Anda di halaman 1dari 19

AMBANG dan PENUTUPAN PALKA

Ambang Palka adalah bukaan yang cukup besar bahkan terbesar diantara bukaan-2
yang adaa di geladak.
Bukaan pada geladak harus memiliki pelat hadap (face bar) yang luas
penampangnya tidak kurang dari harga Af menurut rumus berikut:
Af = 0,25.d.t [cm2]
d = diameter dari bukaan [cm]
t = tebal pelat geladak [cm].

Bukaan pada geladak harus mempunyai kelengkungan disudut-sudutnya kecuali jika


diameternya kurang dari 300 mm dan jarak terdekat satu dengan yang lain lebih dari 5 x
diameter lubang yang terkecil. Dan jarak lubang ke sisi kapal tidak boleh kurang dari
diameter lubang.

Pelat geladak disudut-sudut bukaan harus diperkuat lebih dari satu jarak-gading ke
sekelilingnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
Di daerah 0,5 L tengah kapal, penguatan dilakukan dengan tebal pelat geladak di daerah
lubang palka ditambah tebal pelat antar lubang palka,
Di luar 0,5 L tengah kapal, penguatan dilakukan dengan tebal pelat geladak tidak perlu
lebih dari 1,6 tebal pelat geladak di daerah tersebut.
Radius kelengkungan di sudut-sudut lubang tidak boleh kurang dari;
r = n . b (1 – b/B)
rmin = 0,1 m
n = ℓ/200 nmin = 0,1 nmax = 0,25
ℓ = panjang lubang palka [m],
b = lebar [m], dari lubang palka atau jumlah lebar lubang palka (jika lebih dari
satu).
b/B > 0,4

Untuk kapal dengan bukaan yang lebar radius kelengkungan harus di hitung khusus,
r > c1· c2
rmin = 0,15 m untuk bukaan di geladak kekuatan,


= 0,10 m untuk bukaan ditempat lain.
= + .
750
untuk sudut lubang palka pada penumpu geladak sepanjang sisi lubang
palka, bersebelahan dengan daerah geladak tertutup
= 0,4·bQ untuk sudut lubang palka pada bidang geladak melintang antara
lubang palka bersebelahan dengan daerah geladak tertutup
ℓ .
= + .
750 +
untuk sudut lubang palka bersebelahan dengan bidang geladak melintang
fD = koefisien untuk konfigurasi geladak

= 0,25 +
2000
untuk sudut lubang palka geladak kekuatan dan untuk geladak dan ambang
diatas geladak kekuatan

= 0,20 +
1800
untuk geladak kekuatan, geladak dan ambang diatas geladak kekuatan dan
untuk geladak dalam jarak bL maksimum dibawah geladak kekuatan, jika
geladak lainnya dengan jari-jari sudut lubang palka yang sama terletak pada
jarak kurang dari bL dibawah geladak kekuatan.
= 0,1 untuk geladak bawah bila jaraknya dari geladak kekuatan melebihi bL
ℓ = panjang bukaan geladak besar yang relevan [m] didepan dan/atau dibelakang
bangunan atas
Lmin = 100 m
Lmax= 300 m
bL = lebar pelat geladak sepanjang sisi lubang palka [m]
bQ = lebar lajur geladak antara lubang palka [m]
Untuk sudut lubang palka diatas atau dibawah geladak kekuatan, bL dan bQ diambil
selebar bagian konstruksi membujur atau melintang yang bersebelahan dengan sudut
lubang palka.
| − | % )
= . . '(&
!" . 175. 10 . $ %&
#

tD = tebal pelat bagian konstruksi memanjang [mm]


= tebal pelat sudut lubang palka [mm]
%
ti

1≥ > 0,625
%&
MT = momen lengkung memanjang total [kNm], sesuai Bab 5, B.1. pada tepi depan
atau tepi belakang dari bidang geladak melintang yang relevan atau daerah
geladak tertutup yang relevan
Iy = momen inersia penampang [m4], sesuai Bab 5, A.5. pada sudut lubang palka
tanpa pelat sisipan yang dipertebal.
cs = sesuai Bab 5, C.1.1 untuk geladak kekuatan
= 1,0 untuk geladak bawah
z0 = jarak sumbu netral penampang melintang lambung dari garis dasar [m]
zD = jarak sudut lubang palka yang bersangkutan dari garis dasar [m]
ki = faktor bahan sesuai Bab 2, B. dari sudut lubang palka yang bersangkutan.

