sarat T
tersebut.

Gambar 1.29 Luas Garis Air

Dengan menggunakan luas penampang lintang; lengkung


penampang merupakan suatu lengkung dari luas tiap-tiap station
( gading) pada garis air tertentu. Jadi kalau luas bidang lengkung
penampang melintang kita hitung, maka akan terdapat volume
karene sampai garis air yang bersangkutan.

Gambar 1.30 Gambar Bidang Lengkung Penampang Lintang

DWI APRILIANTO | D031191099 39


HIDROSTATIKA KAPAL

Lengkung Luas Permukaan Basah (WSA)

Dari sebuah kapal yang terapung di air sampai suatu garis


air dimana terdapat permukaan badan kapal yang tercelup. Luas
dari permukaan badan kapal yang berhubungan langsung dengan
air tersebut, disebut luas permukaan basah.( Wetted Surface
Area ) Jadi lengkung luas permukaan basah menunjukkan
permukaan badan kapal yang tercelup untuk tiap-tiap sarat kapal.

Gambar 1.31 Gambar Lengkung luas Permukaan Basah

Gambar diatas menunjukkan bentuk lengkung luas


permukaan basah (A) dari sebuah kapal dalam keadaan even keel
dan dengan alas rata (flat bottom). Jadi pada garis air WLO,
lengkung luas permukaan basah mempunyai harga sebesar luas
bidang alas rata tersebut. Luas permukaan basah dipergunakan
untuk menentukan jumlah kebutuhan cat untuk mengecat bagian
bawah dari kapal. Juga bila luas permukaan basah ditambahkan
dengan luas kulit kapal diatas sarat, akan kita dapatkan luas
seluruh pelat kulit, sehingga perkiraan berat pelat kulit dapat
dihitung setelah tebal dan berat jenis pelat diketahui. Untuk
menghitung luas permukaan basah, kita dapat mengambil

DWI APRILIANTO | D031191099 40


HIDROSTATIKA KAPAL

ukuran-ukuran permukaan yang dibasahi oleh air dari gambar


rencana garis. Kita bentangkan setiap lengkungan station sampai
garis air tertentu yang ada pada gambar body plan dari rencana
garis. Untuk ini dapat digunakan lajur kertas atau lajur kayu yang
mudah dibengkokkan.Bentangan tiap station dari center line
sampai garis air yang diminta kita sebut half girth dari station
tersebut. Half girth dari stationstation itu kita gambarkan sebagai
ordinat pada setiap nomor station yang sesuai sepanjang kapal.
Bila luas bidang seperti pada gambar diatas kita hitung luasnya
maka didapat luas permukaan basah.

Gambar 1.32 Gambar Half Girth Station

Tetapi untuk perhitungan yang lebih teliti, disamping


bentangan half girth, kita juga harus membentangkan garis air,
hal ini untuk memperkecil kesalahan terutama pada bagian ujung
dari kapal.Ini terlihat pada gambar diatas dimana bentangan
permukaan basah antara WL2 dan WL4 untuk bagian ujung
kapal.

DWI APRILIANTO | D031191099 41


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.33 Gambar Bentang Permukaan Basah

Bentangan permukaan basah antara WL2 dan WL4 sebelum


garis air no. 4 dibentangkan.

Bentangan permukaan basah antara WL2 dan WL4 setelah


garis air no. 3 dibentangkan.

Gambar 1.34 Gambar Bentang Garis Air

Untuk mendapatkan hasil luas permukaan basah yang paling


mendekati keadaan sebenarnya, kita bentangkan garis air yang
ada diantara WL2 dan WL4. Jadi kita bentangkan garis air No. 3
pada sebuah garis lurus mulai dari midship (station 5) sehingga

DWI APRILIANTO | D031191099 42


HIDROSTATIKA KAPAL

station 6, 7,8, 9, 9 ½ bergeser menjadi station 6’, 7’, 8’, 9’, 91/2’
dan bentangan half girth antara WL2 dan WL4 kita ukurkan pada
station yang telah digeser itu.
Lengkung titik berat garis air terhadap penampang tengah kapal
(F)
Lengkung ini menunjukkan jarak titik berat garis air ϕF (
centre of floatation) terhadapa penampang tengah kapal untuk
tiap-tiap sarat kapal. Bila kapal mempunyai kenaikan alas, maka
F untuk sarat nol adalah jarak titik tengah keel ke penampang
tengah kapal. Sedang untuk kapal dengan alas rata, F untuk sarat
nol adalah jarak titik berat dari bidang alas rata itu ke penampang
tengah kapal.

Gambar 1.35 Gambar Lengkung Titik Berat GariAir Dengan Alas Rata

Lengkung ini tidak terhitung mulai dari garis dasar,


tetapi mulai dari titik terendah dari kapal dan besarnya adalah
jarak titik terendah kapal ke penampang tengah kapal.

Gambar 1.36 Gambar Lengkung Titik Berat Air Dengan Kenaikan Alas

DWI APRILIANTO | D031191099 43


HIDROSTATIKA KAPAL

Lengkung letak titik tekan terhadap penampang tengah kapal


(B)

Dengan berubahnya sarat kapal, bagian kapal yang masuk


ke dalam air juga berubah. Hal ini akan mengakibatkan
berubahnya titik tekan (centre of buoyancy) kapal.Lengkung B
menunjukkan jarak titik tekan terhadap penampang tengah kapal
untuk tiap-tiap sarat kapal. .

Gambar 1.37 Gambar Lengkung ϕB dan ϕF

Karena biasanya skala B dan F dibuat sama, dan kedua


lengkungan memberikan harga jarak ke penampang tengah
kapal, maka kedua lengkungan ini mempunyai titik awal yang
sama.
Lengkung titik tekan terhadap keel (KB)
Lengkung KB menunjukkan jarak titik tekan ( centre of
buoyancy) ke bagian bawah pelat keel untuk tiap-tiap sarat
kapal. Skala lengkung KB ini biasanya diambil sama dengan

DWI APRILIANTO | D031191099 44


HIDROSTATIKA KAPAL

skala sarat kapal. Letak titik tekan keel (KB) adalah sama dengan
letak titik berat terhadap garis dasar dari bidang lengkung garis
air .

Gambar 1.38 Gambar Lengkung KB

Letak titik tekan sebenarnya (B)

Lengkung titik tekan sebenarnya menunjukkan kedudukan


titik tekan B terhadap penampang tengah kapal untuk tiap-tiap
sarat kapal. Lengkung ini merupakan gabungan dari lengkung
letak titik tekan terhadap keel (KB) dan lengkung letak titik
tekan terhadap penampang tengah kapal (B). ………….

Gambar 1.39 Lengkung Letak Titik Tekan Sebenarnya

DWI APRILIANTO | D031191099 45


HIDROSTATIKA KAPAL

Untuk menggambar letak titik tekan sebenarnya dapat


dilaksanakan dengan urutan pengerjaan sebagai berikut.

1. Buat garis bisectrive, yaitu garis yang memiliki sudut 450


dengan kedua salib sumbu.
2. Tarik garis mendatarpada suatu ketinggian sarat tertentu
misalnya pada ketinggian sarat T sehingga memotong
lengkung KB dititik A, garis bisectrive di titik B dan
lengkung B dititik C.
3. Buat seperempat lingakaran dengan pusat lingkaran di titik
B dan berjari-jari BA, sehingga terdapat sebuah titik D yang
terletak vertikal di bawah titik B .
4. Tarik garis mendatar dari titik D dan sebuah garis vertikal
dari titik C sehingga kedua garis ini berpotongan di titikE.
5. Titik E inilah yang menentukan letak titik tekan sebenarnya
dari kapal pada ketinggian sarat T tertentu.

Untuk kapal yang even keel pada sarat kapal sama dengan
nol, letak titik tekan sebenarnya adalah sama dengan letak B.
Jadi kedua lengkungan ini mempunyai titik awal yang sama
dengan B. Demikian pula lengkung B dan OB mempunyai garis
singgung vertikal yang sama.

DWI APRILIANTO | D031191099 46


HIDROSTATIKA KAPAL

Lengkung momen inersia melintang garis air (I) dan lengkung


momen inersia memanjang garis air (IL).

Gambar 1.40 Gambar Lengkung Momen inersia Melintang

Lengkung momen inersia melintang garis air dan lengkung


momen inersia memanjang garis air menunjukkan besarnya
momen inersia melintang dan momeninersia memanjang dari
garis-garis air kapal pada tiap-tiap sarat kapal.

Gambar 1.41 Lengkung Momen Inersia Melintang

DWI APRILIANTO | D031191099 47


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar menunjukkan bentuk momen inersia melintang


untuk garis air untuk kapal dalam keadaan even keel dan
mempunyai kenaikan alas. Jadi pada sarat kapal nol momen
inersia melintang juga sama dengan nol.
Gambar di atas menunjukkan bentuk lengkung momen
inersia memanjang garis air untuk kapal dengan alas miring.

Lengkung metacentra melintang (KM)


Pada tiap karene yang dibatasi oleh sebuah garis air pada
suatu ketinggian sarat tertentu, akan mempunyai sebuah titik
metacentra melintang M. Letak metacentra melintang terhadap
keel dapat dihitung sebagai berikut:
𝐾𝑀 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀
𝐾𝑀 = 𝐾𝐵 + 𝐼⁄𝑉
Dimana,
I = momen inersia melintang garis air
V = volume karene
KB = jarak titik tekan terhadap keel
Lengkung letak metacentra melintang KM menunjukkan
letak metacentra melintang M terhadap keel untuk tiap-tiap sarat
kapal.

Gambar 1.41 Gambar Lengkung KB dan Lengkung KM

DWI APRILIANTO | D031191099 48


HIDROSTATIKA KAPAL

Lengkung letak metacentra memanjang (KML)


Pada tiap karene yang dibatasi oleh sebuah garis air pada
suatu ketinggian sarat tertentu akan mempunyai sebuah titik
metacentra memanjang ML. Letak metacebtra memanjang
terhadap keel dapat dihitung sebagai berikut:
𝐾𝑀𝐿 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀𝐿
𝐾𝑀𝐿 = 𝐾𝐵 + 𝐼⁄𝑉
Dimana :
I = momen inersia memanjang garis air
V = volume karene
KB = jarak titik tekan terhadap keel
Lengkung letak metacentra memanjang KML menunjukkan
letak metacentra memanjang ML terhadap keel untuk tiap-tiap
sarat kapal.Karena harga KML besar, maka tidak mungkin bila
skala KML sama dengan KB. Maka dari itu skala KML diambil
lebih kecil dari skala sarat. .

Gambar 1.42 Gambar Lengkung KML

Lengkung koefisien garis air (Cw), lengkung koefisien blok


(Cb), lengkung koefisien midship (Cm) dan lengkung koefisien
prismatik mendatar (Cp), Ton per centimeter Immersion (TPC)

DWI APRILIANTO | D031191099 49


HIDROSTATIKA KAPAL

Bila sebuah kapal mengalami perubahan displacement misalnya


dengan penambahan atau pengurangan muatan yang tidak
seberapa besar, hal ini berarti tidak terjadi penambahan atau
pengurangan sarat yang besar. Maka untuk menentukan sarat
kapal dengan cepat kita menentukan lengkung TPC ini.
Perubahan sarat kapal ditentukan dengan membagi
perubahan displacement dengan ton percentimeter immersion.
Atau dapat dikatakan bahwa ton percentimeter immersion adalah
jumlah ton yang diperlukan untuk mengadakan perubahan sarat
kapal sebesar satu centimeter di dalam air laut.

Gambar 1.43 Gambar Luas Garis Air AW

Bila kita menganggap tidak ada perubahan luas garis air


pada perubahan sarat sebesa satu centimeter atau dengan
perkataanlain dapat dianggap, bahwa pada perbedaan satu
centimeter dinding kapal dianggap vertikal. Jadi kalau kapal
ditenggelamkan sebesar satu centimeter, maka penambahan
volume adalah hasil perkalian luas garis air dalam meter persegi
(m2) dengan tebal 0,01 m

V = 𝐴𝑊 × 0,01

Berat = 𝐴𝑊 × 0,01 × 1,025

TPC = 𝐴𝑊 × 0,01 × 1,025

DWI APRILIANTO | D031191099 50


HIDROSTATIKA KAPAL

Karena harga TPC adalah untuk air laut, maka bila TPC
digunakan untukair tawar, TPC air tawar = Aw x 0,01 x
1,000
Karena TPC merupakan perkalianantara luas garis air
dengan sesuatu yang konstan, maka lengkung TPC ini
mempunyai bentuk yang hampir sama dengan lengkung luas
garis air.
Perubahan displacement karena kapal mengalami trim 1 cm (
Displacement Due to one cm change of trim by stern)(DDT)
Lengkung displacement yang terdapatdalam lengkung-
lengkung hidrostatik adalah betul untuk kapal yang tidak dalam
keadaan trim. Jadi kalau kapal mengalami trim,displacement
kapal dengan trim tersebut mungkin lebih besar atau kurang dari
harga displacement, kecuali kalau titik berat garis air F terletak
tepat pada penamapng tengah kapal.
Kapal dalam keadaan even keel dengan garis W1L1 pada
sarat T. Displacement kapal pada sarat T dapat dibaca dari
lengkung hidrostatik misalnya D ton. Kalau kapal mengalami
trim dengan garis air W2L2, maka untuk garis air tersebut
displacement kapal tidak sama dengan D.

Gambar 1.44 Gambar Titik F Belakang Penampang Tengah Kapal

Gambar 1.45 Gambar Titik F pada Penampang Tengah Kapal

DWI APRILIANTO | D031191099 51


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.46 Titik F dimuka Penampang Tengah Kapal


Karena tidak diketahui, bahwa kalau kapal mengalami trim
dengan tidak ada perubahan displacement, maka garis air trim
tersebut akan memotong garis air even keel pada titik berat garis
airF. Jadi garis air trim W2L2 adlah sama dengan garis air
mendatar W3L3, atau dengan perkataan lain: displacement kapal
dalam keadaan trim pada garis air W2L2 adalah D + (x Aw.
1,025)
Karena titik berat garis air F terletak tepat pada penampang
tengah kapal, `dengan displacement kapal pada saat even keel
dengan garis air W1L1.
Titik berat garis air F terletak di depan penampang tengah
Kapal. Jadi, displacement kapal pada saat trim dengan garis air
W2L2 sama dengan displacement kapal pada saat even keel
dengan sarat W3L3, atau dengan perkataan lain, displacement
kapal terletak dalam keadaan trim pada garis air W2L2 = D- (x
Aw. 1,025)
Dimana D = displacement kapal pada garis air W1L1 yang
didapat dari lengkung displacement.

Gambar 1.47 Gambar Perubahan Displacement Karena Trim Buritan

DWI APRILIANTO | D031191099 52


HIDROSTATIKA KAPAL

F = titik berat garis air


W3L3 = garis air yang mempunyai displacement yang sama
dengan displacement pada saat kapal trim dengan
garis air W2L2
x = jarak antaragaris-garis air yang sejajar W1L1 dan
W3L3
t = trim
F` = jarak F ke penampang tengah kapal
Aw = luas garis air
Dari AFB dan DCE didapat x = t F/LBP
Penambahan atau pengurangan displacement:
DDT = x . Aw . 1,025
= (t F/LBP). Aw. 1,025
Untuk trim 1 cm = 0,01 m
= (0,01 F/LBP). Aw. 1,025
= F x TPC
Karena trimnya kecil sekali, makaF dianggap adalah jarak
titik berat garis air W1L1 ke penampang tengah kapal,sedang
Aw diambil luas air W1L1.
Untuk kapal berlayar di air tawar, DDT air tawar =
1,000/1,025 DDT
Lengkung DDT yang digambar pada ganbar lengkung
hidrostatik adalah DDT untuk kapal yang mengalami trim
buritan (ke belakang). Jadi tanda DDt apakah merupakan
pengurangan atau penambahan untuk trim buritan tergantung
dari tanda F. Kalau misalnya titik F terletak di belakang
penampang tengah kapal maka F biasanya bertanda
negatifsedangkan DDT bertanda positif. Karena DDt merupakan
penambahan sama halnya kalau titik F terletak di depan

DWI APRILIANTO | D031191099 53


HIDROSTATIKA KAPAL

penampang tengah kapal, maka F bertanda positif sedang DDT


bertanda negatif, karena DDT merupakan pengurangan. Jadi
supaya tidak terjadi kesalahan tanda maka sebaiknya rumus
DDT ditulis: DDT = F . TPC.

