Anda di halaman 1dari 5

STERN TUBE dan POROS PROPELLER

(Vol III Section 4)

POROS PROPELLER
Minimum diameter
Diameter minimum ditentukan dengan rumus (1) berikut:

≥ ≥ . . . (1)
.

d [mm] minimum diameter luar dari poros


da [mm] diameter luar dari poros
di [mm] diameter poros berlubang ( shaft bore),
Jika lobang/bore dalam poros adalah < 0,4.d, harga 1 −
boleh diambil = 1,0
PW [ kW] daya yang disalurkan oleh poros
n [Rpm] putaran poros per menit
F [-] factor untuk type instalasi propulsi
a) Poros Propeller
= 100 untuk semua tipe instalasi
b) Poros antara dan poros thrust (thrust shafts)
= 95 untuk turbin, diesel, dan penggerak dengan motor
listrik
= 100 untuk tipe instalasi yang lain
CW [-] factor material
560
=
! + 160
Rm [N/mm2] Minimum tensile strength dari material poros tidak boleh
diambil lebih dari 600 N/mm2.
k [-] Factor untuk type dari poros.
k = 1,0 ~ 1,2 untuk intermediate shafts (poros antara), tergantung type
konstruksi dan bantalan yang direncanakan.
k = 1,11 untuk thrust shaft
k = 1,15 ~ 1,40 untuk propeller shafts (poros propeller), tergantung type
konstruksi dan bantalan yang direncanakan.

Perancangan hubungan poros dengan propeller:


Salah satu cara pengikatan propeller pada poros, diantaranya adalah sebagai berikut;
- Propeller diikat pada poros dengan mur, dan mur dilindungi dengan scerm.
- Penirusan poros propeller yg masuk dalam boss propeller a : b berkisar
1:12 sampai 1:20 (lihat gambar 4.1).
Gb. 4.1 Perancangan pasak pada poros propeller

Perlindungan poros
Pengedap;
Poros propeller berputar dengan pelumasan oli atau grease didalam stren tube. Agar
pelumas tidak terbuang habis maka di kedua ujung stern tube harus ada pengedap
(kecuali untuk poros dengan pelumasan air laut).
Di depan, pada sekat ceruk buritan, stern tube dipasang stern-glan (penekan packing),
dan dibelakang dipasang system kekedapan karet untuk pelumasan oli atau grease.
Untuk poros dengan pelumasan air laut (dibagian belakang), tidak diperlukan
pengedapan dibagian belakang.
Shaft liner;
Untuk menghindari korosi pada poros yang menggunakan pelumasan air laut, poros perlu
dilapisi pelindung.
Untuk bagian yang bersentuhan dengan bantalan, poros dipasang lapisan poros (shaft
liner) dari logam ( biasanya brons ).
Tebal minimum (s) dari lapisan poros (shaft liner) ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut;
s = 0,03·d + 7,5 [mm]
d = diameter poros tanpa lapisan poros (liner), dalam [mm]
Jika lapisan poros (liner) dipasang menerus, tebal diantara bantalan boleh dikurangi
menjadi 0,75.s.
Coupling
Poros dengan coupling flange tetap
Jari-jari kelengkungan hubungan poros dan coupling flange tetap, adalah seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut;
0,25.da 0,2.da 0,2.da

intermediate shaft

Tebal dari coupling flanges pada poros antara (intermediate shaft) dan thrust shaft serta
bagian depan dari poros propeller tidak boleh kurang dari 20 % diameter.
Flange tidak boleh lebih tipis dari diameter baut menurut rule dari bahan yang
mempunyai tensile strength sama dengan bahan poros.
Apabila propeller dihubungkan pada poros dengan coupling flanges tetap, maka tebal
coupling flanges tidak boleh kurang dari 25% diameter.

Rumus-rumus (4), dan (5), menggunakan symbol-simbol berikut:


d [mm] diameter poros di daerah coupling berbentuk clamp
ds [mm] diameters dari baut fitted
dk [mm] root diameter dari baut plain
D [mm] diameter lingkaran perletakan baut
n [Rpm] putaran poros
Pw [kW] rated power of the propulsion motor
z [-] jumlah baut fitted atau baut plain
2
Rm [N/mm ] tensile strength of fitted or plain bolt material

Ukuran baut pengikat coupling flange ditentukan dengan rumus berikut:

10$ . %
= 16 . (4)
#
& . ' . ( . !

