Anda di halaman 1dari 7

SEKAT KEDAP AIR

(Bab 11)

A. Umum
1. Pembagian kedap air
1.1 Semua kapal harus mempunyai sekat tubrukan, sekat tabung buritan dan satu sekat kedap
air pada setiap ujung dari kamar mesin. Untuk kapal dengan mesin dibelakang, sekat
tabung buritan bisa digantikan oleh sekat belakang kamar mesin.
1.2 Untuk kapal tanpa sekat membujur dalam daerah ruang muat, jumlah sekat kedap
melintang, pada umumnya tidak kurang dari yang tersebut dalam Tabel 11.1
Tabel 11.1 Jumlah sekat lintang kedap air
L Letak ruang mesin
[m] belakang lainnya
L < 65 3 4
65 < L < 85 4 4
85 < L < 105 4 5
105 < L < 125 5 6
125 < L < 145 6 7
145 < L < 165 7 8
165 < L < 185 8 9
L > 185 dipertimbangkan secara khusus

1.3 Satu atau lebih sekat kedap air yang dipersyaratkan dalam 1.2 dapat ditiadakan, bila
kekuatan melintang kapal memadai. Jumlah sekat melintang akan dicatat dalam Buku
Register.
1.4 Jumlah dan lokasi sekat melintang yang dipasang sebagai tambahan dari yang disebutkan
pada 1.1 harus dipilih sedemikian sehingga menjamin kekuatan melintang kapal yang
cukup.
1.5 Untuk kapal yang memerlukan pembuktian kemampuan bertahan dalam kondisi bocor,
pembagian sekat kedap air ditentukan dengan perhitungan stabilitas saat bocor. Untuk
kapal tangki minyak, lihat Bab 24, A.2., untuk kapal penumpang lihat Bab 29-I, C.,
untuk kapal penggunaan khusus lihat Bab 29-II, C., untuk kapal barang yang panjangnya
lebih dari 100 m lihat Bab 36 dan untuk kapal suplai lihat Bab 34, A.2. Untuk kapal
tangki gas cair lihat Peraturan Kapal Pengangkut Gas Cair dalam Bentuk Curah, Jilid IX,
Bab 2, untuk kapal tangki kimia, lihat Peraturan Kapal Pengangkut Bahan Kimia
Berbahaya dalam Bentuk Curah, Jilid X, Bab 2.

2. Penempatan sekat kedap air


2.1 Sekat tubrukan
2.1.1 Kapal barang dengan panjang Lc < 200 m harus mempunyai sekat tubrukan yang
letaknya tidak kurang dari 0,05 Lc dari garis tegak depan.
Kapal barang dengan Lc > 200 m harus mempunyai sekat tubrukan yang dipasang paling
sedikit 10 m dari garis tegak depan.
2.1.2 Semua kapal barang harus mempunyai sekat tubrukan yang terletak tidak lebih dari 0,08
Lc dari garis tegak depan. Atas permintaan, dalam hal khusus, jarak yang lebih besar
dapat disetujui.
2.1.3 Untuk kapal yang sebagian dari badan bawah airnya diteruskan ke depan garis tegak
depan, misalnya haluan gembung, jarak yang disyaratkan pada 2.1.1 dan 2.1.2 diukur
dari titik acuan yang terletak pada jarak x didepan garis tegak depan yang nilainya yang
terkecil dari:

=
2
= 0,015 LC
= 3,0 m.
Untuk kapal penumpang lihat Bab 29-I, C.3.

superstructure deck

Freeboard deck

max 0,08 LC

LC < 200 m : min. 0,05 LC


0,85 HC

LC > 200 m : min. 10 m


x

LC a
F.P.