Gambar 1.48 Gambar Lengkung DDT


Pada penggambaran lengkung ini harga DDT sama dengan
nol. DDt yang bertanda positif kita gambarkan di sebelah kanan
sumbu tegak sedang yang bertanda negatif akan terletak di
sebelah kiri sumbu tegak.

Momen untuk mengubah trim sebesar 1cm (momen to alter


one cm) (MTC)
Lengkung MTC ini menunjukkan berapa besarnya
momen untuk mengubah kedudukan kapal dengan
trimsebesar satu centimeter pada bermacam-macam
sarat.Gambar di bawah menunjukkan sebuah kapal terapung
pada garis air WL dengan G dan B sebagai titik berat
kapaldan titik tekan kapal. Sebuah beban p ton yang sudah
berada di atas geladak dipindahkan kebelakang dengan jarak
xp meter, perpindahan beban itu akan mengakibatkan kapal

DWI APRILIANTO | D031191099 54


HIDROSTATIKA KAPAL

terapung dengan garis air yang baru W1 dengan G1 dan B1


sebagai titik berat kapal dan titik tekan kapal yang baru.

Gambar 1.49 Gambar Momen Mengubah Trim


Garis gaya tekan ke atas yang melalui B (sebelum
beban pindah)dan garis gaya tekanke atas yang melalui B1 (
sesudah beban dipindahkan) akan berpotongan di ML yaitu
metacentra memanjang.
Menurut hukum pergeseran, dimana titik berat kapal
bergeser sejauh GG1 dengan menganggap GG1 // xp, maka:
GG1 : xp = p:D
Dimana D displacement kapal dalam ton (termasuk beban p)
GG1.D = xp.p
GG1 = (p.xp)/D
Dari GG1 ML, GG1 = MLG tan θ
Dengan θ = sudut inklinasi (trim)
Tg θ = GG1/MLG
Tg θ = (p . xp)/ (D.MLG)

DWI APRILIANTO | D031191099 55


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 1.50 Gambar tA dan tF


Bila t = trim total = tA + tF (meter
Bila t = trim total
= tA + tF
tA = trim belakang/ buritan
tF = trim depan/ haluan
LBP = panjang kapal
Tg θ = t/ LBP
t = p. Xp
p.p = t . D. MLG
Momen p.xp ini yang menyebabkan trim. Untuk
membuat trim sebesar 1 cm maka, t = 1 cm = 0,01 m.
Momen trim (p.xp) 1 cm = D. MLG
Darigambar diketahui bahwa BG adalah relatif kecil bila
dibandingkan dengan harga MLB. Sehingga tidak akan
melakukan kesalahan yang besar jika mengambil MLG =
BML
Momen trim (p.xp) 1 cm = D. BML
Karena MLB = IL; IL = momen inersia memanjang dari
garis air. Maka momen trim (p.xp) 1cm = V. IL
MTC = IL
MTC = BML.D
Kalau D = γV , maka

DWI APRILIANTO | D031191099 56


HIDROSTATIKA KAPAL

Trim (p.p) 1 cm = D. MLG


= γV. MLG
Sering dianggap bahwa γMLG = BML, maka
Momen trim (p.p)1 cm = V. BML
2.3 Kurva Bonjean
Lengkung bonjean (bonjean curve) adalah sarat yang
menunjukkan luas section sebagai fungsi dari sarat kapal.Bentuk
lengkungan ini mula-mula diperkenalkan pada permulaan abad ke 19
oleh seorang sarjana Perancis yang bernama Bonjean.Kurva ini
cukup digambarkan sampai geladak saja pada setiap section
sepanjang kapal. Untuk kapal baja luas section tidak
memperhitungkan kulit.

Gambar 1.51 Gambar Lengkung Bonjean


Jadi untuk mengetahui luas dari tiap-tiap station sampai tinggi
sarat (T) tertentu dapat dibaca dari gambar lengkung bonjean pada
ketinggian sarat (T) yang sama, dengan menarik garis mendatar
hingga memotong lengkung Bonjean. Demikian pula untuk sarat-
sarat kapal yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama. Pada
umumnya lengkung bonjean cukup digambar sampai setinggi tepi
kapai, pada setiap station sepanjang kapal.

DWI APRILIANTO | D031191099 57


HIDROSTATIKA KAPAL

Untuk menggambar lengkung bonjean terlebih dahulu


harusmenghitung tiap-tiap station untuk beberapa macam tinggi
sarat.Karena lengkung bonjen digambar sampai garis geladak
disampingkapal, maka harus menghitung luas station sampai geladak
disampingkapal.Untuk kapal kayu, ukuran yang dipakai didalam
perhitunganadalah dengan memperhitungkan tebal kulit.Sedang
untuk kapal baja ukuran yang diambil adalah tanpamemperhitungkan
tebal kulit kapal. Jadi gambar lengkung bonjeanuntuk kapal baja
adalah tanpa kulit.Gambar lengkung bonjean yang paling umum
adalah yangdigambar pada potongan memanjang dari kapal

Gambar 1.52 Gambar Kurva Bonjean

Untuk ini mula-mula kita gambarkan garis dasar, linggi haluan


dan buritan kapal, garis geladak ditepi kapal, letak station-station dan
garis-garis air. Skala sarat tidak perlu sama dengan skala panjang
kapal. Pada tiap-tiap station kita gambar lengkung bonjean. Gambar
lengkung bonjean dilengkapi pula dengan skala sarat di AP dan FP
untuk mndapatkan gambar yang betul, maka ujung-ujung lengkung
bonjean pada garis geledak ditepi kapal perlu kita koreksi dengan
menarik garis yang laras.

DWI APRILIANTO | D031191099 58


HIDROSTATIKA KAPAL

Dengan gambar lengkung bonjean ini kita dapat


menghitungvolume displacement tanpa kulit untuk kapal baja pada
bermacam-macamkeadaan sarat, baik kapal itu dalam keadaan even
keel (saratrata) maupun kapal dalam keadaan trim atau garis air
berbentuk profilgelombang (wave profil).
Sedang untuk kapal kayu yang dihitung adalah volume
displacementdengan kulit. Letak titik tekan memanjang B pada
bermacam-macamkeadaan seperti diatas juga dapat dihitung dari
lengkung bonjean ini.
Untuk menghitung volume displacement dan titik
tekanmemanjang (B) kalau sarat depan dan sarat belakang diketahui,
makamula-mula kita ukurkan sarat depan di FP dan sarat belakang di
AP. Bidang garis air pada kapal dalam keadaan trim kita tarik
sehinggamemotong station AP, 1, 2….9, FP. Dari tiap titik potong
stationdengan garis air itu kita tarik garis mendatar memotong
lengkungbonjean.Harga luas dari tiap-tiap station dapat dibaca pada
garishorizontal itu. Sehingga luas tiap-tiap station yang masuk ke
dalam airdapat diketahui yaitu AAP, A1, A2… A8, A9.Harga luas
tiap-tiap station ini yang diperlukan untuk menghitungvolume
displacement dan titik tekan memanjang (B).

Gambar 1.53 Gambar Cara Pemakaian Lengkung Bonjean Dalam Keadaan Trim

DWI APRILIANTO | D031191099 59


HIDROSTATIKA KAPAL

Untuk profil gelombang, maka profil gelombangdigambar diatas


gambar lengkung bonjean, dan pada tiapperpotongan station dengan
profil gelombang ditarik garis horizontalsehingga memotong
lengkung bonjean, untuk kemudian luas bagianbagianyang masuk
kedalaman dapat ditentukan.

Gambar 1.54 Gambar Pemakaian Lengkung Bonjean, Kapal di Atas Gelombang

DWI APRILIANTO | D031191099 60


HIDROSTATIKA KAPAL

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Kapal Rancangan


Berdasarkan data kapal pada laporan prarancangan kapal yang telah dibuat
sebelumnya, maka dalam menyelesaikan tugas ini menggunakan
• Ukuran Utama Kapal
LOA = 74,09 m
LBP = 68,74 m
LWL = 71,49 m
B = 12,64 m
T = 4,75 m
H = 6,67 m
DWT = 2170 ton
V = 12 knot
• Koefisien Bentuk
Cb = 0,64
Cm = 0,98
Cwl = 0,78
Cph = 0,65
Cpv = 0,82
• Tenaga Penggerak
Data mesin utama :
Merk = Yanmar
Model = 6EY22AW
Bore = 220 mm
Stroke = 320 mm
Berat = 14,861 ton

DWI APRILIANTO | D031191099 61


HIDROSTATIKA KAPAL

Panjang = 4,81 m
Lebar = 1,618 m
Tinggi = 2,416 m
Power = 1330 Kw
RPM = 900
Jumlah silinder =6

3.2 Rencana Garis


3.2.1 Perancangan Rencana Garis
3.2.1.1 Penampang Utama
1. Penampang tengah memanjang kapal (longitudinal centre plane =
LCP).
a. Perhitungan Rencana Garis Bentuk Haluan
Desain Bulbous Bow untuk meminimalkan penggunaan daya
pada mesin dan mengoptimalkan tahanan yang ada pada kapal, maka
digunakan Bulbous Bow pada kapal yang akan di rancang.
• Koefisien-koefisien Bulbous Bow
Berdasarkan buku “Design of Bulbous Bows, Alfred M. Kracht,
halaman 209”,Untuk merancang bulbous bow diperlukan
koefisien-koefisien yang menjadi parameter untuk dalam
perhitungan bulbous bow. Koefisien-koefisien ini diperoleh
melalui diagram yang disebut dengan diagram pasir. Untuk Cb =
0,64 diperoleh koefisien Sebagai Berikut :

CPR = Volumetric parameter coefficient


= 0,282
CZB = Depth parameter coefficient
= 0,544

DWI APRILIANTO | D031191099 62


HIDROSTATIKA KAPAL

CABL =Lateral parameter cofficient


= 0,073
CABT = Cross section parameter cofficient
= 0,058
CLPR = Length parameter cofficient
= 0,021
CBB = Breadth parameter cofficient
= 0,13

• Perhitungan Perencanaan Bulbous Bow


Dari koefisien-koefisien bulbous bow yang telah diperoleh
maka dapat dihitung data utama dari bulbous bow.

Volume Bulbous Bow (VPR)


VPR = CPR × V (Volume Displacement)
= 0,282 × 2747,5 m3
= 0,77 m3
Luas Memanjang Bulbous Bow (ABL)
ABL = CABL × Am (Luas Midship)
= 0,073 × 58,84 m2
= 4,30 m2
Luas Melintang Bulbous Bow (ABT)
ABT = CABT × Am (Luas Midship)
= 0,058 × 58,84 m2
= 3,41 m2
Panjang Bulbous Bow (LPR)
LPR = CLPR × LBP
= 0,021 × 68,74 m
= 1,44 m
Lebar Maksimum Bulbous Bow (BB)
BB = CBB × B (Lebar Kapal)
= 0,13 × 12,64 m
= 0,8216 m
Tinggi Titik Terpanjang Bulbous Bow (ZB)
ZB = CZB × T (Sarat Kapal)
= 0,544 × 4,75 m
= 2,584 m

DWI APRILIANTO | D031191099 63


HIDROSTATIKA KAPAL

Karena ada penambahan Volume dari bulbous bow, maka


volume displacement dan displacement kapal bertambah,
sehingga :
VTotal = Vdisp + VBulbous
= 2747,05 m3 + 0,77 m3
= 2747,82 m3

∆ = VTotal × γ × c
= 2747,82 m3 × 1.025 ton/ m3 × 1.004
= 2837,615 ton

Gambar 3.1 Komponen Bulbous Bow

• Desain Bentuk Bulbous Bow


Setelah diketahui data utama dari bulbous bow, selanjutnya
dapat di desain bentuk memanjang dan melintang bulbous bow
dengan memperhatikan data-data utama.
a. Bentuk Memanjang Bulbous Bow
Perhitungan ABL pada gambar

DWI APRILIANTO | D031191099 64


HIDROSTATIKA KAPAL

WL ORD FS HK
0 0 1 0
1 1,162 4 4,647 0.2750

2 1,430 2 2,860 0.9500

3 1,444 4 5,774 1.4440

4 0,950 2 1,900 1.4300

5 0,275 4 1,100 1.1620

6 0 1 0,000
Σ= 16,281

ABL’ = 1/3 × T/6 × Σ


= 1/3 × 4,75/6 × 16,281
= 4,296 m2
Evaluasi ABL terhadap ABL’ pada gambar
Evaluasi = (ABL’ – ABL / ABL) × 100 %
= (4,296 m2 – 4,30 m2 / 4,30 m2) × 100 %
= 0,03 % (Terpenuhi) ± 0.05 %

b. Bentuk Melintang Bulbous Bow


Perhitungan ABT pada gambar :
WL ORD FS HK
0 0 1 0
1 0,2744 4 1,0976
0.3924
2 0,4003 2 0,8006
0.5138
3 0,4901 4 1,9604
0.4901
4 0,5138 2 1,0276
0.4003
5 0,3924 4 1,5696
0.2744
6 0 1 0
Σ= 6,4558

DWI APRILIANTO | D031191099 65


HIDROSTATIKA KAPAL

ABT’ = 2/3 × T/6 × Σ


= 2/3 × 4,75/6 × 6,4558
= 3,4072 m2
Evaluasi ABT terhadap ABT’ pada gambar
Evaluasi = (ABT’ – ABT / ABT) × 100 %
= (3,4072 m2 – 3,41 m2 / 3,41 m2) × 100 %
= 0,01 % (Terpenuhi) ± 0.05 %

Jarak sekat haluan dari Fore Peak yaitu 0,05 LBP


0,05 LBP = 0,05 ∙ 68,74 m = 3,437 m
Kemudian direncanakan garis linggi haluan yang membentuk sudut
≥ 15O terhadap garis tegak Fore Peak.berikut gambar sketsa bentuk
haluan kapal:

Gambar 3.2 Sketsa Bentuk Haluan Kapal

b. Perhitungan Rencana Garis Bentuk Buritan


• Diameter Propeller dan Bos Propeller
- Untuk menghitung diameter propeller digunakan rumus :

DP = 2/3 X T

Keterangan :
T = Sarat Kapal = 4,75 m
DP = 2/3 × 4,75 m

DWI APRILIANTO | D031191099 66


HIDROSTATIKA KAPAL

= 3,167 m
- Untuk menghitung diameter bos propeller digunakan rumus :

DBP = 1/6 DP

Keterangan :
DP = Diameter Propeller = 3,167 m
DBP = 1/6 × 3,167 m
= 0,528 m
• Jarak minimum antara propeller dengan tinggi buritan atau
terhadap kemudi

Gambar 3.3 Sketsa Bentuk Buritan Kapal


a = 0,1 ∙ DP
= 0,1 ∙ 3,167 m
= 0,317 m
b = 0,09 ∙ DP
= 0,09 ∙ 3,167 m
= 0,285 m
c = 0,17 ∙ DP
= 0,17 ∙ 3,167 m
= 0,538 m

DWI APRILIANTO | D031191099 67


HIDROSTATIKA KAPAL

d = 0,15 ∙ DP
= 0,15 ∙ 3,167 m
= 0,475 m
e = 0,18 ∙ DP
= 0,18 ∙ 3,167 m
= 0,570 m
f = 0,04 ∙ DP
= 0,04 ∙ 3,167 m
= 0,127 m

• Perhitungan kemudi

1). Luas daun kemudi


A = ((T ∙ Lbp/100) + (25 (B/Lbp))
= ((4,75 m ∙ 68,74 m /100) + ( 25(12,64 m /68,74 m))
= 7,862 m2

2). Tinggi maksimum daun kemudi


h maks = 2/3 ∙ T
= 2/3 ∙ 4,75
= 3,167 m

3). Lebar daun kemudi


= A / h maks
= 7,862 m2/ 3,167 m
= 2,483 m

c. Sheer Line
Berdasarkan konvensi lambung timbul (ILLC) tahun 1966,
halaman 103 memberikan peraturan sebagai berikut:

DWI APRILIANTO | D031191099 68


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 3.4 Sketsa Perencanaan Sheer


Yang man nilai x,y,z, a,b dan c dapat dihutung sebegai berikut:
AFTER PEAK
Perhitungan Sheer Pada After Peak
z = 25 ( LBP/3 + 10 )
= 25 ( 68,74 m/3 + 10 )
= 0,823 m
Perhitungan Sheer Pada 1/6 Dari After Peak
y = 11,1 ( LBP/3 + 10 )
= 11,1 ( 68,74 m /3 + 10 )
= 0,365 m
Perhitungan Sheer Pada 1/3 Dari After Peak
x = 2,8 ( LBP/3 + 10 )
= 2,8 ( 68,74 m /3 + 10 )
= 0,092 m

FORE PEAK
Perhitungan Sheer Pada Fore Peak
c = 50 ( LBP/3 + 10 )
= 50 ( 68,74 m/3 + 10 )
= 1,646 m
Perhitungan Sheer Pada 1/6 Dari Fore Peak
b = 22,2 ( LBP/3 + 10 )
= 22,2 ( 68,74 m/3 + 10 )
= 0,731 m
Perhitungan Sheer Pada 1/3 Dari Fore Peak
a = 5,6 ( LBP/3 + 10 )
= 5,6 ( 68,74 m/3 + 10 )
= 0,184 m

DWI APRILIANTO | D031191099 69


HIDROSTATIKA KAPAL

d. Penampang tengah melintang kapal (Midship Section)

Gambar 3.5 Sketsa Bentuk Penampang Tengah Melintang Kapal

a. Perhitungan Radius Bilga


Berdasarkan catatan kuliah yang diberikan pada kelas
Mata Kuliah Hidrostatika oleh bapak Dr.Ir. Syamsul Asri, MT.
Nilai kelengkungan radius bilga dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :

R = ( B ∙ T (1 – CM) / ¼  )½
1 22 ½
= ( 12,64 m ∙ 4,75 m (1 – 0,98) / ∙ )
4 7
= 1,236 m

b. Perhitungan tinggi Chamber


C = B / 50
= 12,64 m / 50
= 0,2528 m

DWI APRILIANTO | D031191099 70


HIDROSTATIKA KAPAL

e. Waterline At Draft Design (Tmax)

DWI APRILIANTO
SHIP
WATERLINE AREA
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m
LBP = 68,74 m WATERLINE at T = 4,75 m (WL6)
B = 12,64 m S = 3,437 M
H = 6.67 m Sa = 2,750 M
T = 4,75 m Sa' = 1,375 M
NS ½ B (m) MS ½B . MS
(1) (2) (3) (4) = (2).(3)
-0.80 0 0.40 0
-0.40 3,100 1.60 4,961
0 4,033 1.40 5,646
1 4,939 4 19,755
2 5,410 2 10,820
3 5,841 4 23,364
4 6,075 2 12,150
5 6,175 4 24,700
6 6,213 2 12,425
7 6,251 4 25,004
8 6,311 2 12,622
9 6,320 4 25,280
10 6,320 2 12,640
11 6,320 4 25,280
12 6,150 2 12,300
13 5,850 4 23,400
14 5,357 2 10,714
15 4,700 4 18,800
16 3,935 2 7,869
17 3,000 4 12,000
18 2,000 2 4,000
19 1,000 4 4,000
20 0 1 0
∑1 = ∑MS.1/2B = 307,730
Waterline area (AWL) = 2 S/3 ∑1
= 2 ∙ 3,437 m /3 ∙ 307,73
= 705,113 m2

DWI APRILIANTO | D031191099 71


HIDROSTATIKA KAPAL

Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Luasan Waterline pada Sarat Desain

Berdasarkan data pada tabel 3.1 maka luasan garis air di sarat
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
AWLD = 2/3 × LBP/20 × ΣMS . s
= 2/3 × 68,74 m/ 20 × 307,730
= 705,113 m2
Adapun berdasarkan rumus Water Line Area, nilai Awl ialah :
AWLR = Lwl x B x Cwl
= 71,49 m x 12,64 x 0,78
= 704,834 m2

Koreksi nilai Luasan Water Line (Awl) Syarat <0.05%


Koreksi = ((AWLD – AWLR) / AWLD) x 100%
= ((705,113 m2 – 704,834 m2) / 705,113 m2) x 100%
= 0.040 % (memenuhi)

10,000

5,000

-
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Gambar 3.6 Gambar Sketsa Half Breadth pada Sarat Desain

3.2.1.2 Kurva luas section (sectional area curve)


Sectional Area Curve dapat dihitung dengan beberapa metode
pembacaan diagram. Pada perencanaan desain garis air ini
digunakan dengan metode diagram hamling. Pembacaan diagram
hamling diawali oleh penentuan posisi titik tekan (LCB)

DWI APRILIANTO | D031191099 72


HIDROSTATIKA KAPAL

berdasarkan nilai Froude Number (Fn). Nilai Froude Number (Fn)


didapatkan berdsarakan persamaan berikut :
𝑣
𝐹𝑛 =
(𝑔 ∙ 𝐿𝐵𝑃)0,5

• Penentuan posisi memanjang titik tekan (Longitudinal Centre of


Buoyancy = LCB). LCB standar dapat ditentukan sebagai fungsi
dari Angka Froude (FN) seperti pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 3.7 LCB standar; letak longitudinal titik benam yang


dianggap terbaik (Harvald, Sv.Aa. 1992. Tahanan dan Propulsi
Kapal (Resistance and Propulsion of Ship), halaman 128)

Fn = V / (g x LBP)1/2
ket; Fn = Froude Number kapal rancangan
V = Kecepatan kapal rancangan (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
V = Vs × 0,5144
= 12 knot × 0,5144
= 6,17 m/s
g = 9,81 m/s2
LBP = 68,74 m

DWI APRILIANTO | D031191099 73


HIDROSTATIKA KAPAL

Maka, Fn = V / (gL)0,5
Fn = 6,17 m/s / (9,81 m/s2 x 68,74 m)0,5
Fn = 0,24

LCB = % LBP
LCB = 0,6% x 68,74 m
LCB = 0,412

Berdasarkan gambar 3.7 LCB dapat ditentukan melalui


Froude Number. Froude Number rancangan yaitu 0,24. Pada
gambar 1.3 diperhatikan garis berwarna biru, jika Froude
Number 0,24; maka LCB kapal yaitu 0,6% LBP dibelakang
midship. Nilai LCB yaitu 0,412 m dari midship ke After peak.

• Penentuan kofisien prismatik buritan (Afterbody Prismatic


Coefficient = CPA) dan kofisien prismatik haluan (forebody
Prismatic Coefficient = CPF). Nilai CPA dan CPF dapat
ditentukan dengan menggunakan diagram seperti pada Gambar
berikut :

DWI APRILIANTO | D031191099 74


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 3.8 Diagram untuk mencari nilai CPA dan CPF.


Harvald, Sv.Aa. 1992. ( Lewis, E. V. 1988. Principles of Naval
Architectur, Volume I. Stability and Strength. The Society of
Naval Architectcts and Marine Engineers (SNAME). USA,
Jersey City, page 9)

Untuk mendapatkan nilai CPA dan CPF terlebih dahulu kita


mencari letak titik LCB pada sumbu x diagram dan menarik garis
vertikal yang melalui titik tersebut. Setelah itu buat garis horizontal
pada sumbu y sesuai dengan nilai CPH (Coefficient Prismatic
Horizontal). Untuk Nilai CPH = 0,65 Dan LCB = 0,412 m dibelakang
midship, didapatkan nilai CPA dan CPF sebagai berikut :

CPA = 0,665
CPF =0,636

• Penentuan rasio luas masing-masing section dengan luas


midship section (AS.N / AMS) dapat dilakukan dengan
menggunakan kurva seperti pada Gambar berikut :

DWI APRILIANTO | D031191099 75


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 3.9 Rasio luas section, termasuk koefisien prismastik


buritan dan haluan sebagai fungsi dari posisi titik tekan ( Lewis,
E. V. 1988. Principles of Naval Architectur, Volume I. Stability
and Strength. The Society of Naval Architectcts and Marine
Engineers (SNAME). USA, Jersey City, page 9)

Setelah memasukkan nilai Cpa dan Cpf pada diagram


seperti Gambar 3.9, maka didapatkan ratio setiap luasan dan
luasan setiap section bisa didapatkan sehingga dapat
menentukan besar volume maupun displacement kapal. Nilai
luasan setiap section merupakan hasil kali antara rasio setiap
luasan dengan luas midship section.

Ams = B x T x Cm
= 12,64 m x 4,75 m x 0,98
= 58,84 m2

DWI APRILIANTO SHIP


VOLUME DAN TITIK TEKAN
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m S = 3,437 M
LBP = 68,74 m Sa = 1,375 M
B = 12,64 m Sb = 0,722 M
H = 6,67 m
T = 4,75 m
Ns AS.N/AM.S AS (m2) MS FM AS.MS AS.MS.FM
[1] [2] [3] [4] [5] [6]=[3][4] [7]=[5][6]
-0.8 0,000 0,000 0,400 -10,800 0,000 0,000
-0.4 0,029 1,700 1,600 -10,400 2,720 -28,292
0 0,062 3,620 1,400 -10,000 5,068 -50,682
1 0,175 10,320 4,000 -9,000 41,280 -371,520
2 0,318 18,720 2,000 -8,000 37,440 -299,520
3 0,471 27,720 4,000 -7,000 110,880 -776,160
4 0,624 36,720 2,000 -6,000 73,440 -440,640
5 0,746 43,900 4,000 -5,000 175,600 -878,000
6 0,851 50,100 2,000 -4,000 100,200 -400,800

DWI APRILIANTO | D031191099 76


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO SHIP


VOLUME DAN TITIK TEKAN
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m S = 3,437 M
LBP = 68,74 m Sa = 1,375 M
B = 12,64 m Sb = 0,722 M
H = 6,67 m
T = 4,75 m
Ns AS.N/AM.S AS (m2) MS FM AS.MS AS.MS.FM
[1] [2] [3] [4] [5] [6]=[3][4] [7]=[5][6]
7 0,928 54,600 4,000 -3,000 218,400 -655,200
8 0,98 57,650 2,000 -2,000 115,300 -230,600
9 1,000 58,840 4,000 -1,000 235,357 -235,357
10 1,000 58,840 2,000 0,000 117,678 0,000
11 1,000 58,840 4,000 1,000 235,357 235,357
12 0,996 58,600 2,000 2,000 117,200 234,400
13 0,976 57,400 4,000 3,000 229,600 688,800
14 0,892 52,500 2,000 4,000 105,000 420,000
15 0,727 42,750 4,000 5,000 171,000 855,000
16 0,549 32,300 2,000 6,000 64,600 434,500
17 0,377 22,200 4,000 7,000 88,800 621,600
18 0,221 13,000 2,000 8,000 26,000 208,000
19 0,093 5,500 4,000 9,000 22,000 198,000
20 0,119 7,000 1,750 10,000 12,250 122,500
20.31 0,093 5,500 1,300 10,300 7,150 73,645
20.62 0,000 0,000 0,210 10,600 0,000 0,000
ΣAs.Ms = ΣAs.Ms.FM=
2312,321 -274,969

Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Volume dan Titik Tekan

Keterangan:

NS=nomor section S=jarak antar section


FM=faktor momen Sb=jarak antar section tambahan di haluan
MS=faktor pengali Simpson Sa=jarak antar section tambahan di buritan
AS.N=luas section N AMS= luas penampang tengak kapal (midship section)

Berdasarkan diagram SAC dan data pada tabel 1.2 maka volume kapal
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

DWI APRILIANTO | D031191099 77


HIDROSTATIKA KAPAL

VSA = 1/3 × LBP/20 × ΣAs.Ms


= 1/3 × 68,74/ 20 × 2312,321
= 2749,149 m3
Displacement 2 (D2) = VSA .  . C
= 2749,149 1,025 . 1,0075
= 2839,001 ton
Diketahui Displacement Kapal berdasarkan Rumus
D1 = L . B . T . Cb .  . C
= 71,49 . 12,64 . 4,75 . 1,025 . 1,0075
= 2837,615 ton
Koreksi Displacement Syarat ± 0.05%
Koreksi = ((D2 – D1)/D2) x 100%
= ((2839,001 ton – 2837,615 ton)/ 2839,001 ton)
x 100%
= 0,049% (memenuhi)

Diketahui LCBFN ialah - 0,412 m dibelakang midship.


Perhitungan LCBSA
LCBSA = (LBP/20) × (ΣA.s.N/ΣA.s)
= (68,74/20) × (-274,969/2312,321)
= - 0,409 m
Koreksi LCB Syarat ± 0.05%
Koreksi = ((LCBSA – LCBFN)/LCBSA) x 100%
= ((- 0,409 – (- 0,412))/ - 0,409) x 100%
= -0,008 % (memenuhi)

Koreksi perhitungan SAC terhadap volume kapal dan LCB memenuhi


maka SAC sudah tepat dan dapat dilanjutkan pada rencana bentuk
lambung (Body Plan).
SAC -
80,000 0,
8
60,000 -
0,
4
40,000 0

20,000
1
0,000
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223

Gambar 3.10 Gambar Sketsa Sectional Area Curve

DWI APRILIANTO | D031191099 78


HIDROSTATIKA KAPAL

Setelah dilakukan kontrol SAC Volume Displacement dan LCB SAC


sudah memenuhi dengan Volume dan LCB rancangan, maka
Perencanaan SAC Selesai.

3.2.1.3 Rencana Bentuk Lambung (Body Plan)


Rencana bentuk lambung (body plan) dapat digambar
berdasarkan rencana garis air pada desain sarat dan luasan setiap
section. Sehingga pada penggambaran body plan harus sesuai dengan
rencana garis air pada desain air dan luasan setiap section yang telah
direncanakan sebelumnya. Perencaanan body plan juga harus halus
(smooth) dan streamline. Pada section 1, perencanaan body plan harus
disesuikan juga dengan diameter tabung poros propeller.
Untuk mengetahui luasan section pada perencanaan body plan
sudah sesuai luasan section pada SAC, maka dihitunglah luasan tiap
section body plan berdasarkan rencana garis air pada sarat dan perkiraan
rencana garis air pada tiap sarat dibagi 6. Koreksi luas tiap section body
plan terhadap SAC harus memenuhi dengan syarat koreksi kurang dari
0.05%. Adapun hitungan tiap section pada body plan sebagai berikut.
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,74 m
B = 12,64 m SECTION 0
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 IV III*IV = V
5 3,958 0,000 1 0,000
5.5 4,354 2,420 4 9,680
6 4,750 4,033 1 4,033
Σ= 13,713
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 3,619 m2

DWI APRILIANTO | D031191099 79


HIDROSTATIKA KAPAL

Rencana luas section


= = 3,620 m2
Perbedaan luas = 0,001
[(As -
ASD)/As]x100% 0,000%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 1
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 0,050 1 0,050
1 0,792 0,345 4 1,380
2 1,583 0,410 2 0,820
3 2,375 0,512 4 2,048
4 3,167 0,880 2 1,760
5 3,958 2,140 4 8,560
6 4,750 4,939 1 4,939
Σ= 19,557
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 10,322 m2
Rencana luas
section = = 10,320 m2
Perbedaan luas = 0,002
[(As -
ASD)/As]x100% 0,000%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 2
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4

0 0,000 0,580 1 0,580

DWI APRILIANTO | D031191099 80


HIDROSTATIKA KAPAL

1 0,792 1,031 4 4,122


2 1,583 1,196 2 2,392
3 2,375 1,468 4 5,872
4 3,167 2,106 2 4,211
5 3,958 3,221 4 12,884
6 4,750 5,410 1 5,410
Σ= 35,472
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 18,721 m2
Rencana luas section = = 18,720 m2
Perbedaan luas = 0,001
[(As - ASD)/As]x100% 0.000%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 3
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 1,251 1 1,251
1 0,792 1,980 4 7,920
2 1,583 2,240 2 4,480
3 2,375 2,600 4 10,400
4 3,167 3,150 2 6,300
5 3,958 4,080 4 16,320
6 4,750 5,841 1 5,841
Σ= 52,512
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 27,715
Rencana luas section
= = 27,72
Perbedaan luas = 0,005
[(As -
ASD)/As]x100% 0.000%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 4
H = 6,67 m T = 0,792