Pada sudut selubung kamar mesin, penguatan sesuai dengan 3.2 dapat juga disyaratkan,
tergantung pada posisi dan ukuran selubung kamar mesin.

Untuk bukaan berbentuk ellips lihat gambar berikut;


a

a > 2c dan c = r sesuai dengan 3.3


Dari Bab 17
A. UMUM
1. Lubang palka pada geladak lambung timbul dan geladak bangunan atas
1.1 Lubang palka dibedakan menurut posisinya sesuai definisi pada Bab 1, H.6.7.
posisi 1 : pada geladak lambung timbul dan posisi 2 : pada geladak bangunan atas.
1.2 Lubang palka yang ditutup dengan kain terpal, harus mempunyai ambang, yang tinggi
minimumnya diatas geladak sebagai berikut:
pada posisi 1 : 600 mm
Pada posisi 2 : 450 mm.
1.3 Menurut LLC 66, Regulasi 16 (1) lubang palka pada geladak terbuka yang ditutup
dengan tutup baja kedap cuaca yang mengedap sendiri (sesuai dengan C.5) boleh
mempunyai ambang lebih rendah atau boleh juga dibuat tanpa ambang.
1.4 Bila lambung timbul yang ditambah ditetapkan, maka tinggi ambang palka menurut
1.2 dan beban rancang untuk tutup palka menurut C.1.1 - 1.2 pada geladak lambung
timbul yang sesungguhnya dapat seperti yang disyaratkan untuk geladak bangunan
atas, asalkan lambung timbul musim panas sedemikian sehingga sarat yang
dihasilkan tidak akan lebih besar dari sarat sesuai dengan lambung timbul minimum
yang dihitung dari geladak lambung timbul yang diasumsikan yang terletak pada
jarak yang sama dengan tinggi bangunan atas standar dibawah geladak lambung
timbul sebenarnya.

2. Lubang palka pada geladak bawah dan di dalam bangunan atas


2.1 Ambang tidak disyaratkan untuk lubang palka di bawah geladak lambung timbul atau
di dalam bangunan atas tertutup kedap cuaca, jika tidak disyaratkan untuk tujuan
kekuatan.
2.2 Untuk lubang palka menurut 2.1, boleh digunakan kisi-kisi kayu sebagai pengganti
tutup palka; tutup palka boleh juga ditiadakan sama sekali.
2.3 Bila didalam selubung palka tidak ada tutup palka pada ketinggian geladak, maka
tutup dan penyangga dibawahnya harus diperkuat sesuai dengan beban yang lebih
besar.
Untuk perlindungan korosi pada semua ambang palka dan semua tutup palka kapal
tersebut di atas, lihat Bab 38. G.

B. Tutup Palka
1. Beban rancang
Penilaian konstruksi tutup palka dan ambang palka dilakukan sesuai dengan beban
rancang (design load) berikut:
1.1 Kasus beban A:
Tidak ada beban tambahan yang berada diatas tutup palka.
Beban rancang yang diperhitungkan adalah: Beban vertikal pH untuk tutup palka
geladak cuaca diambil dari Tabel 17.2 kecuali jika beban yang lebih besar
disyaratkan oleh pemilik, dan beban rancang horizontal pA untuk penumpu tepi luar
tutup palka, yang besarnya tidak boleh kurang dari pAmin.
Tabel 17.1 Marjin korosi ambang palka dan tutup palka