Diameter minimum thread root dk untuk baut pada coupling tipe clamp ditentukan dengan
rumus berikut:
10$ . %
= 12 . (5)
*
& . ' . ( . !
Bantalan poros
Diluar stern tube
Jarak antara bantalan;
ℓ! * = -. . √ (8)
d [mm] diameter of shaft between bearings
n [rpm] shaft speed
K1 = 450 untuk pelumasan oli dengan bantalan white metal.
= 280 untuk pelumasan grease dengan bantalan grey cast iron.
= 280–350 untuk pelumasan air dengan bantalan karet.
Apabila kecepatan putar melampaui 350 , maka jarak maksimum bantalan diperoleh dengan
rumus berikut:

ℓ! = -1 . (9)
*
&
K2 = 8400 untuk pelumasan oli dengan bantalan white metal.
= 5200 untuk pelumasan yang lain.

Didalam stern tube


Didalam stern tube pada umumnya poros disangga oleh dua bantalan. Pada stern tube yang
pendek, bantalan depan didispensasi.
Jika poros didalam stern tube dengan pelumasan oli pada bantalan white metal, rubber atau
plastic sintetis, panjang bantalan belakang = 2.da, dan panjang bantalan depan = 0,8.da.

2.da ℓmak 0,8.da

Panjang bantalan belakang boleh dikurangi menjadi 1,5.da , dimana contact load dihitung dari
static load yang diizinkan untuk berat propeller kurang dari 0,8 MPa pada bantalan white
metal dan 0,6 MPa pada bantalan sintetic.

1,5.da ℓmak 0,8.da

Jika poros didalam stern tube dengan bantalan licnum vitae (peripheral speed of propeller
shaft shall not exceed 3~4 m/s), karet(peripheral speed of propeller shaft shall not exceed 6
m/s), atau plastic dengan pelumasan air laut, panjang bantalan belakang kira-kira 4.da, dan
panjang bantalan depan 1,5.da .
4.da ℓmak 1,5.da

Jika poros didalam stern tube dengan pelumasan grease pada bantalan grey, dengan bush
besi tuang (peripheral speed of propeller shaft shall not exceed 2,5~3 m/s), panjang bantalan
belakang kira-kira 2,5.da dan panjang bantalan depan 1,0.da.
2,5.da ℓmak 1,0.da

Ukuran yang lain (tidak ada dalam rule) bisa dihitung dengan mekanika teknik, atau
berpegang pada buku: "Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin", oleh Sularso dan
Kyokatsu Suga,

Tabung poros propeller (Stern tube)


Tabung poros baling-baling/propeller terdiri dari tabung pelindung poros yang di kedua
ujungnya diperkuat untuk penempatan rumah bantalan poros. Tabung poros ini pada bagian
belakang masuk kedalam bos linggi baling-baling dan bagian depan di las pada sekat ceruk
buritan.
Tebal dinding bos linggi baling-baling pada kondisi akhir sekurang-kurangnya 60% dari
lebar linggi baling-baling b menurut Vol. II Section 13.C. 2.1, yaitu; b = 1,6 L + 15 [mm]
Tebal dinding bos linggi baling-baling dengan konstruksi las sesuai dengan C.2.2 tidak
boleh kurang dari 0,9 tebal dinding bos sesuai dengan D.2.
Diameter luar bos linggi buritan, bagaimanapun juga, tidak boleh kurang dari diameter
luar bos baling-baling pada tepi bagian depannya , lebih kurang sama dengan 0,2 x D ,
dimana D = diameter propeller.
Untuk melindungi poros, dari bos linggi buritan sampai sekat ceruk buritan dipasang
pipa yang sama tebalnya dengan wrang ceruk.

Pot. A-A
A A
t
0,6.b
b

0,2.D ℓ

BERIKUT CONTOH GAMBAR2 TABUNG POROS BALING2

Anda mungkin juga menyukai