DWI APRILIANTO | D031191099 81


HIDROSTATIKA KAPAL

T = 4,75 m
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 2,151 1 2,151
1 0,792 3,007 4 12,030
2 1,583 3,282 2 6,563
3 2,375 3,615 4 14,461
4 3,167 4,164 2 8,327
5 3,958 4,990 4 19,960
6 4,750 6,075 1 6,075
Σ= 69,567
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 36,716
Rencana luas section = = 36,720
Perbedaan luas = 0,004
[(As -
ASD)/As]x100% 0.000%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 5
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 3,137 1 3,137
1 0,792 3,810 4 15,240
2 1,583 4,170 2 8,340
3 2,375 4,540 4 18,160
4 3,167 5,000 2 10,000
5 3,958 5,530 4 22,119
6 4,750 6,175 1 6,175
Σ= 83,172
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 43,896
Rencana luas section
= = 43,900
Perbedaan luas = 0.004

DWI APRILIANTO | D031191099 82


HIDROSTATIKA KAPAL

[(As - 0,000%
ASD)/As]x100%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 6
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 3,900 1 3,900
1 0,792 4,637 4 18,550
2 1,583 4,993 2 9,986
3 2,375 5,316 4 21,265
4 3,167 5,641 2 11,282
5 3,958 5,937 4 23,749
6 4,750 6,213 1 6,213
Σ= 94,945
2. 1/3 .
Luas section (As) = T.Σ2 = 50,110
Rencana luas section = 50,100
Perbedaan luas = 0,01
[(As - ASD)/As]x100% 0,000%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 7
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 4,600 1 4,600
1 0,792 5,378 4 21,510
2 1,583 5,660 2 11,319
3 2,375 5,839 4 23,356
4 3,167 5,985 2 11,970
5 3,958 6,110 4 24,440

DWI APRILIANTO | D031191099 83


HIDROSTATIKA KAPAL

6 4,750 6,251 1 6,251


Σ= 103,446
Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 54,597
Rencana luas
section = = 54,600
Perbedaan luas = 0,004
[(As -
ASD)/As]x100% 0.000%

LOA = 74,09 m LUAS


LWL = 71,49 m SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 8
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 5,000 1 5,000
1 0,792 5,875 4 23,500
2 1,583 6,100 2 12,200
3 2,375 6,180 4 24,720
4 3,167 6,230 2 12,460
5 3,958 6,270 4 25,080
6 4,750 6,311 1 6,311
Σ
= 109,271
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 57,671
Rencana luas section = = 57,650
Perbedaan luas = 0,021
[(As - ASD)/As]x100% 0.000%
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 9
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4

DWI APRILIANTO | D031191099 84


HIDROSTATIKA KAPAL

0 0,000 4,999 1 4,999


1 0,792 6,237 4 24,950
2 1,583 6,320 2 12,640
3 2,375 6,320 4 25,280
4 3,167 6,320 2 12,640
5 3,958 6,320 4 25,280
6 4,750 6,320 1 6,320
Σ= 112,109
Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 59,168
Rencana luas
section = = 58,839
Perbedaan luas = 0,329
[(As -
ASD)/As]x100
% 0.006%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 10
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 4,999 1 4,999
1 0,792 6,237 4 24,950
2 1,583 6,320 2 12,640
3 2,375 6,320 4 25,280
4 3,167 6,320 2 12,640
5 3,958 6,320 4 25,280
6 4,750 6,320 1 6,320
Σ= 112,109
2. 1/3 .
Luas section (As) = T.Σ2 = 59,168
Rencana luas section = = 58,839
Perbedaan luas = 0,329
[(As - ASD)/As]x100% 0.006%

LOA = 74,09 m LUAS SECTION

DWI APRILIANTO | D031191099 85


HIDROSTATIKA KAPAL

LWL = 71,49 m
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 11
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 4,999 1 4,999
1 0,792 6,237 4 24,950
2 1,583 6,320 2 12,640
3 2,375 6,320 4 25,280
4 3,167 6,320 2 12,640
5 3,958 6,320 4 25,280
6 4,750 6,320 1 6,320
Σ= 112,109
Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 59,168
Rencana luas
section = = 58,839
Perbedaan luas = 0,329
[(As -
ASD)/As]x100% 0.006%

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 12
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 4,802 1 4,802
1 0,792 5,970 4 23,879
2 1,583 6,150 2 12,300
3 2,375 6,150 4 24,600
4 3,167 6,150 2 12,300
5 3,958 6,150 4 24,600
6 4,750 6,150 1 6,150
Σ= 108,631

DWI APRILIANTO | D031191099 86


HIDROSTATIKA KAPAL

Luas section (As)


= 2. 1/3 . T.Σ2 = 57,333
Rencana luas
section = 58,600
Perbedaan luas = 1,267
[(As -
ASD)/As]x100% -0,22 %

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 13
H = 6,67 m
T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 4,634 1 4,634
1 0,792 5,746 4 22,984
2 1,583 5,850 2 11,700
3 2,375 5,850 4 23,400
4 3,167 5,850 2 11,700
5 3,958 5,850 4 23,400
6 4,750 5,850 1 5,850
Σ= 103,668
Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 54,714
Rencana luas
section= = 57,400
Perbedaan luas = 2,686
[(As -
ASD)/As]x100% -0,049 %

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 14
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS

DWI APRILIANTO | D031191099 87


HIDROSTATIKA KAPAL

1 2 3 4 3*4
0 0,000 4,191 1 4,191
1 0,792 5,260 4 21,040
2 1,583 5,360 2 10,720
3 2,375 5,360 4 21,440
4 3,167 5,360 2 10,720
5 3,958 5,380 4 21,520
6 4,750 5,357 1 5,357
Σ= 94,988
Luas section (As)
= 2. 1/3 . T.Σ2 = 50,132
Rencana luas
section = = 52,5
Perbedaan luas = 2,368
[(As -
ASD)/As]x100% - 0,047%
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 15
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 3,297 1 3,297
1 0,792 4,292 4 17,169
2 1,583 4,528 2 9,056
3 2,375 4,564 4 18,255
4 3,167 4,602 2 9,204
5 3,958 4,637 4 18,547
6 4,750 4,700 1 4,700
Σ= 80,228
Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 42,342
Rencana luas
section = = 42,750
Perbedaan luas =
[(As -
ASD)/As]x100% 0,408 - 0,010 %

DWI APRILIANTO | D031191099 88


HIDROSTATIKA KAPAL

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 16
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 2,151 1 2,151
1 0,792 3,120 4 12,479
2 1,583 3,363 2 6,726
3 2,375 3,517 4 14,070
4 3,167 3,656 2 7,312
5 3,958 3,796 4 15,185
6 4,750 3,935 1 3,935
Σ= 61,858
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 32,647
Rencana luas
section = = 32,300
Perbedaan luas =
[(As -
ASD)/As]x100% 0,347 - 0,011 %
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 17
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 1,251 1 1,251
1 0,792 2,015 4 8,058
2 1,583 2,247 2 4,493
3 2,375 2,416 4 9,663
4 3,167 2,592 2 5,183
5 3,958 2,790 4 11,161
6 4,750 3,000 1 3,000
Σ= 42,809

DWI APRILIANTO | D031191099 89


HIDROSTATIKA KAPAL

Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 22,594
Rencana luas
section = = 22,200
Perbedaan luas =
[(As -
ASD)/As]x100% 0,394 - 0,017 %

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 18
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 0,551 1 0,551
1 0,792 1,101 4 4,404
2 1,583 1,272 2 2,544
3 2,375 1,418 4 5,674
4 3,167 1,585 2 3,170
5 3,958 1,770 4 7,081
6 4,750 2,000 1 2,000
Σ= 25,423
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 13,418
Rencana luas
section = = 13,000
Perbedaan luas =
[(As -
ASD)/As]x100% 0,418 0,031 %
LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 19
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 0,051 1 0,051

DWI APRILIANTO | D031191099 90


HIDROSTATIKA KAPAL

1 0,792 0,367 4 1,466


2 1,583 0,471 2 0,942
3 2,375 0,564 4 2,258
4 3,167 0,668 2 1,336
5 3,958 0,802 4 3,208
6 4,750 1,000 1 1,000
Σ= 10,261
Luas section
(As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 5,415
Rencana luas
section = = 5,500
Perbedaan luas =
[(As -
ASD)/As]x100% 0,085 - 0,016 %

LOA = 74,09 m
LWL = 71,49 m LUAS SECTION
LBP = 68,79 m
B = 12,64 m SECTION 20
H = 6,67 m
T = 4,75 m T = 0,792
T 0,5 b
WL m m2 MS 0,5 B x MS
1 2 3 4 3*4
0 0,000 0,000 1 0,000
1 0,792 0,812 4 3,248
2 1,583 0,835 2 1,670
3 2,375 0,976 4 3,903
4 3,167 0,895 2 1,790
5 3,958 0,652 4 2,608
6 4,750 0,000 1 0,000
Σ= 13,219
Luas section (As) = 2. 1/3 . T.Σ2 = 6,977
Rencana luas section
= = 7,000
Perbedaan luas =
[(As -
ASD)/As]x100% 0,023 - 0,003%

Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Luasan Tiap Section

DWI APRILIANTO | D031191099 91


HIDROSTATIKA KAPAL

Setelah perhitungan rencana luasan tiap secton selesai dilakukan langkah


selanjutnya ialah melakukan penggambaran luasan tiap section tersebut kedalam
gambar yang dinamakan Body Plan yaitu merupakan rencana garis yang menunjukkan
bentuk badan kapal apabila dpotong tegak melintang. Berikut gambar sketsa recana
bentuk lambung kapal :

Gambar 3.11 Rencana Bentuk lambung (Body lan)

3.2.1.4 Penampang garis air


Berdasarkan proyeksi dari gambar rencana untuk lambung (bodyplan) maka
diperoleh gambar penampang garis air:

Gambar 3.12 Penampang Garis Air

Pada penampang garis air, hanya digambarkan separuh bidang atau separuh
lebar dari penampang garis air (Half Breadth) hal ini dikarenakan bentuk kapal yang
simetris sehingga separuh bidang tersebut dianggap telah mewakili seluruh luas
penampang garis air.

3.2.1.5 Penampang vertical memanjang (Buttock)

Berdasarkan poryeksi dari gambar rencana untuk lambung (bodyplan) dan


gambar rencana penampang garis air, maka diperoleh gambar buttock sebagai berikut:

DWI APRILIANTO | D031191099 92


HIDROSTATIKA KAPAL

6.87532
Gambar 3.13 Buttock
3.2.1.6 Garis penampang diagonal (Diagonal Line)
Garis sent adalah garis yang ditarik pada salah satu atau beberapa titik yang ada
pada garis tengah ( centre line ) membuat sudut dengan garis tengah. Adapun kegunaan
dari garis senta dalah utuk mengetahui kebenaran dari bentuk gading ukur yang masih
kurang baik atau kurang streamline, maka bentuk dari garissent ini juga kurang
streamline.

Gambar 3.14 Garis Diagonal Sent (lihat garis merah)

Gambar 3.15 Kurva Diagonal Sent

3.2.1.7 Tabel Offset

DWI APRILIANTO | D031191099 93


HIDROSTATIKA KAPAL

Gambar 3.16 Tabel Offset

3.2.2 Gambar Rencana Garis


7.56285

CL

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Gambar 3.17 Gambar Rencana Garis

DWI APRILIANTO | D031191099 94


HIDROSTATIKA KAPAL

3.3 Kurva Hidrostatika


3.3.1 Perhitungan Data Hidrostatik
Pada Perhitungan data hidrostatik meliputi perhitungan properti penampang
garis air, property penampang tengan kapal, properti volume, dan data turunan.
3.3.1.1 Properti Penampang Garis Air
Pada Properti penampang garis air kita akan menghitung luas
penampang garis air (AWL), jarak titik pusat atau titik apung dari
midship (F), momen inersia melintang penampang garis air (IT),
momen inersia memanjang penampang garis air (IL), dan koefisien
garis air (Cw).
Adapun Perhitungan properti penampang garis air dari waterline 0
sampai waterline 6 terlampir pada Lampiran 1. Adapun hasil- hasil
yang didapatkan dari perhitungan penampang garis air dari waterline 0
sampai waterline 6 disajikan pada tabel berikut.

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR


NOMOR AWL F IT IL
T LWL BWL
WL CW
(m) (m) (m) (m2) (m) (m4) (m4)
0 0,000 65,303 10,168 388,899 0,096 2365,416 63084,507 0,436
1 0,792 66,894 12,475 499,511 0,550 4429,159 92691,264 0,560
2 1,583 67,420 12,640 526,854 0,529 4890,818 104037,501 0,583
3 2,375 67,267 12,640 545,947 0,285 5137,135 113640,231 0,604
4 3,167 66,973 12,640 570,581 -0,367 5462,641 126091,599 0,631
5 3,958 69,015 12,640 613,438 -1,837 5996,748 151776,860 0,679
6 4,750 71,490 12,640 695,948 -5,516 7518,401 199342,217 0,770

Tabel 3.3 Tabel Properti Penampang Garis Air


Keterangan :
WL : Garis air (waterline) F : Jarak titik apung
terhadap midship

DWI APRILIANTO | D031191099 95


HIDROSTATIKA KAPAL

T : Sarat IT : Momen inersia


melintang penampang
garis air
LWL : Panjang penampang IL : Momen inersia
garis air Penampang garis air
BWL : Lebar penampang CW : Koefisien penampang
garis air garis air
AWL : Luas penampang
garis air
3.3.1.2 Properti penampang tengah kapal
Properti penampang tengah melintang kapal, yang akan kita hitung
ialah luas penampang tengah melintang (AMS) dan koefisien penampang
tengah melintang kapal (CM).
Untuk menghitung luasan midship section untuk setiap WL
digunakan pendekatan formula simpson, adapun Perhitungan properti
penampang tengah kapal dilampirkan pada Lampiran 2. Adapun resume
hasil-hasil perhitungan properti penampang tengah kapal disajikan pada
tabel berikut.
Properti Midship Section
NOMOR WL T BWL AMS
Cm
(m) (m) (m2)
0 0,000 10,168 0,000
1 0,792 12,475 9,289 0,941
2 1,583 12,640 19,273 0,963
3 2,375 12,640 29,280 0,975
4 3,167 12,640 39,287 0,982
5 3,958 12,640 49,293 0,985
6 4,750 12,640 59,300 0,988

Tabel 3.4. Tabel Properti Midship Section

DWI APRILIANTO | D031191099 96


HIDROSTATIKA KAPAL

Keterangan :
WL : Garis air (waterline)
T : Sarat
BMS : Lebar midship
section
AMS : Luas midship section
Cm : Koefisien midship
section

3.3.1.3 Properti Volume (Volume Properties)


Properti volume meliputi Volume carena (V), displacement air laut
(DS), displacement air tawar (DF), Tinggi titik tekan terhadap keel (KB),
jarak titik tekan terhadap midship (B), jari-jari metasentra melintang
(MB), jari-jari metasentra memanjang (MLK), tinggi metasentra
melintang terhadap keel (MK), tinggi metasentra memanjang terhadap
keel (MlK), koefisien blok (CB), Koefisien prismatic vertical (CPV), dan
koefisien prismatic longitudinal (CPL).
Perhitungan properti Volume dibuat terpisah menjadi tiga yaitu:
1. Perhitungan Volume, Displacement, dan titik tekan yang
dilampirkan pada lampiran 3.
2. Perhitungan jari-jari dan tinggi metasentra yang
dilampirkan pada lampiran 4.
3. Perhitungan koefisien blok, koefisien prismatik vertikal,
dan koefisien prismatic longitudinal yang dilampirkan pada
lampiran 5.
Adapun Resume dari hasil perhitungannya disajikan pada tabel di
bawah ini :

DWI APRILIANTO | D031191099 97


HIDROSTATIKA KAPAL

Waterline (WL)
NO. Properti volume Simbol Satuan WL0 WL1 WL2 WL3 WL4 WL5 WL6
1 Dimensi kapal
a. Panjang garis air LWL m 65,303 66,894 67,420 67,267 66,973 69,015 71,490
b. Lebar garis air BWL m 10,168 12,475 12,640 12,640 12,640 12,640 12,640
c. Sarat T m 0,000 0,792 1,583 2,375 3,167 3,958 4,750
2 Properti volume
a. Volume V m3 - 367,823 775,284 1189,487 1625,218 2083,511 2590,726
b. Displacement di air laut DS ton - 379,846 800,626 1228,369 1678,342 2151,616 2675,411
c. Displacement di air tawar DF ton - 370,582 781,098 1198,408 1637,407 2099,137 2610,157
d. Jarak titik tekan terhadap - 0,412 0,821 1,225 1,640 2,064 2,514
KB m
keel
e. Jarak titik tekan terhadap
B m - 0,434 0,478 0,489 0,362 0,100 -0,476
midship
f. Jari-jari metasentra - 12,042 6,308 4,319 3,361 2,878 2,902
MB m
melintang
g. Jari-jari metasentra - 252,000 134,193 95,537 77,584 72,847 76,945
M LB m
memanjang
h. Tinggi metasentra - 12,453 7,130 5,544 5,002 4,942 5,416
MK m
melintang
i. Tinggi metasentra - 252,411 135,014 96,762 79,225 74,911 79,459
M LK m
memanjang
j. Koefisien blok CB - 0,521 0,542 0,554 0,568 0,582 0,604
k. Koefisien prismatik - 0,930 0,929 0,917 0,899 0,858 0,784
CPV
vertical
l Koefisien prismatik - 0,554 0,563 0,568 0,579 0,591 0,611
CPL
longitudinal

Tabel 3.5 Tabel Properti Volume

3.3.1.4 Data Turunan


Data turunan dari property penampang garis air dan property
volume, kita akan mendapatkan hasil berupa perubahan displacement
karena perubahan sarat sebesar satu cm (TPC), perubahan displacement
yang mengakibatkan trim buritan sebesar satu cm (DDT), momen
peubah trim 1 cm (MTC).