Tabel 17.2 Beban rancang palka geladak cuaca


1.2 Kasus beban B:
Bila muatan direncanakan untuk diangkut diatas tutup palka geladak pada posisi 1
dan 2, maka tutup palka harus dirancang untuk beban sebagaimana diberikan pada
Bab 4, C.1.
Jika muatan dengan tinggi pemuatan rendah dimuat diatas tutup palka geladak cuaca,
maka Bab 4, B.1.3 harus diperhatikan.
1.3 Kasus beban C :
Bila peti kemas dimuat diatas tutup palka pada posisi 1 dan 2 maka beban berikut
akibat gerakan oleng kapal harus dipertimbangkan, lihat juga Gb. 17.1
1.4 Kasus beban dengan pembebanan sebagian
Kasus beban B dan C harus juga dipertimbangkan untuk pembebanan sebagian yang
dapat terjadi dalam praktek misalnya bila tempat penumpukan peti kemas tertentu
dalam keadaan kosong.
Beban rancang untuk muatan lain selain peti kemas yang terkena gaya angkat
ditentukan secara terpisah.
Dalam hal tumpukan peti kemas diikatkan pada jembatan ikat atau dimuat didalam
sel-pengarah (cell guides), maka gaya yang bekerja pada tutup palka harus
dipertimbangkan.
1.5 Kasus beban D:
Tutup palka ruang muat yang direncanakan diisi dengan cairan harus dirancang
untuk beban yang ditetapkan pada Bab 4, D.1. dan D.2. tanpa memperhatikan tinggi
pengisian ruang muat.
1.6 Kasus beban E:
Tutup palka, yang sebagai tambahan terhadap beban-beban sesuai dengan 1. dibebani
pada arah melintang kapal oleh gaya akibat deformasi elastis lambung kapal, harus
dirancang sedemikian rupa sehingga jumlah tegangan tidak melebihi nilai yang
diizinkan yang diberikan pada 2.
1.7 Kasus beban F:
Tutup palka geladak antara yang tidak menerima beban muatan harus dirancang
untuk beban distribusi merata 2 kN/m2 atau untuk beban tunggal 3 kN, mana yang
menghasilkan ukuran yang lebih kuat.
1.8 Gaya berat horizontal
Untuk perancangan peralatan pengaman terhadap pergeseran sesuai 5.2.8 gaya berat
pada arah memanjang dan melintang kapal harus dihitung. Untuk tujuan tersebut
komponen percepatan berikut harus digunakan:
0,2 . g [m/s2] pada arah memanjang
0,5 . g [m/s2] pada arah melintang
3. Perhitungan kekuatan tutup palka
3.1 Umum
Perhitungan didasarkan pada tebal bersih
tnet = t - tK
Nilai tK yang digunakan dalam perhitungan harus ditunjukkan dalam gambar.
Verifikasi sesuai dengan Bab 3, F. didasarkan pada t = tnet dan tegangan sesuai
dengan tnet dengan menggunakan faktor keamanan S = 1,1.
Untuk semua komponen konstruksi tutup palka pada ruangan-ruangan yang akan
diisi cairan, tebal minimum tangki sesuai dengan Bab 12, A.7 harus diperhatikan.
3.2 Penumpu tutup palka
Penumpu dan penahan tutup palka harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi tahanan pada konstruksi tutup palka dan pada penahan akibat deformasi
lambung, lihat juga kasus beban E.
Deformasi akibat beban rancang sesuai dengan 1. Antara ambang dan tutup palka
kedap cuaca, demikian pula antara ambang dan tutup palka untuk ruang palka yang
akan diisi cairan, tidak boleh menyebabkan kebocoran.
Jika dua atau lebih panel geladak ditempatkan pada satu palka, maka toleransi pada
elemen penyalur gaya antara panel-panel pada umumnya harus diperhatikan.
Untuk kapal curah sesuai Bab 23 tiap panel harus diasumsikan sebagai pemikul
beban secara sendiri-sendiri.
Kekakuan peralatan pengaman, bila mungkin, dan toleransi harus diperhatikan.
3.3 Perhitungan kekuatan kisi-kisi balok dan penumpu
Besaran penampang lintang harus ditentukan dengan mempertimbangkan lebar
efektif sesuai dengan Bab 3, E.
Luas penampang profil sejajar dengan bilah penumpu didalam lebar efektif dapat
dimasukkan, lihat Bab 3, F.
Lebar efektif dari pelat berflens yang mengalami kompresi dengan penegar tegak
lurus pada bilah penumpu ditentukan sesuai dengan Bab 3, F.2.2.
Didaerah bukaan yang besar pada bilah penumpu momen lengkung sekunder dapat
disyaratkan untuk dipertimbangkan.
3.4 Perhitungan FEM
Untuk perhitungan kekuatan tutup palka dengan cara elemen hingga, geometri tutup
palka harus dibuat serealistis mungkin.
Ukuran elemen harus sesuai untuk memperhitungkan lebar efektif.
Dalam hal apapun lebar elemen tidak boleh lebih besar dari jarak penegar.
Ditempat penyalur gaya dan bukaan-bukaan, bila mungkin, bidang elemen harus
diperhalus.
4. Ukuran konstruksi
4.1 Pelat tutup palka
4.1.1 Pelat atas
Tebal pelat atas diperoleh dari perhitungan sesuai dengan 3. Walaupun begitu, tebal
pelat tidak boleh lebih kecil dari yang terbesar dari nilai-nilai berikut:

