POROS PROPELLER
Minimum diameter
Diameter minimum ditentukan dengan rumus (1) berikut:
≥ ≥ . . . (1)
.
Perlindungan poros
Pengedap;
Poros propeller berputar dengan pelumasan oli atau grease didalam stren tube. Agar
pelumas tidak terbuang habis maka di kedua ujung stern tube harus ada pengedap
(kecuali untuk poros dengan pelumasan air laut).
Di depan, pada sekat ceruk buritan, stern tube dipasang stern-glan (penekan packing),
dan dibelakang dipasang system kekedapan karet untuk pelumasan oli atau grease.
Untuk poros dengan pelumasan air laut (dibagian belakang), tidak diperlukan
pengedapan dibagian belakang.
Shaft liner;
Untuk menghindari korosi pada poros yang menggunakan pelumasan air laut, poros perlu
dilapisi pelindung.
Untuk bagian yang bersentuhan dengan bantalan, poros dipasang lapisan poros (shaft
liner) dari logam ( biasanya brons ).
Tebal minimum (s) dari lapisan poros (shaft liner) ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut;
s = 0,03·d + 7,5 [mm]
d = diameter poros tanpa lapisan poros (liner), dalam [mm]
Jika lapisan poros (liner) dipasang menerus, tebal diantara bantalan boleh dikurangi
menjadi 0,75.s.
Coupling
Poros dengan coupling flange tetap
Jari-jari kelengkungan hubungan poros dan coupling flange tetap, adalah seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut;
0,25.da 0,2.da 0,2.da
intermediate shaft
Tebal dari coupling flanges pada poros antara (intermediate shaft) dan thrust shaft serta
bagian depan dari poros propeller tidak boleh kurang dari 20 % diameter.
Flange tidak boleh lebih tipis dari diameter baut menurut rule dari bahan yang
mempunyai tensile strength sama dengan bahan poros.
Apabila propeller dihubungkan pada poros dengan coupling flanges tetap, maka tebal
coupling flanges tidak boleh kurang dari 25% diameter.
10$ . %
= 16 . (4)
#
& . ' . ( . !
Diameter minimum thread root dk untuk baut pada coupling tipe clamp ditentukan dengan
rumus berikut:
10$ . %
= 12 . (5)
*
& . ' . ( . !
Bantalan poros
Diluar stern tube
Jarak antara bantalan;
ℓ! * = -. . √ (8)
d [mm] diameter of shaft between bearings
n [rpm] shaft speed
K1 = 450 untuk pelumasan oli dengan bantalan white metal.
= 280 untuk pelumasan grease dengan bantalan grey cast iron.
= 280–350 untuk pelumasan air dengan bantalan karet.
Apabila kecepatan putar melampaui 350 , maka jarak maksimum bantalan diperoleh dengan
rumus berikut:
ℓ! = -1 . (9)
*
&
K2 = 8400 untuk pelumasan oli dengan bantalan white metal.
= 5200 untuk pelumasan yang lain.
Panjang bantalan belakang boleh dikurangi menjadi 1,5.da , dimana contact load dihitung dari
static load yang diizinkan untuk berat propeller kurang dari 0,8 MPa pada bantalan white
metal dan 0,6 MPa pada bantalan sintetic.
Jika poros didalam stern tube dengan bantalan licnum vitae (peripheral speed of propeller
shaft shall not exceed 3~4 m/s), karet(peripheral speed of propeller shaft shall not exceed 6
m/s), atau plastic dengan pelumasan air laut, panjang bantalan belakang kira-kira 4.da, dan
panjang bantalan depan 1,5.da .
4.da ℓmak 1,5.da
Jika poros didalam stern tube dengan pelumasan grease pada bantalan grey, dengan bush
besi tuang (peripheral speed of propeller shaft shall not exceed 2,5~3 m/s), panjang bantalan
belakang kira-kira 2,5.da dan panjang bantalan depan 1,0.da.
2,5.da ℓmak 1,0.da
Ukuran yang lain (tidak ada dalam rule) bisa dihitung dengan mekanika teknik, atau
berpegang pada buku: "Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin", oleh Sularso dan
Kyokatsu Suga,
Pot. A-A
A A
t
0,6.b
b
0,2.D ℓ