DWI APRILIANTO | D031191099 98


HIDROSTATIKA KAPAL

Perhitungan data turunan hidrostatika yang dimaksud diatas


dicantumkan pada Lampiran 6. Adapun Resumenya disajikan pada
tabel berikut.

Data Turunan Hidrostatik


Nomor T LWL BWL
TPC DDT MTC
WL
(m) (m) (m) (ton) (ton) (ton.m/cm)
0 0,000 65,303 10,168 3,986 -0,006 -
1 0,792 66,894 12,475 5,120 -0,041 13,925
2 1,583 67,420 12,640 5,400 -0,042 15,630
3 2,375 67,267 12,640 5,596 -0,023 17,072
4 3,167 66,973 12,640 5,848 0,031 18,943
5 3,958 69,015 12,640 6,288 0,168 22,802
6 4,750 71,490 12,640 7,133 0,572 29,947

Tabel 3.6 Tabel Data Turunan Hidrostatik

3.3.2 Gambar Kurva Hidrostatika

MB IY 45
MK MLB IL DF AWL
MLK TPC DDT KB OF MTC IT DS OB CB CM CW CPH CPV

Gambar 3.18 Gambar Kurva Hidrostatik

DWI APRILIANTO | D031191099 99


HIDROSTATIKA KAPAL

3.4 Kurva Bonjean


Bonjean adalah luas penampang melintang kapal (section) pada
berbagai sarat hingga geladak. Bonjean dibuat pada tiap section.
Perhitungan data Bonjean yang dimaksud diatas dicantumkan pada
3.4.1. Perhitungan Bonjean. Adapun Resume hasil perhitungaan disajikan pada
tabel berikut:

Luas Section (m3) sampai pada


Section
WL0 WL1 WL2 WL3 WL4 WL5 WL6 DL
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,442 1,034 1,749 2,795 4,993 10,383 39,796
2 0,00 1,421 3,177 5,259 8,028 12,166 18,801 48,005
3 0,00 2,754 6,096 9,907 14,429 20,085 27,803 56,311
4 0,00 4,291 9,286 14,713 20,844 28,046 36,784 64,343
5 0,00 5,660 11,975 18,865 26,405 34,730 43,984 70,574
6 0,00 6,921 14,552 22,714 31,390 40,561 50,181 76,049
7 0,00 8,086 16,843 25,954 35,319 44,894 54,678 79,766
8 0,00 8,820 18,332 28,062 37,888 47,785 57,745 82,379
9 0,00 9,311 19,295 29,301 39,308 49,315 59,321 96,230
10 0,00 9,311 19,295 29,301 39,308 49,315 59,321 96,230
11 0,00 9,311 19,295 29,301 39,308 49,315 59,321 96,230
12 0,00 9,050 18,760 28,497 38,235 47,972 57,710 82,269
13 0,00 8,614 17,829 27,092 36,354 45,617 54,879 79,212
14 0,00 7,732 16,099 24,517 32,949 41,396 49,867 73,554
15 0,00 6,253 13,274 20,482 27,736 35,049 42,437 65,255
16 0,00 4,441 9,597 15,048 20,728 26,628 32,748 54,081
17 0,00 2,821 6,205 9,900 13,861 18,119 22,702 41,668
18 0,00 1,460 3,347 5,476 7,851 10,503 13,483 30,511
19 0,00 0,456 1,112 1,933 2,906 4,063 5,484 16,011
20 0,00 0,268 0,808 1,519 2,326 3,073 3,412 8,270

Tabel 3.7 Tabel Hasil Perhitungan Bonjean

3.4.1 Perhitungan Bonjean

DWI APRILIANTO | D031191099 100


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. SECTION 1
B = 12,64 m.
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,2973 m

WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS

(1) (2) (3) (4)


=(2) (3) (4)
0 0 0,0500 1 0,050
0,5 0,416667 0,3200 4 1,280
1 0,833333 0,3450 1 0,345
∑1= 1,675
As1 = 0,442
1 0,833333 0,3450 1 0,345
1,5 1,25 0,3717 4 1,487
2 1,666667 0,4100 1 0,410
∑2= 3,917
As2 = 1,034
2 1,666667 0,4100 1 0,410
2,5 2,083333 0,4471 4 1,788
3 2,5 0,5120 1 0,512
∑3= 6,627
As3 = 1,749
3 2,5 0,5120 1 0,512
3,5 2,916667 0,6429 4 2,572
4 3,333333 0,8800 1 0,880
∑4= 10,591
As4= 2,795
4 3,333333 0,8800 1 0,880
4,5 3,75 1,3272 4 5,309
5 4,166667 2,1400 1 2,140
∑5= 18,920
As5 = 4,993
5 4,166667 2,1400 1 2,140
5,5 4,583333 3,3372 4 13,349
6 5 4,9390 1 4,939
∑1= 39,347
As6 = 10,383
6 5 4,9390 1 4,939
WL1 6,2973 5,7906 4 23,162
WL2 7,5946 5,9067 1 5,907
∑deck= 34,008
Asdeck = 39,796

DWI APRILIANTO | D031191099 101


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,090 m.
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m. SECTION 2
B = 12,640 m.
H = 6,670 m. t = 0,396 m
T = 4,750 m. t' = 1,223535 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 0,5800 1 0,580
0,5 0,416667 0,9439 4 3,776
1 0,833333 1,0305 1 1,031
∑1= 5,386
As1 = 1,421
1 0,833333 1,0305 1 1,031
1,5 1,25 1,1070 4 4,428
2 1,666667 1,1961 1 1,196
∑2= 12,041
As2 = 3,177
2 1,666667 1,1961 1 1,196
2,5 2,083333 1,3063 4 5,225
3 2,5 1,4680 1 1,468
∑3= 19,930
As3 = 5,259
3 2,5 1,4680 1 1,468
3,5 2,916667 1,7296 4 6,918
4 3,333333 2,1058 1 2,106
∑4= 30,422
As4= 8,028
4 3,333333 2,1058 1 2,106
4,5 3,75 2,5887 4 10,355
5 4,166667 3,2210 1 3,221
∑5= 46,103
As5 = 12,166
5 4,166667 3,2210 1 3,221
5,5 4,583333 4,1281 4 16,512
6 5 5,4100 1 5,410
∑1= 71,247
As6 = 18,801
6 5 5,4100 1 5,410
WL1 6,223535 6,0639 4 24,255
WL2 7,44707 6,1376 1 6,138
∑= 35,803
As = 48,005

DWI APRILIANTO | D031191099 102


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,090 m.
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m.
B = 12,640 m. SECTION 3
H = 6,670 m. t = 0,396 m
T = 4,750 m. t' = 1,161935 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 1,251 1 1,251
0,5 0,416667 1,801 4 7,204
1 0,833333 1,980 1 1,980
∑1= 10,435
As1 = 2,754
1 0,833333 1,980 1 1,980
1,5 1,25 2,112 4 8,448
2 1,666667 2,240 1 2,240
∑2= 23,102
As2 = 6,096
2 1,666667 2,240 1 2,240
2,5 2,083333 2,400 4 9,601
3 2,5 2,600 1 2,600
∑3= 37,544
As3 = 9,907
3 2,5 2,600 1 2,600
3,5 2,916667 2,844 4 11,376
4 3,333333 3,160 1 3,160
∑4= 54,680
As4= 14,429
4 3,333333 3,160 1 3,160
4,5 3,75 3,548 4 14,192
5 4,166667 4,080 1 4,080
∑5= 76,112
As5 = 20,085
5 4,166667 4,080 1 4,080
5,5 4,583333 4,831 4 19,326
6 5 5,841 1 5,841
∑1= 105,359
As6 = 27,803
6 5 5,841 1 5,841
WL1 6,161935 6,18479 4 24,739
WL2 7,32387 6,22175 1 6,222
∑= 36,802
As = 56,311

DWI APRILIANTO | D031191099 103


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,090 m.
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m. SECTION 4
B = 12,640 m.
H = 6,670 m. t = 0,396 m
T = 4,750 m. t' = 1,10716 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 2,151 1 2,151
0,5 0,416667 2,775 4 11,101
1 0,833333 3,007 1 3,007
∑1= 16,259
As1 = 4,291
1 0,833333 3,007 1 3,007
1,5 1,25 3,160 4 12,640
2 1,666667 3,282 1 3,282
∑2= 35,188
As2 = 9,286
2 1,666667 3,282 1 3,282
2,5 2,083333 3,417 4 13,670
3 2,5 3,615 1 3,615
∑3= 55,755
As3 = 14,713
3 2,5 3,615 1 3,615
3,5 2,916667 3,864 4 15,454
4 3,333333 4,162 1 4,162
∑4= 78,986
As4= 20,844
4 3,333333 4,162 1 4,162
4,5 3,75 4,536 4 18,143
5 4,166667 4,990 1 4,990
∑5= 106,281
As5 = 28,046
5 4,166667 4,990 1 4,990
5,5 4,583333 5,512 4 22,047
6 5 6,075 1 6,075
∑1= 139,394
As6 = 36,784
6 5 6,075 1 6,075
WL1 6,10716 6,25013 4 25,001
WL2 7,21432 6,2608 1 6,261
∑= 37,336
As = 64,343

DWI APRILIANTO | D031191099 104


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,090 m.
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m.
B = 12,640 m. SECTION 5
H = 6,670 m. t = 0,396 m
T = 4,750 m. t' = 1,06235 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 3,137 1 3,137
0,5 0,416667 3,626 4 14,503
1 0,833333 3,810 1 3,810
∑1= 21,450
As1 = 5,660
1 0,833333 3,810 1 3,810
1,5 1,25 3,988 4 15,950
2 1,666667 4,170 1 4,170
∑2= 45,380
As2 = 11,975
2 1,666667 4,170 1 4,170
2,5 2,083333 4,349 4 17,397
3 2,5 4,540 1 4,540
∑3= 71,487
As3 = 18,865
3 2,5 4,540 1 4,540
3,5 2,916667 4,759 4 19,036
4 3,333333 5,000 1 5,000
∑4= 100,062
As4= 26,405
4 3,333333 5,000 1 5,000
4,5 3,75 5,254 4 21,015
5 4,166667 5,530 1 5,530
∑5= 131,607
As5 = 34,730
5 4,166667 5,530 1 5,530
5,5 4,583333 5,841 4 23,364
6 5 6,175 1 6,175
∑1= 166,676
As6 = 43,984
6 5 6,175 1 6,175
WL1 6,06235 6,272 4 25,088
WL2 7,1247 6,282 1 6,282
∑= 37,545
As = 70,574

DWI APRILIANTO | D031191099 105


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO | D031191099 106


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,090 m.
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m. SECTION 7
B = 12,640 m.
H = 6,670 m. t = 0,396 m
T = 4,750 m. t' = 0,997035 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 4,600 1 4,600
0,5 0,416667 5,166 4 20,665
1 0,833333 5,378 1 5,378
∑1= 30,643
As1 = 8,086
1 0,833333 5,378 1 5,378
1,5 1,25 5,536 4 22,146
2 1,666667 5,660 1 5,660
∑2= 63,826
As2 = 16,843
2 1,666667 5,660 1 5,660
2,5 2,083333 5,757 4 23,027
3 2,5 5,840 1 5,840
∑3= 98,352
As3 = 25,954
3 2,5 5,840 1 5,840
3,5 2,916667 5,916 4 23,663
4 3,333333 5,985 1 5,985
∑4= 133,840
As4= 35,319
4 3,333333 5,985 1 5,985
4,5 3,75 6,048 4 24,190
5 4,166667 6,110 1 6,110
∑5= 170,125
As5 = 44,894
5 4,166667 6,110 1 6,110
5,5 4,583333 6,178 4 24,714
6 5 6,251 1 6,251
∑1= 207,200
As6 = 54,678
6 5 6,251 1 6,251
WL1 5,997035 6,297 4 25,187
WL2 6,99407 6,306 1 6,306
∑= 37,745
As = 79,766

DWI APRILIANTO | D031191099 107


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. SECTION 8
B = 12,64 m.
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 0,975045 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 5 1 5,000
0,5 0,416667 5,637 4 22,547
1 0,833333 5,875 1 5,875
∑1= 33,422
As1 = 8,820
1 0,833333 5,875 1 5,875
1,5 1,25 6,018 4 24,072
2 1,666667 6,100 1 6,100
∑2= 69,468
As2 = 18,332
2 1,666667 6,100 1 6,100
2,5 2,083333 6,148 4 24,593
3 2,5 6,180 1 6,180
∑3= 106,341
As3 = 28,062
3 2,5 6,180 1 6,180
3,5 2,916667 6,207 4 24,826
4 3,333333 6,230 1 6,230
∑4= 143,577
As4= 37,888
4 3,333333 6,230 1 6,230
4,5 3,75 6,251 4 25,002
5 4,166667 6,270 1 6,270
∑5= 181,080
As5 = 47,785
5 4,166667 6,270 1 6,270
5,5 4,583333 6,290 4 25,161
6 5 6,311 1 6,311
∑1= 218,821
As6 = 57,745
6 5 6,31 1 6,311
WL1 5,975045 6,317 4 25,268
WL2 6,95009 6,319 1 6,319
∑= 37,898
As = 82,379

DWI APRILIANTO | D031191099 108


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. SECTION 9-11
B = 12,64 m.
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,46 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 5,084 1 5,084
0,5 0,416667 5,991 4 23,962
1 0,833333 6,237 1 6,237
∑1= 35,284
As1 = 9,311
1 0,833333 6,237 1 6,237
1,5 1,25 6,319 4 25,276
2 1,666667 6,320 1 6,320
∑2= 73,117
As2 = 19,295
2 1,666667 6,320 1 6,320
2,5 2,083333 6,320 4 25,280
3 2,5 6,320 1 6,320
∑3= 111,037
As3 = 29,301
3 2,5 6,320 1 6,320
3,5 2,916667 6,320 4 25,280
4 3,333333 6,320 1 6,320
∑4= 148,957
As4= 39,308
4 3,333333 6,320 1 6,320
4,5 3,75 6,320 4 25,280
5 4,166667 6,320 1 6,320
∑5= 186,877
As5 = 49,315
5 4,166667 6,320 1 6,320
5,5 4,583333 6,320 4 25,280
6 5 6,320 1 6,320
∑1= 224,797
As6 = 59,321
6 5 6,320 1 6,320
WL1 6,46 6,320 4 25,280
WL2 7,92 6,320 1 6,320
∑= 37,920
As = 96,230

DWI APRILIANTO | D031191099 109


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO | D031191099 110


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. SECTION 13
B = 12,64 m.
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,035325 m

WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS

(1) (2) (3) (4)


=(2) (3) (4)
0 0 4,740 1 4,740
0,5 0,416667 5,539 4 22,155
1 0,833333 5,746 1 5,746
∑1= 32,641
As1 = 8,614
1 0,833333 5,746 1 5,746
1,5 1,25 5,832 4 23,327
2 1,666667 5,850 1 5,850
∑2= 67,564
As2 = 17,829
2 1,666667 5,850 1 5,850
2,5 2,083333 5,850 4 23,400
3 2,5 5,850 1 5,850
∑3= 102,664
As3 = 27,092
3 2,5 5,850 1 5,850
3,5 2,916667 5,850 4 23,400
4 3,333333 5,850 1 5,850
∑4= 137,764
As4= 36,354
4 3,333333 5,850 1 5,850
4,5 3,75 5,850 4 23,400
5 4,166667 5,850 1 5,850
∑5= 172,864
As5 = 45,617
5 4,166667 5,850 1 5,850
5,5 4,583333 5,850 4 23,400
6 5 5,850 1 5,850
∑1= 207,964
As6 = 54,879
6 5 5,850 1 5,850
WL1 6,035325 5,872 4 23,489
WL2 7,07065 5,915 1 5,915
∑= 35,254
As = 79,212

DWI APRILIANTO | D031191099 111


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m.
B = 12,64 m. SECTION 14
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,090755 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 4,191 1 4,191
0,5 0,416667 4,975 4 19,899
1 0,833333 5,210 1 5,210
∑1= 29,300
As1 = 7,732
1 0,833333 5,210 1 5,210
1,5 1,25 5,296 4 21,184
2 1,666667 5,311 1 5,311
∑2= 61,005
As2 = 16,099
2 1,666667 5,311 1 5,311
2,5 2,083333 5,317 4 21,268
3 2,5 5,322 1 5,322
∑3= 92,907
As3 = 24,517
3 2,5 5,322 1 5,322
3,5 2,916667 5,325 4 21,300
4 3,333333 5,329 1 5,329
∑4= 124,858
As4= 32,949
4 3,333333 5,329 1 5,329
4,5 3,75 5,335 4 21,340
5 4,166667 5,343 1 5,343
∑5= 156,869
As5 = 41,396
5 4,166667 5,343 1 5,343
5,5 4,583333 5,350 4 21,401
6 5 5,357 1 5,357
∑1= 188,970
As6 = 49,867
6 5 5,357 1 5,357
WL1 6,090755 5,403 4 21,613
WL2 7,18151 5,604 1 5,604
∑= 32,574
As = 73,554

DWI APRILIANTO | D031191099 112


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. SECTION 15
B = 12,64 m.
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,161935 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 3,296 1 3,296
0,5 0,416667 4,027 4 16,106
1 0,833333 4,292 1 4,292
∑1= 23,695
As1 = 6,253
1 0,833333 4,292 1 4,292
1,5 1,25 4,447 4 17,786
2 1,666667 4,528 1 4,528
∑2= 50,301
As2 = 13,274
2 1,666667 4,528 1 4,528
2,5 2,083333 4,556 4 18,223
3 2,5 4,564 1 4,564
∑3= 77,616
As3 = 20,482
3 2,5 4,564 1 4,564
3,5 2,916667 4,581 4 18,323
4 3,333333 4,602 1 4,602
∑4= 105,105
As4= 27,736
4 3,333333 4,602 1 4,602
4,5 3,75 4,618 4 18,473
5 4,166667 4,637 1 4,637
∑5= 132,817
As5 = 35,049
5 4,166667 4,637 1 4,637
5,5 4,583333 4,665 4 18,661
6 5 4,700 1 4,700
∑1= 160,814
As6 = 42,437
6 5 4,700 1 4,700
WL1 6,161935 4,882 4 19,527
WL2 7,32387 5,230 1 5,230
∑= 29,456
As = 65,255

DWI APRILIANTO | D031191099 113


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m.
B = 12,64 m. SECTION 16
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,25401 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 2,151 1 2,151
0,5 0,416667 2,889 4 11,557
1 0,833333 3,120 1 3,120
∑1= 16,827
As1 = 4,441
1 0,833333 3,120 1 3,120
1,5 1,25 3,265 4 13,059
2 1,666667 3,363 1 3,363
∑2= 36,369
As2 = 9,597
2 1,666667 3,363 1 3,363
2,5 2,083333 3,444 4 13,776
3 2,5 3,517 1 3,517
∑3= 57,025
As3 = 15,048
3 2,5 3,517 1 3,517
3,5 2,916667 3,587 4 14,349
4 3,333333 3,656 1 3,656
∑4= 78,548
As4= 20,728
4 3,333333 3,656 1 3,656
4,5 3,75 3,726 4 14,905
5 4,166667 3,796 1 3,796
∑5= 100,905
As5 = 26,628
5 4,166667 3,796 1 3,796
5,5 4,583333 3,866 4 15,463
6 5 3,935 1 3,935
∑1= 124,098
As6 = 32,748
6 5 3,935 1 3,935
WL1 6,25401 4,222 4 16,887
WL2 7,50802 4,697 1 4,697
∑= 25,518
As = 54,081

DWI APRILIANTO | D031191099 114


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m.
B = 12,64 m. SECTION 17
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,36464 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 1,251 1 1,251
0,5 0,416667 1,856 4 7,425
1 0,833333 2,014 1 2,014
∑1= 10,691
As1 = 2,821
1 0,833333 2,014 1 2,014
1,5 1,25 2,141 4 8,563
2 1,666667 2,247 1 2,247
∑2= 23,514
As2 = 6,205
2 1,666667 2,247 1 2,247
2,5 2,083333 2,334 4 9,338
3 2,5 2,416 1 2,416
∑3= 37,515
As3 = 9,900
3 2,5 2,416 1 2,416
3,5 2,916667 2,501 4 10,003
4 3,333333 2,592 1 2,592
∑4= 52,525
As4= 13,861
4 3,333333 2,592 1 2,592
4,5 3,75 2,689 4 10,755
5 4,166667 2,790 1 2,790
∑5= 68,662
As5 = 18,119
5 4,166667 2,790 1 2,790
5,5 4,583333 2,895 4 11,578
6 5 3,000 1 3,000
∑1= 86,030
As6 = 22,702
6 5 3,000 1 3,000
WL1 6,36464 3,445 4 13,780
WL2 7,72928 4,067 1 4,067
∑= 20,847
As = 41,668

DWI APRILIANTO | D031191099 115


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m.
B = 12,64 m. SECTION 18
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,49365 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 0,551 1 0,551
0,5 0,416667 0,971 4 3,882
1 0,833333 1,101 1 1,101
∑1= 5,534
As1 = 1,460
1 0,833333 1,101 1 1,101
1,5 1,25 1,194 4 4,778
2 1,666667 1,272 1 1,272
∑2= 12,685
As2 = 3,347
2 1,666667 1,272 1 1,272
2,5 2,083333 1,344 4 5,377
3 2,5 1,418 1 1,418
∑3= 20,753
As3 = 5,476
3 2,5 1,418 1 1,418
3,5 2,916667 1,499 4 5,997
4 3,333333 1,585 1 1,585
∑4= 29,753
As4= 7,851
4 3,333333 1,585 1 1,585
4,5 3,75 1,673 4 6,693
5 4,166667 1,770 1 1,770
∑5= 39,801
As5 = 10,503
5 4,166667 1,770 1 1,770
5,5 4,583333 1,881 4 7,524
6 5 2,000 1 2,000
∑1= 51,094
As6 = 13,483
6 5 2,000 1 2,000
WL1 6,49365 2,941 4 11,764
WL2 7,9873 3,337 1 3,337
∑= 17,100
As = 30,511

DWI APRILIANTO | D031191099 116


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. SECTION 19
B = 12,64 m.
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,63519 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 0,051 1 0,051
0,5 0,416667 0,328 4 1,311
1 0,833333 0,366 1 0,366
∑1= 1,728
As1 = 0,456
1 0,833333 0,366 1 0,366
1,5 1,25 0,412 4 1,647
2 1,666667 0,471 1 0,471
∑2= 4,212
As2 = 1,112
2 1,666667 0,471 1 0,471
2,5 2,083333 0,520 4 2,080
3 2,5 0,564 1 0,564
∑3= 7,327
As3 = 1,933
3 2,5 0,564 1 0,564
3,5 2,916667 0,613 4 2,454
4 3,333333 0,668 1 0,668
∑4= 11,013
As4= 2,906
4 3,333333 0,668 1 0,668
4,5 3,75 0,729 4 2,914
5 4,166667 0,802 1 0,802
∑5= 15,398
As5 = 4,063
5 4,166667 0,802 1 0,802
5,5 4,583333 0,895 4 3,581
6 5 1,000 1 1,000
∑1= 20,780
As6 = 5,484
6 5 1,000 1 1,000
WL1 6,63519 1,568 4 6,271
WL2 8,27038 2,386 1 2,386
∑= 9,657
As = 16,011

DWI APRILIANTO | D031191099 117


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO LINES BONJEAN


LOA = 74,09 m.
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m.
B = 12,64 m. SECTION 20
H = 6,67 m. t = 0,396 m
T = 4,75 m. t' = 1,783 m
WL T (m) 0,5 B (m) MS 0,5 B.MS
(1) (2) (3) (4)
=(2) (3) (4)
0 0 - 1 -
0,5 0,416667 0,185 4 0,742
1 0,833333 0,274 1 0,274
∑1= 1,016
As1 = 0,268
1 0,833333 0,274 1 0,274
1,5 1,25 0,343 4 1,373
2 1,666667 0,400 1 0,400
∑2= 3,064
As2 = 0,808
2 1,666667 0,400 1 0,400
2,5 2,083333 0,450 4 1,802
3 2,5 0,490 1 0,490
∑3= 5,756
As3 = 1,519
3 2,5 0,490 1 0,490
3,5 2,916667 0,514 4 2,054
4 3,333333 0,514 1 0,514
∑4= 8,814
As4= 2,326
4 3,333333 0,514 1 0,514
4,5 3,75 0,481 4 1,924
5 4,166667 0,392 1 0,392
∑5= 11,644
As5 = 3,073
5 4,166667 0,392 1 0,392
5,5 4,583333 0,224 4 0,894
6 5 - 1 -
∑1= 12,931
As6 = 3,412
6 5 0,00 1 -
WL1 6,783 0,648 4 2,593
WL2 8,566 1,493 1 1,493
∑= 4,086
As = 8,270

DWI APRILIANTO | D031191099 118


HIDROSTATIKA KAPAL

3.4.2 Gambar Kurva Bonjean

Gambar 3.19 Gambar Kurva Bonjean

DWI APRILIANTO | D031191099 119


HIDROSTATIKA KAPAL

BAB IV
PENUTUP
4. 1 Simpulan
Dalam menyelesaikan tugas rencana garis-garis (lines plan) dapat dilakukan
dengan menggambarkan penampang-penampang bentuk kapal, lambung kapal
secara imajinatif dipotong dengan pendekatan tiga sistem penampang. Ketiga
sistem penampang yang dimaksud adalah Buttock, Waterplane, dan Section.

• Buttock
Sistem penampang kapal yang pertama adalah buttock yang diperoleh
dari pemotongan pada arah vertikal memanjang kapal.
• Waterplane
Sistem penampang kapal yang kedua adalah penampang horizontal
yang lazim disebut waterplane (penampang garis air). Waterplane tersebut
diperoleh dari pemotongan secara horizontal yang tegak lurus terhadap
pemotongan yang pertama.
• Section
Sistem penampang kapal yang ketiga adalah section. Section ini
diperoleh dari pemotongan secara vertikal melintang kapal yang tegak lurus
terhadap sistem pemotongan yang pertama dan kedua
Untuk melakukan penggambaran kurva hidrostatik kapal dibutuhkan data –
data yang meliputi:

• Properti penampang garis air


• Properti penampang tengah kapal
• Properti volume
• Data turunan
Bonjean, adalah luas penampang melintang kapal (section) pada berbagai
sarat hingga garis geladak (deck line).

DWI APRILIANTO | D031191099 120


HIDROSTATIKA KAPAL

4.2 Saran
Masih perlu adanya penambahan literatur buku-buku untuk pengerjaan tugas.
Dalam penggambaran agar memperhatikan waktu yang diberikan dalam
melaksanakan tugas.

DWI APRILIANTO | D031191099 121


HIDROSTATIKA KAPAL

DAFTAR PUSTAKA

Edward, V., Lewis. 1988. Principles of Naval Architecture Second Revision: The
Society of Naval Architecture and Marine Engineers 601 Pavonia
Avenue.
Eyres, D., J.. 2001. Ship Construction Fifth Edition. Licensing Agency Ltd.
H. SchneeKluth and V. Bertram. Ship Design for Efficiency and Economy. Planta Tree:
Great Britain.
Jaya, Indra Kusna. 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja Jilid I. Departemen
Pendidikan Nasional: Jakarta.
M., Kracht, Alfred. 1978. Design of Bulbous Bow. SNAME Transactions
SV.AA. Harvald. Resistance and Propulsion of Ships. Departemen of Ocean
…….Engineering the Technical Universty of Denmark: Denmark, Lyngby
Taggart. Robert, 1980. Ship Design and Construction. The Society of Naval Architects
…….and Marine Engineers: New York.
Tupper, E., C. 1996. Introduction to Naval Architecture Third Edition: Elsevier
Science Ltd.

DWI APRILIANTO | D031191099 122


HIDROSTATIKA KAPAL

LAMPIRAN

DWI APRILIANTO | D031191099 123


HIDROSTATIKA KAPAL

Lampiran 1. Tabel Perhitungan Properti Penampang Garis Air

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T =0 m (WL0) LBP = 68,74 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 9,998 m Sa = 0,000 m Sa' = 0m
TWL = 0,000 m Sf = - m Sf' = - m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
0 0,000 1 -10,000 0,000 0,000 0,000 0,000
1 0,050 4 -9,000 0,200 -1,800 0,001 16,200
2 0,580 2 -8,000 1,160 -9,280 0,390 74,240
3 1,251 4 -7,000 5,004 -35,028 7,831 245,196
4 2,151 2 -6,000 4,302 -25,812 19,904 154,872
5 3,137 4 -5,000 12,548 -62,740 123,482 313,700
6 3,900 2 -4,000 7,800 -31,200 118,638 124,800
7 4,600 4 -3,000 18,400 -55,200 389,344 165,600
8 5,000 2 -2,000 10,000 -20,000 250,000 40,000
9 4,999 4 -1,000 19,996 -19,996 499,700 19,996
10 4,999 2 0,000 9,998 0,000 249,850 0,000
11 4,999 4 1,000 19,996 19,996 499,700 19,996
12 4,802 2 2,000 9,604 19,208 221,461 38,416
13 4,634 4 3,000 18,536 55,608 398,041 166,824
14 4,191 2 4,000 8,382 33,528 147,225 134,112
15 3,297 4 5,000 13,188 65,940 143,356 329,700
16 2,151 2 6,000 4,302 25,812 19,904 154,872
17 1,251 4 7,000 5,004 35,028 7,831 245,196
18 0,551 2 8,000 1,102 8,816 0,335 70,528
19 0,051 4 9,000 0,204 1,836 0,001 16,524
20 0,000 1 10,000 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
169,726 4,716 3096,995 2330,772
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 388,899 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,096 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 2365,416 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S43
63088,054 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 63084,507 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 124


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T =0,4 m (W0,5) LBP = 68,740 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 11,981 m Sa = 0,396 m sa' = 0,19795 m
TWL = 0,396 m Sf = 0,865 m sf' = 0,432405 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,058 -9,115 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,246 0,230 -9,058 0,057 -0,513 0,003 4,645
1 0,320 1,058 -9,000 0,338 -3,045 0,035 27,409
2 0,944 4 -8,000 3,776 -30,204 3,364 241,635
3 1,801 2 -7,000 3,602 -25,213 11,682 176,490
4 2,775 4 -6,000 11,101 -66,604 85,492 399,623
5 3,626 2 -5,000 7,251 -36,257 95,324 181,284
6 4,422 4 -4,000 17,689 -70,755 345,922 283,021
7 5,166 2 -3,000 10,333 -30,998 275,784 92,993
8 5,637 4 -2,000 22,547 -45,093 716,348 90,186
9 5,991 2 -1,000 11,981 -11,981 429,960 11,981
10 5,991 4 0,000 23,962 0,000 859,920 0,000
11 5,991 2 1,000 11,981 11,981 429,960 11,981
12 5,809 4 2,000 23,235 46,470 783,984 92,940
13 5,539 2 3,000 11,077 33,232 339,821 99,696
14 4,975 4 4,000 19,899 79,596 492,464 318,384
15 4,027 2 5,000 8,053 40,265 130,561 201,325
16 2,889 4 6,000 11,557 69,339 96,464 416,036
17 1,856 2 7,000 3,713 25,988 12,792 181,915
18 0,971 4 8,000 3,882 31,057 3,657 248,457
19 0,328 1,500 9,000 0,492 4,424 0,053 39,814
19,5 0,244 2,000 9,500 0,487 4,630 0,029 43,984
20 0,185 0,626 10,000 0,116 1,161 0,004 11,606
c 0,197 0,503 10,126 0,099 1,006 0,004 10,184
d 0,000 0,126 10,252 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
207,227 28,485 5113,626 3185,591
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 474,825 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,472 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 3905,674 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S4
3
86225,824 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 86119,842 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 125


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 0,792 m (WL1) LBP = 68,74 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,474 m Sa = 0,428 m Sa' = 0,214035 m
TWL = 0,792 m Sf = 1,162 m Sf' = 0,581 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,062 -9,125 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,27709 0,249 -9,062 0,069 -0,625 0,005 5,668
1 0,345 1,062 -9,000 0,366 -3,298 0,044 29,685
2 1,031 4 -8,000 4,124 -32,992 4,384 263,936
3 1,980 2 -7,000 3,960 -27,720 15,525 194,040
4 3,007 4 -6,000 12,028 -72,168 108,758 433,008
5 3,810 2 -5,000 7,620 -38,100 110,613 190,500
6 4,637 4 -4,000 18,548 -74,192 398,815 296,768
7 5,378 2 -3,000 10,756 -32,268 311,095 96,804
8 5,875 4 -2,000 23,500 -47,000 811,117 94,000
9 6,237 2 -1,000 12,474 -12,474 485,241 12,474
10 6,237 4 0,000 24,948 0,000 970,481 0,000
11 6,237 2 1,000 12,474 12,474 485,241 12,474
12 5,970 4 2,000 23,880 47,760 851,105 95,520
13 5,746 2 3,000 11,492 34,476 379,426 103,428
14 5,210 4 4,000 20,840 83,360 565,683 333,440
15 4,292 2 5,000 8,584 42,920 158,128 214,600
16 3,120 4 6,000 12,480 74,880 121,485 449,280
17 2,015 2 7,000 4,030 28,210 16,363 197,470
18 1,101 4 8,000 4,404 35,232 5,339 281,856
19 0,367 1,500 9,000 0,551 4,955 0,074 44,591
19,5 0,344 2,000 9,500 0,688 6,540 0,082 62,128
20 0,274 0,669 10,000 0,184 1,836 0,014 18,359
c 0,444 0,676 10,169 0,300 3,054 0,059 31,053
d 0,000 0,169 10,338 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
218,000 34,858 5799,015 3430,029
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 499,511 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,550 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 4429,159 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S43
92842,131 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 92691,264 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 126


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T =1,19 m (W1,5) LBP = 68,740 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,638 m Sa = 0,467 m sa' = 0,23338 m
TWL = 1,188 m Sf = 1,359 m sf' = 0,679525 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,068 -9,136 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,314 0,272 -9,068 0,085 -0,773 0,008 7,013
1 0,372 1,068 -9,000 0,397 -3,572 0,055 32,151
2 1,107 4 -8,000 4,428 -35,423 5,426 283,384
3 2,112 2 -7,000 4,224 -29,567 18,839 206,967
4 3,160 4 -6,000 12,641 -75,846 126,248 455,076
5 3,988 2 -5,000 7,975 -39,875 126,805 199,376
6 4,822 4 -4,000 19,287 -77,147 448,389 308,588
7 5,536 2 -3,000 11,073 -33,219 339,408 99,656
8 6,018 4 -2,000 24,072 -48,143 871,747 96,286
9 6,319 2 -1,000 12,638 -12,638 504,644 12,638
10 6,319 4 0,000 25,276 0,000 1009,289 0,000
11 6,319 2 1,000 12,638 12,638 504,644 12,638
12 6,146 4 2,000 24,583 49,166 928,529 98,333
13 5,832 2 3,000 11,664 34,991 396,684 104,973
14 5,296 4 4,000 21,184 84,735 594,144 338,941
15 4,447 2 5,000 8,893 44,465 175,827 222,325
16 3,265 4 6,000 13,059 78,353 139,184 470,117
17 2,141 2 7,000 4,281 29,969 19,619 209,785
18 1,194 4 8,000 4,778 38,220 6,816 305,764
19 0,412 1,500 9,000 0,618 5,558 0,105 50,020
19,5 0,324 2,000 9,500 0,649 6,163 0,068 58,551
20 0,343 0,698 10,000 0,239 2,394 0,028 23,945
c 0,343 0,791 10,198 0,271 2,767 0,032 28,215
d 0,000 0,198 10,395 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
224,952 33,217 6216,537 3624,740
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 515,440 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,508 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 4748,053 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S4
3
98112,460 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 97979,695 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 127


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 1,583 m (WL2) LBP = 68,74 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 0,687 m Sa' l 0,3437 m
TWL = 1,583 m Sf = 1,430 m Sf' = 0,715 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,100 -9,200 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,35129 0,400 -9,100 0,141 -1,279 0,017 11,636
1 0,410 1,100 -9,000 0,451 -4,059 0,076 36,531
2 1,196 4 -8,000 4,784 -38,272 6,843 306,176
3 2,240 2 -7,000 4,480 -31,360 22,479 219,520
4 3,282 4 -6,000 13,128 -78,768 141,409 472,608
5 4,170 2 -5,000 8,340 -41,700 145,023 208,500
6 4,993 4 -4,000 19,972 -79,888 497,903 319,552
7 5,660 2 -3,000 11,320 -33,960 362,643 101,880
8 6,100 4 -2,000 24,400 -48,800 907,924 97,600
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,311 4 4,000 21,244 84,976 599,224 339,904
15 4,528 2 5,000 9,056 45,280 185,673 226,400
16 3,363 4 6,000 13,452 80,712 152,139 484,272
17 2,247 2 7,000 4,494 31,458 22,690 220,206
18 1,272 4 8,000 5,088 40,704 8,232 325,632
19 0,471 1,500 9,000 0,707 6,359 0,157 57,227
19,5 0,594 2,000 9,500 1,188 11,283 0,419 107,188
20 0,400 0,708 10,000 0,283 2,834 0,045 28,342
c 0,657 0,832 10,208 0,546 5,577 0,236 56,934
d 0,000 0,208 10,416 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
229,933 35,397 6403,456 3849,088
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 526,854 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,529 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 4890,818 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S 3 S4 104185,000 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 104037,501 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 128


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T =1,97 m (WL2,5) LBP = 68,740 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,638 m Sa = 0,687 m sa' = 0,3437 m
TWL = 1,979 m Sf = 1,480 m sf' = 0,74023 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,100 -9,200 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,368 0,400 -9,100 0,147 -1,338 0,020 12,179
1 0,372 1,100 -9,000 0,409 -3,680 0,056 33,118
2 1,107 4 -8,000 4,428 -35,423 5,426 283,384
3 2,112 2 -7,000 4,224 -29,567 18,839 206,967
4 3,160 4 -6,000 12,641 -75,846 126,248 455,076
5 3,988 2 -5,000 7,975 -39,875 126,805 199,376
6 4,822 4 -4,000 19,287 -77,147 448,389 308,588
7 5,536 2 -3,000 11,073 -33,219 339,408 99,656
8 6,018 4 -2,000 24,072 -48,143 871,747 96,286
9 6,319 2 -1,000 12,638 -12,638 504,644 12,638
10 6,319 4 0,000 25,276 0,000 1009,289 0,000
11 6,319 2 1,000 12,638 12,638 504,644 12,638
12 6,146 4 2,000 24,583 49,166 928,529 98,333
13 5,832 2 3,000 11,664 34,991 396,684 104,973
14 5,296 4 4,000 21,184 84,735 594,144 338,941
15 4,447 2 5,000 8,893 44,465 175,827 222,325
16 3,265 4 6,000 13,059 78,353 139,184 470,117
17 2,141 2 7,000 4,281 29,969 19,619 209,785
18 1,194 4 8,000 4,778 38,220 6,816 305,764
19 0,343 1,500 9,000 0,515 4,633 0,061 41,700
19,5 0,388 2,000 9,500 0,775 7,366 0,117 69,976
20 0,450 0,715 10,000 0,322 3,222 0,065 32,222
c 0,697 0,861 10,215 0,600 6,132 0,291 62,637
d 0,000 0,215 10,431 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
225,461 37,016 6216,851 3676,677
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 516,607 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,564 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 4748,292 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S4
3
99518,271 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 99353,778 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 129


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 2,375 m (WL3) LBP = 68,74 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 0,687 m Sa' = 0,3437 m
TWL = 2,375 m Sf = 1,444 m Sf' = 0,722 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,100 -9,200 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,41378 0,400 -9,100 0,166 -1,506 0,028 13,706
1 0,512 1,100 -9,000 0,563 -5,069 0,148 45,619
2 1,468 4 -8,000 5,872 -46,976 12,654 375,808
3 2,600 2 -7,000 5,200 -36,400 35,152 254,800
4 3,615 4 -6,000 14,460 -86,760 188,967 520,560
5 4,540 2 -5,000 9,080 -45,400 187,153 227,000
6 5,316 4 -4,000 21,264 -85,056 600,918 340,224
7 5,839 2 -3,000 11,678 -35,034 398,149 105,102
8 6,180 4 -2,000 24,720 -49,440 944,116 98,880
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,322 4 4,000 21,288 85,152 602,955 340,608
15 4,564 2 5,000 9,128 45,640 190,137 228,200
16 3,517 4 6,000 14,068 84,408 174,011 506,448
17 2,416 2 7,000 4,832 33,824 28,205 236,768
18 1,418 4 8,000 5,672 45,376 11,405 363,008
19 0,564 1,500 9,000 0,846 7,614 0,269 68,526
19,5 0,698 2,000 9,500 1,395 13,256 0,679 125,937
20 0,822 0,710 10,000 0,583 5,834 0,394 58,339
c 0,703 0,840 10,210 0,590 6,027 0,291 61,540
d 0,000 0,210 10,420 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
238,266 19,791 6725,955 4200,053
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 545,947 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,285 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 5137,135 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S 3 S4 113684,726 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 113640,231 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 130


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T =2,77 m (WL3,5) LBP = 68,740 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 0,461 m sa' = 0,230295 m
TWL = 2,771 m Sf = 1,259 m sf' = 0,62925 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,067 -9,134 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,559 0,268 -9,067 0,150 -1,357 0,047 12,308
1 0,559 1,067 -9,000 0,596 -5,364 0,186 48,279
2 1,726 4 -8,000 6,904 -55,230 20,566 441,843
3 2,600 2 -7,000 5,200 -36,400 35,152 254,800
4 3,615 4 -6,000 14,460 -86,760 188,967 520,560
5 4,540 2 -5,000 9,080 -45,400 187,153 227,000
6 5,316 4 -4,000 21,264 -85,056 600,918 340,224
7 5,839 2 -3,000 11,678 -35,034 398,149 105,102
8 6,180 4 -2,000 24,720 -49,440 944,116 98,880
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,322 4 4,000 21,288 85,152 602,955 340,608
15 4,564 2 5,000 9,128 45,640 190,137 228,200
16 3,517 4 6,000 14,068 84,408 174,011 506,448
17 2,416 2 7,000 4,832 33,824 28,205 236,768
18 1,418 4 8,000 5,672 45,376 11,405 363,008
19 0,564 1,500 9,000 0,846 7,614 0,269 68,526
19,5 0,507 2,000 9,500 1,014 9,635 0,261 91,537
20 0,514 0,683 10,000 0,351 3,508 0,093 35,080
c 0,519 0,732 10,183 0,380 3,873 0,103 39,441
d 0,000 0,183 10,366 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
238,491 3,288 6733,015 4187,592
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 546,462 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 0,047 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 5142,527 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S4
3
113347,445 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 113346,217 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 131


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 3,167 m (WL4) LBP = 68,74 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 0,781 m Sa' = 0,390735 m
TWL = 3,167 m Sf = 0,950 m Sf' = 0,475 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,114 -9,227 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,65352 0,455 -9,114 0,297 -2,708 0,127 24,684
1 0,880 1,114 -9,000 0,980 -8,820 0,759 79,383
2 2,106 4 -8,000 8,424 -67,392 37,362 539,136
3 3,150 2 -7,000 6,300 -44,100 62,512 308,700
4 4,164 4 -6,000 16,656 -99,936 288,797 599,616
5 5,000 2 -5,000 10,000 -50,000 250,000 250,000
6 5,641 4 -4,000 22,564 -90,256 718,006 361,024
7 5,985 2 -3,000 11,970 -35,910 428,768 107,730
8 6,230 4 -2,000 24,920 -49,840 967,217 99,680
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,329 4 4,000 21,316 85,264 605,337 341,056
15 4,602 2 5,000 9,204 46,020 194,926 230,100
16 3,656 4 6,000 14,624 87,744 195,469 526,464
17 2,592 2 7,000 5,184 36,288 34,829 254,016
18 1,585 4 8,000 6,340 50,720 15,928 405,760
19 0,668 1,500 9,000 1,002 9,018 0,447 81,162
19,5 0,760 2,000 9,500 1,521 14,446 0,879 137,238
20 0,760 0,638 10,000 0,485 4,850 0,280 48,503
c 0,669 0,553 10,138 0,370 3,750 0,166 38,023
d 0,000 0,138 10,276 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
249,017 -26,562 7152,133 4661,255
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 570,581 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 -0,367 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 5462,641 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S 3 S4 126168,289 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 126091,599 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 132


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 3,561 m (WL4,5) LBP = 68,740 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 2,062 m sa' = 1,031 m
TWL = 3,563 m Sf = 0,607 m sf' = 0,30371 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,300 -9,600 0,000 0,000 0,000 0,000
b 0,944 1,200 -9,300 1,132 -10,530 1,008 97,928
1 1,327 1,300 -9,000 1,725 -15,528 3,039 139,751
2 2,106 4 -8,000 8,424 -67,392 37,362 539,136
3 3,150 2 -7,000 6,300 -44,100 62,512 308,700
4 4,164 4 -6,000 16,656 -99,936 288,797 599,616
5 5,000 2 -5,000 10,000 -50,000 250,000 250,000
6 5,641 4 -4,000 22,564 -90,256 718,006 361,024
7 5,985 2 -3,000 11,970 -35,910 428,768 107,730
8 6,230 4 -2,000 24,920 -49,840 967,217 99,680
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,329 4 4,000 21,316 85,264 605,337 341,056
15 4,602 2 5,000 9,204 46,020 194,926 230,100
16 3,656 4 6,000 14,624 87,744 195,469 526,464
17 2,592 2 7,000 5,184 36,288 34,829 254,016
18 1,585 4 8,000 6,340 50,720 15,928 405,760
19 0,668 1,500 9,000 1,002 9,018 0,447 81,162
19,5 0,560 2,000 9,500 1,120 10,636 0,351 101,038
20 0,481 0,588 10,000 0,283 2,830 0,065 28,296
c 0,456 0,353 10,088 0,161 1,625 0,033 16,390
d 0,000 0,088 10,177 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
249,785 -49,048 7154,420 4716,828
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 572,341 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 -0,675 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 5464,387 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S4
3
127672,497 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 127411,808 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 133