σx = tegangan lengkung [N/mm2] dari penumpu utama pada jarak a/2 dari
bilah penumpu, lihat Bab 3, F.
Untuk pelat berflens yang mengalami kompresi, kecukupan kekuatan tekuk harus
diverifikasi sesuai dengan Bab 3, F. Untuk tutup palka yang mendapat beban roda,
tebal pelat tidak boleh kurang dari tebal sesuai Bab 7, B.2.
4.1.2 Pelat bawah dari tutup ponton dan penumpu kotak
Tebal pelat diperoleh dari perhitungan sesuai dengan 3. Tebal pelat tidak boleh lebih
kecil dari yang terbesar dari nilai-nilai berikut:
t = 8· a [mm]
tmin = 6,0 mm
Pelat bawah dari tutup palka untuk ruangan yang akan diisi cairan harus dirancang
untuk tekanan cairan dan tebal pelat ditentukan sesuai dengan 4.1.1.

4.2 Penumpu utama


Ukuran konstruksi penumpu utama diperoleh dari perhitungan sesuai dengan 3.
dengan mempertimbangkan tegangan-izin sesuai dengan 2.
Untuk semua komponen dari penumpu utama keamanan yang cukup terhadap tekuk
harus diverifikasi.
Untuk pelat berflens dengan kompresi dua sumbu, hal ini harus diverifikasi didalam
lebar efektif.
Pada perpotongan flens dari dua buah penumpu, tegangan takik harus diperhatikan.
Tebal bilah penumpu utama tidak boleh kurang dari
t = 8· a [mm]
tmin = 6,0 mm
Untuk tutup palka kapal curah sesuai dengan Bab 23, rasio lebar flens dengan tinggi
bilah tidak boleh lebih dari 0,4, bila panjang tak ditumpu dari flens diantara dua
tumpuan flens penumpu utama lebih besar dari 3,0 m. Rasio flens terhadap tebal
flens tidak boleh lebih dari 15.

4.3 Penumpu tepi


4.3.1 Ukuran konstruksi dari penumpu tepi diperoleh dari perhitungan sesuai dengan 3.
Tebal penumpu tepi yang terkena sapuan ombak tidak boleh kurang dari yang
terbesar dari perhitungan berdasarkan 4.1.1.
4.3.2 Kekakuan dari penumpu tepi tutup palka geladak cuaca harus mencukupi untuk
mempertahankan tekanan paking yang cukup diantara peralatan pengaman. Momen
inersia dari unsur tepi tidak boleh kurang dari :
I = 6 . q . s 4 [cm4]
q = tekanan paking [N/mm], minimum 5 [N/mm]
s = jarak antara peralatan pengaman [m].
4.3.3 Untuk tutup palka dari ruang-ruang yang akan diisi cairan, tekanan paking harus
juga dijamin dalam hal terjadinya pembebanan tutup palka oleh tekanan cairan.

4.4 Penegar tutup palka


Modulus penampang Wnet dan luas geser Asnet dari tutup palka yang dibebani
secara merata dan dijepit pada kedua ujungnya tidak boleh kurang dari:

Penegar yang sejajar dengan bilah penumpu utama dan ditempatkan didaerah lebar
efektif sesuai dengan Bab 3, E. harus menerus pada penumpu lintang dan boleh
diperhitungkan dalam perhitungan besaran-besaran penampang lintang dari penumpu
utama. Harus diverifikasi bahwa tegangan yang dihasilkan oleh penumpu utama dan
penegar tutup palka tidak melebihi tegangan yang diizinkan sesuai 2.
Tebal pelat tutup palka pada ujung-ujung penegar yang ditirus tidak boleh kurang
dari tebal sesuai dengan Bab 3, D.3.
Penegar tutup palka yang mengalami kompresi harus diverifikasi atas keamanan
yang cukup terhadap tekukan melintang dan tekukan torsi sesuai dengan Bab 3, F.
Untuk tutup palka yang terkena beban roda, ukuran konstruksi penegar ditentukan
dengan perhitungan langsung.
4.5 Tumpuan tutup palka
4.5.1 Tutup palka, yang direncanakan untuk dimuati muatan harus diberi pengaman
tambahan terhadap pergeseran pada arah memanjang dan arah melintang akibat gaya
berat yang diuraikan pada 1.8
Untuk penyaluran gaya tumpuan yang dihasilkan dari kasus beban-beban yang
diuraikan pada 1.2-1.7, harus ada tumpuan yang dirancang sedemikian rupa sehingga
tekanan permukaan nominal secara umum tidak melebihi nilai berikut:
pn max = d . pn [N/mm2]
d = 3,75 – 0,015 . L
dmaks = 3,0
dmin = 1,0 secara umum
dmin = 2,0 untuk kondisi pembebanan sebagian (lihat 1.4)
pn lihat Tabel 17.3

Tabel 17.3 Tekanan permukaan nominal yang diizinkan pn

Untuk permukaan tumpuan dari logam yang tidak mengalami perpindahan relatif,
hal-hal berikut berlaku untuk tekanan permukaan nominal maksimum:
pn max = 3 . pn [N/mm2]
Untuk menjamin agar tutup palka tidak bergeser dan kedap cuaca, maka tutup palka
dilengkapi dengan penahan, pengedap dan pengunci, yang disetujui oleh klasifikasi.

6. Tutup palka dan balok palka kayu


6.1 Tutup palka
6.1.1 Tebal tutup palka kayu tidak boleh kurang dari 60 mm bila jarak balok palka 1,5 m.
Bila jarak balok lebih besar atau lebih kecil dari 1,5 m, tebal tutup disesuaikan secara
proporsional, bagaimanapun, tidak boleh kurang dari 50 mm.
6.1.2 Bila tinggi geladak antara melebihi 2,5 m, atau beban geladak lebih besar dari 1,8
t/m2, maka tebal tutup palka harus diperbesar dengan laju 12 mm untuk setiap 1 m
pertambahan tinggi geladak antara atau setiap penambahan 0,72 t/m2 beban geladak.
6.1.3 Lubang untuk pegangan tidak boleh ditempatkan terlalu dekat ke ujung tutup palka.
6.1.4 Kayu yang dipakai untuk tutup palka harusmempunyai kualitas yang baik, bebas
dari kayu muda dan tidak terdapat cacat dan harus kering.
6.1.5 Ujung tutup palka kayu harus dilingkari dengan pengikat yang tahan lama, misalnya
baja galvanis.

6.2 Balok palka


6.2.1 Umum
6.2.1.1 Balok palka dapat dibuat baik sebagai balok geser atau balok berbaut. Balok geser
adalah balok palka yang dapat bergerak pada arah memanjang lubang palka,
sedangkan balok berbaut dipasang pada tempat yang tetap pada ambang memanjang.
6.2.1.2 Ukuran konstruksi tutup palka ponton yang dilengkapi dengan terpal dan
peralatan penjepit yang dipakai sebagai pengganti balok palka dan tutup palka kayu
ditentukan seperti untuk balok palka.
6.2.1.3 Ukuran konstruksi tutup palka ponton pada geladak antara dapat ditentukan
seperti untuk tutup palka baja sesuai 5.1. Hal yang sama berlaku juga untuk balok
palka portabel (herfts) lubang palka geladak antara jika dibuat berupa penumpu
kotak.
6.2.2 Ukuran konstruksi
6.2.2.1 Modulus penampang dan momen inersia dari balok palka yang ditumpu secara
sederhana pada kedua ujungnya ditentukan menurut 3. Untuk balok palka yang
dirancang dengan perhitungan langsung, 2.1 harus diperhatikan.
6.2.2.2 Tebal bilah balok palka tidak boleh kurang dari:

6.2.2.3 Pada umumnya, tinggi bilah tidak boleh kurangdari 150 mm.
6.2.2.4 Lebar pelat hadap balok harus cukup untuk memberikan permukaan tumpuan
minimum tutup palka sebesar 65 mm.
6.2.2.5 Pada balok yang menahan ujung tutup palka pelat bilah harus diterukan 50 mm
diatas tepi atas flens atas atau batang rata dengan tinggi 50 mm harus dilas pada flens
atas.
6.2.2.6 Pelat hadap atas harus diteruskan sampai ke ujung balok. Untuk balok geser yang
ditumpu pada tepi ambang, pada geladak atau pada siku geser, maka pelat hadap
bawah harus juga diteruskan ke ujung balok.
6.2.2.7 Pada ujungnya pelat hadap harus dihubungkan dengan las sudut menerus ke bilah
dengan panjang yang sama dengan 1,5 kali tinggi bilah.
6.2.2.8 Pada ujung balok berbaut yang ditumpu oleh siku ganda, pelat bilah yang
dipertebal harus dipasang dengan lebar minimum 180 mm.
6.2.2.9 Lubang peringan atau lubang pengangkat tidak boleh dibuat didalam jarak 0,5 m
dari kedua ujung.
6.3 Momen inersia, modulus penampang, luas geser
6.3.1 Modulus penampang balok palka baja dan penegar tutup palka yang dapat dianggap
ditumpu sederhana pada kedua ujungnya tidak boleh kurang dari:

Momen inersia balok palka baja dan penegar tutup palka pada palka di posisi 1 dan 2
yang dapat dianggap ditumpu sederhana tidak boleh kurang dari:

6.3.2 Didalam 0,1 R dari tumpuan luas penampang bilah tidak boleh kurang dari:
C. Ambang Palka dan Penumpu
1. Umum
1.1 Ambang palka yang merupakan bagian dari konstruksi memanjang lambung harus
dirancang sesuai dengan Bab 5. Untuk bagian-bagian konstruksi yang dilaskan ke
ambang dan untuk bukaan pada bagian atas ambang harus dilakukan verifikasi atas
kecukupan kekuatan lelah sesuai dengan Bab 20. Dalam hal ambang lintang kapal-
kapal dengan bukaan geladak besar Bab 5, F. agar diperhatikan.
1.2 Ambang dengan tinggi 600 mm atau lebih harus diperkuat pada bagian atasnya
dengan penegar horizontal.
Bila tinggi tidak ditumpu ambang melebihi 1,2 m, maka penegar lainnya harus
dipasang pada setengah tinggi ambang.
Penegar tambahan dapat ditiadakan jika hal ini dibenarkan oleh operasi kapal dan
jika kekuatan yang cukup diverifikasi (misalnya dalam kasus kapal peti kemas).
Ambang palka memanjang harus ditumpu secukupnya dengan penopang atau braket.
Pengamanan yang cukup terhadap tekuk harus dibuktikan untuk ambang memanjang
yang merupakan bagian konstruksi memanjang lambung.
1.3 Ambang palka yang terbuka terhadap sapuan air laut harus dirancang untuk beban
sesuai dengan B.
1.4 Pada kapal yang membawa muatan diatas geladak seperti kayu, batu bara atau kokas,
penopang harus berjarak tidak lebih dari 1,5 m. Untuk peti kemas diatas geladak,
lihat juga Bab 21, G.3.4.
1.5 Pelat ambang harus diteruskan sampai ke tepi bawah balok geladak; pelat ambang
harus diflens atau diberi pelat hadap atau batang setengah bundar.
1.6 Sambungan ambang ke geladak pada sudut palka harus dilakukan dengan penanganan
khusus. Untuk kapal curah, lihat juga Bab 23, B.9. Untuk pembundaran sudut palka,
lihat juga Bab 7, A.3.
1.7 Untuk ambang palka yang dirancang berdasarkan perhitungan kekuatan, demikian
juga untuk penumpu palka, kantilever dan pilar, lihat Bab 10.
1.8. Ambang palka memanjang dengan panjang melebihi 0,1 . L harus diberi braket yang
ditirus atau transisi setara dan sub-konstruksi yang sesuai pada kedua ujungnya. Pada
ujung braket, ambang palka memanjang harus dihubungkan pada geladak dengan las
penetrasi penuh dengan panjang 300 mm.