Gb. 11.1 Lokasi sekat tubrukan

2.1.4 Sekat tubrukan harus diteruskan sampai ke geladak lambung timbul. Tangga atau
cekungan dapat diizinkan asalkan 2.1.1, 2.1.2 dan 2.1.3 diperhatikan
2.1.5 Untuk kapal yang mempunyai bangunan atas menerus atau panjang, sekat tubrukan
harus diteruskan sampai geladak pertama diatas geladak lambung timbul. Perpanjangan
tersebut tidak harus dipasang langsung segaris dengan sekat dibawahnya, asalkan
persyaratan 2.1.1, 2.1.2 dan 2.1.3 dengan pengecualian seperti 2.1.6 dipenuhi dan ukuran
konstruksi yang merupakan bagian dari geladak lambung timbul yang membentuk tangga
atau cekungan tidak kurang dari yang dipersyaratkan untuk sekat tubrukan. Bukaan
dengan peralatan penutup kedap cuaca dapat dipasang diatas geladak lambung timbul
pada sekat tubrukan dan di tangga atau cekungan tersebut diatas. Jumlah bukaan harus
dikurangi menjadi sesedikit mungkin sesuai dengan rancangan dan pengoperasian yang
layak dari kapal.
2.1.6 Pada kapal yang dilengkapi dengan pintu haluan dan pintu rampa haluan miring yang
merupakan bagian dari sekat tubrukan diatas geladak lambung timbul, maka bagian
utama dari pintu rampa yang dipasang lebih dari 2,30 m diatas geladak lambung timbul
dapat ditempatkan didepan dari batas yang ditentukan pada 2.1.1. Rampa tersebut harus
kedap cuaca sepanjang tingginya.
2.1.7 Tidak diizinkan adanya pintu, lubang orang, jalan masuk, atau pipa ventilasi pada sekat
tubrukan dibawah geladak lambung timbul dan diatas alas ganda. Bila pada kapal barang
pipa-pipa menembus sekat tubrukan dibawah geladak lambung timbul, maka katup ulir
harus dipasang secara langsung pada sekat tubrukan. Bila katup tersebut dipasang dalam
ceruk haluan, maka katup tersebut harus dapat dioperasikan dari atas geladak lambung
timbul. Bila suatu ruangan yang bukan ruang muat bisa segera dimasuki terletak
langsung disebelah ceruk haluan (misalnya ruang pendorong haluan), maka katup ulir
dapat dipasang langsung dalam ruangan ini pada sekat tubrukan dan tidak perlu dapat
dioperasikan dari jauh.
Untuk kapal penumpang Bab 29-I, K harus diperhatikan.
2.2 Sekat tabung buritan
Semua kapal harus mempunyai sekat tabung buritan yang, pada umumnya, harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tabung buritan dan tabung kemudi berada dalam
ruang kedap air. Sekat tabung buritan harus diteruskan sampai ke geladak lambung
timbul atau sampai geladak kedap air yang terletak diatas garis muat penuh. Untuk kapal
penumpang lihat Bab 29-I, C.4.
2.3 Sekat kedap air lainnya
2.3.1 Sekat kedap air lainnya, pada umumnya, tergantung pada tipe kapal, diteruskan sampai
geladak lambung timbul. Bilamana mungkin, sekat tersebut harus diletakkan dalam satu
bidang gading, kalau tidak maka bagian dari geladak yang terletak diantara bagian dari
sekat-lintang harus kedap air. B.3.2 harus diperhatikan.
2.3.2 Sekat harus dipasang memisahkan kamar mesin dari ruangmuat dan ruang penumpang
didepan dan dibelakang dan dibuat kedap air sampai ke geladak lambung timbul/geladak
sekat.
3. Bukaan pada sekat kedap air
Bukaan pada sekat kedap harus memenuhi aturan kekedapan yang ditetapkan oleh rule.
Bila peralatan sekat menembus sekat kedap air, maka harus ada kewaspadaan demi
mempertahankan kekedapan. Untuk penembusan melalui sekat tubrukan, 2.1.7 harus
diperhatikan.
B. Ukuran Konstruksi
1. Umum, Definisi
1.1 Bilamana palka direncanakan untuk diisi dengan air balas, maka sekatnya harus
memenuhi persyaratan Bab 12.
1.2 Sekat palka yang dirancang untuk digunakan mengangkut muatan curah harus memenuhi
persyaratan Bab 23, B., sejauh kekuatannya diperhatikan.

2. Pelat sekat
2.1 Tebal pelat sekat tidak boleh kurang dari :
t = c . a p + t [mm]
t = 6,0 . √f [mm]
Untuk kapal yang mempunyai bukaan geladak yang besar sesuai Bab 5, F.1.2, tebal pelat
sekat melintangnya tidak boleh kurang dari :

∆ℓ H H
t = c . . ' ) − T, + T $ + t [mm]
-

1 1
F . R !. " $ + $& 2 2
a b
2.2 Untuk kapal kecil, tebal pelat sekat tidak perlu melebihi tebal pelat sisi untuk jarak gading
yang sama dengan jarak penegar.
2.3 Sekat tabung buritan harus dipasang dengan pelat yang diperkuat didaerah tabung buritan.
2.4 Didaerah dimana diperkirakan adanya konsentrasi beban karena olah gerak kapal di
terminal, kekuatan tekuk bidang pelat sekat yang secara langsung melekat pada sisi
lambung, harus diperiksa sesuai Bab 9, B.4.4 dan 4.5
3. Penegar
3.1 Modulus penampang penegar sekat tidak boleh kurang dari :