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 3,958 m (WL5) LBP = 68,74 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 3,437 m sa' = 1,7185 m
TWL = 3,958 m Sf = 0,275 m sf' = 0,1375 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,500 -10,000 0,000 0,000 0,000 0,000
b 1,503 2,000 -9,500 3,007 -28,563 6,795 271,349
1 2,140 1,500 -9,000 3,210 -28,890 14,701 260,010
2 3,221 4 -8,000 12,884 -103,072 133,669 824,576
3 4,080 2 -7,000 8,160 -57,120 135,835 399,840
4 4,990 4 -6,000 19,960 -119,760 497,006 718,560
5 5,530 2 -5,000 11,060 -55,300 338,225 276,500
6 5,937 4 -4,000 23,748 -94,992 837,069 379,968
7 6,110 2 -3,000 12,220 -36,660 456,198 109,980
8 6,270 4 -2,000 25,080 -50,160 985,968 100,320
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,343 4 4,000 21,372 85,488 610,120 341,952
15 4,637 2 5,000 9,274 46,370 199,407 231,850
16 3,796 4 6,000 15,184 91,104 218,796 546,624
17 2,790 2 7,000 5,580 39,060 43,435 273,420
18 1,770 4 8,000 7,080 56,640 22,181 453,120
19 0,802 1,500 9,000 1,203 10,827 0,774 97,443
19,5 0,751 2,000 9,500 1,502 14,266 0,847 135,530
20 0,510 0,540 10,000 0,275 2,754 0,072 27,540
c 0,388 0,160 10,040 0,062 0,624 0,009 6,266
d 0,000 0,040 10,080 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
267,721 -143,084 7851,430 5683,828
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 613,438 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 -1,837 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 5996,748 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S 3 S4 153846,739 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 151776,860 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 134


HIDROSTATIKA KAPAL

PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR

WATERLINE at T = 4,35 m (WL5,5) LBP = 68,740 m


LWL = 71,490 m S = 3,437 m
BWL = 12,640 m Sa = 1,375 m sa' = 0,6875 m
TWL = 4,354 m Sf = 0,052 m sf' = 0,0258 m
½B.MS.F
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B)3.MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
a 0,000 0,200 -9,400 0,000 0,000 0,000 0,000
b 2,004 0,800 -9,200 1,604 -14,752 6,440 135,722
1 3,337 1,200 -9,000 4,005 -36,042 44,599 324,381
2 4,128 4 -8,000 16,512 -132,099 281,389 1056,791
3 4,831 2 -7,000 9,663 -67,641 225,566 473,486
4 5,512 4 -6,000 22,047 -132,284 669,804 793,704
5 5,841 2 -5,000 11,682 -58,409 398,534 292,044
6 6,076 4 -4,000 24,306 -97,222 897,422 388,889
7 6,178 2 -3,000 12,357 -37,071 471,708 111,212
8 6,290 4 -2,000 25,161 -50,322 995,528 100,643
9 6,320 2 -1,000 12,640 -12,640 504,872 12,640
10 6,320 4 0,000 25,280 0,000 1009,744 0,000
11 6,320 2 1,000 12,640 12,640 504,872 12,640
12 6,150 4 2,000 24,600 49,200 930,434 98,400
13 5,850 2 3,000 11,700 35,100 400,403 105,300
14 5,350 4 4,000 21,401 85,604 612,601 342,415
15 4,665 2 5,000 9,330 46,652 203,068 233,260
16 3,866 4 6,000 15,463 92,776 231,067 556,658
17 2,895 2 7,000 5,789 40,523 48,502 283,663
18 1,881 4 8,000 7,524 60,189 26,617 481,513
19 0,895 1,500 9,000 1,343 12,085 1,076 108,763
19,5 0,698 2,000 9,500 1,395 13,254 0,679 125,917
20 0,224 0,508 10,000 0,113 1,135 0,006 11,348
20,008 0,165 0,030 10,008 0,007 0,067 0,000 0,672
20,015 0,000 0,008 10,015 0,000 0,000 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
276,561 -189,256 8464,929 6050,062
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 633,693 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 -2,352 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 6465,325 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S S4
3
163759,735 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 160254,180 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 135


HIDROSTATIKA KAPAL

DWI APRILIANTO SHIP


LOA = 74,09 m.
PROPERTI PENAMPANG GARIS AIR
LWL = 71,49 m.
LBP = 68,74 m. WATERLINE at T = 4,75 m (WL6)
B = 12,64 m. LWL = 71,49 m S = 3,437 m.
H = 6,67 m. BWL = 12,640 m Sa = 2,750 m.
T = 4,75 m. Sa' = 1,375 m.
½B.MS.F 3
NS ½B (m) MS FM ½B . MS (½B) .MS ½B.MS.FM2
M
(5) (6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4)
= (2).(3) = (5).(4) = (2)3.(3) = (6).(4)
-0,80012 0,000 0,400 -10,800 - 0,00 0,000 0,000
-0,40006 3,100 1,600 -10,400 4,961 -51,59 47,673 536,558
0 4,033 1,400 -10,000 5,646 -56,46 91,812 564,587
1 4,939 4 -9 19,755 -177,79 481,835 1600,139
2 5,410 2 -8 10,820 -86,56 316,681 692,480
3 5,841 4 -7 23,364 -163,55 797,116 1144,836
4 6,075 2 -6 12,150 -72,90 448,425 437,407
5 6,175 4 -5 24,700 -123,50 941,872 617,510
6 6,213 2 -4 12,425 -49,70 479,568 198,803
7 6,251 4 -3 25,004 -75,01 977,031 225,036
8 6,311 2 -2 12,622 -25,24 502,718 50,488
9 6,320 4 -1 25,280 -25,28 1009,744 25,280
10 6,320 2 0 12,640 0,00 504,872 0,000
11 6,320 4 1 25,280 25,28 1009,744 25,280
12 6,150 2 2 12,300 24,60 465,217 49,200
13 5,850 4 3 23,400 70,20 800,807 210,600
14 5,357 2 4 10,714 42,86 307,482 171,427
15 4,700 4 5 18,800 94,00 415,292 470,000
16 3,935 2 6 7,869 47,21 121,814 283,284
17 3,000 4 7 12,000 84,00 108,000 588,000
18 2,000 2,000 8 4,000 32,00 16,000 256,000
19 1,000 4,000 9
20 0,000 1,000 10 - 0,00 0,000 0,000

S1 = S2 = S3 = S4 =
303,730 -487,44 9843,703 8146,916
Waterline area (AWL) = 2 S/3 S1 695,948 m2
Centre of waterplane from midship ( OF ) = S S2 / S1 -5,516 m
Athwart inertia moment of waterplane( IT ) = 2 1/3 S/3 S3 7518,401 m4
Longitudinal inertia moment to midship (Iy) = 2 1/3 S 3 S4 220516,225 m4
2
Long. inertia moment of waterplane(IL) = Iy - OF AWL 199342,217 m4

DWI APRILIANTO | D031191099 136


HIDROSTATIKA KAPAL

Lampiran 2. Tabel Perhitungan Properti Penampang Tengah Melintang Kapal

DIMENSIONS OF SHIP
LOA = 74,090 m. PROPERTI PENAMPANG TENGAH KAPAL
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m. Waterline spacing (t) = 0,3958 m
B = 12,640 m.
H = 6,670 m.
T = 4,750 m.
WL 0,5 B MS 0,5 B . MS WL 0,5 B (m) MS 0,5 B . MS
(1) (2) (3) (4)
0 4,999 1 4,999 3 6,320 1 6,320
0,5 5,991 4 23,962 3,5 6,320 4 25,280
1 6,237 1 6,237 4 6,320 1 6,320
∑= 35,199 ∑= 148,876
9,289 39,287
1 6,237 1 6,237 4 6,320 1 6,320
1,5 6,320 4 25,280 4,5 6,320 4 25,280
2 6,320 1 6,320 5 6,320 1 6,320
∑= 73,036 ∑= 186,796
19,273 49,293
2 6,320 1 6,320 5 6,320 1 6,320
2,5 6,320 4 25,280 5,5 6,320 4 25,280
3 6,320 1 6,320 6 6,320 1 6,320
∑= 110,956 ∑= 224,716
29,280 59,300

DWI APRILIANTO | D031191099 137


HIDROSTATIKA KAPAL

Lampiran 3. Tabel Perhitungan Volume, Displacement dan Titik Tekan


DIMENSIONS OF SHIP
LOA = 74,090 m. VOLUME, DISPLACEMENT AND CENTRE OF BUOYANCY
LWL = 71,490 m.
LBP = 68,740 m. Waterline spacing (t) = 0,396 m
B = 12,640 m. Specific gravity of sea water ( s ) = 1,025 ton/m 3
H = 6,670 m. Specific gravity of fresh water ( f ) = 1,000 ton/m 3
T = 4,750 m. Skin factor (c) = 1,008
WL AWL (m 2) MS FM OF (m) AWL.MS AWL.MS.FM AWL.MS.OF
(6) (7) (8)
(1) (2) (3) (4) (5)
= (2).(3) = (6).(4) = (6).(5)
0,0 388,899 1,000 0,000 0,096 388,899 0,000 37,140
0,5 474,825 4,000 1,000 0,472 1899,302 1899,302 897,311
1,0 499,511 1,000 2,000 0,550 499,511 999,021 274,517
S1.1 = S2.1 = S3.1 =
2787,711 2898,323 1208,968
1,0 499,511 1,000 2,000 0,550 499,511 999,021 274,517
1,5 515,440 4,000 3,000 0,508 2061,759 6185,276 1046,383
2,0 526,854 1,000 4,000 0,529 526,854 2107,417 278,765
S1.2 = S2.2 = S3.2 =
5875,835 12190,037 2808,634
2,0 526,854 1,000 4,000 0,529 526,854 2107,417 278,765
2,5 516,607 4,000 5,000 0,564 2066,426 10332,132 1166,041
3,0 545,947 1,000 6,000 0,285 545,947 3275,679 155,859
S1.3 = S2.3 = S3.3 =
9015,062 27905,266 4409,299
3,0 545,947 1,000 6,000 0,285 545,947 3275,679 155,859
3,5 546,462 4,000 7,000 0,047 2185,849 15300,945 103,588
4,0 570,581 1,000 8,000 -0,367 570,581 4564,645 -209,183
S1.4 = S2.4 = S3.4 =
12317,438 51046,534 4459,562
4,0 570,581 1,000 8,000 -0,367 570,581 4564,645 -209,183
4,5 572,341 4,000 9,000 -0,675 2289,364 20604,275 -1545,073
5,0 613,438 1,000 10,000 -1,837 613,438 6134,379 -1126,828
S1.5 = S2.5 = S3.5 =
15790,820 82349,832 1578,477
5,0 613,438 1,000 10,000 -1,837 613,438 6134,379 -1126,828
5,5 633,693 4,000 11,000 -2,352 2534,772 27882,492 -5961,806
6,0 695,948 1,000 12,000 -5,516 695,948 8351,371 -3838,750
S1.6 = S2.6 = S3.6 =
19634,978 124718,074 -9348,907
T V (m3) DFW (ton) DSW (ton) KB (m) OB (m)
WL
( m) = 1/3 t S1.n = V f c = V s c = t S 2.n/S 1.n = S 3.n/S 1.n
1,000 0,792 367,823 370,582 379,846 0,412 0,434
2,000 1,583 775,284 781,098 800,626 0,821 0,478
3,000 2,375 1189,487 1198,408 1228,369 1,225 0,489
4,000 3,167 1625,218 1637,407 1678,342 1,640 0,362
5,000 3,958 2083,511 2099,137 2151,616 2,064 0,100
6,000 4,750 2590,726 2610,157 2675,411 2,514 -0,476

DWI APRILIANTO | D031191099 138


HIDROSTATIKA KAPAL

Lampiran 4. Tabel Perhitungan Jari-jari dan Tinggi Metasentra


DIMENSIONS OF SHIP

LOA = 74,090 m. B = 12,640 m. METACENTRA RADIUS AND HEIGHT


LWL = 71,490 m. H = 6,670 m.
LBP = 68,740 m. T = 4,750 m.

WATERLINE (WL)
NO SUBJECTS SYMBOL FORMULA UNIT
WL.0 WL.1 WL.2 WL.3 WL.4 WL.5 WL.6
Athwart inertia moment of
1 IT m4 2365,416 4429,159 4890,818 5137,135 5462,641 5996,748 7518,401
waterline
Longitudinal inertia moment of
2 IL m4 63084,507 92691,264 104037,501 113640,231 126091,599 151776,860 199342,217
waterline
3 Volume V m3 - 367,823 775,284 1189,487 1625,218 2083,511 2590,726
Vertical centre of buoyancy from
4 KB m - 0,412 0,821 1,225 1,640 2,064 2,514
baseline
5 Athwart metacentra radius MB [1] / [3] m - 12,042 6,308 4,319 3,361 2,878 2,902

6 Longitudinal metacentra radius MLB [2] / [3] m - 252,000 134,193 95,537 77,584 72,847 76,945

7 Athwart metacentra geight MK [4] + [5] m - 12,453 7,130 5,544 5,002 4,942 5,416

8 Longitudinal metacentra height MLK [4] + [6] m - 252,411 135,014 96,762 79,225 74,911 79,459

DWI APRILIANTO | D031191099 139


HIDROSTATIKA KAPAL

Lampiran 5. Tabel Perhitungan Koefisien Blok dan Koefisien Prismatik


DIMENSIONS OF SHIP

LOA = 74,090 m. B = 12,640 m. FORM COEFFICIENTS


LWL = 71,490 m. H = 6,670 m.
LBP = 68,740 m. T = 4,750 m.

WATERLINE (WL)
NO SUBJECTS SYMBOL FORMULA UNIT
WL.0 WL.1 WL.2 WL.3 WL.4 WL.5 WL.6
1 Length on the waterline LWL m 71,490 71,490 71,490 71,490 71,490 71,490 71,490
2 Breadth B m 9,998 12,474 12,640 12,640 12,640 12,640 12,640
3 Draught T m 0 0,791666667 1,5833333 2,375 3,1666667 3,9583333 4,75
4 Area of waterline AWL m2 388,899 499,511 526,854 545,947 570,581 613,438 695,948
5 Area of midship section AMS m2 9,288501671 19,273363 29,28003 39,286697 49,293363 59,30003
6 Volume V m3 367,823 775,284 1189,487 1625,218 2083,511 2590,726
7 Waterline coefficient CW [4]/{[1].[2]} 0,544 0,560 0,583 0,604 0,631 0,679 0,770
8 Midship section coeff. CM [5]/{[2].[3]} - 0,941 0,963 0,975 0,982 0,985 0,988
9 Block coefficient CB [6]/{[1].[2].[3]} - 0,521 0,542 0,554 0,568 0,582 0,604
10 Vertical prismatic coeff. CPV [9] / [7] - 0,930 0,929 0,917 0,899 0,858 0,784
11 Long. prismatic coeff. CPH [9] / [8] - 0,554 0,563 0,568 0,579 0,591 0,611

DWI APRILIANTO | D031191099 140


HIDROSTATIKA KAPAL

Lampiran 6. Tabel Perhitungan Data Turunan Hidrostatik Kapal


DIMENSIONS OF SHIP TON PER CENTIMETRE IMMERSION,
DISPLACEMENT DOE TO ONE CENTIMETRE TRIM
LOA = 74,090 m. B = 12,640 m.
LWL = 71,490 m. H = 6,670 m. BY STERN, AND
LBP = 68,740 m. T = 4,750 m.
MOMEN TRIM ONE CENTIMETRE
WATERLINE (WL)
NO SUBJECTS SYMBOL FORMULA UNIT
WL.0 WL.1 WL.2 WL.3 WL.4 WL.5 WL.6
1 Length between perpendicular LBP m 68,740 68,740 68,740 68,740 68,740 68,740 68,740

2 Area of waterline AWL m2 388,899 499,511 526,854 545,947 570,581 613,438 695,948
Long. centre of buoyancy from
3 OF m 0,096 0,550 0,529 0,285 -0,367 -1,837 -5,516
midship
Long. centre of buoyancy from
4 MLB m - 252,000 134,193 95,537 77,584 72,847 76,945
midship

5 Displacement D ton - 379,846 800,626 1228,369 1678,342 2151,616 2675,411

6 Ton per centimetre immersion TPC 0,01 [2] 1,025 m 3,986 5,120 5,400 5,596 5,848 6,288 7,133

Displacement doe to trim 1 cm.


7 DDT [3].[-(6)]/[1] ton -0,006 -0,041 -0,042 -0,023 0,031 0,168 0,572
trim by stern

8 Momren trim one centimetre MTC [4].[5]/{100[1]} ton.m/cm - 13,925 15,630 17,072 18,943 22,802 29,947

DWI APRILIANTO | D031191099 141

Anda mungkin juga menyukai