2. Ukuran konstruksi
2.1 Pelat
Tebal ambang palka geladak cuaca tidak boleh kurang dari yang terbesar diantara
nilai-nilai berikut:
t = tnet + tK [mm]
/0
= 16,1 . . . + %4
123

%5&6 = 6 + + %4 [88]
100
L tidak perlu diambil lebih besar dari 300 m
tmin = 9,5 + tK [mm] untuk kapal curah sesuai dengan Bab 23.
Untuk pengoperasian cengkeram lihat juga Bab 23, B.9.1.
2.2 Penopang ambang
2.2.1 Penopang ambang harus dirancang untuk beban dan tegangan izin sesuai dengan B.

526
2.2.2 Modulus penampang penopang ambang yang tingginya hs < 1,6 m dan yang ha
:62; = . < . ℎ$ . /0 [ 8# ]
123
e = jarak antara penopang ambang [m]
Lebar efektif dari pelat ambang tidak boleh lebih besar daripada lebar efektif pelat
sesuai dengan Bab 3, F.2.
Penopang ambang harus ditumpu oleh sub-konstruksi yang cukup.
2.2.3 Tebal bilah pada titik akar tidak boleh kurang dari:
tW = tnet + tK [mm]
2 < . ℎ$ . /0
= > + %4
123 ℎ?
hw = tinggi bilah penopang ambang pada titik akar [m]
Bilah harus dihubungkan ke geladak dengan las sudut pada kedua sisi dengan
a = 0,44 . tw. Untuk kaki bilah penopang didaerah 0,15 . hw tebal leher las harus
ditambah menjadi a = 0,7 . tw untuk tw ≤ 10 mm. Untuk tw < 10,0 mm pengelasan
didaerah tersebut harus las tirus ganda penetrasi dalam.
2.2.4 Untuk penopang ambang yang menyalurkan gaya gesek pada penumpu tutup palka
harus dilakukan verifikasi atas kecukupan kekuatan lelah sesuai dengan Bab 20.
2.3 Penegar horizontal
Penegar harus menerus pada penopang ambang. Untuk penegar yang kedua ujungnya
dijepit, modulus penampang elastis Wnet dan luas geser Asnet, yang dihitung
berdasarkan tebal bersih, tidak boleh kurang dari:
75 . . . ℓ . /0
:62; = . [ 8# ]
1
@ . 23
10 . . . ℓ . /0
A62; = . [ 8 ]
123
fp = rasio modulus penampang elastis dengan modulus penampang
plastis
fpmax = Rm/ReH
= 1,16 bila tidak ada evaluasi yang lebih teliti Untuk penegar yang
ditirus pada sudut-sudut ambang modulus penampang dan luas
geser pada tumpuan tetap harus ditambah 35%.
Tebal pelat ambang pada ujung penegar yang ditirus tidak boleh kurang dari
perhitungan sesuai Bab 3, E.3. Penegar horizontal pada ambang palka yang
merupakan bagian dari konstruksi memanjang lambung harus dirancang sama
dengan pembujur-pembujur sesuai dengan Bab 9.
2
3
1
5 4

10 11 7 4

6 9 HATCH CORNER

12
13

PILLAR AT HATCH CORNER

HATCH CORNER AND PILLAR:


1. Hatch end coaming;
2. Hatch side coaming;
3. Horizontal stiff. of coaming
4. Bracket;
5. Deck plate;
6. Deck girder;
7. Hatch side girder;
8. Deck girder;
9. Hatch end girder;
10. Diamont plate;
11. Cantilever;
12. Pillar;
13. Doubling plate.
A

1 2 3 4
A 5 6
A-A

B
B-B

8 5 3 4 8 5

TOP CONECTIONS OF PILLAR


1. Deck girder; 2. Deck Transvers; 3. Doubling plate
4. Pillar; 5. Bracket; 6. Deck beam;
7. Inside bracket; 8. Hatch side girder.
Penutup palka dari
kayu dan terpal

Hatch end coaming Longitudinal hatch coaming


and hatch end girder: and hatch side girder:
Hatch cover
Hatch end coaming

Hatch end
coaming
Hatch end girder

Hatch end
girder
Penutup Palka dari pelat
dibuka ke ujung lubang palka

Roda No. 2

Roda No. 3
Penutup Palka dari pelat

pengunci

Gambar Penumpu lintang

Lubang peringan Penumpu bujur Pembujur dng bracket

Anda mungkin juga menyukai