3.2 Pada bagian horizontal sekat, penegar harus juga memenuhi aturan untuk balok geladak
sesuai Bab 10.
3.3 Ukuran braket ditentukan berdasarkan modulus penampang penegar sesuai Bab 3, D.2.
Jika panjang penegar 3,5 m dan lebih, maka braket harus diteruskan sampai ke balok atau
wrang berikut.
3.4 Penegar sekat tanpa braket harus dihubungkan ke geladak dengan las. Panjang las paling
sedikit 0,6 .tinggi profil.
3.5 Jika panjang penegar antara geladak sekat dan geladak dibawahnya 3 m dan kurang, maka
sambungan ujung sesuai 3.4 tidak disyaratkan. Dalam hal ini penegar diteruskan sampai
sekitar 25 mm dari geladak dan ditirus pada ujung-ujungnya. (Lihat juga Bab 3, C.3.).
3.6 Penegar sekat yang terpotong didaerah pintu kedap air harus ditumpu oleh karling atau
penegar.

4. Sekat bergelombang
4.1 Tebal pelat sekat bergelombang tidak kurang dari persyaratan sesuai 2.1. Untuk jarak a
[m] salah satu yang terbesar dari b atau s sesuai 4.3 diambil.
4.2 Modulus penampang elemen sekat bergelombang dihitung sesuai dengan 3.1. Untuk jarak
a [m] diambil lebar sebuah elemen e [m], sesuai 4.3. Untuk sambungan ujung lihat Bab
3, D.
4.3 Modulus penampang sesungguhnya dari elemen sekat bergelombang dihitung sesuai
rumus berikut :
bila, karling atau elemen sejenis tidak dapat dipasang segaris dengan pelat bilah ;

e = lebar elemen [cm]


b = lebar pelat hadap [cm]
s = lebar pelat bilah [cm]
d = jarak antara pelat hadap [cm]
t = tebal pelat [cm]
α > 450

Gb. 11.2 Elemen sekat bergelombang

5. Penumpu dan gading-gading besar


Penumpu dan gading besar harus dihitung menggunakan perhitungan langsung untuk
menjamin kriteria tegangan sesuai 5.3.1 untuk operasi biasa dan sesuai kriteria 5.3.2 jika
ada ruang muat tergenang. Berkenaan dengan lebar effektif dan pembuktian tekuk pada
setiap kasus Bab 3, E. dan F. harus diperhatikan.
Didaerah yang ada bukaan momen lengkung derajat 2 harus diperhitungkan.
6. Kontruksi bujur kedap air
Bagian dari konstruksi bujur kedap air harus dihitung seperti sekat tubrukan. Faktor cp
dan cs diambil dari kolom “sekat lain” dalam Tabel 11.2.
C. Terowongan Poros
1. Umum
1.1 Poros dan kotak paking harus dapat dicapai. Bila satu atau lebih kompartemen terletak
diantara sekattabung buritan dan kamar mesin, maka harus dipasang terowongan poros
kedap air. Ukuran terowongan poros harus cukup untuk tujuan pelayanan dan
pemeliharaan.
1.2 Bukaan jalan masuk antara kamar mesin dan terowongan poros harus ditutup dengan
pintu geser kedap air sesuai dengan persyaratan A.3.3. Untuk terowongan poros yang
sangat pendek pintu kedap air antara tabung dan kamar mesin dapat dihilangkan dengan
persetujuan khusus. Dalam hubungan ini lihat juga SOLAS 74, Bab II-1, Pasal 11/8
1.3 Tabung ventilasi dan jalur darurat harus dibuat kedap air sampai dengan geladak lambung
timbul.
2. Ukuran konstruksi
2.1 Pelat terowongan poros ditentukan seperti untuk sekat sesuai B.2.1.
2.2 Tebal pelat dari bagian bundar puncak tabung boleh 10 persen lebih kecil.
2.3 Didaerah palka, pelat puncak tabung harus diperkuat minimal 2 mm kecuali dilindungi
oleh papan alas dalam. Pada kapal peti kemas penguatan ini dapat dihilangkan.
2.4 Modulus penampang terowongan poros ditentukan sesuai B.3.1.
2.5 Bagian horizontal dari terowongan harus diperlakukan sebagai bagian horizontal dari
sekat dan sebagai geladak muatan.
2.6 Terowongan poros dalam tangki harus memenuhi persyaratan Bab 12.
2.7 Terowongan poros dibawah pilar harus diberi penguatan yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai